60
Propeller yang akan digunakan menggunakan paduan material Aluminium – Magnesium Al – Mg dengan perbandingan 94 Al – 6 Mg. Propeller merupakan
sistem propulsi yang secara umum digunakan pada pesawat tanpa awak. Propeller mengubah tenaga mesin menjadi kekuatan aerodinamis. Bagian dari gaya ke depan
adalah kekuatan dorong dan bagian yang bertindak dalam bidang rotasi adalah torsi propeller. Propeller ini mempunyai tiga blade sudu .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada Aluminium-Magnesium sebagai material. Pada dasarnya unsur
Magnesium dapat meningkatkan kemampuan untuk menyerap bunyi. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menguji
eksperimental kebisingan pada pesawat.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses pengecoran propeller dan kajian ekperimental karakteristik noise pada sebuah prototipe propeller pesawat tanpa
awak dengan menggunakan material paduan Aluminium Magnesium Al-Mg.
1.3.2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1.
Melakukan pengecoran prototipe propeller untuk menghasilkan propeller yang tingkat kebisingannya lebih rendah menggunakan tiga blade dengan
material Alumanium – Magnesium dengan paduan 94 Al - 6 Mg. 2.
Melakukan pengujian eksperimental kebisingan prototipe propeller rendah bising dengan tiga blade.
Universitas Sumatera Utara
61
3. Mendapatkan nilai sound pressure level dan sound power level.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Propeller ini menggunakan tiga blade tiga sudu. 2.
Melakukan tes pemgujian eksperimental kebisingan pada propeller pesawat.
3. Prototipe propeller ini menggunakan paduan material aluminium –
magnesium dengan perbandingan 96 Al - 4 Mg.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi menjadi beberapa bab dengan garis besar tiap bab adalah sebagai berikut :
Bab keempat berisikan mengenai Tugas akhir ini disajikan kedalam tulisan yang terdiri dari 5 bab. Pada bab pertama yang merupakan pendahuluan, adalah
gambaran menyeluruh mengenai tugas akhir yang meliputi pembahasan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
Selanjutnya pada bab kedua merupakan tinjauan pustaka yang berisikan tinjauan pustaka, diantaranya mengenai propeller pesawat, teori Almg, pengujian
yang dilakukan, dan studi literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan serta metode pendekatan yang digunakan untuk menganalisa persoalan.
Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisikan metode dari pengerjaan meliputi langkah – langkah pengolahan dan analisa data.
Bab keempat berisikan hasil dan pembahasan, yang merupakan hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan pembahasan
terhadap hasil pengujian. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran dari hasil tugas akhir. Berisikan
jawaban dari tujuan dari penelitian. Selanjutnya merupakan daftar pustaka dan lampiran
Universitas Sumatera Utara
62
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Propeller
Propeller merupakan sekelompok sayap berputar yang dibentuk bengkok, yang ditujukan agar menciptakan arah dari resultan gaya angkat yang menuju ke
depan. Pada umumnya propeller terdiri dari dua atau lebih baling yang dihubungkan ke central hub yang merupakan bagian dimana baling – baling pesawat tersambung.
Propeller berfungsi untuk mengubah gaya rotasi dari mesin menjadi gaya propulsif sebagai gaya dorong Thrust untuk pesawat. Kroes, 1994
Penjelasan secara detail tentang teori bagaimana propeller bekerja sehingga menghasilkan thrust atau gaya dorong sangatlah rumit dan kompleks. Hal ini
dikarenakan propeller merupakan sayap yang berputar dengan perubahan bentuk airfoil yang sulit untuk dianalisa.
Propeller merupakan sistem propulsi yang secara umum digunakan pada pesawat tanpa awak.Berdasarkan praktik di lapangan, propeller merupakan
penyumbang kebisingan terbesar pada pesawat. Dimana kebisingan ini merupakan akumulasi dari kebisingan yang bersumber dari bending Vibration , mekanisme
pressure field serta adanya turbulensi dan vorteks udara Harris,1957. Ditinjau dari kebutuhan misi pengintaian,maka kebisingan yang ditimbulkan
propeller harus rendah. Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan hidup No.48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan untuk kawasan terbuka, maka tingkat
kebisingan maksimum yang diijinkan adalah sebesar 50 db. Sementara pada aplikasinya di lapangan kondisi ini sulit diterapkan mengingat tingkat kebisingan
pesawat secara umum lebih dari 80 db pada ketinggian 50-100 kaki. Reduksi tingkat kebisingan pada propeller mengacu kepada bentuk geometri
dari propeller.Disain geometri sendiri biasanya dilakukan dengan menggunakan software disain. Sedangkan untuk pengujian dilakukan secara eksperimental pada
wind tunnel dengan menggunakan SPL meter sebagai alat pengukur kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
63
Dewasa ini pengujian kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan simulasi fluida yang dikenal dengan konsep aerocoustic.Kemajuan dalam bidang
aerocoustic ini sangat membantu dalam pengujian kebisingan yang berkaitan dengan fluida. Dimana pengujian tidak lagi membutuhkan wind tunel dalam skala besar.
Selain dari itu juga memudahkan dalam pembentukan geometri dimana hasil disain tidak perlu dibentuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian.
Penelitian ini dilakukan dengan membentuk satu disain propeller dari bentuk dasar yang telah dipilih berdasarkan airfoil yang memiliki karakteristik turbulensi
dan vortisitas yang paling rendah. Hasil dari pemodelan kemudian di uji dengan simulasi fluida untuk diketahui kecepatan dan tekanan dinamisnya sehingga dapat
dimasukkan kedalam persamaan kebisingan
2.1.1 Sejarah Teori Propeller
Penjelasan secara detail tentang teori bagaimana propeller bekerja sehingga menghasilkan thrust atau gaya dorong sangatlah rumit dan kompleks. Hal ini
dikarenakan propeller merupakan sayap yang berputar dengan perubahan bentuk airfoil yang sulit untuk di jelaskan. Namun dasar teori dari prinsip propeller dapat di
jelaskan secara sederhana berdasarkan teori teori yang telah ada. Teori propeller telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu oleh ilmuwan-ilmuwan pada masa itu.
Beberapa teori yang telah dikenal diantaranya adalah teori momentum dan teori elemen bilah. Axial Momentum Theory diperkenalkan oleh W. J. M. Rankine pertama
kali pada tahun 1865 dan mengalami beberapa perkembangan sampai disempurnakan oleh Betz pada tahun 1920 yang hingga sekarang lebih dikenal dengan General
Momentum Theory. Sedangkan teori elemen bilah klasik diteliti pertama kali oleh Lanchester pada tahun 1907 dan disempurnakan dengan Vortex-Blade Element
Theory oleh Joukowsky 1912 dan Betz 1919 Kurniawan, 2011.
