47
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan analisa data dan interpretasi hasil penelitian mengenai psychological well-being pada dewasa madya yang mengalami PHK.
Kutipan dari setiap analisan akan diberikan kode-kode tertentu. Contoh kode yang digunakan adalah : R1.W1.b12-22.h1, maksud dari kode ini adalah kutipan
tersebut adalah kutipan dari responden 1 pada wawancara pertama, yang terletak pada baris ke 12 sampai 22 dan verbatim halaman ke 1
A. Analisa Data Responden 1 A.1.
Identitas Diri
Keterangan Responden 1
NamaInisial Raplin bukan nama sebenarnya
Usia 49 tahun
Agama Kristen Protestan
Jenis Kelamin Laki-Laki
Pendidikan Terakhir S-1
Status Menikah
Tanggungan Keluarga 1 istri 2 anak
Masa Bekerja Direktur RS HKBP, Tobasa =
2001 - 2010 Pegawai
Negeri Sipil
Kabupaten Tobasa = 2010 - 2013
Universitas Sumatera Utara
A.2. Jadwal Wawancara
No Tanggal Waktu
Tempat 1
07 Februari 2014 20:05 - 22:50
Rumah responden 2
01 Maret 2014 10:30 - 13:36
Rumah responden
A.3. Data Observasi
Wawancara pertama dilakukan di rumah Responden 1. Responden 1 adalah seorang pria bermata lebar, berkulit sawo matang dan memiliki bulu
di bagian kaki dan tangan. Tingginya sekitar 165 cm dan berat badan sekitar 85 kg. Ia selalu menggunakan gelang berbentuk butiran-butiran mutiara di
lengan sebelah kanannya. Responden 1 yang saat itu menggunakan kaos berwarna hitam dan
celana selutut mempersilahkan peneliti untuk duduk. Setelah duduk, peneliti mengeluarkan lembaran informed consent, lembaran data pribadi, alat tulis
dan alat rekam. Peneliti menanyakan kesedian Responden 1 untuk menjadi salah satu responden dalam penelitian ini dan memberikan lembaran
informed consent dan data pribadi kepada Responden 1. Responden 1 membaca lembaran informed consent dan membubuhkan tandatangan di
lembaran persetujuan. Ketika membuka data diri, Responden 1 meminta peneliti untuk mengisi data dirinya. Peneliti pun menyetujuinya dan mulai
mengisi data diri Responden 1 dengan cara bertanya sesuai dengan lembaran data diri. Setelah mengisi data diri, peneliti menjelaskan kepada Responden
1 bahwa wawancara akan direkam dan hasil dan verbatim rekaman tidak
Universitas Sumatera Utara
akan menyebar luas dan hanya menjadi data untuk peneliti. Wawancara dimulai. Interaksi antara peneliti dan Responden 1 berjalan lancar.
Responden 1 ramah dengan peneliti dan menjawab pertanyaan peneliti dengan kooperatif. Sesekali ia menyelipkan lelucon di tengah-tengah cerita.
Namun ketika menceritakan hubungannya dengan teman - temannya raut wajahnya berubah datar. Dahi Responden 1 mengerut dan sesekali
menaikkan sudut bibir ketika menceritakan mengenai penyebab ia di PHK. Di sela - sela wawancara Responden 1 menghidupkan rokok dan
melanjutkan wawancara sambil menghisap rokok. Intonasi suara Responden 1 juga berubah - rubah. Di beberapa topik
seperti pekerjaan dan perbuatan yang Responden 1 dan istri terima selama bekerja sampai harus dipecat, intonasinya meninggi. Ketika menceritakan
dampak PHK bagi kehidupannya, intonasinya melemah. Akhirnya wawancara dihentikan karena malam sudah semakin larut. Peneliti
berpamitan kepada Responden 1 dan melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.
Wawancara kedua dilakukan di rumah Responden 1 pada pagi hari, beberapa jam sebelum Responden 1 berangkat menuju pekerjaannya di
Pakam. Peneliti disambut oleh istri Responden 1 dan dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Pada saat itu Responden 1 sedang berada di lantai dua
sehingga peneliti menunggu di lantai satu selama beberapa menit. Menggunakan pakaian yang sama dengan wawancara pertama, Responden 1
turun dari lantai dua dan menyambut peneliti. Responden 1 duduk di anak
Universitas Sumatera Utara
tangga sedangkan peneliti duduk di kursi yang berada didekat anak tangga. Selama wawancara berlangsung Responden 1 menghidupkan rokok dan
menghisapnya sambil sesekali menerawang ke depan. Ditengah wawancara istri Responden 1 menghidangkan dua cangkir kopi untuk Responden 1 dan
peneliti. Intonasi Responden 1 meninggi ketika menceritakan perlakuan yang dilakukan temannya kepadanya. Selesai wawancara, peneliti pamit
kepada Responden 1 dan kembali pulang.
A.4. Data Wawancara
1. Gambaran umum Responden
Responden 1 lahir dari keluarga Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Responden 1 dilahirkan dalam keluarga dengan disiplin tinggi.
Ayahnya adalah seorang TNI dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Responden 1 merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ia
memiliki 1 adik laki - laki dan 3 adik perempuan. Responden 1 menamatkan perkuliahannya di Fakultas Kedokteran UMI. Pada tahun
1993, ia menikah dengan seorang dokter yang merupakan adik tingkatannya ketika berada di bangku perkuliahan. Istrinya berumur 45
tahun dan juga berasal dari suku Batak Toba. Selama 19 tahun mengarungi rumah tangga, Responden 1 dan istri telah dikaruniai 2 putra
yang sudah berusia 17 tahun dan 8 tahun. Dalam kesehariannya, Responden 1 selalu terlihat ceria dan tertawa. Tidak terlihat bahwa beliau
sedang memiliki masalah atau tidak. Menurut Responden 1 lebih baik bisa
Universitas Sumatera Utara
memahami apa yang sudah menjadi takdir dan menjalankannya dibandingkan memaksakan kehendak.
Responden 1 memulai pekerjaannya sebagai seorang dokter di Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. Ia bekerja di salah satu Rumah Sakit
swasta di Kabupaten hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 Responden 1 mencoba mengikuti pelatihan pengangkatan pegawai negeri sipil di
Kabupaten Tobasa, dan berhasil. Akhirnya ia mulai menjadi seorang PNS pada tahun 2010. Bagi Responden 1 sendiri, menjadi seorang PNS adalah
pilihan yang tepat karena dari PNS Responden 1 bisa mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih pasti seperti asuransi dan dana pensiun.
Walaupun pekerjaan yang ia lakukan bukanlah hal - hal yang sesuai dengan keinginan dirinya, namun ia tetap merasa PNS adalah pilihan
terbaik. Perjalanan Responden 1 sebagai seorang PNS tidaklah mudah,
terutama ketika terjadi pergantian bupati. Responden 1 merasa bupati yang baru tidak terlalu menyukainya karena Responden 1 diangkat di masa
kepemimpinan bupati lama dan dianggap sebagai pendukung setia dari bupati lama yang akan kembali mencalonkan diri di pemilu berikutnya.
Kecurigaan ini menyebabkan Responden 1 mendapat perlakuan seperti mengalami mutasi sebanyak 5 kali dalam 1 tahun atau tidak turunnya gaji
selama 6 bulan. Perlakuan yang berbeda dari pegawai lainnya membuat Responden
1 tidak nyaman. Ketidaknyaman dalam bekerja tersebut menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
Responden 1 beberapa kali meminta izin bekerja. Walaupun sudah meminta izin bekerja, Responden 1 tetap dianggap tidak hadir. Setelah
ketidakhadirannya sudah mencapai jumlah 90 hari atau 3 bulan, Responden 1 diberikan surat pemutusan hubungan kerja dengan catatan
diberhentikan secara hormat. Pemutusan hubungan kerja ini dianggap janggal oleh Responden 1.
Jika dilihat dari undang - undang yang berlaku, pemutusan hubungan kerja baru bisa terjadi ketika pegawai sudah mangkir selama 90 hari berturut -
turut. Bukan jumlah ketidakhadiran sebanyak 90 hari. Selain itu kejanggalan yang ia rasakan adalah surat panggilan dengan tanggal yang
tumpang tindih. Keanehan lain yang ia rasakan adalah surat keputusan yang keluar terlebih dahulu kemudian disusul oleh surat peringatan.
Pemecatan yang terasa janggal ini membuat Responden 1 merasa tertekan dan mengakibatkan stress. Responden 1 kecewa dengan sikap
pemerintahan. Ia merasa pemerintah yang memecat tidak menjalankan proses pemberhentian sesuai dengan prosedur. Tidak adanya surat
panggilan, tidak adanya hasil negatif dari inspektorat membuat PHK menjadi hal yang tidak mungkin terjadi menurut Responden 1.
