lahan seluas ± 47.000 Ha yang sebelumnya dikuasai perusahaan DL Sitorus yaitu
KPKS Bukit Harapan, PT Torganda, Koperasi Parsub, dan PT Torus Ganda.
121
Pembentukan Tim Pendamping diperlukan untuk pelaksanaan putusan eksekusi fisik atau eksekusi materil di lahan Register 40 Padang Lawas.
C. Ketidakjelasan Batas-Batas Objek yang Dieksekusi
Terkait dengan batas-batas wilayah yang akan dieksekusi, baik dalam dakwaan JPU Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, dalam Putusan PN Jakpus, putusan
PT. DKI Jakarta, maupun dalam putusan Mahkamah Agung RI tidak ditentukan dengan jelas terkait dengan batas-batas objek perkara yang akan dieksekusi tersebut.
Tentu dengan demikian dapat membingungkan pihak-pihak terkait kalau eksekusi dilakukan hanya berpedoman pada putusan. Namun jika dilihat dalam berbagai
barang sitaan yang ada misalnya terdapat dalam Akta Notaris Nomor: 323L1998 tertanggal 30 September 1998 dengan Notaris Setiawati, SH, dalam Berita Acara
Pemancangan dan Tata Batas Padang Lawas Pago-Pago Blad I sd VI disebutkan batas-batas wilayah yang akan dieksekusi.
Seharusnya batas-batas objek lahan yang akan dieksekusi tersebut harus jelas ditegaskan dalam putusan. Pada hakikatnya hakim memutuskan sesuai dengan apa
yang dinyatakan dalam surat dakwaan JPU dimana bahwa hakim tidak boleh
121
http:go.microsoft.comfwlink?LinkId=69172, diakses tanggal 29 Desember 2010. Lihat juga: Kompas, Tanggal 27 Agustus 2009, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
memutuskan melebihi dari dakwaan.
122
Hakim nampaknya merujuk dan berpedoman pada: Jika dalam surat dakwaan JPU tidak
disertakan mengenai batas-batas objek lahan yang akan dieksekusi ± 47.000 Ha
tersebut bagaimana mungkin hakim bisa memutuskan batas-batas lahan perkara.
1. Gouvernment Besluit GB No.501924 tertanggal 25 Juni 1924;
2. Berita Acara Penyerahan tanah kawasan hutan Padang Lawas dari masyarakat
kepada Gubernur: tertanggal 20 Mei 1981 seluas 12.000 Ha; tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha; dan tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha;
3. Keputusan Menteri Kehutanan No. 923KptsUm121982 pada tanggal 27
Desember 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara;
4. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tingkat I Sumatera Utara tahun 2003- 2018;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 14 Tahun 1998 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan. Dimana bahwa peraturan terkait di atas menentukan kawasan
± 80.000 Ha yang diduduki atau dikuasai DL Sitorus tersebut adalah hutan Negara yang
diperuntukkan sebagai hutan tetap dan berfungsi sebagai hutan produksi yang dan berdasarkan Akta Notaris Nomor: 323L1998 tertanggal 30 September 1998 dengan
122
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 801.
Universitas Sumatera Utara
Notaris Setiawati, SH, dalam Berita Acara Pemancangan dan Tata Batas Padang Lawas Pago-Pago Blad I sd VI ada disebutkan batas-batas wilayah yang akan
dieksekusi tetapi tidak disebutkannya dalam putusan batas-batas dari ± 47.000 Ha
tersebut. Seharusnya jika dalam dakwaan JPU tidak disebutkan mengenai batas-batas lahan yang akan dieksekusi, hakim harus menyatakan bahwa dakwaan JPU kabur.
Penyusunan surat dakwaan yang baik adalah merupakan awal keberhasilan tugas penuntutan, karena surat dakwaan menduduki posisi sentral dalam proses
litigasi di pengadilan. Dikatakan menduduki posisi sentral, karena surat dakwaan menjadi dasar dan membatasi ruang lingkup pemeriksaan sidang pengadilan, dasar
pembuktian, dasar tuntutan pidana, dan dasar putusan pengadilan serta dasar dalam melancarkan upaya hukum. Dalam keempat dakwaan JPU sama sekali tidak
menjelaskan secara terang mengenai batas-batas objek lahan dari ± 47.000 Ha yang
akan dieksekusi. Dapat diambil suatu pendapat bahwa JPU masih ragu-ragu dalam mendakwa terdakwa, sebab dapat dilihat bahwa dakwaan JPU sampai mencapai
empat dakwaan dalam menentukan pasal-pasal yang dilanggar pelaku tindak pidana korupsi.
Tujuan surat dakwaan pada hakikatnya adalah untuk menentukan ditetapkannya alasan-alasan yang menjadi dasar penuntutan sesuatu peristiwa pidana,
maka sifat-sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebaik-baiknya. Terdakwa harus dipersalahkan karena telah
melanggar suatu peraturan hukum pidana, pada suatu saat tertentu dan tempat
Universitas Sumatera Utara
tertentu, objek tertentu, serta dinyatakan pula keadaan-keadaan sewaktu melakukannya”.
123
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari suatu surat dakwaan adalah untuk menetapkan secara konkret atau nyata tentang orang tertentu yang telah
melakukan tindak pidana tertentu pada waktu, tempat, dan objek tertentu pula. Berdasarkan aspek di atas dapat disebutkan bahwa ukuran surat dakwaan harus
menjadi dasar oleh hakim dalam memutuskan isi surat dakwaan yang terbukti pada persidangan dan apa yang dapat dibuktikan dalam persidangan harus dapat tercantum
pada surat dakwaan. Menurut Surat Edaran Jaksa Agung RI No.SE-004JA111993 tanggal 16 November 1993 bahwa surat dakwaan bagi penuntut umum merupakan
mahkota baginya yang harus dijaga dan dipertahankan secara mantap karena merupakan dasar dan kemampuan atau kemahiran JPU dalam penyusuanan surat
dakwaan.
D. Eksekusi Putusan Mahkamah Agung RI Terhadap Barang Sitaan Berupa Aset Tidak Bergerak Di Areal Register 40 Padang Lawas
Dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus disebutkan bahwa perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan
Padang Lawas seluas ± 23.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Perkebunan Kelapa
Sawit KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya; dan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas
±
123
Hamrat Hamid, H., Husein, Harun M, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi, Cetakan Pertama, Jakarta: Sinar Grafika, 1992, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Persadaan Masyarakat Ujung Batu Parsub dan PT. Torganda, dirampas untuk negara dalam hal ini Departemen Kehutanan
dilakukan dengan cara eksekusi.
124
Sebelum dilakukan eksekusi fisik materil terlebih dahulu dilakukan peninjauan terhadap objek lokasi eksekusi. Berdasarkan laporan Kepala Kejaksaan
Tinggi Sumatera Utara kepada Jaksa Agung RI sesuai dengan Surat Nomor: R- 01N.2Fuh.2012009 tertanggal 7 Januari 2009 perihal Laporan Khusus Hasil
Peninjauan Objek Eksekusi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus di Desa Aek Raru pada pokoknya telah dilakukan
peninjauan ke lokasi objek eksekusi jika dilakukan eksekusi materilnya akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena seluruh karyawan menolak mendengarkan
penjelasan dari Tim Sosialisasi sehingga dilakukan penundaan pelaksanaan sosialisasi sampai situasinya benar-benar kondusif yang selanjutnya Direktur Uheksi Jampidsus
Kejagung memberikan saran dan petunjuk kepada Kejati Sumut melalui Surat Nomor: B-299FFu.2022009 tertanggal 13 Februari 2009 untuk melaksanakan
eksekusi administratif formil. Barang sitaan berupa aset tidak bergerak di areal register 40 Padang Lawas
telah dilaksanakan secara formil administratif di Kejaksaan Negeri Padang
124
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus, hal. 106.
Universitas Sumatera Utara
Sidimpuan pada tanggal 25 Agustus 2009,
125
namun untuk eksekusi fisik materil di lapangan terkendala oleh berbagai faktor dari warga atau masyarakat setempat tidak
setuju dilakukan eksekusi materil. Setelah dilakukan eksekusi formil pada tanggal 26 Agustus 2009 dilakukan penyerahan barang rampasan dari Kejati Sumut kepada
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumut yang disaksikan oleh pihak Kejaksaan, Kehutanan, Polda, DPRD, Pangdam, dan Gubernur Sumut.
126
Gubernur Sumatera Utara telah menyerahkannya kepada Menteri Kehutanan RI dan selanjutnya untuk
diserahkan kepada PT. Inhutani IV sebagai Badan Pengelola Sementara BPS yang ditunjuk oleh Menteri.
127
Somasi peringatan untuk mengosongkan lokasi Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas telah dilakukan oleh Menteri Kehutanan RI melalui suratnya sebanyak
3 tiga kali
128
125
Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Eksekusi Secara Administratif Nomor: B- 761N.2Fuh.2032009 dan Surat Uheksi Jampidsus Kejagung Nomor: B-299FFu.2022009
tertanggal 13 Februari 2009.
kepada Direksi PT. Torganda KPKS Bukit Harapan dan Direksi PT. Torus Ganda Koperasi Parsub, namun somasi tersebut tidak diindahkan oleh pihak
terpidana. Berdasarkan ketentuan Pasal 218 ayat 2 R.Bg, ”Jika pihak yang
126
Berdasarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan P-48 Nomor: Print- 223N.2Fuh.1082009 tertanggal 25 Agustus 2009 sehari setelah dikeluarkannya P-48 tersebut
dilakukan eksekusi secara formil administratif pada tanggal 26 Agustus 2009 di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dengan menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan BA-22 oleh
Agus Djaya, SH Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Sumut selaku pihak pertama dan Ir. J. B. Siringo-Ringo Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumut selaku pihak kedua yang disaksikan oleh
pihak Kejaksaan, Kehutanan, Polda, DPRD, Pangdam, dan Gubernur Sumut.
127
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 697Menhut-II2009 tertanggal 19 Oktober 2009 tentang Badan Pengelola Sementara Aset Negara berupa Kebun kelapa
Sawit dan Aset Lainnya Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 KPid2006 di Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas.
128
Masing-masing surat tersebut adalah: 1.
Nomor: S.961Menhut-II2009 tertanggal 2 Oktober 2009 perihal Somasi Peringatan I. 2.
Nomor: S.38Menhut-II2010 tertanggal 26 Januari 2010 perihal Somasi Peringatan II. 3.
Nomor: S.227Menhut-II2010 tertanggal 11 Mei 2010 perihal Somasi Peringatan III.
Universitas Sumatera Utara
dikalahkan tidak mau meninggalkan barang-barang yang tidak bergerak itu maka Ketua Pengadilan Negeri atau Magistraat yang dikuasakan harus memberi surat
perintah kepada seseorang yang berhak menyita, supaya kalau perlu dengan bantuan Polisi, pihak yang dikalahkan itu beserta keluarganya disuruh meninggalkan atau
mengosongkan barang yang tidak bergerak itu”. Dengan demikian, Departemen Kehutanan RI melakukan koordinasi dengan
pihak Kepolisian RI untuk memberikan bantuan dalam pelaksanaan pengamanan.
129
Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan RI menyurati Jaksa agung Muda Tindak Pidana Khusus untuk berkoordinasi dan mengharapkan bantuan dari pihak Kejaksaan
agar melakukan pemblokiran aset pihak manajemen lama.
130
Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara melakukan rapat-rapat sampai 4 empat kali yakni pada tanggal 29 September 2009, tanggal 2 Desember 2010, tanggal 27
Desember 2010, dan tanggal 11 Januari 2011 yang pada intinya membicarakan rencana strategi, cara-cara yang dilakukan, dan pembiayaan eksekusi. Pihak
Perlindungan Alam dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI juga menyurati Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Kapoldasu dan disampaikan kepada
129
Berdasarkan Surat Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan RI Nomor: S.428II- KUM2010 tertanggal 29 April 2010 perihal Koordinasi Pelaksanaan Eksekusi Fisik dan Berdasarkan
Surat Deputi Kapolri Bidang Operasi Cq Karo Binops Nomor: B949V2010Sdeops tertanggal 27 Mei 2010 perihal Jawaban Tentang Pelaksanaan Eksekusi Fisik Lahan Kelapa Sawit di Propinsi
Sumut.
130
Berdasarkan Surat Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan RI Nomor: S.466II- KUM2010 tertanggal 11 Mei 2010 perihal: Rencana Pelaksanaan Eksekusi Fisik Asset Negara berupa
kebun sawit seluas ± 47.000 Ha di Areal Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas, lihat juga: Surat
Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor: S.25II-KUMRhs2010 tertanggal 1 Juni 2010 perihal: Rencana Pelaksanaan Eksekusi Fisik Aset Negara berupa kebun sawit seluas
± 47.000 Ha di Areal Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Kejatisu untuk meminta bantuan dari Polda untuk melakukan tindakan pengosongan atas Kawasan Hutan Register 40
Padang Lawas dan seluruh bangunan yang ada di atasnya.
131
Sosialisasi untuk eksekusi sudah dilaksanakan 3 tiga tahap namun tidak pernah berhasil. Sosialisasi terakhir tahap III dilakukan tanggal 13 Desember 2008
di bawah koordinasi Kepala Cabang Kejaksaan Negeri Padang Lawas Utara hanya dapat dilakukan dialog terhadap salah seorang Sekretaris PKPS yang menjelaskan
bahwa dalam hal ini ada tiga putusan yaitu putusan pidana, perdata, dan tata usaha negara dalam satu objek perkara.
132
Berdasarkan hasil rapat-rapat telah disepakati tahapan pelaksanaan eksekusi sebagai berikut:
Untuk melanjutkan sosialisasi ke tahap selanjutnya yaitu ke Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas tidak dapat
dilanjutkan karena di hadang oleh massa yang mengatasnamakan sebagai karyawan ±
5.000 orang di Desa Aek Raru Koperasi Bukit Harapan, Parsub, dan Patogu Janji.
1. Menyusun rencana operasi dan rencana pembiayaan;
2. Penyiapan bahan sosialisasi;
131
Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI Nomor: S.05IV-PPHRHS2011 tertanggal 25 Februari 2011 perihal:
Pengosongan Penguasaan Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas.
132
http:pasarlatong.blogspot.com2009_10_01_archive.html, diakses tanggal 3 Januari 2012. Tim Advokat masyarakat Padang Lawas, mengatakan eksekusi yang telah dilakukan melanggar hak
asasi manusia, sebab dalam satu objek perkara ada tiga putusan hukum, pidana, perdata, dan tata usaha negara. Untuk perkara perdata, keabsahan sertifikat sejumlah 1.820 yang dimiliki masyarakat
dinyatakan sah oleh pengadilan. Pengadilan Tinggi Medan pada tingkat banding memutuskan sertifikat itu sah, dan jaksa mengajukan kasasi belum putus. Begitu juga dengan putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Jakarta dan PK Mahkamah Agung yang menyidangkan perkara surat Menteri Kehutanan yang mencabut hak KPKS Bukit Harapan mengelola lahan, di tingkat PT, putusan kasasi
Mahkamah Agung, dan PK Mahkamah Agung membatalkan dan menolak PK Menteri Kehutanan atas surat pencabutan hak mengelola Nomor 5149 Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
3. Persiapan sosialisasi di Medan dan Jakarta;
4. Kegiatan intelijen;
5. Sosialisasi tahap I;
6. Sosialisasi tahap II;
7. Sosialisasi tahap III;
8. Persiapan eksekusi;
9. Pelaksanaan eksekusi; dan
10. Pasca eksekusi.
Namun setelah dilaksanakan secara langsung ke lapangan di tempat objek perkara di Desa Aek Raru Koperasi Bukit Harapan, Parsub, dan Patogu Janji, yang
hanya terealisasi dalam pelaksanaan adalah: 1.
Rencana operasi dan rencana pembiayaan; 2.
Penyiapan bahan sosialisasi; 3.
Persiapan sosialisasi di Medan dan Jakarta; 4.
Kegiatan intelijen I; 5.
Kegiatan intelijen II; 6.
Sosialisasi tahap I; 7.
Sosialisasi tahap II; 8.
Sosialisasi tahap III; dan 9.
Peninjauan lapangan objek eksekusi. Pada faktanya, eksekusi secara materil fisik belum dilaksanakan karena pada
saat melaksanakan eksekusi terdapat kendala-kendala yang tidak memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
dilanjutkan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan rapat-rapat namun hingga pada saat hendak dilaksanakan eksekusi fisik di lapangan, konsep tidak jelas mengenai apa saja
yang akan dilakukan dan terjadi kesalahpahaman. Oleh karena tidak adanya konsep yang jelas inilah maka kegiatan Tim Eksekusi yang telah direncanakan sebelumnya
diarahkan hanya untuk melakukan sosialisasi atau peninjauan lapangan objek eksekusi saja yang dipimpin oleh Kejaksaan.
133
Apabila merujuk kepada ketentuan Pasal 218 ayat 2 R.Bg, ”Jika pihak yang dikalahkan tidak mau meninggalkan barang-barang yang tidak bergerak itu maka
Ketua Pengadilan Negeri atau Magistraat yang dikuasakan harus memberi surat perintah kepada seseorang yang berhak menyita, supaya kalau perlu dengan bantuan
Polisi, pihak yang dikalahkan itu beserta keluarganya disuruh meninggalkan atau mengosongkan barang yang tidak bergerak itu”. Sangat dimungkinkan dapat
dilakukan dengan bantuan aparat keamanan berdasarkan peraturan yang ada apalagi putusan Mahkamah agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL
Sitorus telah berkekuatan hukum tetap dan dinyatakan DL sitorus terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana korupsi dengan cara
mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk sebagai perbuatan berlanjut.
133
Laporan Informasi Khusus Kejaksaan Negeri Padangsidimpuan Nomor: R-LIK- 06N.2.20Dek.3082008 perihal: Peninjauan Lokasi Objek Eksekusi Putusan Mahkamah Agung RI
Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus di Desa Aek Raru Koperasi Bukit Harapan, Parsub, dan Patogu Janji
± 47.000 Ha Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas.
Universitas Sumatera Utara
Secara yuridis, jika massa tetap menghalangi eksekusi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap termasuk suatu tindakan menghalang-halangi
proses hukum. Kualifikasi dapat dihukum atau tidak mereka yang melakukan aksi penolakan putusan tergantung pada tindakan apa yang dilakukan pada saat eksekusi
tersebut. Berdasarkan landasan Pasal 218 ayat 2 R.Bg di atas, eksekusi tersebut tetap harus dijalankan.
Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, dalam hal ini eksekusi tersebut dilaksanakan setelah putusan itu
berkekuatan hukum tetap itu berarti bahwa kasus tersebut dijamin oleh hukum bahwa negaralah yang berhak atas Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas.
Apabila massa yang mengatasnamakan sebagai karyawan ± 5.000 orang di
Desa Aek Raru Koperasi Bukit Harapan, Parsub, dan Patogu Janji sambil memegang egrek dan dodos, membawa bambu runcing dengan menyanyikan lagu “Maju Tak
Gentar” secara yuridis merupakan suatu bentuk perlawanan dari pihak ketiga yakni massa dan atau karyawan. Pasal 206 R.Bg dan Pasal 195 HIR pada angka 7
menegaskan: “Perlawanan terhadap putusan juga dari orang lain yang menyatakan barang yang disita itu miliknya serta diadili seperti semua perselisihan tentang upaya
paksa yang diperintahkan oleh Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya terjadi pelaksanaan putusan itu”.
Universitas Sumatera Utara
Apabila merujuk kepada Pasal 6 huruf c UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, yang menegaskan bahwa:
“Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus yang memerintahkan eksekusi terhadap Kawasan
hutan Register 40 Padang Lawas adalah hukum yang dibuat oleh Hakim, maka harus dipatuhi dan dilaksanakan.
Menurut Pasal 16 UU No.9 Tahun 1998, pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar hukum,
dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Menurut ketentuan ini kategorinya adalah harus melakukan
perbuatan melanggar hukum terlebih dahulu, baru dikenakan sanksi pidana tetapi sanksi yang disebutkan dalam undang-undang ini tidak jelas melainkan seolah-olah
sanksi yang dimaksud adalah menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk KUH Pidana.
Pelanggaran hukum yang bagaimana dimaksud disesuaikan dengan kriteria tindak pidana yang ada dalam pasal-pasal KUH Pidana, jika massa yang mendemo itu
melakukan pebuatan misalnya mengacung-acungkan senjata tajam ke arah tim eksekutor sehingga menimbulkan luka, maka dapat dikategorikan tindak pidana yang
disebutkan dalam Pasal 55 KUH Pidana. Kecuali jika massa pendemo hanya sekedar menghalang-halangi eksekusi dan tidak melakukan perlawanan fisik, maka tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat dikategorikan tindakan demikian sebagai tindak pidana sebab mereka massa pendemo bisa saja tidak memiliki niat untuk melukai tetapi niat itu muncul seketika.
Sebagaimana Moeljatno mengatakan bahwa salah satu unsur perbuatan pidana bergantung pada bagaimana sikap batinnya pelaku unsur subjektif atau melawan
hukum yang subjektif harus disertai sikap batin atau niat dari si pelaku.
134
Penolakan massa terhadap eksekusi berdasarkan alasan-alasan bahwa putusan Mahkamah agung RI Nomor: 2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus tidak
sah dengan alasan bertolak belakang dengan putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 134KTUN2007 yang menyatakan batalnya surat Menteri Kehutanan RI
No.S.419Menhut-II2004 tertanggal 13 Oktober 2004. Hingga sampai saat ini eksekusi materil fisik terhadap Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas tidak
terealisasi, dan alasan kedua terdapatnya tiga putusan yaitu putusan pidana, perdata, dan tata usaha negara dalam satu objek perkara adalah melanggar HAM.
135
134
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 63.
135
Menganalisis alasan-alasan yang dikemukakan oleh wakil pendemo di atas, lihat: pembahasan dalam sub bab Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia yang telah dibahas sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DAN UPAYA-UPAYA YANG