5.3.. Keadaan Sewaktu Pulang
Dari tabel 4.8, dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita diare berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang terbanyak adalah sembuh dengan berjumlah 84 orang
55,63 dan yang paling sedikit Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS yaitu 23 orang 14,37.
Balita dengan status gizi yang baik bila menderita diare dapat bertahan dalam keadaan cukup baik walaupun terjadi dehidrasi. Penderita yang mengalami dehidrasi
ringan pemeliharaan terhadap cairan dan nutrisi dapat dirawat di rumah, sedangkan penderita diare yang lebih parah memerlukan pengawasan yang berkelanjutan WHO,
1992.
5.4. Lama Rawatan
Berdasarkan tabel 4.9, dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita diare berdasarkan lama rawatan yang terbanyak adalah yang menjalani lama rawatan
≥3 hari yang berjumlah 127 orang 79,37 dan yang paling sedikit adalah yang
menjalani lama rawatan 3 hari yaitu berjumlah 33 orang 20,63. Menurut Saktiawan 2005 bahwa pada pasien diare akut yang parah harus segera dibawa k
rumah sakit untuk rawat inap dan selanjutnya dilakukan upaya pengobatan. Hal ini membuktikan bahwa balita penderita diare lebih banyak mengalami diare akut yang
parah sehingga membutuhkan perawatan dari rumah sakit untuk mengembalikan kondisi tubuh yang normal melalui hilangnya cairan tubuh.
Kebanyakan penderita diare berlangsung hanya dalam waktu yang pendek yaitu pada hari ketiga perawatan di rumah sakit dan pada umumya setelah hari ketiga
diare tidak lagi menunjukkan gejala klinik Soegijanto, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat diasumsikan bahwa lama rawatan dipengaruhi oleh keadaan status gizi balita, dimana balita yang mempunyai status gizi baik lama rawatannya
lebih cepat.
5.4. Status Gizi Balita Penderita Diare
Status gizi yang baik mempunyai peranan dalam pertahanan tubuh yaitu pembentukan sel-sel darah, pada balita yang gizinya baik pembentukan sel-sel
darahnya akan normal sehingga tubuh dapat melawan kuman yang menginfeksi tubuh. Sehingga balita yang gizinya kurang akan menggangu pembentukan sel-sel
darah yang berakibat jumlahnya yang kurang dari normal menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan terjadinya penyakit infeksi.
Gizi memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif, meskipun secara kuantitatif telah terpenuhi belum tentu kualitatif juga. Sehingga pada saat daya tahan tubuh
berkurang dan terjadi intervensi kuman maka akan mempermudah terjadinya sakit. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat virulensi dari kuman patogen yang
menyebabkan diare. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap penyakit diare. Semakin buruk keadaan gizi balita, akan semakin sering dan semakin berat terjadinya diare. Oleh karena itu, balita yang
mempunyai status gizi baik, lama rawatannya berlangsung lebih cepat dibandingkan balita yang mempunyai gizi kurang WHO, 1992.
Dilihat dari data yang didapatkan dari catatan rekam medik RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2009-2010 seperti pada tabel 4.10, terlihat bahwa distribusi status gizi
dari 160 balita penderita diare yang dirawat inap di RSIA Badrul Aini Medan Tahun
Universitas Sumatera Utara
2009-2010 berdasarkan BBU ketika masuk dan keluar dari rumah sakit bahwa ada sebanyak 97 orang 60,63 balita yang memiliki BB Normal ketika masuk dan
mengalami peningkatan menjadi 108 orang 67,50 pada saat keluar dari rumah sakit, sedangkan pada status gizi BB Kurang dan BB Sangat Kurang ketika masuk
terdapat 36 orang 22,50 dan 27 orang 16,87, serta mengalami penurunan jumlah balita menjadi 35 orang 21,87 dan 17 orang 10,63 pada status gizi saat
keluar dari rumah sakit. Hal ini kemungkinan bahwa balita penderita diare yang dirawat tersebut
disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, atau akibat dari musim kemarau, adanya perubahan sikap dalam mengkonsumsi makanan. Jadi bukan karena adanya
infeksi, sehingga penderita yang dirawat tersebut sebenarnya hanya merupakan tindakan penanganan yang dilakukan untuk pengembalian cairan yang hilang serta
pemberian makan yang seksama untuk memungkinkan tercapainya kembali berat badan balita.
Yang harus menjadi perhatian orangtua adalah pemberian ASI Air Susu Ibu, penggunaan alat makan yang bersih, penggunaan air bersih dan pengobatan sedini
mungkin dengan pemberian cairan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Niken 2006 di RS Haji
Medan bahwa balita penderita diare memliki BB normal sebesar 65 orang 50 pada akhir perawatan yang dipengaruhi oleh kondisi fisik balita pada saat masuk ke rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Hubungan Lama Rawatan Dengan Status Gizi