Pengamatan Jumlah Korpus Luteum secara Makroskopis Pembahasan

4.1.4. Pengamatan Ovarium

a. Pengamatan Jumlah Korpus Luteum secara Makroskopis

2 4 6 8 10 12 14 16 K E1 P E1 K E2 P E2 K E3 P E3 K E4 P E4 Ju m lah Co rp u s l u te u m se cara m a k ro s Gambar 8. Rata-rata Jumlah Korpus Luteum Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan yang Diamati Secara Makroskopis b. Histologi Ovarium 0.5 1 1.5 2 2.5 3 K E1 P E1 K E2 P E2 K E3 P E3 K E4 P E4 Ju m lah F T Gambar 9. Rata-rata Jumlah Folikel Tumbuh Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada Setiap Siklus Estrus Universitas Sumatera Utara 0.5 1 1.5 2 2.5 3 K E1 P E1 K E2 P E2 K E3 P E3 K E4 P E4 J u m la h f o lik e l d e g ra ff Gambar 10. Rata-rata Jumlah Folikel De Graff Kelompok Kontrol dDan Perlakuan pada Setiap Siklus Estrus 1 2 3 4 5 6 7 8 K E1 P E1 K E2 P E2 K E3 P E3 K E4 P E4 Ju m lah K o rp u s L u teu m Gambar 11. Rata-rata Jumlah corpus luteum Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada Setiap Siklus Estrus Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 6 7 8 K E1 P E1 K E2 P E2 K E3 P E3 K E4 P E4 Ju m lah F o li ke l A tr et ik Gambar 12. Rata-rata Jumlah Folikel Atretik Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada Setiap Siklus Estrus Catatan : Folikel tumbuh adalah folikel primer yang tumbuh menjadi sekunder 4.1.5. Hubungan Antara Berat Badan dengan Estradiol 10 20 30 40 50 60 70 E1 E2 E3 E4 E1 E2 E3 E4 kontrol perlakuan Siklus estrus bb estradiol Gambar 13. Rata-rata Kadar Estradiol Bila Dilihat dari Berat Badan Mencit pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji statistik terdapat hubungan antara berat badan dengan kadar estradiol mencit pada kelompok kontrol, di mana dengan pertambahan berat badan seiring dengan pertambahan usia terjadi juga peningkatan kadar estradiol di dalam darah. Namun pada kelompok perlakuan berat badan tidak berhubungan dengan kadar estradiol di dalam darah.

