87
0,13 Mn, 0,5 Si, 0,3 Cu, 0,03 Ni dan sisanya Mg. Kadar Cu dan Ni harus rendah untuk menekan korosi.
2.4.5. Sifat – sifat Magnesium.
Magnesium merupakan logam yang ringan, putih keperak-perakan dan cukup kuat. Unsur ini mudah ternoda di udara, dan magnesium yang terbelah-belah secara
halus dapat dengan mudah terbakar di udara dan mengeluarkan lidah api putih. Magnesium digunakan di fotografi, flares, pyrotechnics, termasuk incendiary bombs.
Magnesium sepertiga lebih ringan dibanding aluminium dan dalam campuran logam digunakan sebagai bahan konstruksi pesawat dan missile. Logam ini memperbaiki
karakter mekanik, fabrikasi dan las aluminium ketika digunakan sebagai alloying agent. Magnesium digunakan dalam memproduksi grafit dalam cast iron, dan
digunakan sebagai bahan tambahan conventional propellants. Magnesium juga digunakan sebagai agen pereduksi dalam produksi uranium murni dan logam-logam
lain dari garam-garamnya. Hidroksida milk of magnesia, klorida, sulfat Epsom salts dan sitrat digunakan dalam kedokteran. Magnesite digunakan untuk refractory,
sebagai batu bata dan lapisan di tungku-tungku pemanas.
2.4.6. Paduan Aluminium dan Magnesium.
Aluminium banyak dipakai dengan paduan unsur lain, sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya, serta mampu cornya diperbaiki dengan
menambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur paduan yang ditambahkan pada aluminium selain dapat menambah kekuatan mekaniknya juga dapat memberikan sifat-sifat baik
lainnya seperti ketahanan korosi dan ketahanan aus. Keberadaan magnesium hingga 15,35 dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660
o
C hingga 450
o
C.Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada
suhu di atas 60
o
C. K
eberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar 2.16. Al-Mg phase diagram, Temperatur °C Vs Mg http:www.aluminiumlearning.com
Gambar diagram fasa Al-Mg diatas memperlihatkan penambahan Mg hingga komposisi 35.0Mg akan cenderung menurunkan temperatur cair dari paduan
aluminium. Penambahan Mg pada aluminium untuk fasa biner akan menghasilkan berbagai fasa seperti Al 0-17.1Mg, Al
2
Mg
2
36.1 – 37.8Mg, Al
12
Mg
17
42- 58Mg, Mg 87-100Mg. Unsur Mg pada paduan aluminium alloy type 6063
dapat memperbaiki sifat mekanis hinggan kisaran 0.451-0.651 Omotoyinbo, 2010.
Aluminium alloy yang terdiri dari paduan utama Si dan Mg pada perbandingan tertentuakan terbentuk magnesium silica, yang akan membuat
aluminium jenis ini mampu untuk dilakukan heat treatment, ketangguhan akan berkurang jika dibandingkan dengan paduan Aluminium Cu dan Zn. Silikon memiliki
sifat yang getas dan dapat dengan mudah mengalami crack, seperti fatiq terjadi didalam Alloy Al-Si terutama dengan pengintian dan pertumbuhan microcrack yang
terdapat pada sekeliling fasa magnesium atau di dalam matrik aluminium Ye.H, 2002.
Universitas Sumatera Utara
89
2.5. Pengecoran Logam
Pengecoran casting adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukan dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku didalam
cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecah-pecah untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan
bentuk yang kompleks. Pengecoran digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai
dengan bentuk cetakan yg telah dibuat. Pengecoran meterial logam cair atau plastik yang mudah meleleh termoplastik, juga material yang larut air misalnya beton atau
gips, dan materi lain yang mudah mencair atau pasta ketika dalam kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian. Proses
pengecoran dibagi menjadi dua : expandeble dapat diperluas dan non expandeble tidak dapat diperluas mold casting.
Aplikasi dari proses pengecoran sangat banyak salah satunya dapat ditemukan dalam pembuatan komponen permesinan. Proses pengecoran dilakukan melalui
beberapa tahap mulai dari pembuatan pola, pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan
proses daur ulang pasir cetakan. Hasil pengecoran disebut dengan coran atau benda cor. Proses pengecoran bisa dibedakan atas 2 yaitu proses pengecoran dan proses
pencetakan. Proses pengecoran tidak menggunakan tekanan sewaktu mengisi rongga cetakan sedangkan proses pencetakan adalah logam cair ditekan agar mengisi rongga
cetakan. Cetakan untuk kedua proses ini berbeda dimana proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir sedangkan proses pencetakan, cetakannya dibuat dari
logam.
2.5.1. Pembuatan Pola
Universitas Sumatera Utara