Universitas Sumatera Utara
64
2.1.2 . General Momentum Theory
Teori ini mempelajari tentang gaya-gaya yang dihasilkan oleh propeller. Propeller dianggap sebagai sebuah piringan, dan udara melewati piringan piringan
tersebut. Gaya dorong dihasilkan dari perubahan momentum dari aliran udara sebelum dan sesudah melewati piringan tersebut.
2.1.3 . Vortex-Blade Element Theory
Teori ini adalah gabungan dari teori elemen bilah yang disempurnakan dengan vortex teory. Teori elemen bilah mempelajari tentang gaya-gaya di tiap-tiap bilah
baling-baling dengan cara mem-breakdown bilah tersebut menjadi beberapa bagian. Tiap-tiap bagian dari bilah tersebut akan membentuk cincin dalam dua dimensi
sehingga pada keadaan tiga dimensi akan membentuk tabung yang kemudian dihitung per bagian.
Teori elemen bilah disempurnakan dengan teori vortex. Teori vortex tersebut berdasarkan atas keberadaan tip vortex yang dihasilkan oleh ujung bilah yang
berputar sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.1. Vorteks-vorteks tersebut lalu mengalir ke belakang membentuk lintasan berbentuk helikal. Konsep trailing edge
vortices dan tip vortices pada propeler tersebut mirip dengan konsep-konsep pada finite wing. Hanya saja konsep ini dipakai untuk propeller dengan perubahan
penampang serta perubahan sudu serang. Pada gambar 2.2 juga dapat menunjukkan bahwa penyederhanaan permasalahan dengan mengasumsikan aliran putaran hanya
dihasilkan ujung bilah saja.
Gambar 2.1. Konsep vortex pada propeler
Universitas Sumatera Utara
65
2.1.4. Bagian – Bagian Propeler
menjelaskan teori propeller, perlu terlebih dahulu mengetahui bagian – bagian dari geometri propeller. Pada gambar 2.2 di bawah ini, terdapat sebuah propeller
berjenis dua baling yang didesain untuk pesawat bobot ringan
Gambar 2.2. Bagian – Bagian Propeller Berikut adalah bagian – bagian yang terdapat pada sebuah propeller:
1. Leading Edge Bagian depan
Merupakan bagian depan sebuah airfoil yang berfungsi untuk memotong udara. Ketika udara terbelah, maka aliran udara akan melewati permukaan
yang melengkung cambered face dan bagian bawah yang rata flat face. 2.
Tip Merupakan bagian terluar propeller dari Hub.
3. Root
Adalah bagian dari baling yang terdekat dengan hub. 4.
Hub Merupakan pusat propeller sebagai bagian dimana baling – baling melekat.
Universitas Sumatera Utara
66
Luas permukaan dari sebuah baling propeller dapar dilihat dari gambar 2.2 di bawah ini. Melalui gambar ini terlihat bahwa pada sebuah baling blade terdapat
leading edge sebagai bagian terluar dari propeller, trailing edge sebagai bagian dalam, cambered side sebagai daerah melengkung dan flat side atau face sebagai bagian yang
rata. Baling – baling Blade propeller memiliki bentuk airfoil yang serupa dengan sayap pesawat sebagaimana terlihat di gambar 2.3. Kroes, 1994
Gambar 2.3 Luas Permukaan Sebuah Baling Propeller
Dikarenakan baling – baling dan sayap dari sebuah pesawat memiliki bentuk yang sama, maka tiap baling – baling dari propeller dapat dianggap sebagai sayap
pesawat yang berotasi dalam ukuran yang lebih kecil, pendek dan tipis. Ketika baling – baling mulai berputar, udara akan mengalir di sekitar baling – baling sama halnya
ketika udara mengalir di sayap pesawat. Perbedaannya adalah pada sayap pesawat, aliran udara ini mengakibatkan terangkatnya sayap ke atas, namun pada propeller,
aliran udara ini mengakibatkan propeller maju ke depan.Kroes, 1994
2.1.5. Dasar Elemen Propeller
Terdapat beberapa elemen penting pada sebuah propeller seperti Vo, n, d, β, w,
dan L.Pada gambar 2.3 terdapat sketsa elemen propeller khususnya mengenai sudut serang angle of attack dari propeller.
Untuk menghitung angle of attack α
e
yangefektif, perlu diketahui elemen Vo, n,d dan sudut airfoil
β dimana angle of attack yang diperoleh akan digunakan untuk menghitung nilai rasio liftdrag LD. Karena nilai d berbeda pada setiap bagian
airfoil dimulai dari awal sampai ujung baling – baling, V
o
πnd juga akan berbeda dan sudut baling yang berbeda juga akan diperoleh untuk bagian – bagian lainnya. Untuk
Universitas Sumatera Utara
67
alasan inilah maka baling propeller diputar sesuai dengan angle of attack yang paling efektif sepanjang blade.
Elemen n merupakan revolusi propeller per satuan detik. Elemen dadalah diameter pada st
asiun airfoil. Sudut β merupakan sudut blade di stasiun airfoil. Elemen w adalah kecepatan induksi induced velocity. V
R
merupakan kecepatan resultan udara tanpa kecepatan induksi dan V
Re
adalah kecepatan resultan efektif udara yang termasuk kecepatan induksi.
Gambar 2.4. Sudut Pada Baling – Baling Propeler Sudut baling blade angle dibentuk dari arah permukaan elemen dan bidang
rotasi Sudut baling di sepanjang propeller memiliki nilai yang berbeda - beda. Hal ini dikarenakan kecepatan pada tiap bagian baling – baling berbeda – beda.
Berikut adalah istilah – istilah lain yang terdapat dalam elemen propeller: • Relative Wind Udara Relatif
Merupakan udara yang bergerak menuju dan melewati airfoil ketika airfoil bergerak melewati udara.
Universitas Sumatera Utara
68
Gambar 2.5. Udara Relatif • Angle of Attack Sudut Serang
Atau sering disebut sudut serang, merupakan sudut yang terjadi antara chord dari elemen dengan arah udara relatif
• Propeler Path Jalur Pergerakan Propeller Adalah arah dari pergerakan elemen baling propeller
Gambar 2.6. Jalur Pergerakan Propeller • Pitch
Pitch merupakan jarak pergerakan sekali revolusi dari propeller yang membentuk jalur spiral.
• Effective Pitch Adalah jarak sebenarnya dari perjalanan propeller dalam sekali revolusi di
udara. Effective pitch biasanya lebih pendek dibandingkan geometric pitch, dimana hal ini disebabkan udara adalah fluida dan selalu terjadi slip
Universitas Sumatera Utara
69
Gambar 2.7. Geometric dan Effective Pitch
2.1.6 Desain Propeller untuk Mengurangi Kebisingan
Pada dasarnya, baling-baling pada propeller merupakan sayap kecil yang menghasilkan gaya resultan aerodinamis yang dibagi menjadi gaya yang bekerja
sepanjang sumbu aksis dari pesawat gaya dorong dan gaya yang bekerja pada baling-baling propeller momen torsi. Torsi berlawanan arah dengan pergerakan
rotasi dari mesin yang terjadi seperti adanya tarikan terhadap propeller. Dalam keadaan setimbang, propeller berputar secara konstan yang digerakkan oleh torsi
mesin yang mempunyai besar yang sama tetapi arah berbeda seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Propeller terdiri dari bagian yang berbentuk air foil dengan ukuran yang bervariasi. Sudut antara kecepatan relatif dan rotasi propeller disebut helix angel dan
angle of advance. Untuk kecepatan partikuler pesawat, helix angle bervariasi dari dasar hingga ujung propeller dimana bagian ujung propeller berputar lebih cepat
dibandingkan bagian dasar propeller. Bagian sudut propeller ditunjukkan pada gambar 2.. dan gambar 2.9. Helix angle dalam pendekatan mempunyai nilai 90
o
.
Universitas Sumatera Utara
70
Gbr. 2.8. Gaya dorong dan torsi pada propeller
Gambar 2.9. Bagian baling-baling pada propeller
Universitas Sumatera Utara
71
Gambar 2.10. Terminologi propeller
Ada hal hal utama yang dapat mengurangi Kebisingan pada propeller yakni: 1.
Low tip speed. kecepatan rendah pada ujung blade 2.
Large number of blades. besarnya jumlah blade 3.
Low disc loading. muatan udara yang rendah pada area perputaran blade 4.
Large blade chord.lebar dari blade propeller 5.
Minimum interference with rotor flow.sedikitnya ganguan pada aliran udara dari propeller.
Mendesain propeller rendah bising merupakan sebuah kajian khusus yang sangat kompleks. Dimana perhitungan aerodinamika harus diselaraskan dengan
perhitungan kebisingan. Desain dari aerodinamika sendiri memiliki cakupan yang sangat luas,akan tetapi pada pembahasan kali ini permasalahan aerodinamika ketika
mendisain propeller dapat di uraikan sesederhana mungkin.
Universitas Sumatera Utara
72
2.2 Airfoil
Airfoil merupakan suatu bentuk geometri yang dibuat untuk menghasilkan gaya angkat yang lebih besar dari gaya drag pada saat ditempatkan pada sudut
tertentu pada suatu aliran udara. Airfoil mempunyai bentuk ujung yang lancip untuk menjamin aliran udara sedapat mungkin sealiran Clancy, 1975.
Airfoil dapat menghasilkan gaya angkat lift yang dibutuhkan untuk mempertahankan pesawat terbang tetap di udara. Untuk menghasilkan gaya angkat ini
maka airfoil tersebut perlu terus bergerak di udara. Harus diingat pula bahwa kita tidak mungkin hanya mendapatkan lift saja, tanpa menghasilkan gaya hambat.
Gaya hambat ini harus diperkecil agar tenaga pendorong airfoil tidak mengalami hambatan yang besar. lift dan drag dipengaruhi oleh:
1. Bentuk airfoil
2. Luas permukaan airfoil
3. Pangkat dua dari kecepatan aliran udara
4. Kerapatan densitas udara
Persamaan untuk menghitung Lift dan Drag dapat dinyatakan dengan Anderson,1999
���� = � = �
� ��
2
2
� 2.1
���� = � = �
� ��
2
2
� 2.2
Dimana : C
L
= Coefficient of Lift �
= Densitas Udara S
= Kecepatan Udara C
D
= Coefficient of Drag
2.3. Kebisingan Pada Propeller 2.3.1. Suara
Suara merupakan perubahan tekanan yang bergerak sepanjang material dengan kecepatan yang bergantung kepada karakteristik material tersebut Beranek,
Universitas Sumatera Utara
73
2006. Gelombang suara pada fluida kebanyakan dihasilkan melalui permukaan zat padat yang bergetar di dalam fluida tersebut. Untuk mempermudah pemahaman
terhadap proses terjadinya suara yang berkaitan dengan adanya permukaan zat padat
yang bergetar dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11. Gelombang suara pada material Pada gambar 2.10, permukaan benda yang bergetar mengakibatkan fluida
yang berdekatan dengan permukaan tersebut terkompresi. Kompresi ini mengakibatkan efek menjauh dari permukaan yang bergetar. Efek ini disebut dengan
gelombang suara, gelombang suara tersebut akan bergerak menjauhi permukaan yang bergetar dengan kecepatan yang bervariasi bergantung terhadap material yang
dilalui.Untuk gas ideal, kecepatan suara adalah fungsi dari temperatur absolut. c =
�g
c
. γ . R . T
2.3 dimana g
c
= fator konversi satuan = 1 kgmN-s
2
γ = spesfic heat ratio = c
p
c
v
R = konstanta gas spesifik = 287 Jkg-K T = temperatur absolut K
2.3.2. Kebisingan Noise
Noise atau bising merupakan suara atau bunyi yang tidak diinginkan keberadaannya Harris,1957. Seiring berkembangnya waktu, kebanyakan dari mesin
mesin produksi,mesin mesin transportasi, dan segala sesuatu yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia selalu berdampingan dengan masalah kebisingan.
Karena sifat dari kebisingan adalah keberadaannya tidak diinginkan, maka ada usaha usaha yang dilakukan untuk meniadakan atau meminimalisir kebisingan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
74
Konsep dari minimalisasi kebisingan tersebut terbagi kedalam noise reduction dan noise control.
2.3.3. Sumber Noise Aerodinamis
Sumber noise pada komponen aerodinamis dapat didefinisikan sebagai bunyi yang ditimbulkan akibat efek langsung dari pergerakan relatif antara fluida terhadap
medium lingkungannya. Sumber sumber kebisingan ini merupakan gabungan dari kebisingan dalam skala periode dan kebisingan dalam skala acak dari sekumpulan
perambatan kebisingan. Kebisingan aerodinamik yang terjadi dalam skala periodik
cenderung lebih banyak hal yang mempengaruhinya
2.3.4 . Tingkat Kebisingan
Untuk mempermudah penentuan nilai kebisingan, maka ada metode yang digunakan dengan menggunakan skala level atau tingkat kebisingan suara dalam
satuan desibel db yang dibagi menjadi dua kategori yakni sound pressure level dan sound power level.
a. Sound Power level
Sound power level dapat di definisikan dalam persamaan L
w
= 10 log
10 �
�
���
db 2.4
Dimana W = Sound Power W
reff
= sound power referensi dengan standar 10
-12
wattt b.