Padahal dari PP 53 itu tidak disebutkan dikumulatifkan R1.W1.b360-361.h9
Sebenanrya yang disesalkan dari pemecatan ini adalah tidak adanya peringatan. Sesuai dengan konsekuensi
peraturan. R1.W1.b363-365.h9
Universitas Sumatera Utara
gak ada cerita peringatan, gak ada cerita pemeriksaan, ya udah langsung di pecat. Padahal tahap tahapnya kan ada
itu. R1.W1.b368-372.h9
Padahal tahap - tahapnya kan ada itu. Panggilan, tulisan, lalu diperiksa oleh yang berwenang, misalnya seperti
inspektorat. Nah, itu gak ada kita lewati kecuali pemeriksaan inspektorat. Kita lalui itu. Dan ketika kita
diperiksa inspektorat, gak ada masalah yang terlalu ini kayaknya. Bahkan mereka sendiri pun bingung sendiri
kenapa harus begitu R1.W1.b371-381.h9
...ketika pegawai negeri harus dilakukan keputusan pemutusan kepegawaian, kita harus disidang dulu, tiba -
tiba keluar saja surat keputusan seperti itu R1.W1.b441-446.h10
Oleh karena itu Responden 1 dengan gencar mengejar pembenaran hingga ke kantor ketenagakerjaan yang berada di ibukota. Ia merasa masih
ada harapan untuk mendapatkan keadilan tersebut. Responden 1 membawa berbagai bukti - bukti yang dapat mendukung sanggahannya. Bagi
Responden 1 sendiri perjuangannya bukan hanya untuk mendapatkan kembali pekerjaan, tetapi makna dari keadilan tersebut. Agar kedepannya
tidak terjadi lagi peristiwa pemecatan seperti yang ia alami. Saya langsung buat sanggahan ke BAPEG. Badan
Pertimbangan Kepegawaian. Kita lakukanlah disana banding administratif sesuai dengan fakta - faktalah. Kita
lampirkan juga panggilan yang tumpang tindih. Panggilan pertama tanggal 7 Januari, panggilan kedua tanggal 3
Januari. R1.W1.b430-438.h10
Karena kan kita punya satau pengharapan negara ini adil. Adil menurut keadilan umum ya. Bukan menruut keadilan
aku, bukan menurut keadilan yang melakukan pemecatan, secara umumnya.
R1.W2.b123-129.h3
Universitas Sumatera Utara
Untuk menaikkan dan memenangkan sebuah kasus, dibutuhkan dana yang cukup besar. Responden 1 menyetujui untuk membayar kasus
tersebut. Ia tidak berpikir panjang dan langsung meminta tolong kepada sanak saudaranya untuk dapat memberikan pinjaman. Ia juga meminta izin
kepada ibunya untuk menjual sebidang tanah yang menjadi warisan ayahnya. Namun ibu Responden 1 tidak menjawab dan mengalihkan
pertanyaan tersebut kepada kepada adik laki - lakinya apakah boleh menjual tanah warisan tersebut. Hal ini terjadi karena adik laki - laki
Responden 1 merupakan seseorang yang paling mapan dari keluarga mereka. Responden 1 merasa kecewa dan marah dengan perkataan
ibunya. Responden 1 merasa tidak perlu meminta izin kepada adiknya karena warisan tersebut hanyalah untuk anak tertua laki - laki, yaitu
Responden 1 sendiri. Permasalahan tersebut menimbulkan pertengkaran yang berakhir dengan ibu Responden 1 pindah dan tinggal dengan adik
laki - laki Responden 1. Selain ibu Responden 1, adik - adik Responden 1 juga tidak memberikan sumbangsih yang bisa membantu dirinya. Menurut
Responden 1, adiknya hanya mengucapkan empati tanpa melakukan tindakan sehingga empati yang mereka berikan sia - sia.
Dengan tidak adanya bantuan dana baik dari keluarga ataupun dari teman- temannya, Responden 1 tidak dapat memperjuangkan kasusnya.
Akhirnya Responden 1 kehilangan harapan dan benar - benar kehilangan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan mutlak tersebut menyebabkan Responden 1 semakin stress dan tertekan. Ia menghabiskan waktu di rumah dengan merenung di
kamar dan menangis bersama dengan sang istri yang kebetulan juga mengalami nasib serupa dengan Responden 1. Istri Responden 1 bekerja di
instansi yang sama dengan Responden 1. Istrinya juga mengalami pemecatan yang serupa dengan Responden 1 namun berbeda masa
pemecatan. Selang waktu antara pemberhentian Responden 1 dan istri hanya berlangsung selang 1 minggu.
Ya paling miris dan sedihnya kita itu ya karena kita gak punya modal untuk melawan.
R1.W1.b471-473.h11
setelah tahu keputusan dari sana harus membutuhkan dana yang banyak ,trus harus panjang lagi birokrasinya, makanya
disitu mulai down R1.W2.b113-117.h3
Ya artinya kita mau ikutin birokrasinya, tapi jangan terlalu panjang. Sampe 2 tahun 3 tahun untuk PTUN trus dananya
juga begitu besar, ya gak sanggup lagilah. Disitulah mental turun
R1.W2.b130-135.h3
Bagi Responden 1, istrinya merupakan penyemangat hidup yang membuatnya bisa bertahan dalam menghadapi situasi PHK. Menurut
Responden 1, istrinya lebih sabar dan lebih cepat menerima PHK yang mereka alami bersama. Ketangguhan istrinya dalam menghadapi masalah
meningkatkan semangat Responden 1 untuk bangkit dan kembali mencari pekerjaan untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang
Universitas Sumatera Utara
kepala keluarga. Baginya keluarga adalah alasannya untuk dapat terus berjuang.
Ya aku kan punya tanggung jawab terhadap keluarga. Yaaa, otomatis apapun ceritannya, sekecil apapun, harus ku
raih. Minimal keluargaku harus hidup dulu. Masalah mereka hidupnya mapan atau tidak, itu nanti dulu yang
pasti aku berusaha. R1.W1.b151-159.h5
Setelah menghabiskan waktu untuk merenung selama beberapa minggu, Responden 1 bisa menerima keputusan PHK yang menimpanya,
walaupun belum sepenuhnya. Ia terpaksa menerima keputusan tersebut karena tidak menemukan jalan lain untuk memperjuangkan kasusnya.
Untuk sekarang ia sedang mencari cara untuk dapat kembali memperjuangkan hal tersebut.
Tapi ya terpaksa dijalani, diaminkan saja. Hati kecil sih berontak,
R1.W1.b489-490.h11
Mungkin nanti akan dicari lagi yang mendukung ke situ. Setelah nanti bupati turun, ntah nanti bisa kita usut.
Sekarang minta tolong teman untuk mencari jalurnya apakah bisa
R1.W1.b463-468.h11
Responden 1 masih merasa gengsi jika harus mengakui bahwa ia sudah tidak lagi bekerja di pemerintahan. Ia masih sulit menerima
statusnya sebagai seseorang yang pernah mengalami PHK. Ia merasa PHK telah menghancurkannya dari segi sosial, penghasilan, jaminan kehidupan
dan rutinitas sehari - hari, ditambah dengan usianya semakin bertambah
Universitas Sumatera Utara
tua. Responden 1 merasa dengan usianya sekarang sudah sulit mencari pekerjaan
menetap yang
bisa digunakannya
untuk memenuhi
keberlangsungan hidupnya dan keluarganya. Hal tersebut membuatnya semakin bertambah stress. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
individu dewasa madya membutuhka waktu sekitar 9 bulan leih untuk mendapatkakn pekerjaan bahkan pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan
menetapMeyers, 2013 Akibat lain dari PHK yang Responden 1 rasakan adalah dari segi
ekonomi. Ia kehilangan sumber penghasilan yang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Ia bahkan tidak
mendapatkan pesangon dan gajinya sempat ditahan selama 6 bulan sebelum akhirnya dicairkan ketika Responden 1 mendesak bidang
kepegawaian yang mengatur gaji para pegawai. Ia mendesak untuk segera mengeluarkan gajinya. Pada saat itu status Responden 1 adalah tidak lagi
menjadi pegawai karena surat keputusan yang sudah dikeluarkan. Ekspektasi Responden 1 sudah jauh melenceng. Awalnya ia
memilih pekerjaan ini karena adanya jaminan ekonomi sehingga ia bisa menikmati hasilnya di masa depan ketika sudah memasuki masa pensiun.
Tetapi dengan dikeluarkannya surat keputusan PHK, angan- angan yang sudah dibangunnya pun runtuh. Kehilangan sumber penghasilan membuat
Responden 1 memutar otak untuk dapat menghasilkan uang sehingga ia dapat menghidupi keluarganya. Ia mencari cara dengan mengubah gaya
Universitas Sumatera Utara
hidup dan memangkas pengeluaran yang tidak penting untuk bisa menghemat dana yang dimiliki sekarang.
Walaupun terjadi perubahan gaya hidup, keluarga Responden 1 tidak pernah mengeluh dengan kondisi mereka sekarang. Istri Responden 1
tidak peduli dengan penghematan yang harus mereka lakukan bahkan menikmatinya, padahal latar belakang orangtua istri Responden 1 adalah
keluarga kelas atas, namun istri Responden 1 tetap setia bersama suaminya dan menghadapi hidup bersama - sama. Menurut Responden 1, istrinya
selalu menjadi penyemangat hidup dan menjadi fondasi utama dalam ketahanan mental pasangan.
Begitu pula dengan anak pertama Responden 1. Ia bisa mengerti kondisi orangtuanya dan tidak menuntut berlebihan. Ia juga bisa
menyesuaikan diri dan tidak merasa minder bahkan selalu mendukung ayahnya. Ketabahan istri dan anak - anaknya membuat Responden 1
bersyukur bisa memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dalam kondisi apapun.
Saat ini Responden 1 bekerja sebagai pengganti dokter jaga dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Ia tetap berusaha mencari
pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan keluarganya karena ia merasa itu salah satu kewajiban utama seorang kepala rumah tangga.
2. Riwayat Pekerjaan
Responden 1 mulai bekerja sebagai dokter umum pada tahun 1995 sebagai dokter lokal dan kemudian mendapat gelar dokter negara pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 1998 dari Fakultas Kedokteran UMI. Setelah mendapat gelar dokter negara, Responden 1 melakukan PTT dan ditempatkan di Simalungun
sampai tahun 2001. Setelah menyelesaikan PTT, Responden 1 bekerja di RS BG, salah satu Rumah Sakit di Tobasa hingga tahun 2010. Awalnya
Responden 1 mendapatkan pekerjaan sebagai dokter jaga, namun di tahun - tahun terakhir, Responden 1 dipercaya untuk menjadi pelaksana direktur.
Banyak perubahan yang Responden 1 lakukan untuk memperbaiki RS BG menjadi lebih terorganisir. Selama menjabat sebagai pelaksana direktur
selama 3 tahun, Raplin memiliki pendapatan yang cukup tinggi dan dapat dijadikan modal untuk menjadi calon legislatif, walaupun pada akhirnya ia
tidak berhasil melenggang menjadi anggota legislatif. Pada tahun 2010, Responden 1 mengikuti pelatihan untuk
pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kabupaten Tobasa. Setelah menyelesaikan pelatihannya, Responden 1 langsung ditempatkan
di salah satu puskesmas di Kabupaten Tobasa dan menjabat sebagai Kepala Puskesmas. Setelah diterima menjadi PNS, Responden 1 masih
berstatus sebagai pelaksana direktur di RS BG. Namun, dikarenakan adanya peraturan yang melarang seorang PNS bekerja di RS yang bukan
milik pemerintah, maka Responden 1 memilih untuk melepaskan jabatannya sebagai pelaksana direktur. Selain itu faktor lain yang
mendukung Responden 1 untuk melepaskan jabatannya adalah adanya praktik nepotisme di dalam Rumah Sakit tersebut, yang dimana pergantian
posisi sangat mudah terjadi jika memiliki relasi di dalam dan jabatan yang
Universitas Sumatera Utara
Responden 1 pegang merupakan jabatan yang paling hangat untuk diperebutkan. Namun yang menjadi faktor utama Responden 1 memilih
menjadi seorang PNS adalah adanya jaminan kehidupan yang lebih pasti ke depannya seperti asuransi kesehatan dan juga dana pensiun sehingga ia
tidak perlu memikirkan kebutuhannya di masa depan. Oleh karena beberapa pertimbangan tersebut Responden 1 memilih untuk menjadi
seorang Pegawai Negeri Sipil. Sebagai seorang PNS, Responden 1 membawahi sebuah
puskesmas. Ia memiliki jabatan sebagai kepala puskesmas dengan tugas utama untuk melayani pasien dan memberikan sosialisasi kesehatan bagi
masyarakat setempat di sekitar puskesmas. Ia mencoba menikmati pekerjaannya sebagai seorang kepala puskesmas yang memiliki pekerjaan
rutin yang berlangsung terus menerus. Bagi Responden 1 sendiri mendapatkan jabatan sebagai kepala Puskesmas bukanlah sesuatu yang
dapat dibanggakan. Ia merasa jabatan yang ia miliki sekarang bukanlah hasil dari penilaian kompentensi selama ia menjadi dokter namun hanya
sekedar penempatan. Responden 1 merasa tidak terlalu menyatu dengan pekerjaan yang
ia lakukan. Ia menginginkan sebuah pekerjaan yang lebih menantang. Pekerjaan yang dimana ia bisa berperan sebagai pengambil keputusan, dan
pekerjaan yang dapat dikontrol sepenuhnya olehnya bukan pekerjaan yang ia dikontrol oleh orang lain. Ia ingin berada di tengah - tengah masyarakat.
Namun ia tidak memiliki dana yang cukup untuk memulai membuka
Universitas Sumatera Utara
sebuah usaha sehingga ia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang PNS yang lebih banyak bekerja di dalam kantor.
Tapi kalau dipikir - pikir aku ingin pekerjaan yang lebih menantang
R1.W1.b118-120.h4
Kalau menantangnya sih, saya pikir gini. Saya berpikirnya saya yang menciptakan lapangan kerja. Kayak misalnya
saya buat klinik gitu atau apa. Maunya kitalah sendiri yang menciptakan lapangan pekerjaan
R1.W1.b171-175;188-189.h5
Terus terang memanage pekerjaan yang kita hasilkan sendiri kayaknya lebih menantang daripada kerjaan kita di
manage oleh orang lain R1.W1.b180-185.h5
baik buruknya kan disitu kita diuji. Mampu gak kita? Memang qualified gak kita dengan konsekuensi ilmu yang
kita punya R1.W1.b190-194.h5
Cuman ya dipikir kita terbenturnya di dana . Karena kita bukan punya warisan seperti orang - orang lain gitu
R1.W1.b175-178.h5
Segala sesuatunya kan sekarang pake hitung - hitungan. Itu. Kalau hitungannya satu sampai sepuluh masih mampu
kita. Tapi kalau sampai enam eh sembilan digit dibelakang ya udah gak mampu lagilah. Itu aja masalahnya
R1.W1.b195-202.h5-6
Ketika bekerja sebagai PNS, Responden 1 bisa mendapatkan gaji, jaminan hidup dan fasilitas sehingga ia berusaha menikmati
pekerjaannya. Diakuinya ketika bekerja sebagai seorang PNS, ia mendapatkan fasilitas rumah dinas yang operasionalnya ditanggung
pemerintah sehingga ia tak perlu memikirkan pengeluaran apapun yang berkaitan dengan operasional rumah. Gajinya pun bisa ia gunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
memenuhi keinginan keluarga dan akhirnya berpengaruh pada gaya hidup yang dijalani.
Bagiku sendiri bagaimana ya, gak terlalu munaifk sih. Itu kupentingkan karena aku bergaji. Itu saja.
R1.W1.b115-117.h4
Ya gak muluk - muluk, memang tujuan utamanya gaji R1.W1.b122-124.h4
Kalau waktu PNS enak. Rumah kita dulu, air dan listrik itu tidak mikir karena rumah dinas
R1.W2.b360-362.h8
Kalau dulu kemana aja masuk, ayok, oke R1.W2.b374-376.h8
Otonomi daerah memberikan kuasa penuh kepada pada pemimpin pemerintahan setempat untuk mengatur daerahnya sendiri termasuk
didalamnya menerima dan memecat pegawai. Kuasa ini menurut Responden 1 digunakan oleh pemimpin untuk menseleksi siapa - siapa
saja pegawai yang pro terhadap beliau dan mana yang tidak. Di sinilah masalah muncul, pada saat pergantian bupati, bupati yang baru
menganggap Responden 1 merupakan salah satu pendukung bupati lama yang akan kembali bersaing di pemilihan selanjutnya. Anggapan tersebut
membuat bupati baru menganggap Responden 1 sebagai ancaman. Berbagai cara dilakukan untuk membuat Responden 1 tidak betah.
Responden 1 dimutasi sebanyak 5 kali dalam kurun waktu satu tahun. Hadiah seperangkat komputer yang didapat istri Responden 1 karena
telah menjadi pegawai terbaik pada masa bupati lama ditarik oleh kantor tempat Responden 1 dan istri bekerja dengan alasan bahwa barang
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan inventaris kantor. Responden 1 tetap mencoba sabar dan menyerahkan hadiah tersebut kepada kantor.
Berbagai perlakuan yang diterima Responden 1 menyebabkan Responden 1 tidak nyaman dalam bekerja. Ketidaknyamanan itu
menyebabkan Responden 1 merasa tertekan dan memilih untuk izin kerja selama beberapa hari.
dipindah pindahkan 5 kali dalam setahun itupun hal yang biasa menurut mereka. Tapi menurut aku sih itu gak
lumrah R1.W1.b348-351.h9
Jadi sebenarnya pun dari awal dilantik, sudah berapa kali dipindahkan. Minggu minggu pertama aku dipindahkan,
dua bulan setelah itu aku dpindahkan lagi, dua bulan kemudian aku dipindahkan lagi.
R1.W1.592-598.h13
ada beberapa barang yang ditarik padahal kondisi saya disitu masih menjadi pegawai. Barang - barang itu dikasih
di masa pemerintahan sebelumnya, berganti rezim, ehh itu dianulir, ya sudah kami kasih pulang
R1.W1.b848-855.h18
mulai merasa tidak nyaman ketika bekerja. Ya itulah akibat daripada otonomi daerah yang memunculkan raja -
raja kecil yang bergantung pada penguasa setempat. Akhirnya gini. Kalau penguasa setempat gak suka dengan
kita dia punya wewenang, menurut dia ya. Nahh, mulai gak nyaman,
mangkirlah kerja.
Jadi dikumlatifkanlah
kemangkiran itu R1.W1.b336-354.h8
Ketidakhadiran Responden 1 digunakan oleh beberapa pihak untuk menjatuhkan Responden 1 dan istri. Responden 1 beserta istrinya
diberikan surat keputusan pemutusan hubungan kerja dengan alasan sudah tidak bekerja selama 90 hari atau kurang lebih selama 3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Surat tersebut diberikan tanpa adanya surat pemanggilan dan pemeriksaan terlebih dahulu. Padahal jika dilihat dari peraturan yang
berlaku, Responden 1 harus melalui serangkaian tahap pemeriksaan sebelum akhirnya dipecat. Hanya saja yang terjadi adalah surat
pemanggilan baru tiba beberapa hari setelah surat keputusan keluar. Mendapatkan perlakuan seperti itu Responden 1 tidak tinggal diam. Ia
menunjukkan beberapa pegawai yang juga mangkir dari pekerjaannya bahkan lebih lama dari ketidakhadiran Raplin tetapi tidak mendapatkan
sanksi. Namun ternyata usahanya tersebut tidak berpengaruh dengan keputusan yang sudah diberikan.
Sembari menunggu surat keputusan dikeluarkan, Responden 1 melakukan banding. Selama masa banding, Responden 1 dan istri
diizinkan untuk bekerja di salah satu poli di dinas pemerintahan tersebut. Walaupun bekerja, namun Responden 1 tidak diizinkan untuk memegang
dan merawat pasien dengan alasan kondisi kejiwaan pasien akan terganggu jika dirawat oleh dokter yang sedang mengalami stress akibat
permasalahan status pekerjaan. Selain itu, Responden 1 tidak mendapatkan gaji selama 6 bulan terakhir terhitung sebelum surat
keputusannya dikeluarkan. Responden 1 juga tidak mendapatkan pesangon ataupun dana - dana lainnya. Hal - hal ini menyebabkan
Responden 1 semakin tertekan. Bahkan ketika aku bekerja di rumah sakit, aku sampai di
wanti wanti direktur kalau aku tidak boleh memegang pasien atas dasar instruksi bupati. Jadi aku ke rumah sakit
itu Cuma isi absen, duduk di kantin trus pulang. Gak boleh
Universitas Sumatera Utara
pegang pasien. Dengan satu pemikiran mereka, kalau aku mengang pasien sambil stress, pasiennya pun bisa tambah
sakit R1.W1.b601-612.h13
Padahal kalau dirumah sakit kan kerja di poli, jaga malam. Tapi itu gak ada, dengan alasan kalau aku stress dan
berpengaruh ke pasien R1.W1.b622-626.h14
Kami tidak gajian satu setengah tahun sebelum keluar ini surat pemberhentian.
R1.W1.b1122-1125.h22
Gak dapat apa - apa. Istilahnya gak bisa dibilang pensiun dini. Karena gak menerima uang pensiun.
R1.W2.b324-326.h7
Setelah surat keputusan keluar, Responden 1 mencoba untuk mempertahankan pekerjaannya dengan melakukan sanggahan terhadap
keputusan dan mendatangi Pengadilan Tata Usaha Negera dan badan kepagawaian yang berada di ibukota. Namun untuk mengurus itu semua
tidaklah mudah. Dibutuhkan dana yang cukup besar untuk bisa menang di kasus tersebut. Responden 1 sudah menggunakan tabungannya untuk
memenuhi kebutuhan sehari - hari dan biaya perjalanan Medan - Jakarta sehingga ia tidak tahu lagi di mana harus mencari dana untuk
menyelesaikan masalahnya tersebut. Ia pernah mencoba untuk menjual tanah yang sudah menjadi warisannya, namun sebelum ia menjual ia
meminta izin kepada ibunya. Namun ibunya menyerahkan keputusan kepada adik laki - laki Responden 1 yang notabene memiliki kehidupan
yang jauh lebih mapan dari Responden 1. Responden 1 merasa kecewa dengan keputusan yang ibunya berikan. Ia merasa direndahkan karena
Universitas Sumatera Utara
sebagai seorang anak laki - laki tertua ia memliki hak penuh terhadap tanah tersebut, namun ibunya hanya melihat dari segi kemapanan.
Semenjak perlakuan tersebut, hubungannya dengan ibu dan adiknya merenggang. Ibunya juga lebih memilih untuk tinggal bersama adiknya
di Jakarta. Ada warisan, warisan keluarga tapi bukan dari bapakku
lho. Opungku. Aku kan cucu tertua. . Jadi waktu itu aku butuhlah. Kusuruh mamakku jual, tanyalah adekmu,
katanya. Karena adekku orang kaya, kan gitu. R1.W1.b1062-1070.h21
Yaah, kok musti tanya dia? Nama dia gak ada di situ terdaftar. Cuman karena suratnya karena bapakku orang
tertua, suratnya sama mamakku, maka aku minta izin. R1.W1.b1072-1073;1078-1081.h21
Tapi gak mau, lari dia Jakarta R1.W1.b1086.h21
Akirnya Responden 1 menyerah dan memilih pasrah dalam menghadapi pemutusan kerja tersebut. Pasca pemecatan, Responden 1
mulai mencoba mencari pekerjaan baru dengan menerima tawaran menjadi dokter pengganti untuk jaga malam. Hal tersebut dilakukannya
selama beberapa bulan sampai pada suatu hari teman Responden 1 memperkenalkan Responden 1 pada seorang pemilik RS di Medan.
Dalam pertemuan tersebut Responden 1 diajak untuk bekerjasama dan menjadi salah satu direktur di RS SM dan ia menerimanya. Ia bekerja
selama kurang lebih 3 bulan. Bulan pertama bekerja ia tidak memiliki masalah dengan pekerjaannya karena ia mampu beradaptasi dengan cepat
dengan sistem yang berlaku. Yang menjadi masalah di bulan pertama
Universitas Sumatera Utara
adalah gaji yang diberikan tidak sesuai dengan kesepakatan. Ketika mempertanyakan kepada atasannya, atasannya meminta Responden 1
untuk bersabar karena Responden 1 masih dianggap pegawai baru dan masih dalam masa training. Responden 1 berusaha bersabar menerima
hal tersebut, hanya saja tidak terjadi perubahan pada bulan - bulan berikutnya. Gaji yang dia dapatkan sebagai seorang direktur hanya
berbeda beberapa ratus ribu dengan pegawai yang bekerja sebagai satpam di RS yang sama. Karena ketidaksesuaian tersebut, akhirnya ia memilih
untuk mundur dari pekerjaannya tersebut. Setelah berhenti dari pekerjaannya di RS SM, Responden 1
melakukan pekerjaan sebagai dokter pengganti untuk jaga malam. Ia juga sering dipanggil oleh RS SM yang berada di Lubuk Pakam untuk
menjadi dokter pengganti. Biasanya Responden 1 bertugas menjadi dokter pengganti selama 3 hari dalam seminggu. Selain menjadi dokter
jaga malam, ia juga membuka praktek bersama teman - temannya di Lubuk Pakam. Saat ini Responden 1 sedang mencoba melamar menjadi
direktur di salah satu Rumah Sakit di Lubuk Pakam. Pada seleksi kali ini, Responden 1 memiliki saingan seorang lulusan S3 sains. Baginya tidak
terlalu penting sebuah gelar jika memiliki performa kerja, namun ia pesimis bahwa orang lain juga berpikiran yang sama sehingga ia tidak
terlalu berharap penuh dapat diterima. Karena peristiwa ini, Responden 1 menyesal telah mengesampingkan keinginannya untuk melanjutkan
Universitas Sumatera Utara
kuliah jenjang S2. Ia merasa jika ia menjalankan niatnya untuk berkuliah, mungkin saja sekarang ia diperhitungkan di RS tersebut
Bagi Responden 1 sendiri bekerja itu adalah cara seseorang untuk menuangkan ilmu yang ia ketahui, tetapi yang menjadi poin utama adalah
penghasilan yang bisa ia dapatkan dari bekerja karena kehidupan akan terus berjalan dan dibutuhkan dana untuk bisa melanjutkan kehidupan.
ya tergantung sih. Kalau kupikir - pikir memang kalau bekerja itu memang, menuangkan apa yang kita ketahui
sebenarnya kan. R1.W1.b316-319.h8
Tapi kan tergantung pada kita, tuntutan kita terlalu banyak jadinya pekerjaan itu hanya untuk menghasilkan.
R1.W1.b319-323.h8
3. Dimensi Psychological Well-being
a. Penerimaan Diri Self-Acceptance
Awalnya Responden 1 tidak bisa menerima keputusan PHK yang diberikan kepadanya. Ia merasa ada kejanggalan - kejanggalan
yang terjadi dalam keputusan PHK tersebut. Responden 1 mencoba mencari kebenaran atas kasusnya hingga ke Jakarta namun tetap saja
tidak memiliki hasil. Responden 1 tidak bisa menerima keputusan PHK yang diberikan kepadanya karena ia merasa bahwa ia tidak
melakukan kesalahan. Tidak adanya prosedur pemecatan yang tidak sesuai dengan peraturan menyebabkan Responden 1 semakin tidak
dapat menerima keputusan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ketika segala usaha telah dicobanya tak berhasil, Responden 1 menjadi stress dan tertekan. Stress yang ia alami bukan hanya karena
kehilangan pekerjaan tetapi karena kehilangan identitas dalam bekerja dan sumber penghasilan. Kehilangan sumber penghasilan membuat
Responden 1 memikirkan bagaimana kehidupannya akan berjalan ketika sudah tidak memiliki penghasilan. Ia menghabiskan waktunya
dengan mengurung diri di dalam kamar. Stress terberat yang dirasakan Responden 1 terjadi di masa 3 bulan pasca keluarnya surat keputusan
pemecatan. Fisiknya sempat mengalami gangguan karena terlalu banyak berpikir dan meratapi PHK yang menimpanya. Bahkan
Responden 1 harus dirawat di rumah sakit karena stress yang mempengaruhi sistem tubuhnya.
Ya stresslah. Tapi stressnya itu bukan karena penghasilan.
Kelangsungannya. Kelangsungan
penghasilan. R1.W2.b290-293.h6
setelah tahu keputusan dari sana harus membutuhkan dana yang banyak ,trus harus panjang lagi birokrasinya,
makanya disitu mulai down R1.W2.b112-117.h3
setelah kejadian itu cuma bisa saling pandang pandangan sama tantemu.
R1.W1.b477-479.h11 adalah. Aaa, hipertensi dan gastritis. Sampe colic, dua
kali opname. psikis terganggulah R1.W1.b663-666.h15
Setelah melewati 3 bulan pasca benar- benar tidak bekerja, Responden 1 mulai bisa menerima keputusan PHK yang menimpanya
Universitas Sumatera Utara
walaupun belum sepenuhnya menerima. Responden 1 belum merasa puas dengan dirinya yang sekarang. Ia merasa terbebani dengan
statusnya yang merupkaan seorang dokter namun tidak memiliki pekerjaan. Selain itu ia juga masih memiliki tanggung jawab utama
sebagai kepala keluarga. Responden 1 masih sering merasa sedih jika kakak iparnya lebih mampu memenuhi kebutuhan anak - anaknya
dibandingkan dirinya. Semenjak PHK, Responden 1 mengalam perubahan. Ia
menjadi lebih menuyukai ketenangan. Ia ingin segala sesuatunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Emosi Responden 1 menjadi
gampang berubah dan lebih sensitif dalam menghadapi lingkungan Responden
1 menyadari
kelemahannya yang
lebih mementingkan prestise. Karena sifatnya itu ia masih belum bisa
beradaptasi dengan gaya hidup yang sekarang dan bahkan sampai mempengaruhi kepercayaan dirinya. Responden 1 masih merasa sulit
jika harus melakukan hal - hal yang tidak biasa ia lakukan. Walaupun dilakukannya, tetapi ia masih merasa malu dengan perubahan yang ia
hadapi. Kita belum berani berterus terang bahwa kita ini
sebenarnya siapa gitu. Nah ketika kita diamkan, justru nanti malah menimbulkan dosa sama mereka. Pelit
kali.nah gitu. Itu yang kami hindari R1.W2.b413-421.h9
Yaa gimanalah, sekarang kemana - mana kalau gak naik mobil udah kayak mana mikirnya. Tantemu malah nyantai
- nyantai aja naik angkot. Kalau aku mental memang
Universitas Sumatera Utara
jatuhlah. Naik angkot jadi liat kiri kanan dulu. Ada yang kenal gak.. gitu..
R1.W2.h280-287.h6 terkadang masih malu aku, jadi kalau mau nangis liat
kanan kiri dulu R1.W1.h1043-1045.h20
diajak ngumpul sama kawan - kawan, kalau gak punya duit kan malu. Gak datang jadinya.
R1.W2.b500-503.h10
Responden 1 sadar bahwa ia memiliki potensi dalam hal menyuarakan aspirasi dan mengatur orang. Hal itu disadarinya sejak ia
bekerja di pemerintahan. Walaupun ia mengalami PHK, keinginannya untuk menjadi seorang penyampai aspirasi tetap ada. Hal ini terlihat
dari vokalnya
Responden 1
dalam memperjuangkan
pekerjaannya,ataupun pada saat ia berhasil mendapatkan gaji yang telah ditahan selama 6 bulan setelah melakukan perdebatan dengan
pegawai yang mengurusnya. Jujur saja aku vokal. Jadi memang aku itu orangnya
lebih condong kepada hal - hal seperti itu. Maunya jadi anggota dewanlah.
R1.W1.674-678.h15
Kayaknya ada bakat ke situlah. Karena aku orangnya, cemana ya,,, suka kali mengapakan suatu permasalahan.
Mengupas suatu permasalahan R1.W1.b741-745
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain Positive Relation With Other
Akibat dari pemecatan yang penuh dengan kejanggalan menyebabkan Responden 1 memiliki pandangan sendiri terhadap
instansinya dulu dan orang - orang yang berada di dalamnya. Ia
Universitas Sumatera Utara
merasa tidak ada yang memperdulikan haknya dan semuanya tak acuh dengan pemutusan kerja yang menimpanya. PHK juga menyebabkan
Responden 1 menjadi pesimis dalam membangun sebuah hubungan yang baik dengan orang lain.
Orang dipecat aja gak ada yang berperasaan. Semuanya ketawa tepuk tangan. Ya ngapain mengabdi kan. Ya
dipecat kita juga gak tahu dasarnya apa. R1.W1.b326-331.h8
Sekarang mah kalau kita beda dengan penguasa ya mati.
R1.W1.b775-777.h17 jadi kan kita jadi hitung - hitung gini ya. Kok aku baik
sama orang, kok aku enjoy sama orang, kok aku gini, kok yang kayak gini datang samaku. Ternyata terlalu ramah
kalipun kita gak ada gunanya R1.W1.b725-730.h16
Responden 1 semakin jarang untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ia memilih untuk berdiam diri di rumah daripada
harus menerima cibiran jika ia berterus terang mengenai statusnya sekarang. Ia merasa tidak sanggup melaksanakan tuntutan yang orang
lain berikan terkait dengan gaya hidup yang biasa ia lakukan ketika memiliki pekerjaan. seperti menjadi pendonor utama dalam kegiatan -
kegiatan gereja, menjadi tuan rumah dalam acara - acara adat, membayar
tagihan makanan
dan minuman
ketika sedang
bercengkrama dengan para tetangga dan kegiatan yang membutuhkan dana lainnya. Statusnya sebagai seorang dokter sering dianggap
mampu dalam segi material sehingga ketika statusnya bertambah
Universitas Sumatera Utara
menjadi pegawai yang pernah di PHK, orang - orang tetap melihat statusnya yang merupakan seorang dokter yang berkecukupan.
Responden 1 menghindarinya pandangan tersebut dengan memilih menutup diri dan tidak mengakui kejadian yang dialaminya. Sampai
sekarang Responden 1 belum menceritakan kepada orang lain mengenai statusnya yang sudah tidak lagi bekerja sebagai PNS. Ia
hanya menceritakan kepada keluarga inti dan teman - temannya. Jika ada orang lain yang mengetahui kondisinya sekarang, ia memilih
untuk bungkam. Saya dokter, istri saya dokter, nah orang gereja mana tau
kita punya duit atau gak punya duit. Nah ketika ada minta sumbangan, pasti minta tolong kekita juga. Nah, kita disitu
yang tidak mau berutang jadinya. Ya kita kan tau ekonomi kita cemana. Nanti kita ditunjuk, apalagi yang dulunya
kita terkenal di gereja itu, bersosoialisasi, memberikan sumbangan, nah, itu kan yang sekarang kita hindari
R1.W2.b387-400.h8 kami sudah tersakiti seperti ini tiba - tiba datang lagi
anggapan - anggapan seperti itu, mental kita kan jadi jatuh. Tambah down lagi kupikir. Makanya disitu
sebenarnya sisi yang tidak berani kita berterus terang R1.W2.b451-458.h9
Kita belum berani berterus terang, naah itulah sebenarnya kurangnya kita.
R1.W2.b412-415.h9
Kita belum berani berterus terang bahwa kita ini sebenarnya siapa gitu. Nah ketika kita diamkan, justru
nanti malah menimbulkan dosa sama mereka. Pelit kali.nah gitu. Itu yang kami hindari.
R1.W2.b413-421.b9
Universitas Sumatera Utara
Selain lingkungan sekitar, Responden 1 merasa teman- temannya semakin lama semakin menjauhinya. Responden 1 kecewa
dengan sikap teman- temannya yang terkesan menjauh. Bagi Responden 1 dengan memberikan dukungan sedikit saja sudah
menambah semangat karena menjadi pemubuktian bahwa masih ada yang perhatian dengannya.. Namun yang terjadi sekarang adalah ia
hanya dicari jika diperlukan ide dan pemikirannya. Sudah semakin jarang teman yang yang menemaninya apa adanya.
Sebagai pengganti interaksi dunia nyata, Responden 1 menjadi lebih aktif melakukan pertemanan di media sosial. Baginya, media
sosial merupakan wadah uuntuk berekspresi dan menyampaikan keluh kesahnya. Ia membagi kisah dan pengalaman hidupnya melalui media
sosial. Ketika salah satu kisahnya ataupun ceritanya diberikan komentar oleh orang lain, ia merasa bersyukur karena dia tidak merasa
sendiri dalam mengalami kasus PHK. Bahkan ia mendapatkan tawaran pekerjaan melalui salah satu temannya yang berada di media
sosial tersebut. Awalnya ia merasa nyaman dengan media sosial yang ia gunakan dalam berbagi kisah dan motivasi hidup, namun tetap saja
ada orang - orang yang dianggapnya tidak cocok untuk dijadikan teman. Semenjak itu Responden 1 mendaftar satu akun media sosial
baru dan memulai segalanya dari awal. Responden 1 semakin selektif dalam memilih teman, baik
pertemanan dalam dunia nyata maupun dunia maya. Untuk saat ini, Ia
Universitas Sumatera Utara
lebih memilih untuk mempertahankan hubungan yang masih terjalin baik dengan beberapa temannya dibandingkan harus bertemu dengan
orang - orang baru yang belum tentu bisa menerimanya apa adanya. bedalah. Dulu setiap hari nelpon. Setiap sabtu pasti udah
nelpon. Ayok sini yok, gitu. Sekarang say hello aja nggak
R2.W2.h24
Lebih selektif kami sekarang dalam memilih teman R1.W2.h.23
Semenjak pemutusan hubungan kerja yang ia alami, hubungan Responden 1 dengan keluarga besarnya menjadi kurang harmonis.
