KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI ATAS NAMA TERPIDANA DL

BAB II KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI ATAS NAMA TERPIDANA DL

SITORUS MENURUT KETENTUAN YANG BERLAKU DAN RASA KEADILAN A. Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan oleh DL Sitorus Istilah korupsi pada mulanya berasal dari bahasa Latin “corruptie” atau “cooruptus”. Kata “corruptie” turunan dari kata Latin yang tua yaitu “corrumpore”. 56 Kata-kata tersebut kemudian diikuti dalam bahasa Inggris yaitu ”cooruption”, “corrupt”, bahasa Perancis yaitu “corruption”, bahasa Belanda yaitu “corruptie” korruptie. 57 Ensiklopedia Indonesia mendefinisikan corruptio artinya penyuapan, corrumpore artinya merusak yang secara luas diartikan yaitu gejala para pejabat badan-badan negara menyalahgunakan kewenangan sehingga terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. 58 Pengertian korupsi secara harfiah adalah: 59 1. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak normal, kebejatan, dan ketidakjujuran; 2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya; 3. Perbuatan yang kenyataannya menimbulkan keadaan yang bersifat buruk misalnya: perbuatan yang jahat dan tercela atau kebejatan moral; penyuapan dan bentuk ketidakjujuran; sesuatu yang dikorup seperti kata yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu kalimat; pengaruh-pengaruh yang korup. 56 Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Normatif, Teoritis, Praktik, dan Masalahnya, Bandung: Alumni, 2007, hal. 78. 57 Andi Hamzah, Korupsi Di Indonesia, Masalah dan Pemecehannya, Jakarta: Gramedia, 1984, hal. 9. 58 Ensiklopedia Indonesia, Jilid 4, Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve dan elsevier Publishing Project, 1983, hal. 1876. 59 Lilik Mulyadi, Op. cit., hal. 78-79. Universitas Sumatera Utara Pengertian korupsi tersebut di atas, sangat sederhana tidak dapat dijadikan tolok ukur atau standar untuk dapat menjerat pelaku tindak pidana korupsi. Berdasarkan sudut yuridis, tindak pidana korupsi adalah tingkah laku setiap orang atau badan yang menguntungkan kepentingan diri sendiri dengan cara melanggar batas-batas hukum sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 UUPTPK ditegaskan, “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”, dan dalam Pasal 3 ayat 1 UUPTPK ditegaskan, “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”. UUPTPK menegaskan bukan saja pejabat publik yang dapat bertindak sebagai pelaku tindak pidana korupsi tetapi menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 ayat 1 UUPTPK di atas adalah “setiap orang” yang menurut Pasal 1 angka 3 UUPTPK, setiap orang yang dimaksud adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat dipahami bahwa tindak pidana korupsi dapat dilakukan oleh setiap orang atau badan yang merupakan suatu perbuatan termasuk melawan hukum baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara yang dari segi materil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Pelaku tindak pidana korupsi dalam kasus ini adalah DL Sitorus bersama- sama dengan Sutan Bahruddin Hasibuan, Sutan Malim Hasibuan, Tongku Muda Hasibuan, Minan Hasibuan, Tongku Soripada Hasibuan, Baginda Partomuan Hasibuan, Rongkaya Sutan Siregar, Tongku Mara Usin Harahap, Tongku Satia Dalimunthe, Tongku Maraudin Hasibuan, Tongku Mahmud Hasibuan, Baginda Junjungan Dalimunthe, Tongku Iskandar Hasibuan, Raja Asli Hasibuan, dan Abdul Azis Harahap, Raja Manippo Hasibuan, Sutan Tua Hasibuan, Zamhuri Hasibuan, Sutan Bandaharo Harahap, Tongku Saibun Harahap alias Baginda Huayan Harahap, Latong S sebagai Ketua KPKS Bukit Harapan dan Ir. Yonggi Sitorus sebagai Bendahara KPKS Bukit Harapan yang masing-masing diperiksa dalam perkara terpisah. Mahkamah Agung RI sesuai dengan Pasal 35 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan asas oportunitas 60 menunjuk Pengadilan Negeri Jakarta Pusat PN Jakpus untuk memeriksa dan mengadili perkara tindak pidana korupsi khususnya yang dilakukan oleh DL Sitorus dengan identitas terdakwa sebagai berikut: 61 Nama : Darianus Lungguk Sitorus DL Sitorus Tempat Lahir : Porsea Kabupaten Tobasa dahulu Kabupaten Tapanuli Utara 60 Penjelasan Pasal 35 UU Kejaksaan, terkait dengan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat luas. Sehingga dapat mengesampingkan perkara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini merupakan pelaksanaan asas oportunitas, yang hanya dapat dilakuka oleh Jaksa Agung setelah memperhatikan saran dan pendapat dari badan-badan kekuasaan negara yang mempunyai hubungan dengan masalah tersebut. 61 Berdasarkan Surat Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor: KMA003SKI2006 tanggal 5 Januari 2006. Universitas Sumatera Utara UmurTgl. Lhr : 68 tahun 12 Maret 1937 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kebangsaan : Indonesia Tempat Tinggal : Jl. Kebon Raya No.2 Kepa Duri Jakarta Barat Jl. Abdullah Lubis No.26 Medan Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : Wiraswasta Direktur Utama PT. Torganda dan PT. Torus Ganda DL Sitorus dan kawan-kawan telah melakukan atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut dengan cara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara atau diketahui atau patut diduga olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindak pidana korupsi tersebut bermula sekitar pada bulan April tahun 1998 DL Sitorus tanpa hak dan tanpa ijin dari Menteri Kehutanan telah menduduki atau menguasai hutan Negara kawasan hutan produksi Padang Lawas ± 80.000 Ha 62 62 Berdasarkan Akta Notaris Nomor: 323L1998 tertanggal 30 September 1998 dengan Notaris Setiawati, SH di Rantau Parapat. yang berada di areal Register 40 Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara, padahal DL Sitorus mengetahui atau patut mengira bahwa kawasan ± 80.000 Ha yang Universitas Sumatera Utara didudukinya atau yang dikuasainya tersebut adalah hutan Negara yang diperuntukkan sebagai hutan tetap dan berfungsi sebagai hutan produksi yang ditetapkan berdasarkan: 1. Gouvernment Besluit GB No.501924 tertanggal 25 Juni 1924; 2. Berita Acara Penyerahan tanah kawasan hutan Padang Lawas dari masyarakat kepada Gubernur: tertanggal 20 Mei 1981 seluas 12.000 Ha; tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha; dan tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha; 3. Keputusan Menteri Kehutanan No. 923KptsUm121982 pada tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara; 4. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tingkat I Sumatera Utara tahun 2003- 2018; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan. Ketentuan tersebut di atas melarang untuk menduduki atau menguasai tanpa izin dari Menteri Kehutanan RI sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan yang menegaskan, “Kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang dikerjakan atau diduduki tanpa izin Menteri”. DL Sitorus mengetahui atau patut mengira bahwa kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha tersebut bukanlah tanah ulayat dan Sutan Universitas Sumatera Utara Bahruddin Hasibuan dkk serta Raja Manippo Hasibuan dkk tidak berhak dan tidak berwenang menyerahkan kawasan tersebut kepada siapapun karena kawasan tersebut adalah kawasan hutan yang dikuasai oleh negara. Sebelum kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha yang telah dikuasai DL sitorus tersebut dikerjakan dirubah fungsi dan peruntukannya menjadi areal perkebunan kelapa sawit, DL Sitorus membentuk dan mendirikan Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit KPKS Bukit Harapan dengan maksud untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. 