Sound Pressure Level SPL Hampir setiap pemikiran umum mendefenisikan kata desibel db dengan
mengaitkan terhadap sound pressure level. Hal seperti ini telah menjadi suatu kesimpulan tersendiri bahwa apabila berbicara tentang skala desibel
berbarti merupakan suatu hasil perhitungan dari sound pressure level. Contoh contoh bentuk tingkat daya suara yang dihasilkan oleh sumber
kebisingan ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Contoh SPL Berdasarkan Sumbernya
Universitas Sumatera Utara
75
Sound Souces Noise Sound Pressure Level
Examples with distance dB
Jet Aircraft, 50 m Away Threshold of pain
140 130
Threhold of discomfort Chainsaw, 1 m distance
120 110
Disco, 1 m from speaker Diesel truck, 10 m away
100 90
kerbside of busy road, 5 m vacuum cleaner, 1 m distance
80 70
conversational speech 1 m avarage home
60 50
quiet library quiet bedroom at night
40 30
background in tv studio rustling leaves
20 10
threshold of hearing Sumber:
http:www.sengpielaudio.comTableOfSoundPressureLevels.htm
2.3.5 Noise pada Propeler
Pada pesawat terbang dengan propeler sebagai penggerak memiliki prilaku yang berbeda dibandingkan dengan turbofan atau turbojet sebagai pendorong. Pada
pesawat yang menggunakan propeller, aliran kebisingan relatif menyebar, sedangkan pada turbofan atau turbo jet, telah memiliki cerobong pendorong yang berfungsi
sebagai pendorong atau bisa dikatakan pengarah gaya dorong sehingga dapat juga dipergunakan sebagai pengarah kebisingan.
Noise yang bersumber dari propeller merupakan noise yang diakibatkan oleh konfigurasi dan kondisi operasi dari propeler. Struktur dan lokasi propeller yang
menimbulkan noise disebabkan oleh getaran pada baling-baling dan aliran asimetrik yang terinduksi terjadi secara tidak normal.
Universitas Sumatera Utara
76
Menurut Harris, Cyrill M didalam bukunya Handbook of Noise Control, menyebutkan bahwa noise dari propeller yang menggerakkan pesawat terbagi
menjadi dua jenis sumber bising yang utama. Yakni kebisingan yang bersumber dari motor penggerak dan kebisingan yang
bersumber dari propeller itu sendiri. Kebanyakan dari orang orang yang belum mendalami permasalahan
kebisingan pada propeller pesawat selalu beranggapan bahwa kebisingan itu disebabkan oleh adanya suara motor yang berisik. Padahal dari kondisi praktik,
kebisingan yang diakibatkan oleh propeller merupakan sumber kebisingan yang paling penting yang secara umum melampaui kebisingan yang dihasilkan oleh motor
penggerak Harris, 1957. Propeller yang berputar dapat menghasilkan kebisingan melalui tiga Noise
generation mechanisme yang berbeda. Yang pertama dihasilkan melalui bending vibration dari bilah propeller. Dikatakan oleh Harris, Cyril bahwa kebisingan yang
dihasilkan oleh bending vibration ini tidak begitu penting karena tidak begitu mempengaruhi total kebisingan pada kenyataannya.
Yang kedua dan mekanisme penghasil kebisingan yang paling penting adalah noise dari rotasi propeller yang dihasilkan oleh tekanan bidang yang mengelilingi
setiap blade sebagai konsekuensi dari setiap pergerakannya. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh sudut dari blade atau bilah propeller dan chamber pada airfoil.
Noise generation mekanisme yang ketiga adalah kebisingan yang dihasilkan oleh vortex noise yang dihasilkan oleh vortisitas udara pada aliran lintasan baling
yang terkumpul pada bilah propeler selama perputaran. Vortisitas juga terjadi sebagai akibat dari adanya pembentukan aliran udara setalah melewati profil airfoil dari
propeller. Secara skematik, penjabaran tentang mekanisme pembentukan kebisingan
dapat dilihat pada gambar 2.12.
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 2.12. Noise Generation Mechanisme pada propeler Perhitungan level kebisingan pada mekanisme Presure field merupakan
perhitungan berdasarkan laju aliran volumetrik dan tekanan fluida yang terjadi pada permukaan bilah propeler. Sound power level untuk setiap oktav band dapat di
estimasikan dengan mengikuti korelasi Graham Barron,Randall F. 2001. L
w
= L
w
B + 10 log
10
�
� �
� + 20 log
10
�
� �
� + B
T
2.5 Dimana L
w
B = basic sound level diperoleh dari tabel Q = laju aliran volumetric
Q = laju aliran volumetric referensi = 0,47195 dm
3
s P = tekanan melalui Propeler
P = tekanan referensi = 248,8 Pa
B
T
= Blade tone komponen diperoleh dari table 2.2 Setiap baling baling menghasilkan bunyi tone berdasarkan Blade pass frequency
BPF yang di peroleh dari persamaan BPF = N
b
x
RPM 60
2.6 Diman N
b
adalah jumlah bilah propeller.
Sumber: Baron, 2001
Universitas Sumatera Utara
78
Karena propeler pesawat beroperasi ketika pesawat terbang di udara, maka noise yang dihasilkan pada kondisi kerja propeller tergolong kedalam jenis transmisi
outdoor. untuk menghitung level tekanan suara tersebut dapat di peroleh dari persamaan Barron, 2001
Lp = Lw + DI – 20 log
10
r + 10log
10
�
-mr
– 10log
10
�
4 �.�
��� 2
�.�
���
� 2.7
Dimana DI = directivity index r = jarak penentuan tingkat tekanan suara
m = 2
� dimana � = koefisien energi attenuation
� = Karakteristik impedansi
2.3.6. Disain Propeler untuk Noise Reduction
Mendisain propeller rendah bising merupakan sebuah kajian khusus yang sangat kompleks. Dimana perhitungan aerodinamika harus diselaraskan dengan
perhitungan kebisingan. Disain dari aerodinamika sendiri memiliki cakupan yang sangat luas,akan tetapi pada pembahasan kali ini permasalahan aerodinamika ketika
mendisain propeller akan diuraikan sesederhana mungkin. Secara umum, beberapa parameter yang mempengaruhi kebisingan yang
disebabkan oleh propeller adalah sebagai berikut: 1.