Responden 1 merasa kecewa dengan perlakuan adik - adiknya yang tidak memberi dukungan secara nyata ketika ia terpuruk namun hanya
memberikan perhatian melalui ucapan tapi tidak melalui aksi. Ibunya pun memilih memihak kepada adiknya yang membuat Responden 1
merasa semakin marah dan sedih. Pertengkaran sempat terjadi antara Responden 1 dan ibunya yang menyebabkan ibunya memilih untuk
tinggal di Jakarta. Sedangkan Keluarga besar aku aja gak ada ngedukung aku
kok. Orangtuaku, adekku, bahkan setelah itu kami bertengkar, makanya mamakku berangkat dari sini.
R1.W1.b1054-1059.h21
Keluarga yang paling dapat memahami kondisi Rapin dan istri justru datang dari pihak istri. Kakak ipar responden memahami
Universitas Sumatera Utara
kondisi yang dialami Responden 1 dan berinisiatif untuk membantu Responden 1 dari segi ekonomi dengan cara memberikan uang
sekolah untuk kedua anak Responden 1. Dan perlu jugalah aku syukuri, ipar iparku, lae laeku
keknya bisa mengerti dengan keberadaanku R1.W1.b1153-1156.h23
Ya jujur jujur saja, uang sekolah Bintang dari kelas 2 sampai kelas 3 itu mereka yang bayar. Baskara juga begitu.
Jadi artinya ada kesempatan mereka dibuatnya sama kami untuk kami bisa berkembang
R1.W1.b1159-1165.h23
Satu hal yang dapat disyukuri Responden 1 dari PHK yang menimpanya, yaitu ia semakin mampu memahami istri dan anak -
anaknya. Responden 1 semakin dekat dengan dan semakin memperhatikan satu sama lain.
setelah kejadian itu cuma bisa saling pandang pandangan sama tantemu. tapi kupikir ini bisa jadi pelajaran yang
paling berarti. Dulunya keliatannya kami tidak saling perhatian, karena masalah pekerjaan, sekarang jadi enak.
R1.W1.b477-484.h11 Aku bangga dengan keluargaku. Aku pikir kalau yang lain,
ntah gimanalah. Gak taulah aku. Gak akan setegar akulah R1.W2.b595-598.h12
c. Pertumbuhan Pribadi Personal Growth
Banyak perubahan yang dialami Responden 1 semenjak diberhentikan dari pekerjaannya, salah satunya dari segi kerohanian.
Responden 1 semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan semakin merasakan kedekatan kepada Tuhan. Beribadah setiap minggu bukan
Universitas Sumatera Utara
lagi sebagai kewajiban semata melainkan kerinduan untuk mendekatkan diri. Ia semakin ekspresif dalam menyampaikan pujian
dengan cara bernyanyi atau bahkan sampai mengeluarkan air mata. Responden 1 juga mulai rutin membaca alkitab dan merefleksikannya
dalam kehidupannya sehari - hari. Ia merasa apa yang dialaminya ternyata tidak seberat cobaan - cobaan yang diceritakan di dalam
Alkitab. Responden 1 mencoba untuk mensyukuri PHK yang dialaminya tidak seberat cobaan - cobaan yang dialami tokoh di
Alkitab. Ia merasa bahwa Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk membutikan diri kepada orang lain kalau ia mampu.
Sekarang kalau hari minggu gak gereja, ada yang hilang. Kalau dulu, gak gereja biasa - biasa aja. Bahkan malam
minggu main judi. R1.W1.b894-898h.19
Makanya baru setelah dipecat ini kalau berdoa aku bisa sampai nangis. Nyanyi pun bisa nangis kalau di GBI. Kalau
sebelumnya, orang joget ya awak ikut joget aja, sedap. Musiknya yang awak ikuti, bukan maknanya.
R1.W1.b1035-1041.h20 Aku pikir ya aku bersikap biasa saja. Artinya gini. Kalau
kupikir pikir karena banyak banyak baca alkitab kan. Tidak aku sendiri kok yang mengalami hal ini. Ayub. Yang sudah
kaya raya, hanya karena dia percaya sama Tuhan, dikorbankannya semua dan berlipat ganda lagi yang pulang.
Kan gitu janjinya Tuhan. R1.W1.b1025-1034.h20
Dia yang mengatur kok. Makanya kubilang, baik kok Tuhan. Dan aku yakin dalam situasi ini masih ada
kesempatan dikasihnya samaku. Itu aja R1.W2.b2062-2064.h40
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempersiapkan
anaknya dalam
menghadapi kemungkinan - kemungkinan yang terjadi di dunia luar, Responden 1
menanamkan kepada anak - anaknya untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal yang terjadi dan selalu berdoa.
sekarang dua anakku, getol kali sekarang kuajari berdoa. Bukan mereka gak mau berdoa, tapi maksudnya
menumbuhkan rasa ada yang kurang kalau gak berdoa R1.W1.b906-908.h19
Pengalaman PHK juga mengajarkannya untuk bisa beradaptasi dengan pemilik kekuasaan untuk bisa bertahan dalam sebuah
pekerjaan. Bagi Responden 1 PHK merupakan pengalaman yang bisa ia syukuri dalam artian memberikan pelajaran yang ia bisa gunakan
untuk perjalanan kehidupan selanjutnya. Ia menjadi lebih rendah hati dan bijksana.
aku mensyukuri ini terjadi, aku bisa menjadi lebih tahu diri. Itu aja. Mungkin ada sisi - sisi kesalahan yang aku
tidak ketahui yang membuat aku terlihat seperti sombong, ya aku syukuri aja sekarang. Pelajaran ini penting bagiku
R1.W1.b492-502.h11
Semenjak PHK, emosi Responden 1 mudah berubah. Ia menjadi lebih mudah sedih ataupun merasa sensitif. Dalam
kesehariannya ia berusaha untuk tidak terlibat lagi dalam sebuah masalah. Ia menginginkan ketenangan dan segala sesuatunya berjalan
apa adanya, sehingga jika ada hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya ia akan menjadi sensitif.
Universitas Sumatera Utara
Yang pasti kalau emosi pasti ada meningkat dari sebelumnya. Karena apa? Mungkin karena persoalan itu
membuat kita menjadi sedikit melankolis R1.W1.b818-822.h18
kalau ada orang yang ngomong wow, kita jadi ngomong dalam hati, seperti merasa direndahkan. Nah tapi kadang -
kadang itu tidak bisa disembunyikan, timbullah emosi. R1.W1.b823-828.h18
Kalau sekarang kan ada perbedaan kita dek. Kita mesti berpikir, ceritanya nanti apa disitu. Ada gak yang
menyinggung perasaanku R1.W2.b506-510.h10
.Setelah kejadian ini kami jadi sensitif. Pasti sensitif. Itu pasti. Secara kejiwaan itu. Pasti sensitif.
R1.W2.b511-513.h11
Tapi jadi sensitif, kalau orang ada salah aja dikit ngomong, kita jadi sensitif. Malasnya disitu aja
R1.W2.b516-518.h11
Kalau sekarang aku berpikir, maunya semuanya berjalan sesuai alurnya lah, tidak ada masalah. Jadi kalau ada yang
melenceng sikit aja, aduuh. R1.W2.b817-821.h16
d. Otonomi Autonomy
Responden 1 termasuk orang yang vokal dalam menyampaikan pendapat, apa yang ia anggap benar akan ia sampaikan apa adanya.
Jika pendapatnya tidak didengar, ia akan memilih untuk berhenti atau keluar dari lingkungan tersebut. Hal itu sempat menjadi ketakutan
bagi sang istri.
Jujur saja aku vokal. Jadi memang aku itu orangnya lebih condong kepada hal - hal seperti itu.
R1.W1.b674-678.h15
Universitas Sumatera Utara
Apalagi tantemu juga sempat menyalahkan. Karena aku terlalu vokal
R1.W1.b672-674.h15
Menurut Responden
1 banyak
orang yang
telah memandangnya sebelah mata pasca PHK. Hal tersebut mempengaruhi
Responden 1 dalam memaknai dan merespon pandangan ataupun pendapat orang lain kepada dirinya. Responden 1 lebih sering merasa
direndahkan semenjak PHK dan akhirnya hal tersebut mempengaruhi kepercayaan dirinya.
aku gak bisa menggambarkannya dengan kata - kata. Dan memang itu terlihat. Aku dulu ketua IDI, dicerca gak
punya planninglah, gak puny ini gak punya itu R1.W1.b710-715.h16
.Sampe sekarang sebenarnya aku orangnya masih minder
R1.W1.b1021-1022.h20
Terdapat perubahan pada cara Responden 1 mengambil keputusan. Ia semakin selektif dalam menentukan sebuah pilihan,
padahal sebelumnya Responden 1 adalah orang yang spontan dan memberikan keputusan secara langsung. Ia selalu terlihat tergesa -
gesa dan tidak berpikir dua kali, namun sekarang ia menjadi sangat selektif Dalam menghadapi masalah, Responden 1 tidak memiliki
perbedaan. Ia tetap menghadapi masalah apapun yang dialami. Apapun yang akan terjadi dalam permasalahan tersebut, ia harus
selesaikan dengan segera dan tidak akan lari dari kenyataan.