63 Tahap pertama, setelah KPKS terbentuk, kemudian DL Sitorus seolah-olah menyerahkan hutan negara kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha tersebut kepada pengurus KPKS Bukit Harapan untuk dikerjakan dirubah fungsi dan peruntukannya menjadi areal perkebunan kelapa sawit dengan sistim Bapak Angkat. 64 63 Sesuai dengan Akta Pendirian Nomor: 07BHKPK.2.9IX1998 tertanggal 29 September 1998. Susunan pengurusnya adalah: Ketua: Latong S; Wakil Ketua: H. Moh. Baryadi; Sekretaris: Arif Prabowo; Wakil Sekretaris: Alex Karsoastalora; Bendahara: Yonggi Sitorus. Selanjutnya DL Sitorus bersama-sama dengan Latong S dan Yonggi Sitorus membuka hutan untuk membuat jalan dan mengkavling-kavling kawasan hutan produksi Padang Lawas tersebut bertujuan untuk imas tumbang dan pembersihan istilah yang lazim disebut untuk menebang pepohonan, membabat ilalangsemak belukar dan membakar habis hingga bersih. Sehingga menyebabkan 64 Dimana DL Sitorus bertindak sebagai Bapak Angkat. DL Sitorus berperan sebagai penyandnag dana padahal pembentukan KPKS Bukit Harapan dan pengelolaan kawasan hutan produksi Padang Lawas tersebut adalah atas dasar inisiatif DL Sitorus sendiri. Universitas Sumatera Utara berkurangnya kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 12.000 Ha telah ditanami kelapa sawit. 65 Tahap kedua, pada tanggal 16 Agustus 1999 sampai pada bulan Juli 2005, DL Sitorus pemilik PT Torganda dan PT Torus Ganda melanjutkan perbuatannya dengan menanami kelapa sawit di hutan negara kawasan hutan produksi Padang Lawas yang telah imas tumbang ± 11.000 Ha. 66 Tahap ketiga, pada tanggal 16 September 2003 DL Sitorus bersama-sama dengan Sangkot Hasibuan Ketua Koperasi Parsub, Mulkan Harahap Wakil Sekretaris Koperasi Parsub membuat perjanjian di hadapan Notaris Setiawati SH, Nomor 139 tertanggal 16 September 2003 untuk membuka hutan, mengelola serta membudidayakan perkebunan kelapa sawit seluas ± 24.000 Ha Sehingga total luas areal yang telah ditanami kelapa sawit mencapai ± 23.000 Ha. 67 65 Keadaan ini sesuai dengan surat yang dibuat dan ditandatangani oleh Latong s dan Arif Prabowo selaku pengurus KPKS Bukit Harapan dalam Suratnya Nomor: 05LPKPKSII tertanggal 11 Februari 1999. yang berada di Kecamatan Simangambat dahulu Kecamatan barumun Tengah dimana bahwa kawasan yang dimaksudkan dalam akta Notaris Nomor 139 tersebut juga merupakan kawasan hutan negara hutan produksi Padang Lawas. Sehingga total areal yang telah ditanami kelapa sawit mencapai ± 47.000 Ha dari total keseluruhan ± 80.000 Ha. 66 Keadaan ini sesuai dengan surat yang dibuat dan ditandatangani oleh Ir. Yonggi Sitorus Ketua KPKS Bukit Harapan Nomor: 30KPKS-BHVIII2002 tertanggal 12 Agustus 2002. 67 Sesuai dengan surat yang dibuat dan ditandatangani oleh terdakwa DL. Sitorus No.164TaMenhutXI2004 tanggal 25 Nopember 2004, yang menyatakan telah menanami kelapa sawit seluas ± 24.000 Ha di Kawasan Hutan Produski Padang Lawas. Universitas Sumatera Utara Perbuatan DL. Sitorus, PT. Torus Ganda PT. Torganda, Pengurus Koperasi Persadaan Masyarakat Ujung Batu Parsub, dan pengurus Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit KPKS Bukit Harapan dilakukan secara bertahap, berlanjut, dan berlangsung secara terus-menerus hingga bulan Nompember 2004 selesai ditanami kelapa sawit ± 24.000 Ha. Terhadap perbuatan terdakwa tersebut telah merugikan lahan atau sebagai objek perkara atas kawasan hutan Negara hingga sampai ± 47.000 Ha menyebabkan berkurangnya luas areal hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas, hilangnya tegakan Kayu Bulat Besar KKB jenis kayu meranti berdiameter 30 cm ke atas yang diperhitungkan sebanyak 27,99 m 2 Ha dan Kayu Bulat Sedang KBS berdiameter antara 20-29 cm yang diperhitungkan sebanyak 2,10 m 2 Ha. Selain itu, perbuatan terdakwa menimbulkan hilangnya perolehan Provisi Sumber Daya Hutan PSDH dan Dana Reboisasi DR serta menimbulkan kerugian rehabilitasi yang harus ditanggung oleh Pemerintah Cq. Departemen Kehutanan RI. 68 B. Putusan Terhadap Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan oleh DL Sitorus 4. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum JPU Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat mengajukan dakwaannya yang terdiri dari 4 empat dakwaan sebagai berikut: a. Perbuatan terdakwa DL Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 1 ayat 1 sub a jo Pasal 20 jo Pasal 34 C UU 68 Putusan Mahkamah Agung RI No.2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus, hal. 21 dari 107 halaman. Universitas Sumatera Utara No.3 Tahun 1971 jo Pasal 43 A UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana diubah melalui UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana. b. Perbuatan terdakwa DL Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana diubah melalui UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana. c. Perbuatan terdakwa DL Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 6 ayat 1 jo Pasal 18 ayat 2 PP No.28 Tahun 1985 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 jo Pasal 1 ayat 2 KUH Pidana. d. Perbuatan terdakwa DL Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 50 ayat 3 huruf a jo Pasal 78 ayat 2 UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana. Terhadap keempat dakwaan yang diajukan JPU Kejaksaan Negeri Jakpus tersebut, Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakpus melalui putusan No.481Pid.B2006PN.Jkt.Pst menjatuhkan putusan kepada terdakwa DL Sitorus pada tanggal 28 Juli 2006 atas Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua JPU Kejaksaan Negeri Jakpus. Amar putusan PN Jakpus menyatakan: pertama, terdakwa DL Sitorus bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut Universitas Sumatera Utara sebagaimana dalam Pasal 1 ayat 1 sub a jo Pasal 28 jo Pasal 34 huruf c UU No.3 Tahun 1971 jo Pasal 43A UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah melalui UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UUPTPK jo Pasal 55 a 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana, dan kedua, melanggar Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 UUPTPK jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP, sehingga diperintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan. 69 Selain mengadili dan memutuskan dakwaan pertama dan kedua di atas, Majelis Hakim PN Jakpus juga menjatuhkan pidana terhadap terdakwa DL Sitorus dengan pidana penjara selama 12 dua belas tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah supaya terdakwa ditahan dan membayar denda sebesar Rp.200.000.000,- dua ratus juta rupiah serta subsidiair 6 enam bulan kurungan. Pembayaran uang pengganti yang diputuskan Majelis Hakim PN Jakpus sebesar Rp.323.655.640.000,- tiga ratus dua puluh tiga milyar enam ratus lima puluh lima juta enam ratus empat puluh ribu rupiah, jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal jika terpidana tidak 69 A. Hamzah, Dahlan, Irdan, Surat Dakwaan, Cetakan Pertama, Bandung: Alumni, 1987, hal. 18. Hakim tidak dibenarkan menjatuhkan hukuman diluar batas-batas yang terdapat dalam surat dakwaan, maka oleh sebab itu terdakwa hanya dapat dipidana berdasarkan apa yang terbukti mengenai kejahatan yang dilakukannya menurut rumusan surat dakwaan. Walaupun terdakwa terbukti melakukan tindak pidana dalam pemeriksaan persidangan, tetapi tidak didakwakan dalam surat dakwaan ia tidak dapat dijatuhi hukuman, hakim jadinya akan membebaskan terdakwa. Universitas Sumatera Utara memiliki harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana penjara selama 5 lima tahun.

5. Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta