13
karena masyarakat jadi lebih mengetahui secara detail tentang hubungan sastra dengan dunia kehidupan. Pemaparan masalah ini juga diharapkan dapat memberi
manfaat bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam penyelesaian penelitian selanjutnya.
1.2 Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1
Bagaimana struktur cerita dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dilihat dari unsur tema, amanat, dan tokoh?
2 Bagaimanakah nilai-nilai yang terdapat di dalam novel Sebuah Lorong di
Kotaku karya Nh. Dini?
Universitas Sumatera Utara
14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Melihat bagaimana struktur novel Sebuah Lorong di Kotaku ditinjau dari
tema, amanat, dan tokoh? 2.
Mendeskripsikan nilai-nilai yang terdapat di dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mengungkap misalnya tema, amanat, dan tokoh yang terdapat di dalam sebuah novel, serta nilai-nilai yang
terdapat di dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku. Maka dengan membaca skripsi ini, diharapkan pembaca dapat memahami tema, amanat, penokohan, serta nilai-
nilai yang terdapat di dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjuan Pustaka 2.1.1 John Stuart Tarigan
John Stuart Tarigan dengan judul skripsi Tinjauan Nilai-nilai Sosiologis Terhadap Novel Padang Ilalang Di Belakang Rumah karya Nh. Dini, menentukan
tentang macam-macam nilai yang terdapat dalam novel Padang Ilalang Di
Belakang Rumah yang ditinjau melalui pandangan teori sosiologisnya.
Hal penting dari penelitian John Stuart Tarigan yang paling utama adalah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel tersebut serta unsur-unsur ekstrinsik yang
berupa nilai kasih sayang, nilai moral, nilai kekeluargaan. Yang menjadi bagian lain namun sangat penting dalam novel ini yaitu tentang peperangan pada masa itu dan
ketakutan masyarakat yang diakibatkan oleh peperangan itu. Penelitian yang terdapat pada skripsi John Stuart Tarigan ini, menceritakan tentang kehidupan tokoh
utama Dini bersama keluarga intinya, yakni ayah, ibu, kakak perempuan, dan
kakak laki-laki.
Penelitian novel Padang Ilalang Di Belakang Rumah ini merujuk pada unsur intrinsik yang menyangkut tema, tokoh, dan latarnya. Juga tentang unsur
ekstrinsik yang mencakup nilai kasih sayang, moral dan ketakutan yang melanda akibat adanya masa penjajahan. Nilai-nilai kasih sayang dalam penelitian ini tertuju
pada kasih sayang antara keluarga, yakni kasih sayang orang tua kepada anaknya, kakak terhadap adiknya, ataupun sebaliknya. Nilai moral yang ditanamkan oleh
Universitas Sumatera Utara
16
ayah dan ibu kepada anak-anaknya. Serta ketakutan keluarga tokoh utama saat penjajah datang ke rumah melalui padang ilalang yang terletak di belakang rumah
tokoh utama.
2.1.2 Kalara Sagala
Kalara Sagala menganalisis novel Nh. Dini berjudul Sekayu, dengan judul skripsi Analisis Pengunaan Jenis Makna dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini.
Dalam skripsi ini Kalara Sagala menggunakan teori semantik yang membahas tentang jenis-jenis makna yang digunakan oleh pengarang dalam novel Sekayu.
Penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan yang berarti analisisnya
dengan menggunakan buku-buku yang terdapat dalam perpustakaan.
