Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu: 1. Keputusan Mahkamah Agung RI telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sebab dalam putusan tersebut merupakan kebijakan implementatif berupa kebijakan criminal forfeiture yakni penerapan jalur hukum pidana untuk merampas aset dan menentukan uang pengganti. Perampasan aset hanya sebagai pidana tambahan bukan pidana pokok dan uang pengganti sebanyak-banyaknya sama dengan harta-benda yang diperoleh dari korupsi. Hal ini tampak dalam amar putusan Mahkamah Agung RI tersebut yang menyatakan terdakwa DL Sitorus terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana korupsi ”mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan dalam bentuk sebagai perbuatan berlanjut” sehingga menghukum terdakwa DL Sitorus dengan pidana penjara selama 8 delapan tahun dan pidana denda Rp.5.000.000.000,- lima milyar rupiah dengan ketentuan subsidiair apabila denda tidak dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 6 enam bulan. UUPTPK yang diimplementasikan dalam putusan Mahkamah Agung RI No.2642 KPid2006 atas nama terpidana DL Sitorus bukanlah kategori civil forfeiture melainkan model criminal forfeiture Universitas Sumatera Utara yakni dalam hal mengeksekusi barang sitaan berupa aset tidak bergerak dapat dilakukan dengan menggunakan jalur hukum pidana. Secara yuridis, putusan Mahkamah Agung RI tersebut telah memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 43A UUPTPK yang menguntungkan bagi terdakwa namun secara sosilogis putusan tersebut tidak memenuhi keadilan yang diinginkan masyarakat sebab sanksi tersebut dinilai terlalu ringan. UUPTPK diterapkan secara konsekuen terhadap perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh DL. Sitorus meskipun tidak dapat menciptakan keadilan yang hakiki namun paling tidak dapat mengembalikan kerugian keuangan negara melalui pidana denda, perampasan barang, dan uang hasil tindak pidana korupsi yang pada gilirannya akan dipergunakan untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. 2. Eksekusi putusan Mahkamah Agung RI atas nama terpidana DL Sitorus terhadap barang sitaan berupa aset tidak bergerak di areal Register 40 Padang Lawas dilakukan secara eksekusi riil yang pada intinya melakukan penyerahan barang tidak bergerak berupa aset lahan, pengosongan tempat, pembongkaran, melakukan suatu perbuatan, dan pembayaran sejumlah uang diganti dengan denda sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bahwa aset tersebut adalah milik negara yang harus dikembalikan kepada negara Cq. Departemen Kehutanan RI. Walaupun ada perlawanan dan penolakan dari massa danatau karyawan yang menempati lahan tersebut, tetap saja dilakukan eksekusi materil untuk diambil alih oleh manajemen baru Departemen Kehutanan RI cq Universitas Sumatera Utara Pemerintah RI sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 218 R.Bg jika tidak dieksekusi secara materil atau tetap membiarkan dikelola oleh manajemen lama, maka kerugian negara setiap bulan akan terus bertambah dalam jumlah besar. 3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dan upaya-upaya yang dilakukan dalam eksekusi putusan Mahkamah Agung RI atas nama terpidana DL Sitorus di areal Register 40 Padang Lawas meliputi hambatan internal terkait dengan ketidaksiapan, kesalahpahaman, dan rencana strategis dari Tim Eksekusi tidak jelas karena terjadi seketika berubah dari rencana eksekusi materil berubah menjadi kegiatan peninjauan lokasi atau disebut dengan sosialisasi. Secara eksternal terkait dengan penolakan massa dan atau karyawan dengan membawa berbagai macam benda tajam. Upaya yang dilakukan Tim eksekusi membatalkan kegiatannya dan merencanakan selanjutnya secara matang dan strategis dengan melakukan upaya pendekatan untuk menjelaskan kepada massa dan atau karyawan mengenai kelanjutan hidupnya jika manajemen diambilalih oleh Pemerintah serta mengerahkan aparat keamanan yang lebih besar apabila sewaktu-waktu massa dan atau menolak dengan melakukan perlawanan.

B. Saran