Geometri dasar pembentuk propeller airfoil 2.
Material propeller 3.
Diameter propeller 4.
Jumlah blades tiap propeller 5.
RPM atau kecepatan ujung propeler 6.
Ketajamankekasarn perubahan bentuk bilah propeller 7.
Sudut puntir bilah propeller 8.
Kecepatan pesawat 9.
Jumlah propelller Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa secara umum propeller yang
berputar akan memberikan tiga macam kebisingan yakni:
Universitas Sumatera Utara
79
1. Bising yang disebabkan bergetarnya bilah propeller
2. Bising yang disebabkan oleh turbulensi dan voteks udara
3. Bising yang disebabkan karena adanya presure field disekitar tiap tiap
blade akibat pergerak dan perputaran bilah propellernya Aspek disain yang mempengaruhi bising yang disebabkan oleh bergetarnya
bilah propeller adalah modulus elastisitas bahan dan masa jenisnya.Hal ini disebabkan kebisingan yang diakibatkan bergetarnya bilah propeller sangat
dipengaruhi oleh cepat rambat suara pada bilah tersebut. Dimana cepat rambat suara pada benda padat dinyatakan dengan persamaan
c
pdt
= �
� �
2.8
dimana c
pdt
= Cepat rambat pada zat padat ms E = Modulus young Pa
� = Massa jenis zat kgm
3
Sehingga untuk permasalahan reduksi kebisingan yang diakibatkan oleh getaran pada bilah propeller bending vibration sangat bergantung pada pemilihan
materialnya. Bersamaan dengan penelitian ini juga tengah dikembangkan penelitian material dari campuran Al-Mg. pemilihan campuran Mg disebabkan oleh
karakteristik material Mg yang ternyata memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menyerap suara.Lebih jauh lagi bahwa pengembangan dari segi kajian material
untuk propeller ini yang tengah dikembangkan adalah material dengan porositas didalamnya.
Aspek disain selanjutnya yang perlu diperhatikan untuk mereduksi kebisingan yang diakibatkan oleh adanya turbulensi dan vorteks udara.Yakni dengan
memperhatikan airfoil sebagai geometri dasar pembentuk airfoil. Aspek disain ini perlu menguji beberapa jenis airfoil yang memiliki tingkat turbulensi dan vortisitas
yang rendah akan tetapi tetap memiliki unjuk kerja aerodinamis yang tinggi. Sedangkan aspek disain untuk mereduksi kebisingan yang disebabkan oleh
mekanisme pressure field yang diakibatkan gerakan perputaran propeller sangat erat
Universitas Sumatera Utara
80
kaitannya dengan sudut puntir serta kekasaran perubahan bentuk geometri hasil disain yang dimiliki oleh bilah propeller. Sudut puntir ini akan berpengaruh terhadap
tekanan dinamis fluida yang berputar seiring dengan perputaran bilah propeller. Sedangkan kekasaran perubahan bentuk akan meningkatkan tekanan dinamis
parsial yang ada di dekat bilah propeller. Oleh karena itu sangat penting memperhatikan kelembutan perubahan bentuk penampang dari propeller.
2.4. Paduan Aluminium - Magnesium 2.4.1. Sejarah Aluminium
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-por dan bahan
penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini adalah Oksida logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau
mengajukan nama alumine untuk bahasa alum. Pada Tahun 1827, Wohler disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini. Pada 1807, Davy memberikan
proposal untuk menamakan logam ini Aluminium, walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak
unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”.
Aluminium juga merupakan pengejaan yang dipakai di Amerika sampai tahun 1925 ketika American Chemical Society memutuskan untuk menggantikannya dengan
Aluminium. Untuk selanjutnya pengejaan yang berakhir yang digunakan dan dipublikasikan.
Metoda penambangan logam Aluminium adalah dengan cara mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. metoda ini ditemukan oleh Hall di AS pada
Tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di Perancis. Crylite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak agi ditemukan untuk
memproduksi Aluminium secara komersil. Penggabtinya adalah cairan buatan yang merupakan campuran natrium, Aluminium dan Kalsium Fluorida. Unsur ini ringan,
tidak megnetik dan tidak mudah terpercik, merupakan logam kedua termudah dalam soal pembentukan, dan keenam dalam soal ductility. Aluminium banyak digunakan
Universitas Sumatera Utara
81
sebagai peralatan dapur, bahan kpntruksi bangunan dan ribuan aplikasi lainnya dimana logam yang mudah dibuat, kuat dan ringan diperlukan.
Walau konduktivitas listriknya hanya 60 dari tembaga, Aluminium digunakan sebagai bahan transmisi karena ringan. Aluminium murni sangat lunak dan
tidak kuat. Tetapi dapat dicampur dengan tembaga, magnesium, silikon, mangan, dan unsur-unsur lainnya untuk membentuk sifat-sifat yang menguntungkan. Campuran
logam ini penting kegunaannya dalam kontruksi pesawat modern dan roket. Logam ini jika diuapkan divakum membentuk lapisan yang memiliki reflektivitas tinggi
untuk cahaya yang tampak dan radiasi panas. Lapisan ini juga menjaga logam dibawahnya dari proses oksidasi sehingga tidak menurunkan nilai logam yang
dilapisi. Lapisan ini juga digunakan untuk memproteksi kaca teleskop. Jenis Aluminium dibedakan berdasarkan kemurnian atau persentase
aluminium murni dalam komposisi kimia materialnya. Pengelompokan ini diatur oleh Aluminium Association. Kode aluminium terdiri dari 4 digit dari 1XXX, 2XXX,
3XXX, …, 8XXX. 1.
Untuk Aluminium dengan kemurnian di atas 99
2. Untuk paduan Coper
3. Untuk paduan Mangan
4. Untuk paduan Silikon
5. Untuk paduan Magnesium
6. Untuk paduan Magnesium Silikon
7. Untuk paduan zinc
Pada aluminium tempa, seri 1xxx digunakan untuk aluminium murni. Digit kedua dari seri tersebut menunjukkan komposisi aluminium dengan limit pengotor
alamiahnya, sedangkan dua digit terakhir menunjukkan angka kemurnian dua desimalnya. Contoh pada AA 1170,, Aluminium ini memiliki kemurnian 99,70.
