Xi – min : Nilai minimum dari X
i
Xi – max : Nilai maksimum dari X
i
Untuk setiap komponen IPM, masing-masing indeks dapat dihitung dengan ketentuan umum berikut:
A. Usia Hidup
Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir life expectancy at birth
yang dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup
live births dan rata-rata anak yang masih hidup still living per wanita usia 15- 49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan. Pada komponen angka umur
harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun.
B. Pengetahuan
Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan 2 indikator yaitu rata-rata lama sekolah mean year schooling dan angka melek huruf. Angka
rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan
angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Proses
penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing
diberi bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek
Universitas Sumatera Utara
huruf diberi bobot dua pertiga. Untuk penghitungan indeks, batas maksimum
untuk angka melek huruf dipakai 100 dan minimum 0 nol, yang menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca
dan menulis dan nilai 0 mencerminkan sebaliknya.
C. Standard Hidup Layak
Angka standard hidup layak bisa menggunakan indikator GDP perkapita riil yang telah disesuaikan adjusted real GDP per capita atau menggunakan
indikator rata-rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan adjusted real per capita expenditure
. Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, menetapkan peringkat kinerja pembangunan
manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut: Tinggi
: IPM lebih dari 80,0 Menengah Atas
: IPM antara 66,0 – 79,9 Menengah Bawah
: IPM antara 50,0 – 65,9 Rendah
: IPM kurang dari 50,0 2.1.4.2. Pengalaman Indonesia dalam melakukan pembangunan manusia
Sebelum krisis tahun 1998 Indonesia berhasil membangun hak-hak dasar manusia, mentransfer pertumbuhan ekonomi yang tinggi kepada pembangunan
manusia. Dimulai dari tingkat rendah pada tahun 1960, akhirnya Indonesia berhasil melewati tingkat perkembangan yang dicapai oleh negara-negara tetangga se-Asia
Tenggara. Sebagai hasilnya dalam bidang pembangunan manusia, rangking global
Universitas Sumatera Utara
Indonesia sama dengan rangking pendapatan per perkapitanya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembangunan manusia adalah dalam tingkat rata-rata dengan tingkat
perkembangan ekonomi, tidak dibawah dan tidak di atas IHDR 2004. Kemajuan ini dicapai sebagai hasil dari kombinasi pertumbuhan ekonomi
yang cepat dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk, yang menyebabkan pertumbuhan yang substansial pada standar kehidupan dan laju penurunan angka
kemiskinan. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan kemiskinan cukup kuat karena selama masa itu tidak ada pertambahan kesenjangan: distribusi
pendapatan tetap stabil IHDR 2004. Di samping jalan ini, berbagai dimensi pembangunan manusia memiliki
hubungan yang bersinergi dan saling memperkuat satu sama lain. Sangat penting untuk mengadakan dukungan pemerintah dalam berbagai bidang, dan hal ini tidak
mudah tetapi dengan pendekatan yang serius akan dapat ditangani. Hal ini memerlukan partisipasi aktif dari pada pemerintah dan masyarakat. Di Indonesia
porsi pengeluaran publik sebagai bagian dari GDP adalah rendah. Pengeluaran publik dalam pelayanan bidang ini cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata negara
berkembangan. Walaupun satu faktor kompensasi ialah bahwa pengeluaran ini dipusatkan kepada pelayanan dasar, dengan jumlah yang berarti kepada pemenuhan
pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar. Pengeluaran pemerintah yang rendah ini harus diimbangi dengan pengeluaran
swasta yang lebih tinggi. Hal ini sangat jelas pada sektor kesehatan, di mana
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran swasta mencapai 80, sedangkan pemerintah hanya sekitar 20. Pengeluaran pemerintah untuk pelayanan dasar kesehatan terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat untuk semua kelas sedangkan pengeluaran swasta hanya cenderung untuk golongan.
Seperti dalam sektor kesehatan, dalam sektor pendidikan juga terdapat pembagian kelas. Walaupun kurang nyata seperti pada sektor kesehatan. Hasil dari
pada pendidikan pada tingkat tertentu akan tergantung kepada pengaruh keluarga, terutama tentang tingkat pendidikan orang tua dan dengan keluarga untuk
meninggalkan sekolah dalam rangka bekerja. Dalam hal pendidikan, pengeluaran pemerintah cenderung memiliki efek yang
sama karena sebagian besar tingkat pendidikan dasar dan tingkat menengah diselenggarakan oleh pemerintah. Sebagai hasilnya maka hampir tidak ada perbedaan
angka partisipasi antara golongan pendapatan yang rendah. Walaupun demikian terdapat perbedaan yang nyata untuk tingkat menengah. Angka partisipasi 20
golongan kaya adalah 72, sedangkan untuk 20 golongan miskin 50. Banyak pula yang drop out sebelum menyelesaikan pendidikan tingkat dasar. Perbedaan ini
juga nampak pada kemampuan baca tulis untuk tahun 2002 golongan miskin mencapai 87 sedangkan golongan kaya 98.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu