Deskripsi Kemampuan Pra Tindakan Pembelajaran Penjas Pada Anak

76 Keadaan tubuh lainnya normal, hanya memiliki keterbatasan penglihatan saja. Subjek memiliki peringkat belajar terakhir di kelasnya yaitu peringkat ketiga. Subjek memiliki kelemahan dalam mempertahankan konsentrasi yang stabil, subjek sering hilang fokus karena hal-hal yang dapat mengganggu pikirannya, seperti motivasi yang kurang, mengganggu dan mengajak bicara teman lainnya, asyik sendiri dengan bendaalat yang dipegangnya, sering bermalas-malasan dan mengeluh ketika merasa cape atau ngantuk, saat pembelajaran sering bertanya hal yang menyimpang atau di luar materi ajar, dan lain sebagainya. Motivasi dan emosi yang sering berubah-ubah menyebabkan tidak terfokus pada pembelajaran yang berlangsung, sehingga materi pembelajaran sulit untuk dikuasai secara optimal. Kemampuan gerak yang dimiliki oleh subjek GS masih rendah dikarenakan oleh faktor emosi yang tidak stabil, sehingga kemampuan menguasai gerakan khususnya pada pembelajaran Penjas masih belum maksimal dan perlu adanya latihan yang mampu menarik perhatian subjek juga mampu meningkatkan kemampuan konsep geraknya.

C. Deskripsi Kemampuan Pra Tindakan Pembelajaran Penjas Pada Anak

Tunanetra Kemampuan konsep gerak dalam pembelajaran Penjas anak tunanetra kelas IV sebelum diberikan tindakan kemampuan pra tindakan dengan subjek yang diikutsertakan berjumlah tiga orang, dua orang berjenis kelamin perempuan dan satu orang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil observasi dan 77 wawancara dapat diketahui bahwa kemampuan konsep gerak anak pada pembelajaran Penjas masih kurang. Pencapaian skor yang diperoleh anak tunanetra dilakukan melalui tes kemampuan konsep gerak dengan menggunakan metode yang biasa guru ajarkan pada Penjas, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Hasil tes kemampuan pra tindakan pembelajaran Penjas pada anak tunanetra dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Pra Tindakan Pembelajaran Penjas Pada Kemampuan Konsep Gerak Anak Tunanetra No. Nama Subjek Total Skor yang Dicapai Presentase Pencapaian Kategori 1. DS 33 51 Cukup 2. FM 28 43 Cukup 3. GS 34 52 Cukup Tabel di atas menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh FM dengan skor 28, DS memperoleh 33, dan GS memperoleh skor 34. Berdasarkan pengamatan guru dan peneliti, kemampuan konsep gerak anak dalam pembelajaran Penjas masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan konsep gerak pembelajaran Penjas sebelum diberikan tindakan. Berikut ini adalah gambaran kemampuan awal pada pembelajaran Penjas anak tunanetra dalam penelitian ini: 1. Subjek I DS Kemampuan pra tindakan DS pada saat diberikan pre-test dalam pembelajaran Penjas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan konsep 78 geraknya memperoleh skor 33 dengan presentase pencapainnya yatu 51 dalam kategori cukup. Penilaian kemampuan konsep gerak dalam Penjas sesuai dengan aspek yang telah ditetapkan yaitu mengenl konsep gerakan dengan skor 9, mempraktikkan bagian-bagian gerak dasar dengan skor 5, melakukan gerakan demi gerakan secara berulang-ulang dengan skor 15, dan menyusun langkah-langkah gerakan dengan skor 4. Berdasarkan skor yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kemampuan konsep gerak DS masih kurang dibandingkan dengan subjek GS walaupun skornya beda tipis. DS sedikit kesulitan dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga masih memerlukan bantuan dan arahan dari guru dalam melakukan gerakan. Pada saat pembelajaran, DS terlihat bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembalajaran, namun DS sulit menangkap apa yang dimaksud oleh gurunya dikarenakan instruksi yang diberikan hanya satu kali dan kurang jelas, sehingga sering bertanya bagaimana cara melakukan gerakan- gerakan tersebut dan meminta bantuan dari gurunya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan konsep gerak yang dimiliki oleh DS masih rendah dan perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga perlu metode atau cara baru yang dapat membantu DS menguasai gerakan demi gerakan secara kompleks dan keseluruhan sampai memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 65. 2. Subjek II FM 79 Kemampuan pra tindakan FM pada saat diberikan pre-test dalam pembelajaran Penjas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan konsep geraknya memperoleh presentase pencapainnya 43. Kemampuan anak dalam mengenal konsep gerakan memperoleh skor 8, mempraktikkan bagian-bagian gerak dasar memperoleh skor 4, melakukan gerakan demi gerakan secara berulang-ulang memperoleh skor 12, dan menyusun langkah-langkah gerakan memperoleh skor 4. Kemampuan yang diperoleh FM masih kurang dibandingkan dengan DS dan GS. Skor yang diperoleh FM dalam tes kemampuan konsep gerak pembelajaran Penjas yaitu 28 dengan presentase pencapaian 43, termasuk ke dalam kategori cukup. Selama pelaksanaan pre-test berlangsung FM belum menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan geraknya, FM memiliki kemampuan mototrik yang kurang sehingga sering mengalami kekakuan dan lambat dalam melakukan gerakan. Walaupun dibimbing oleh guru, FM masih kurang mampu melakukan gerakan dengan benar maka perlu adanya latihan yang berulang-ulang dalam menguasai setiap gerakan. Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan konsep gerak Penjas FM perlu ditingkatkan sehingga memerlukan tindakan yang sesuai dengan kondisi FM dalam menenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. 3. Subjek III GS Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa hasil kemampuan pra tindakan GS lebih baik dibandingkan dengan DS dan FM. 80 Kemampuan konsep gerak Penjas GS memperoleh presentase pencapaian 52. Penilaian kemampuan pembelajaran Penjas GS dalam mengenal konsep gerak memperoleh skor 9, mempraktikkan bagian-bagian gerak dasar memperoleh skor 6, melakukan gerakan demi gerakan secara berulang-ulang memperoleh skor 15, dan menyusun langkah-langkah gerakan memperoleh skor 4. Sehingga skor keseluruhan yang diperoleh oleh GS adalah 34 dengan presentase pencapaian 52 dan termasuk ke dalam kategori cukup. Selama pre-test berlangsung GS mengikuti instruksi dengan baik karena dibantu oleh sisa penglihatannya sehingga GS mudah menangkap penjelasan dari guru, namun sering kali konsentrasi GS hilang dan asik sendiri dengan teman lainnya apalagi jika minat dan semangatnya hilang atau pudar maka GS akan merasa malas untuk melakukan gerakan. Sehingga guru perlu menciptakan hal yang menarik agar dapat mengembalikan konsentrasi GS dalam mengikuti pembelajaran. GS memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan teman lainnya dikarenakan ketunanetraan yang masih sedang, namun kemampuan tersebut kurang ditingkatkan dilihat dari konsentrasi yang mudah hilang sehingga kurang terfokus dalam melakukan gerakan. Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan konsep gerak Penjas GS masih rendah dan memerlukan tindakan selanjutnya untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 65. 81 Untuk lebih jelasnya mengenai hasil kemampuan pra tindakan yang diperoleh oleh anak tunanetra sebelum diberikan tindakan dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 3. Grafik kemampuan pra tindakan anak tunanetra dalam pembelajaran Penjas.

D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I