Digit pertama pada seri 2xxx sampai 7xxx menunjukkan kelompok paduannya berdasarkan unsur yang memiliki persentase komposisi terbesar dalam
paduan. Digit kedua menunjukkan modifikasi dari unsur paduannya, jika digit kedua bernilai 0 maka paduan tersebut murni terdiri dari aluminium dan unsur paduan. Jika
Universitas Sumatera Utara
82
nilainya 1 – 9, maka paduan tersebut memiliki modifikasi dengan unsur lainnya. Dua angka terakhir untuk seri 2xxx – 8xxx tidak memiliki arti khusus, hanya untuk
membedakan paduan aluminium tersebut dalam kelompoknya.
2.4.2. Sifat – sifat aluminium
Semua sifat-sifat dasar aluminium, tentu saja dipengaruhi oleh efek dari berbagai elemen aluminium paduan. Unsur-unsur paduan utama dalam pengecoran
aluminium paduan dasar adalah tembaga, silikon, magnesium, seng, kromium, mangan, timah dan titanium. Besi adalah elemen biasanya hadir dan biasanya
dianggap sebagai pengotor. Aluminium-dasar paduan mungkin secara umum akan ditandai sebagai sistem
eutektik, mengandung bahan intermetalik atau unsur-unsur sebagai fase berlebih. Karena kelarutan relatif rendah sebagian besar elemen paduan dalam aluminium dan
paduan kompleksitas yang dihasilkan, salah satu paduan dasar aluminium dapat berisi beberapa fase logam, yang terkadang cukup kompleks dalam komposisi. Fase ini
biasanya lebih larut lumayan dekat suhu eutektik dari pada suhu kamar, sehingga memungkinkan untuk panas-mengobati beberapa dari paduan oleh solusi dan penuaan
panas-perawatan. Contoh spesifik dari penerapan panas-perawatan yang diberikan dalam paragraf berikutnya.
Dalam pengertian kimia aluminium merupakan logam yang reaktif. Apabila di udara terbuka ia akan bereaksi dengan oksigen, jika reaksi berlangsung terus maka
aluminium akan rusak dan sangat rapuh. Permukaan aluminium sebenarnya bereaksi bahkan lebih cepat daripada besi. Namun lapisan luar aluminium oksida yang
terbentuk pada permukaan logam itu merekat kuat sekali pada logam dibawahnya, dan membentuk lapisan yang kedap. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk
keperluan kontruksi tanpa takut pada sifat kimia yang sangat reaktif. Tapi jika logam bertemu dengan alkali lapisan oksidanya akan mudah larut. Lapisan oksidanya akan
bereaksi secara aktif dan akhirnya akan mudah larut pada cairan sekali. Sebaliknya berbagai asam termasuk asam nitrat pekat pekat tidak berpengaruh terhadap
aluminium karena lapisan aluminium kedap terhadap asam.
Universitas Sumatera Utara
83
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahan korosi yang sangat baik karena pada permukaannya terhadap suatu lapisan oksida yang
melindungi logam dari korosi dan hantaran listriknya cukup baik sekitar 3,2 kali daya hantar listrik besi. Berat jenis aluminium 2,643 kgm
3
cukup ringan dibandingkan logam lain.
Kekuatan aluminium yang berkisar 83-310 MPa dapat dilipatkan melalui pengerjaan dingin atau penerjaan panas. Dengan menambah unsur pangerjaan panas
maka dapat diperoleh paduannya dengan kekuatan melebihi 700 MPa paduannya. Aluminium dapat ditempa, diekstruksi, dilengkungkan, direnggangkan,
diputar, dispons, dirol dan ditarik untuk menghasilkan kawat. Dengan proses pemanasan dapat diperoleh aluminium dengan bentuk kawat foil, lembaran pelat dan
profil. Semua paduan aluminium ini dapat di mampu bentuk wrought alloys dapat di mesin, di las dan di patri.
2.4.3. Aluminium dan Paduannya.
Aluminium lebih banyak dipakai sebagai paduan daripada logam murni sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya serta mampu cornya
diperbaiki dengan menambah unsur –unsur lain. Unsur-unsur paduan yang tidak ditambahkan pada aluminium murni selain dapat menambah kekuatan mekaniknya
juga dapat memberikan sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi dan ketahanan aus.
Adapun paduan-paduan aluminium yang sering dipakai yaitu:
A. Paduan Al-Cu dan Al-Cu-Mg
Paduan ini mempunyai kandungan 4 Cu dan 0,5 Mg untuk menambah kekuatan paduan mampu mesin yang baik serta dipakai pada bahan pesawat terbang.
Ternyata dari fasa paduan ini mempunyai daerah luas dari pembekuannya, penyusutan yang besar, resiko besar pada kegetasan panas dan mudah terjadi retakan
pada coran. Adanya Si sangat berguna untuk mengurangi keadaan itu dan penambahan Si efektif untuk memperhalus butir. Dengan perlakuan panas pada
paduan ini dapat dibuat bahan yang mempunyai kekuatan tarik kira-kira 25 kgfmm
2
.
Universitas Sumatera Utara
84
Sebagai paduan, Al-Cu-Mg ini mengandung 4 Cu, dan 0,5 ditemukan oleh A.Wilm dalam usahanya mengembangkan paduan Al yang kuat, dinamakannya yaitu
duralumin. Duralumin adalah paduan praktis yang sangat terkenal disebut paduan aluminium dengan nomor 2017, komposisi standarnya adalah 4 Cu, 1,5 Mn
dinamakan paduan dengan nomor 2044 nama lamanya yaitu duralumin super. Paduan yang mengandung Cu mempunyai ketahanan korosi yang buruk, jadi apabila
diinginkan ketahanan korosi yang tinggi maka permukaanya dilapisi dengan Al murni atau paduan aluminium yang tahan korosi yang disebut pelat alklad.
Gambar 2.13. Diagram fasa Al-Cu-Mg
B. Paduan Al-Mg-Si
Paduan ini mempunyai kandungan magnesium sekitar 4 sampai 10 yang ketahanan korosi yang sangat baik, dapat ditempa, di rol dan di ekstruksi. Karena
sangat kuat dan mudah di las maka banyak dipakai sebagai bahan untuk kapal laut, kapal terbang serta peralatan-peralatan kimia. Kalau sedikit Mg ditambahkan pada Al
pengerasan penuaan sangat jarang terjadi. Paduan alam sistem ini mempunyai kekuatan yang kurang baik sebagai bahan tempaan dibandingkan dengan paduan-
paduan lainnya tetapi sangat liat dan sangat baik karena bentuknya yang tinggi pada temperatur biasa. Mempunyai kemampuan bentuk yang lebih baik pada ekstruksi dan
tahan korosi dan sebagai tambahan banyak digunakan untuk angka-angka konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
85
Karena paduan ini mempunyai kekuatan yang sangat baik tanpa mengurangi sifat kehantaran listriknya maka dapat digunakan untuk kabel tenaga listrik. Dalam hal ini
pencampuran dengan Cu, Fe dan Mn perlu dihindari karena unsur-unsur itu menyebabkan tahanan listrik menjadi tinggi.