4.2. Pembahasan

Kejadian estrus pertama pada mencit kelompok kontrol terjadi pada hari 2-36 sedangkan kelompok yang diberikan MSG 4mggbb terjadi pada hari 26-28 Tabel 4. Tesis Lamperti A dan Blaha G 1976 pada hamster yang diberikan 4mggbb MSG secara subcutan mengalami estrus pertama pada hari ke 34-37 di mana kelompok kontrol terjadi pada hari 30-38, sedangkan pemberian 8mggbb MSG memperlihatkan kejadian asiklus pada hamster betina. Post ovalatory discharge tidak terjadi pada hamster yang diinjeksikan MSG 8mggbb secara subcutan pada hari ke-8 neonatal Lamperti A dan Tafelski T, 1977. Kematangan sexual secara normal terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar sirkulasi gonadotropin setelah usia 4 minggu. Tanda pertama yang mudah dilihat dari pubertas pada mencit betina adalah estrogen-dependent: vaginal introitus dan a cornified vaginal smear. Pembukaan vagina bisa terjadi lebih cepat, yaitu pada usia 24 hari dan sering dilaporkan membuka pada usia 4 minggu Bronson F, 1956. Pada peneltian ini rata-rata panjang siklus estrus mencit kelompok kontrol adalah 6-7 hari sedangkan kelompok perlakuan antara 5-8 hari Tabel 5. Ini Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa pemberian MSG 4mggbb terhadap mencit secara intraperitoneum dapat memperpendek ataupun memperpanjang sikus estrus mencit bila dibandingkan dengan kontrolnya. Namun dengan menggunakan uji statistik, perbedaan panjang siklus estrus ini tidak bermakna. Dari hasil pengamatan semasa pengambilan data, terjadi pemanjangan fase metestrus pada beberapa mencit perlakuan. Sedangkan pada tesis Megawati D, dkk 2003 fase diestrus dan proestrus ditemukan lebih pendek pada kelompok perlakuan. Rata-rata panjang siklus biasanya berkisar antara 4-5 hari Malole dan Pramono, 1989, tetapi ini sangat bervariasi dan mudah terpengaruh. Parker 1928, menemukan distribusi panjang siklus pada 1000 mencit albino yang tidak dikawini, siklus 2 hari = 4, 3 hari = 3, 4 hari = 16, 5 hari = 29, 16 hari = 22, 7 hari = 12 8 hari = 6 , 9 hari = 3 dan 10 – 28 hari = 8. Penyebab dari variasi panjang siklus dapat dibagi atas genetik dan lingkungan, seperti faktor musim dan makanan atau kebisingan. Perbedaan panjang siklus ataupun panjang fase pada setiap siklus juga ditemukan pada perbedaan strain Muhlbock, 1947; Whitten, 1957. Dari hasil penelitian didapat bahwa terjadi kenaikan kadar etradiol mencit seiring dengan bertambahnya usia, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan dan terlihat adanya hubungan berat badan dengan kadar estradiol gambar 10. Namun dari hasil pengamatan terlihat bahwa kelompok mencit yang mendapat msg 4 mggbb, memiliki kadar estradiol yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk setiap siklus estrus, kecuali estrus pertama Gambar 4. Universitas Sumatera Utara Pengaruh pemberian msg 4 mggbb belum terlihat pada pengamatan 1x estrus awal pubertas. Namun bermakna pada kelompok 2x pengamatan estrus midpuber. Sedangkan pada pengamatan 3x estrus dan 4x estrus secara statistik tidak ditemukan adaanya perbedaan walaupun terlihat kadar estradiol kelompok perlakuan lebih rendah daripada kontrol Tabel 6. Sebelum memasuki puber, kadar FSH dan LH sangat rendah sebab belum terjadi kematangan hipothalamus-hipofise-gonadal axis. Pada saat memasuki usia puber, terjadi pematangan bertahap dari neuron hypothalamus diikuti peningkatan sintesa dan pelepasan GnRH. Dua faktor yang berhubungan dengan proses ini adalah 1 pematangan tulang ke fase tertentu. 2 peningkatan jaringan adiposa ke tingkat tertentu. Pada usia ini terjadi juga awal peningkatan konsentrasi estradiol di dalam darah. Namun menstruasi pada manusia terjadi sekitar 2 tahun kemudian. Dan di beberapa kali siklus menstruasi tidak terjadi ovulasi. Pendarahan menstruasi yang muncul adalah akibat penurunan kadar estradiol dari folikel de graff yang atretik Berne R, 1996. Pemberian msg 4 mggbb yang disuntikkan pada mencit menyebabkan menyebabkan kerusakan axon neuron pada bagian tubero-infundibular cathecolaminergic yang mensekresikan LHRH pada nucleus arcuata hipothalamus Tafelski T, Lamperti A, 1977 dan mengakibatkan perubahan struktur sel FSH gonadotrof di hypothalamus Camihort, 2004 diikuti dengan penurunan kadar FSH di dalam darah Franca, 2005. FSH berperan dalam proses oogenesis. Sel-sel granulosa dalam fase perkembangan mensekresikan estradiol. Semakin banyak sel-sel Universitas Sumatera Utara granulose yang terbentuk, akan semakin banyak pula estradiol yang dihasilkan Sherwood, 2004. Pada penelitian ini dijumpai folikel primer, sekunder dan juga folikel de graff, corpus luteum dan folikel atretik Gambar 6, 7, 8, 9, 10. Sedangkan Lamperti A dan Blaha G 1976 hanya menemukan folikel-folikel