Universitas Sumatera Utara
justru aku, lebih sensitif untuk menjatuhkan satu kepastian. Lebih selektif
R1.W1.b759-761.h15 Tapi kalau aku yang yang harus bertanggung jawab, gak
pernah aku ragu. Gak pernah aku takut. R1.W1.b798-801.h16
Gak mau aku lari dari satu masalah. Justru aku kepengen masalah itu selesai
R1.W2.b951-953.h19
e. Penguasaan Lingkungan Environmental Mastery
Responden 1 menganggap masih ada harapan bagi ia dan istrinya untuk dapat kembali mendapatkan pekerjaan.adanya harapan
tersebut membuat Responden 1 memilih untuk memperjuangkannya ke Jakarta. Jika dilihat dari profesinya sebagai seorang dokter,
seharusnya ia bisa cepat mendapatkan pekerjaan baru, namun ia merasa tidak adil dengan keputusan yang ia dapatkan dan harus
mempeerjuangkannya. Walaupun sudah menerima peristiwa PHK yang dialaminya,
namun Responden 1 belum memberitahukan peristiwa yang menimpanya kecuali kepada keluarganya dan temannya. Hal itu ia
lakukan karena ia merasa tidak semua orang bisa mengerti penyebab ia diPHK. Responden 1 merasa anggapan - anggapan yang tidak tepat
dari lingkungan sekitar bisa meningkatkan stressnya sehingga ia lebih memilih untuk menghindari itu dengan cara mengurangi komunikasi
dengan lingkungan luar dan tidak memberitahukan kepada orang lain bahwa ia telah dipecat
Universitas Sumatera Utara
Namun ketika ia ditunjuk menjadi seorang ketua panitia yang di mana ia akan mengatur sebuah kegiatan ataupun acara, ia akan
menerimanya. Responden 1 akan sebisa mungkin menggunakan kesempatan yang bisa menunjukkan bahwa ia masih berkompenten
dan mampu menghadapi cobaan yang menimpanya. Buktinya aja kemarin aku berani kok. Udah dipecat berani
jadi ketua panitia Musyawarah Nasional R1.W2.b519-522.h11
Itu akbar lho. Seluruh Indonesia. Orang – orang hebat
disitu. Yang hebat notabene kawan – kawanku juga.
R1.W2.b524-527.h11
Usia yang sudah memasuki masa dewasa madya membuat Responden 1 tidak yakin untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan keinginannya. Responden 1 merasa produktivitas tidak setinggi ketika masih muda. Ia juga tidak mau beripisah dari anak dan
istrinya sehingga ia tidak pernah menerima tawaran pekerjaan di luar medan. Ketidakyakinannya juga terjadi pada pekerjaan yang
berhubungan dengan fisik. Responden 1 lebih memilih untuk bekerja menjadi dokter jaga seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya
sebelum menjadi PNS. kenapa aku harus di PHK di usia tua. Kalau muda,
mungkin aku masih bisa, peluang kerja masih tinggi. Karena terus terang aja, sekarang aja kayak rumah - rumah
sakitlah kan, mereka udah segan menjadikan aku dokter - dokter jaga. Jadi sekarang jadi dokter jaga pun tetapnya
aku makan. 75 ribu 8 jam aku makan kok. R1.W1.b1326-1345.h25-26
Universitas Sumatera Utara
Kalau aku umur 30 ya. Aku masih berani lari ke Kalimantan buat kerja, karena masih usia yang produktif.
Berani aku. R1.W2.b2232-2238.h43
Sekarang aku ada dikasih kesempatan ke Lampung, itu pun aku udah berpikir panjang. Kenapa mesti aku?
Haruskah aku berpisah lagi dengan istri dan anakku di usia yang seperti ini? Sebenarnya sih oke oke saja. Dan
mungkin bisa saja kujalani hal - hal seperti itu nantinya, tapi jadi selektif awak.
R1.W2.b2238-2247.h43 Mikirnya tunggu dululah, ini dulu kuselesaikan. Kalau
bisa disini ngapain aku jauh - kauh. Kan gitu. Tapi waktu usia 30 mana berpikir kayak gitu aku dek.
R1.W2.b2247-2252.h43-44
Sebelum mengalami PHK, Responden 1 adalah seseorang yang tidak memikirkan pengeluaran apa yang ia keluarkan, namun sekarang
ia menjadi sangat perhatian dengan apa yang akan dikeluarkannya. Hal itu juga berpengaruh dengan gaya hidupnya. Walaupun masih
terasa sulit, tapi ia mencoba untuk mengurangi gaya hidup yang tidak diperlukan. Beberapa keinginannya juga ia coba turunkan standarnya
menjadi lebih mauk akal dengan kondisinya yang sekarang. Responden 1 sekarang lebih memilih untuk mengundang teman -
temannya untuk berbincang - bincang di rumah dibandingkan harus ke pergi ke sebuah kafe atau tempat makan. Hal itu terjadi karena ia sadar
dengan kemampuan ekonominya sekarang ia juga tidak ingin terus - terusan
memberatkan teman
- temannya
karena harus
menanggungnya.
Universitas Sumatera Utara
Mempengaruhi sih lebih mempengaruhi style. Kalau dulu kemana aja masuk, ayok, oke. Sekarang jadi dikurangi
dulu R1.W2.b373-376.h8
Kalau dulu ada ikut perkumpulan gereja atau perkumpulan marga atau apa dikurangin dulu. Sebenarnya bukan dari
sisi mental jatuhnya kalaupun kami gak mengikuti itu, tapi dari sisi pengeluarannya
R1.W2.b377-383.h8 Dari segi dana tadi kami berpikir makanya kami batasi
R1.W2.b401-403.h8
Kalau mereka datang kemari kan, kita suguhin teh manis kan udah cukup. Kalau kit aketemuan di satu tempat, aduuh
gawat. Kita kan gak sampe hati dia bayarin terus. R1.W2.b1845-1850.h36
Sebagai kepala rumah tangga, Responden 1 mengemban tanggung jawab terhadap keluarga intinya. Kebutuhan sang istri dan
anak - anak tetap menjadi tanggung jawab yang harus dipenuhinya. Tanggung jawab tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi Responden
1 untuk bangkit dari keterpurukan ketika dipecat. Ia bekerja dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk bisa memenuhi tanggung jawab
dari segi materi. Ketidakjelasan penghasilan yang ia rasakan membuat Responden 1 merasa tidak bisa hidup dengan tenang dan berusaha
mencari tempat pekerjaan lain yang bisa memberikan gaji yang sesuai dengan standar pekerjaan dan bisa menetap dan dijadikan sumber
penghasilan. Tapi yang utama sebenanrya itu adalah aku sebagai kepala
keluarga aku harus punya penghasilan. Bisa aku mengatur keluargaku, mengatur keluarga kecilku menjadi yang benar
- benar nyatalah. Kalau sekarag ini kan kayak gak hidup
Universitas Sumatera Utara
nyata kami. Dari pagi habis malam, gak nyata dia. Belum tentu penghasilan itu menetap. Jadi penghasilan itu menetap
aja yang utama R1.W2.b1864-1876.h36
f. Tujuan Hidup Purpose of Life
Responden 1 suka berada di tengah tengah masyarakat dan berinteraksi langsung dengan mereka. Oleh sebab itu Responden 1
bercita - cita untuk membangun suatu lapangan pekerjaan yang berada di tengah - tengah masyarakat dan bisa menunjukkan kualitasnya
sebagai seorang dokter di tengah - tengah masyarakat. Responden 1 juga ingin bisa menjadi penyambung lidah masyarakat ke
pemerintahan dan menjadi problem solver dalam permasalahan yang sedang dialami. Segala keinginannya tersebut dimulai dengan
menjalankan puskesmas yang ia pegang melalui proses kegiatan sosialisasi ketika masih bekerja sebagai PNS.
ya. Maunya kitalah sendiri yang menciptakan lapangan pekerjaan
R1.W1.B113-114.h6 Aku harusnya berada di tengah lingkungan khalayak
ramai, yang bisa ngomong. Cuma gitu aja. R1.W1.b789-791.h17
Kalau aku gak muluk - muluk ya, yang penting bisa ngomong di muka umum, dikenal oranglah itu ya. Bisa
dikenal orang, dan nyekolahkan anak yang paling penting. R1.W1.b.704-706.h.27
Pandangan - pandangan dari orang lain memotivasi Responden 1 untuk bisa bangkit dari keterpurukan pasca PHK. Ia berusaha
Universitas Sumatera Utara
melakukan suatu gebrakan untuk membuktikan bahwa ia sanggup melewati cobaan. Responden 1 memiliki tujuan utama yaitu bisa
mendapatkan penghasilan yang menetap dan bisa membawa keluarga kecilnya kembali ke taraf hidup semula sebelum PHK dengan begitu
ia bisa puas menjalani kehidupannya sekarang. Itulah. Jadi untuk sekarang cita - cita kami itu gak muluk
muluk amat. Yang penting nyaman aja dalam menjalani hidup ini. Kami gak akan mikir lagi beli mobil tiga beli ini
beli itu, anakku satu persatu punya mobil. Gak. Gak sampai disitu. Yang pastinya kalau Tuhan kasih aja kesempatan
untuk bisa punya penghasilan yang menetap, standarnya ada ya.
R1.W2.b2174-2185.h42 Tujuanku? Kalau aku gak muluk - muluklah. Yang pasti
aku harus punya penghasilanlah. Tapi yang halal ya. Punya penghasilan, karena aku ingin menunjukkan bahwa aku
adalah bapak rumah tangga R1.W2.b1854-1860.h36
Iyalah. Biar aku bisa tahan uji, seberapa besar pun beban itu, aku tahan uji. Itu aja. Jadi kayak ada dendam
tertentulah. Tapi dendam yang positif sih ya. R1.W2.b579-583.h12
Yang pasti sekarang cita
– citaku itu aja dengan orang rumah, dengan anak
– anakku juga kuapakan, mari sama berdoa biar Tuhan kasih kesempatan untuk kita untuk
bangkit. Dan kita bisa berdiri tegak R1.W2.b586-592.h12
Bagi Responden 1 tujuan hidup utamanya adalah memberikan pendidikan terbaik bagi anak - anaknya. Dengan memberikan
pendidikan terbaik setidaknya bisa memberikan bekal kepada anak - anaknya untuk bisa lebih lagi dari dirinya yang sekarang. Responden 1
Universitas Sumatera Utara
telah mempersiapkan dan memikirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan sang anak.
aku kan punya mimpi terhadap keluarga aku.. paling tidak anakku harus sarjana. Kalaupun dia mau S2, S3, S16 pun
aku kan punya cita - cita terhadap itu R1.W2.b2155-2160.h42
ANALISA INTRA SUBJEK RESPONDEN 1 No
Dimensi Hasil
Konfirmasi Teoritis 1
Penerimaan Diri Self
Acceptance Responden
1 menyangkal
keputusan PHK yang ia alami. Ia belum dapat mengakui
bahwa ia sudah tidak lagi memiliki pekerjaan tetap. Ia
kecewa dengan keputusan yang harus
diterimanya. Ia
menyalahkan otonomi daerah yang memihak kepada satu sisi
saja. Semenjak
PHK Responden 1 lebih sering
mengurung diri di rumah dan mengurangi
intensitas berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Responden 1 juga tidak mengungkapkan
pemecatan yang dialaminya kepada orang
lain karena ia merasa tidak ada yang
mampu memahami
permasalahannya. Responden merasa
tidak yakin
bisa Ryff
1995 menyebutkan
bahwa penerimaan diri dapat
dilihat dari penerimaan seseorang
dalam menhadapi masa lalunya
baik yang merupakan kejadian
yang menyakitkan atau tidak.
Individu juga
ingin mengubah
kehiudupannya menjadi berbeda dengan
yang dialaminya
sekarang. Responden
1 merasa
kecewa dan tidak dapat menerima
keputusan PHK
dan menutupi
identitasnya yang sudah tidak lagi bekerja.
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Ia juga merasa bosan dengan kehidupannya
yang sekarang
dan ingin
melakukan perubahan dalam kehidupannya.
2 Hubungan
Positif dengan Orang
Lain Relation
with Other Responden
1 mengalami
perubahan interaksi
antara sebelum dan sesudah PHK.
Responden 1 menjadi enggan melakukan pertemuan dengan
orang - orang lain. Ia tidak lagi mengikuti
pertemuan antar
marga ataupun serikat tolong menolong yang berada di
lingkungan rumahnya.
Responden 1 menjadi lebih tertutup
dan banyak
menghabiskan waktu di rumah dengan
bermain facebook,
media sosial yang menjadi pengganti
komunikasinya dengan orang lain. Ia juga
jarang bertegur sapa dengan tetanggannya, berbeda dengan
dirinya yang selalu berkumpul dengan para tetangga ketika ia
masih bekerja.
Semenjak pemecatan,
Responden 1
semakin selektif
dalam Hubungan
yang baik
dilihat dari kemampuan individu untuk terbuka
dan hangat dengan siapa saja, memahami makna
berbagi dan memiliki kedekatan
dalam hubungannya
Ryff, 1995.
Merasa dikecewakan
dan diperlakukan tidak adil
menjadikan Responden 1 sebagai
sosok yang
menutup diri
dan menarik
diri dari
lingkungan. Responden 1 merasa tidak ada yang
dapat memahami
permasalahan yang
dialaminya dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
memilih teman. Ia tidak lagi mempercayai sebuah hubungan
timbal balik dengan orang lain. Hubungan yang tersisa adalah
hubungan antara istri dan anak yang
tetap diusahakan
Responden 1 untuk selalu harmonis. Bagi Responden 1,
istrinya merupakan fondasi terkuat
dalam keluarganya.
Walaupun sang istri juga dipecat
bersamaan dengan
Responden 1, namun sang istri lebih
cepat beradapatasi
dengan perubahan - perubahan yang terjadi.
3 Penguasaan
Lingkungan Environment
al Mastery Sebagai pria yang menjadi
tulang punggung
keluarga, Responden
1 memiliki
tanggung jawab
untuk menghidupi anak dan istrinya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Responden 1
memilih untuk menjadi dokter jaga di berbagai rumah sakit
yang membutuhkan jasa dokter jaga
pengganti. Untuk
mengurangi pengeluaran yang tidak dibutuhkan, Responden 1
beserta keluarga
mulai membiasakan
diri untuk
Ryff 1995
menyebutkan bahwa
penguasaan lingkungan
dapat dilihat
dari kemampuan
seseorang dalam
memilih dan
mengontrol lingkungannya
sesuai dengan
kebutuhannya dan dapat menggunakan
kesempatan sesuai
dengan kebutuhannya.
Pasca PHK, Responden 1 mulai
merubah gaya
hidup yang disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
berhemat dan merubah gaya hidup menjadi lebih sederhana.
Responden 1 juga semakin perhitungan
dalam mengkalkulasikan pemasukan
dan pengeluaran yang terjadi dalam keluarganya
dengan kemampuan
dirinya sekarang.
4 Autonomy
Responden 1 merupakan orang yang mandiri dan berusaha
menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Responden 1
juga termasuk
seseorang yang
berpegang teguh
pada pendirian. Jika ia merasa salah,
maka ia
akan menyampaikannya
dengan lantang. Awalnya responden 1
tidak berpikir panjang dalam mengambil sebuah keputusan.
Namun, semenjak pemutusan hubungan kerja, ia semakin
berhati - hati ketika mengambil keputusan. Ia memperhatikan
konsekuensi positif dan negatif dari keputusannya tersebut.
Jika keputusan menyangkut kepentingan keluarga, maka ia
akan melakukan
diskusi terlebih dahulu dengan istri dan
kedua anaknya dan memilih Otonomi
merupakan kemampuan
individu untuk
mementukan nasibnya sendiri tanpa
tergantung dengan orang lain dan bisa mengatur
perilakunya sendiri
Ryff, 1989
Perkembangan otonomi Responden 1 mengalami
perubahan pasca PHK. Ia menjadi lebih berhati -
hati dalam menentukan pilihan. Semakin banyak
pertimbangan yang
dilakukan sebelum
menentukan keputusan
yang akan diambil.
Universitas Sumatera Utara
mana yang
terbaik untuk
keluarga mereka. 5
Pertumbuhan Pribadi
Personal Growth
Semenjak PHK, Responden 1 merasakan perbedaan dalam
dirinya. Ia semakin merasakan pentingnya
Tuhan dalam
kehidupannya. Responden 1 semakin rajin beribadah, tidak
lagi malu menyampaikan keluh kesahnya
kepada Tuhan,
menghayati segala
firman Tuhan yang disampaikan, dan
rajin membaca alkitab yang nantinya
direfleksikannya dalam kehidupan sehari - hari.
Ia juga
menumbuhkan kebiasaan tersebut kepada anak
- anaknya
sehingga keluarganya
pun semakin
mendekatkan diri
kepada Tuhan.
Responden 1 merasa bosan dengan
kehidupan yang
dialaminya sekarang. Ia merasa kehidupannya
hanya dihabiskan untuk mencari uang
dan mencari pekerjaan. Ia ingin lebih
sering dapat
menghabiskan waktu bersama keluarga untuk bersenang -
senang. Individu yang bertumbuh
adalah individu
yang menunjukkan perubahan
ke arah yang lebih positif Ryff, 1995 Responden
1 mengalami
pertumbuhan pribadi
terkhususnya dalam hal keimanan
atau religiusitas.
Ia mengajarkan pendidikan
agama sejak dini pada kedua anaknya sebagai
wujud pemberian
pengetahuan kepada
generasi selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Responden 1 menjadikan PHK sebagai pelajaran untuk bisa
bertahan di
pekerjaan selanjutnya.
Baginya, walaupun ia merasa kecewa
dengan ketidakadilan
yang menimpanya, namun ia tetap
menganggap PHK
sebagai pelajaran ke depan agar lebih
dapat memahami lingkungan dan
atasan dalam
sebuah pekerjaan.
6 Tujuan Hidup
Purpose in Life
Dalam hidupnya, Responden 1 memiliki satu tujuan utama
yang harus dapat dicapainya, yaitu memberikan pendidikan
terbaik bagi kedua anaknya. Walaupun kini ia tidak lagi
mendapatkan penghasilan
tetap, ia tetap optimis dan berusaha
untuk memenuhi
tujuannya itu. Ia bahkan sudah merancang
pendidikan -
pendidikan yang kemungkinan dapat diambil oleh sang anak.
Selain anak,
ia memiliki
harapan agar dapat kembali mendapatkan pekerjaan tetap
yang dapat memberikannya penghasilan
yang sesuai
dengan yang dikerjakannya. Memiliki tujuan hidup
yang jelas
dan mengetahui
bagaimana merealisasikannya
merupakan salah satu indikator dari dimensi
tujuan hidup
Ryff, 1995.
Responden 1
memiliki tujuan hidup untuk bisa memberikan
pendidikan terbaik, dan langkah utamanya adalah
dengan merencanakan
sekolah mana yang cocok untuk sang anak.
Universitas Sumatera Utara
B. Analisa Data Responde 2