Gambar 2.14. Perubahan fasa paduan Al-Mg-Si
2.4.4. Sejarah Magnesium.
Magnesia, daerah di Thessaly. Senyawa-senyawa magnesium telah lama diketahui. Black telah mengenal magnesium sebagai elemen di tahun 1755. Davy
berhasil mengisolasikannya di tahun 1808 dan Busy mempersiapkannya dalam bentuk yang koheren di tahun 1831. Magnesium merupakan elemen terbanyak
kedelepan di kerak bumi. Magnesium tidak muncul tersendiri, tetapi selalu ditemukan dalam jumlah deposit yang banyak dalam bentuk magnesite, dolomite dan mineral-
Universitas Sumatera Utara
86
mineral lainnya. Logam ini sekarang dihasilkan di AS dengan mengelektrolisis magnesium klorida yang terfusi dari air asin, sumur, dan air laut.
Paduan magnesium Mg merupakan logam yang paling ringan dalam hal berat jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik seperti aluminium,
hanya saja tidak tahan terhadap korosi. Magnesium tidak dapat dipakai pada suhu diatas 150°C karena kekuatannya akan berkurang dengan naiknya suhu. Sedangkan
pada suhu rendah kekuatan magnesium tetap tinggi.
Gambar 2.15. Diagram Phase Magnesium, Suhu°C Vs Mg
Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada aluminium atau baja dan hanya digunakan untuk industri pesawat terbang, alat potret, teropong, suku cadang
mesin dan untuk peralatan mesin yang berputar dengan cepat dimana diperlukan nilai inersia yang rendah.Magnesium mempunyai temperatur 650°C yang perubahan
fasanya dapat dilihat pada gambar 2.13. Ketahanan korosi yang rendah ini maka magnesium memerlukan perlakuan
kimia atau pengecekan khusus setelah benda dicetak. Paduan magnesium memiliki sifat tuang yang baik dan sifat mekanik yang baik dengan komposisi 9 Al, 0,5 Zn,
Universitas Sumatera Utara
87
0,13 Mn, 0,5 Si, 0,3 Cu, 0,03 Ni dan sisanya Mg. Kadar Cu dan Ni harus rendah untuk menekan korosi.
2.4.5. Sifat – sifat Magnesium.
Magnesium merupakan logam yang ringan, putih keperak-perakan dan cukup kuat. Unsur ini mudah ternoda di udara, dan magnesium yang terbelah-belah secara
halus dapat dengan mudah terbakar di udara dan mengeluarkan lidah api putih. Magnesium digunakan di fotografi, flares, pyrotechnics, termasuk incendiary bombs.
Magnesium sepertiga lebih ringan dibanding aluminium dan dalam campuran logam digunakan sebagai bahan konstruksi pesawat dan missile. Logam ini memperbaiki
karakter mekanik, fabrikasi dan las aluminium ketika digunakan sebagai alloying agent. Magnesium digunakan dalam memproduksi grafit dalam cast iron, dan
digunakan sebagai bahan tambahan conventional propellants. Magnesium juga digunakan sebagai agen pereduksi dalam produksi uranium murni dan logam-logam
lain dari garam-garamnya. Hidroksida milk of magnesia, klorida, sulfat Epsom salts dan sitrat digunakan dalam kedokteran. Magnesite digunakan untuk refractory,
sebagai batu bata dan lapisan di tungku-tungku pemanas.
2.4.6. Paduan Aluminium dan Magnesium.
Aluminium banyak dipakai dengan paduan unsur lain, sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya, serta mampu cornya diperbaiki dengan
menambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur paduan yang ditambahkan pada aluminium selain dapat menambah kekuatan mekaniknya juga dapat memberikan sifat-sifat baik
lainnya seperti ketahanan korosi dan ketahanan aus. Keberadaan magnesium hingga 15,35 dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660
o
C hingga 450
o
C.Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada
suhu di atas 60
o
C. K
eberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar 2.16. Al-Mg phase diagram, Temperatur °C Vs Mg http:www.aluminiumlearning.com
Gambar diagram fasa Al-Mg diatas memperlihatkan penambahan Mg hingga komposisi 35.0Mg akan cenderung menurunkan temperatur cair dari paduan
aluminium. Penambahan Mg pada aluminium untuk fasa biner akan menghasilkan berbagai fasa seperti Al 0-17.1Mg, Al
2
Mg
2
36.1 – 37.8Mg, Al
12
Mg
17
42- 58Mg, Mg 87-100Mg. Unsur Mg pada paduan aluminium alloy type 6063
dapat memperbaiki sifat mekanis hinggan kisaran 0.451-0.651 Omotoyinbo, 2010.
Aluminium alloy yang terdiri dari paduan utama Si dan Mg pada perbandingan tertentuakan terbentuk magnesium silica, yang akan membuat
aluminium jenis ini mampu untuk dilakukan heat treatment, ketangguhan akan berkurang jika dibandingkan dengan paduan Aluminium Cu dan Zn. Silikon memiliki
sifat yang getas dan dapat dengan mudah mengalami crack, seperti fatiq terjadi didalam Alloy Al-Si terutama dengan pengintian dan pertumbuhan microcrack yang
terdapat pada sekeliling fasa magnesium atau di dalam matrik aluminium Ye.H, 2002.
Universitas Sumatera Utara
89
2.5. Pengecoran Logam
Pengecoran casting adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukan dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku didalam
cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecah-pecah untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan
bentuk yang kompleks. Pengecoran digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai
dengan bentuk cetakan yg telah dibuat. Pengecoran meterial logam cair atau plastik yang mudah meleleh termoplastik, juga material yang larut air misalnya beton atau
gips, dan materi lain yang mudah mencair atau pasta ketika dalam kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian. Proses
pengecoran dibagi menjadi dua : expandeble dapat diperluas dan non expandeble tidak dapat diperluas mold casting.
Aplikasi dari proses pengecoran sangat banyak salah satunya dapat ditemukan dalam pembuatan komponen permesinan. Proses pengecoran dilakukan melalui
beberapa tahap mulai dari pembuatan pola, pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan
proses daur ulang pasir cetakan. Hasil pengecoran disebut dengan coran atau benda cor. Proses pengecoran bisa dibedakan atas 2 yaitu proses pengecoran dan proses
pencetakan. Proses pengecoran tidak menggunakan tekanan sewaktu mengisi rongga cetakan sedangkan proses pencetakan adalah logam cair ditekan agar mengisi rongga
cetakan. Cetakan untuk kedua proses ini berbeda dimana proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir sedangkan proses pencetakan, cetakannya dibuat dari
logam.