berukuran kecil termasuk folikel sekunder yang kecil, tidak dijumpai korpus luteum dan folikel atretik Lamperti A dan Blaha G, 1977 pada pengamatan histologi ovarium hamster yang disuntikkan 8mggbb MSG. Hasil histologi ovarium menunjukkan bahwa terjadi gangguan dalam perkembangan folikel setelah memasuki fase sekunder. Ini dipengaruhi oleh perubahan kadar FSH pada fase proetrus dan estrus sehingga mempengaruhi perkembangan folikel pada siklus estrus berikutnya Lamperti A dan Blaha G, 1977. Dari hasil pengamatan histologi ovarium pada penelitian ini terlihat jumlah folikel de graff dan folikel atretik lebih banyak pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Megawati D, dkk 2003 mendapatkan peningkatan jumlah folikel atretik di samping penurunan jumlah folikel sekunder dan tertier dibandingkan kelompok kontrol. Syari 2007 menemukan semakin banyak jumlah folikel de graff pada suatu ovarium, diameter folikelnya semakin kecil bila dibandingkan ovarium dengan jumlah folikel yang lebih sedikit. Sementara itu diameter folikel de graff ditentukan oleh jumlah lapisan sel-sel theca interna dan sel theca eksterna. Pemberian msg 4 mggbb menyebabkan terjadinya kerusakan lapisan sel theca dan sel-sel granulosa sehingga dapat memicu terjadinya degenerasi ovum Megawati D, 2005. Kerusakan yang menyeluruh dari Universitas Sumatera Utara dasar membran memisahkan theca folikuli dari zona granulose sehingga memberi perubahan oosit dan zona granula menjadi degeneratik dan atrofi Megawati D, 2005; Eweka AO dan Om’Iniabohs FAE, 2007. Kondisi ini menyebabkan lapisan sel folikel pada folikel de graff menjadi lebih tipis pada kelompok perlakuan sehingga diameter folikel de graff lebih kecil. Sel-sel theca mensekresikan estradiol Junqueira, 1995; Sherwood, 2004. Dengan terjadinya kerusakan dari sel theca interna menyebabkan berkurangnya jumlah estradiol yang disekresikan. Dari hasil penelitian, terdapat hubungan antara kenaikan berat badan dengan pertambahan kadar estradiol di dalam darah pada kelompok kontrol Gambar 11. Hal ini berhubungan dengan kadar leptin di dalam darah. Leptin yang mempengaruhi nafsu makan dan berat badan, kadarnya meningkat pada saat pubertal. Saat puber terjadi pertambahan berat badan yang bermakna diikuti lonjakan pulsatil GnRH di hypothalamus. Lonjakan ini merangsang sekresi FSH dan LH di dalam darah yang merangsang terjadinya proses oogenesis dan spermatogenesis pertama kalinya. Pemberian MSG 4 mggbb kepada mencit menyebabkan terjadinya keadaan hyperleptinemia Giovambattista, 2003. Leptin mempengaruhi sekresi Neuropeptide - Y NPY dari nukleus arkuatus. Di mana hyperleptinemia mengakibatkan hyperfungsi ekspresi reseptor leptin pada saraf NPY Baskin D, 1999 sehingga menyebabkan penurunan sekresi NPY pada serabut afferen ke neuron GnRH di pre optik area Broberger C, 1998. Dengan demikian sekresi GnRH akan menurun pada keadaan hyperleptinemia. Pada pemeriksaan imunokimia yang dilakukan Turi G, dkk Universitas Sumatera Utara 2003 menunjukkan terjadi penurunan densitas serat NPY di pre optik area nukleus arkuatus hypothalamus. Pada tesis ini, terdapat perbedaan kenaikan berat badan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Walaupun keduanya mengalami kenaikan berat badan, akan tetapi jumlah kenaikan berat badan pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan berkurangnya sekresi NPY di dalam darah selain menurunkan sekresi GnRH juga menekan nafsu makan menimbulkan rasa kenyang sehingga food intake menjadi menurun, di samping itu hormon melanocortin yang dirangsang oleh leptin dapat merangsang saraf otonom yang mempengaruhi sekresi insulin dan glukagon dari dalam darah sehingga meningkatkan thermogenesis Barsh, 2002. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pemberian monosodium glutamat 4 mggbb secara intraperitoneum tidak mempengaruhi perkembangan folikel mencit betina. Perkembangan folikel tetap terjadi, dengan ditemukannya folikel primer, foliker sekunder dan folikel de graff pada kelompok perlakuan. 2. Pemberian monosodium glutamat 4 mggbb secara intraperitoneum tidak mempengaruhi siklus estrus. 3. Mekanisme aksi pengaruh monosodium glutamat terhadap fungsi ovarium, pada penelitian ini tidak dapat dijelaskan secara eksplisit. Namun diduga pengaruh monosodium glutamat pada ovarium adalah akibat penurunan densitas NPY pada daerah pre optik di nukleus arkuatus hipothalamus sehingga mengakibatkan penurunan sekresi GnRH yang diikuti penurunan sekresi gonatropin hormon. Disamping itu, kerusakan dapat terjadi pada lapisan dasar sel granulosa yang menyebabkan penurunan sekresi estradiol di dalam darah dan mengakibatkan folikel menjadi lebih banyak yang atretik. Universitas Sumatera Utara