Penelitian dalam judul skripsi Kalara Sagala ini mengarah pada jenis-jenis makna yang terdapat dalam novel ini, yakni makna konotasi yang mengarah pada
nilai rasa, makna gramatikal, makna referenfsial, dan makna nonreferensial. Dari sederet makna yang diteliti oleh Kalara Sagala ini, tampaknya ada beberapa jenis
makna yang tidak terdapat di dalamnya yaitu, makna kata dan istilah, makna konseptual, makna idiomatis, dan makna peribahasa.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.3 Kristian TM Hutapea
Kristian TM Hutapea dalam skripsinya yang berjudul Analisis Objek Stilistika terhadap Novel Keberangkatan karya Nh. Dini meneliti tentang objek-
objek stilistika yang terdapat dalam novel Keberangkatan. Teori yang digunakan dalam penelitian Kristian TM Hutapea ini
menggunakan teori stilistika yang megkaji tentang gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra. Dalam penelitian ini, Kristian TM Hutapea mengkaji penggunaan
objek stilistika yakni peribahasa ungkapan dan aspek kalimat. Dalam penelitian ini, peribahasa dan aspek kalimat memiliki jumlah frekuensi penggunaan yang berbeda-
beda. Peribahasa dan aspek kalimat dapat dijumpai seluruhnya dalam novel Keberangkatan ini. Artinya, novel ini lebih banyak menggunakan ungkapan
dibandingkan dengan peribahasanya. Penggunaan aspek kalimat dalam penelitian ini, kalimat progresif lebih
sedikit dipergunakan. Kalimat progresif ini adalah kalimat yang memiliki pola dua kata, dan dalam novel Keberangkatan tersebut hanya satu contoh yang didapatkan
oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.4 Leni Fitriah
Leni Fitriah dengan judul Citra Perempuan Dalam Novel Argenteuil Hidup
Memisahkan Diri Karya Nh. Dini: Kajian Feminisme Sastra.
Leni Fitriah, membahas 1 Mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam novel Argenteuil Hidup Memisahkan Diri karya Nh. Dini dan 2 Mendeskripsikan
citra perempuan dalam novel Argenteuil Hidup Memisahkan Diri karya Nh. Dini
dengan kajian feminisme sastra.
Penelitian Leni Fitriah ini menggunakan metode deskriptif, dengan objek penelitian adalah citra perempuan dalam novel Argenteuil Hidup Memisahkan Diri
karya Nh. Dini dengan menggunakan analisis feminisme sastra.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 analisis struktur alur, penokohan dan latar merupakan penunjang tema. Latar tempat di Paris. Kehidupan
aku sebagai seorang istri mempunyai berbagai konflik dengan suami mempengaruhi alur cerita dalam novel dan mendukung tema yang dipilih, yaitu: hidup menyendiri
berpisah dengan suami dan anak-anaknya. 2 Citra perempuan dalam novel Argenteuil Hidup Memisahkan Diri karya Nh. Dini, yaitu: a citra perempuan
sebagai seorang istri, b citra perempuan sebagai ibu, c citra perempuan sebagai warga masyarakat, d citra perempuan di bidang pendidikan, dan e citra
perempuan sebagai penulis. http:etd.eprints.ums.ac.id848720090314
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.6 Kurnia Nur Safitri
Kurnia Nur Safitri dengan judul Pandangan Hidup Tokoh Dini Dalam
Novel La Grande Borne Karya Nh. Dini tinjauan Sosio Budaya.
Manusia Jawa memiliki cara pandang dan kebijaksanaan hidup yang khas dan berbeda dengan suku bangsa lain. Kekhasan kebijaksanaan hidup dapat
ditemukan dalam buku Franz Magnis Suseno: Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksaan Hidup Jawa. Berawal dari teori-teori tentang pandangan Jawa
yang muncul dalam buku tersebut, penulis memilih novel La Grande Borne karya Nh. Dini sebagai bahan analisis. Di dalam novel La Grande Borne muncul berbagai
pandangan dan sikap hidup Jawa, yaitu cara berinteraksi manusia dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Tujuan dari penelitian Kurnia Nur Safitri adalah menemukan atau mengungkap pandangan hidup Jawa pada tokoh utama novel La Grande Borne.
Dalam penelitian ini sosiologi sastra digunakan sebagai dasar pijakan penelitian. Teori sosiologi sastra mengkaji karya sastra yang mencakup sosiologi pengarang,
sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan teori sosiologi yang berhubungan dengan karya sastra itu sendiri yang
mengkaji aspek moral atau sikap hidup manusia Jawa dalam novel La Grande
Borne karya Nh. Dini.
Sementara itu sebagai alat bantu mendapatkan tokoh utama dalam cerita, penulis menggunakan teori struktural. Strukturalisme adalah paham yang
memandang karya sastra secara otonom, terbangun oleh struktur-struktur pembentuknya antara lain: tokoh, latar, dan alur. Berdasarkan analisis sosiologi
Universitas Sumatera Utara
20
sastra diperoleh pandangan hidup manusia Jawa yang muncul dalam novel La
Grande Borne, berupa prinsip keselarasan yang meliputi sikap rukun dan hormat.
Selain itu adanya pandangan dunia Jawa yang meliputi takdir, darma serta karma. Keberadaan prinsip dasar serta pandangan dunia yang tepat menuntut
manusia untuk memiliki sikap batin yang tepat pula seperti sabar, ikhlas, rila, nrima serta eling. Dan eling sendiri merupakan sikap batin paling inti sebagai wujud
peringatan akan adanya kematian setelah kehidupan. Berbagai pandangan dan sikap hidup tersebut dapat ditemukan melalui karakter tokoh utama, yaitu Dini seorang
wanita Jawa yang sangat memegang adat istiadat dan budaya leluhur nenek moyangnya. Ia dapat dengan mudah beradaptasi di lingkungan barunya, sikap hidup
Jawa yang ia pegang dijadikan acuan dalam melangkah. Dini selalu berusaha menjaga kerukunan dan menghindari konflik terbuka. Selain itu ia harus
menempatkan diri sehingga sikap hormat kepada orang lain dapat selalu dipenuhi. Dengan pembawaan yang halus dan tidak suka meledak-ledak itulah Dini tetap
menjaga pribadi Jawanya. http:eprints.undip.ac.id534120101111
2.1.7 Aquarini Priyatna Prabasmoro
Aquarini Priyatna Prabasmoro dengan judul Representasi Seksualitas Perempuan Dalam Tiga Novel Karya Nh. Dini. Tesis ini merupakan kritik sastra
yang mempergunakan perspektif feminis dan pascakolonial terhadap tiga novel karya Nh. Dini, yaitu Pada Sebuah Kapal, La Barka, Namaku Hiroko. Analisis
dalam tesis ini menyoroti konstruksi seksualitas dan subjektivitas perempuan dalam budaya patriarki yang dilakukan melalui kajian struktur dan kajian wacana yang
Universitas Sumatera Utara
21
terfokuskan pada wacana tubuh dan penubuhan, serta wacana berahi, seks dan cinta
Prabasmoro, 2006:50-52.
Simpulan yang didapatkan Aquarini Priyatna Prabasmoro adalah pada ketiga novel Nh. Dini yakni adanya perbedaan atas laki-laki dan perempuan dengan
meresistensi konstruksi patriarki atas asumsi masyarakat tentang salah satu bagian tubuh pria dan perempuan. Sebagaimana yang terbangun dalam ketiga novel Nh.
Dini dan direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam novel-novel tersebut.
Penelitian-penelitian yang menjadi tinjauan pustaka di atas menggunakan teori yang berbeda dengan teori penelitian ini. Akan tetapi, semua penelitian-
penelitian di atas menggunakan analisis struktural murni sebagai penelitian awal. Hal ini terjadi karena dalam penelitian karya sastra, struktural adalah analisis dasar
utama. Penelitian ini menggunakan analisis struktural murni, yakni penelitian terhadap karya sastra dengan melihat karya sastra itu sendiri tanpa terkait dengan
hal-hal dari luar yang mempengaruhi dengan karya sastra tersebut.
Universitas Sumatera Utara
22
2.2 Konsep
2.2.1 Karya Sastra
Karya sastra menurut Chamamah 2001:14, “adalah satu wujud kreativitas manusia yang tergolong konvensi-konvensi yang berlaku bagi wujud ciptaannya
dapat menjadi kaidah.” Dari sini dapat terlihat bahwa karya sastra itu
memperlihatkan gejala universal yang sifatnya umum namun unik sekaligus khusus.
Pradopo 2001:73 menyatakan bahwa “karya sastra sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.” Sastra memiliki
ragam-ragam, yaitu ragam prosa dan puisi.
