Menteri Keuangan Nomor 685KMK.072001 tentang Penetapan Rincian Dana Penyeimbang Tahun Anggaran 2002 Kepada Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota. Rincian alokasi DAU TA 2002 dan Dana Penyeimbang untuk masing-masing Daerah dapat dilihat dalam tabel terlampir.
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah Darwanto dan Yustikasari, 2007. Lebih lanjut menurut Darwanto dan Yustikasari 2007 hal tersebut menunjukkan terjadi transfer
yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk
memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.
2.1.2. Dana Alokasi Khusus
Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai
kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari
rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam APBD. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi
kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah i kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan
beberapa jenis investasiprasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan ii kebutuhan yang
merupakan komitmen atau prioritas nasional. Implementasi konsep DAK di Indonesia mencakup pula alokasi dana untuk
kegiatan penghijauan dan reboisasi, di mana pembiayaannya berasal dari penerimaan Dana Reboisasi DR dalam APBN yang diberikan 40-nya kepada Daerah
penghasil. Pembiayaan dari DAK-DR sejalan dengan keinginan Pemerintah untuk melibatkan PemerintahDaerah penghasil DR dalam kegiatan penghijauan dan
reboisasi kawasan hutan di Daerahnya, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas nasional. Pedoman Umum Pengelolaan DAK-
DR untuk Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2001 diatur dalam Surat Edaran Bersama Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan, Departemen
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, dan Bappenas Nomor: SE-59A2001, Nomor: SE-720MENHUT-II2001, Nomor: 2035D.IV052001, dan Nomor: SE-
522.49475BANGDA. Adapun untuk DAK TA 2001 hanya dialokasikan dari Dana Reboisasi yang
berasal dari 40 penerimaan Dana Reboisasi dan diberikan kepada Daerah
Universitas Sumatera Utara
Penghasil. Berdasarkan penyesuaian APBN TA 2001, alokasi DAK-Dana Reboisasi DAK-DR semula sebesar Rp. 900,6 milyar dan menjadi Rp. 700,6 milyar revisi
APBN TA 2001 yang pengalokasiannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 491KMK.022001 tanggal 6 September 2001. Provinsi yang tidak
mendapatkan alokasi DAK-DR TA 2001 adalah Daerah bukan penghasil yang meliputi provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa, Provinsi Lampung, Provinsi Bali,
dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Keputusan Menteri Keuangan tersebut, dan penetapan alokasi oleh Gubernur kepada Daerah serta Rencana Definitif yang
disampaikan Gubernur, Dirjen Anggaran telah menerbitkan Daftar Alokasi DAK-DR DA-DAK-DR yang berlaku untuk kabupatenkota dalam wilayah 21 provinsi
penghasil. Sesuai dengan APBN TA 2002 yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, DAK TA 2002 masih dialokasikan dari DR yang ditetapkan sebesar Rp. 817,3 milyar. Untuk itu, akan dilakukan koordinasi dengan pihak Departemen
Kehutanan agar segera menyusun ancar-ancar pengalokasian DAK-DR TA 2002 untuk daerah penghasil sesuai dengan DAK-DR yang telah ditetapkan dalam APBN,
dan diharapkan secepatnya dapat mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Daftar Alokasi DAK-DR TA 2002.
DAK ini akan digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik antara lain seperti pembangunan rumah sakit, jalan, irigasi, dan air bersih. DAK ini bisa
disamakan dengan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kualitas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan prasarana publik Ndadari dan Adi, 2008. DAK digunakan sepenuhnya sebagai belanja modal
oleh pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk menyediakan aset tetap. Menurut Abdullah dan Halim 2004 aset tetap yang dimiliki dari penggunaan
belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemda. Lebih lanjut Abdullah dan Halim 2006 menjelaskan bahwa biasanya setiap
tahun pemda melakukan pengadaan aset tetap sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.
Menurut Abimanyu 2005 yang dikutip oleh Harianto dan Adi 2007 infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara aman dan nyaman yang akan
berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha
di daerah tersebut. Transfer pemerintah pusat ke pemda diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Meskipun demikian, menurut Ndadari dan Adi 2008 bahwa dapat juga terjadi keganjilan di mana terjadi flypaper effect yaitu saat pemda mendapat
transfer dari pemerintah pusat justru pendapatan masyarakat tidak meningkat karena transfer tersebut digunakan sepenuhnya untuk kegiatan belanja pemerintah tanpa
diimbangi dengan peningkatan PAD. Menurut Maimunah 2006 seharusnya dana
Universitas Sumatera Utara
transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk digunakan secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, selain itu kebijakan
penggunaan dana tersebut harus transparan dan akuntabel.
2.1.3. Dana Bagi Hasil