2.5.1. Pembuatan Pola
Universitas Sumatera Utara
90
Sebelum melakukan pengecoran, dimana proses pembuatan pola terlebih dahulu dilakukan. Proses ini adalah dimana benda yang akan dicor dibuat sebagai
pola. pola ini dibuat dengan material yang berbeda. Biasanya material yang digunakan untuk membuat malpada proses pengecoran berasal dari bahan non logam
seperti; gypsum, semen, dan kayu. Mal ini berfungsi untuk membuat pola pada cetakan pasir. Pembuatan pola hanya dilakukan pada proses pengecoran yang
menggunakan cetakan pasir. Pembuatan pola bisa dikatakan lebih sulit dibandingkan dengan proses
pengecorannya. Proses pembuatan pola dilakukan dengan cara manual atau pun tradisional.
2.5.2. Pembuatan Cetakan
Pembuatan Cetakan menentukan baik buruknya hasil coran. Ada berbagai jeniscetakan yang sering digunakan pada proses pengecoran logam yaitu :
a. Cetakan Pasir
Cetakan dibuat dengan jalan memadatkan pasir, pasir yang akan digunakan adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempeng. Pasir
ini biasanya dicampur pengikat khusus, seperti air, kaca, bentonit, semen, resin ferol, minyak pengering. Bahan tersebut akan memperkuat dan
mempermudah operasi pembuatan cetakan Tata Surdia, 1992. b.
Cetakan Logam Cetakan ini dibuat dengan menggunakan bahan yang terbuat dari logam.
Cetakan jenis logam biasanya dipakai untuk industri-industri besar yang jumlah produksinya sangat banyak, sehingga sekali membuat cetakan dapat
dipakai untuk selamanya. Cetakan logam harus terbuat dari bahan yang lebih baik dan lebih kuat dari logam coran, karena dengan adanya bahan
yang lebih kuat maka cetakan tidak akan terkikis oleh logam coran yang akan di tuang.
Membuat coran harus dilakukan proses-proses seperti : pencairan logam, membuat pola, membuat cetakan, menuang, membongkar dan membersihkan coran.
Universitas Sumatera Utara
91
Proses pencairkan logam dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam tanur yang dipakai. Umumnya kupola atau tanur induksi frekwensi rendah dipergunakan
untuk besi cor, tanur busur listrik atau tanur induksi frekwensi tinggi digunakan untuk baja tuang dan tanur krus untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan. Tanur-
tanur ini dapat memberikan logam cair yang baik dan sangat ekonomis untuk logam- logam tersebut.
2.5.3 Proses Pengecoran
Proses pengecoran akan dihasilkan aluminium dengan sifat-sifat yang diinginkan. Aluminium murni memiliki sifat mampu cor dan sifat mekanis yang tidak
baik, maka dipergunakanlah aluminium alloy untuk memperbaiki sifat tersebut. Beberapa elemen alloy yang sering ditambahkan diantaranya tembaga, magnesium,
mangan, nikel, silikon dan sebagainya Ir.Tata Surdia M.S. Met. E. Desain coran perlu dipertimbangkan beberapa hal sehingga diperoleh hasil
coran yang baik, yaitu ; bentuk dari pola harus mudah dibuat, cetakan dari coran hendaknya mudah, cetakan tidak menyebabkan cacat pada coran. Pembuatan cetakan
dibutuhkan saluran turun yang mangalirkan cairan logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran, tebal irisan dan macam logam dari
coran. Selanjutnya diperlukan penentuan keadaan-keadaan penuangan seperti temperatur penuangan dan laju penuangan. Kwalitas coran tergantung pada saluran
turun, penambah, keadaan penuangan, dan lain-lainya, maka penentuanya memerlukan pertimbangan yang teliti.
Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan ke dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana logam cair
dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Bagian-bagian tersebut terdiri dari : cawan tuang, saluran turun, pengalir, dan saluran masuk.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
91
Proses pencairkan logam dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam tanur yang dipakai. Umumnya kupola atau tanur induksi frekwensi rendah dipergunakan
untuk besi cor, tanur busur listrik atau tanur induksi frekwensi tinggi digunakan untuk baja tuang dan tanur krus untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan. Tanur-
tanur ini dapat memberikan logam cair yang baik dan sangat ekonomis untuk logam- logam tersebut.
2.5.3 Proses Pengecoran
Proses pengecoran akan dihasilkan aluminium dengan sifat-sifat yang diinginkan. Aluminium murni memiliki sifat mampu cor dan sifat mekanis yang tidak
baik, maka dipergunakanlah aluminium alloy untuk memperbaiki sifat tersebut. Beberapa elemen alloy yang sering ditambahkan diantaranya tembaga, magnesium,
mangan, nikel, silikon dan sebagainya Ir.Tata Surdia M.S. Met. E. Desain coran perlu dipertimbangkan beberapa hal sehingga diperoleh hasil
coran yang baik, yaitu ; bentuk dari pola harus mudah dibuat, cetakan dari coran hendaknya mudah, cetakan tidak menyebabkan cacat pada coran. Pembuatan cetakan
dibutuhkan saluran turun yang mangalirkan cairan logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran, tebal irisan dan macam logam dari
coran. Selanjutnya diperlukan penentuan keadaan-keadaan penuangan seperti temperatur penuangan dan laju penuangan. Kwalitas coran tergantung pada saluran
turun, penambah, keadaan penuangan, dan lain-lainya, maka penentuanya memerlukan pertimbangan yang teliti.
Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan ke dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana logam cair
dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Bagian-bagian tersebut terdiri dari : cawan tuang, saluran turun, pengalir, dan saluran masuk.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
92
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama ± 3 bulan. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di rumah industri pengecoran logam yang terletak
di Krakatau untuk mengerjakan peleburan dan tempat dilaksanakannya penelitian adalah di Laboratorium Noise and Vibration Control program Magister dan Doktoral
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Tabel 3.1. Lokasi dan aktifitas penelitian
No Kegiatan
Lokasi
1.
2. Pembuatan Propeller
pesawat
Pengujian Eksperimental kebisingan pesawat
Rumah Industri Pengecoran Aluminium di Krakatau
Laboratorium Noise and Vibration Control program
Magister dan Doktoral Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara Sumber: Fadli, 2013
3.2. Bahan dan Alat Penelitian