2.2.2 Struktural
Struktural merupakan hal yang menjadi dasar utama dalam penelitian karya sastra. Seperti yang dinyatakan oleh Teeuw 1984:61 “Analisis struktur merupakan
tugas prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah pada hal-hal lain.” Analisis struktural ini didasarkan pada anggapan bahwa karya sastra adalah dunia
yang mempunyai makna intrinsik yang hanya bisa digali melalui karya sastra itu sendiri.
“Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra
merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur yang bulat dengan
unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.”Pradopo dkk, 1985: 6
Universitas Sumatera Utara
23
2.2.3 Nilai-nilai
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menark minat
seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu benda.
http:buddybubhu.blogspot.com201009hakikat-nilai-dan-moral-serta.html Nilai-nilai yang terdapat di seluruh dunia sangat banyak macamnya. Nilai-
nilai tersebut yaitu antara lain nilai moral, nilai material, nilai estetika, nilai sosial, nilai kehidupan, dan lain sebagainya. Nilai-nilai moral adalah yang paling terikat
dalam masyarakat, terutama dalam ranah karya sastra Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
24
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Karya Sastra
“Karya sastra sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi- konvensi sendiri.” Pradopo, 2001: 73 Sastra memiliki ragam-ragam, yakni ragam
prosa dan ragam puisi. Prosa memiliki ragam cerpen, novel, drama, dan roman. Kemudian puisi memiliki ragam gurindam, soneta, pantun, syair, puisi lirik, balada,
dan lain-lain. Semua ragam-ragam karya sastra itu memiliki konvensi-konvensi
sendiri.
Sastra dalam penelitiannya berguna sebagai kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Pengembangan
penelitian ilmiah tentang sastra selalu berkaitan dengan konsep sastra yang sifatnya universal namun, menyimpan sifat individualitas juga. Konsep sastra pada
masyarakat Indonesia adalah produknya yang bernama karya sastra. “Produk sastra Indonesia sejalan dengan karakteristik kesastraannya, menjangkau karya-karya
yang tercipta dari berbagai latar penciptaan, tempat penciptaan, dan waktu
penciptaan.” Chamamah, 2001:22.
Karya sastra dan kehidupan sangat erat hubungannya. Istilah sastra sering menunjukkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada masyarakat. Sastra dipahami
sebagai satu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Dalam kehidupan, bahasa merupakan salah
satu dari kebudayaan dan merupakan kebutuhan dalam hidup, karena kehidupan
memerlukan komunikasi dan komunikasi dapat terjalin bila ada bahasa.
Universitas Sumatera Utara
25
2.3.2 Strukturalisme
Strukturalisme adalah pendekatan yang hanya melihat isi dari karya sastra melalui karya itu sendiri. “Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan
objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi.” Iswanto, 2001: 62. Pendapat Iswanto
tersebut dapat diartikan bahwa pemaknaan karya sastra dengan pendekatan strukturalisme ini harus diserahkan pada eksistensi karya itu sendiri tanpa
mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikasinya.
Pendekatan ini mulanya dikembangkan oleh kaum Formalis Rusia dan aliran New Criticism Amerika dengan istilah strukturalisme otonom atau strukturalisme
murni. “Gerakan ini menganggap bahwa memahami karya sastra adalah usaha mencari ciri khasnya terlepas dari psikologi, sejarah, atau penelitian
kebudayaannya.” Teeuw, 1984: 129. Pradopo dalam bukunya Struktur Cerita
Pendek Jawa menyatakan bahwa:
“Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra
merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur yang bulat dengan
unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.”Pradopo dkk, 1985: 6.
Dari pendapatnya ini dapat diketahui bahwa mencari makna karya sastra itu
harus dikaji berdasarkan maknanya sendiri yang terlepas dari latar belakang sejarah, diri dan niat penulis, juga terlepas dari efeknya pada pembaca.
Hawks dalam Teeuw 1984: 120 mengatakan bahwa “strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur.”
Menurutnya, dunia ini tersusun dari hubungan-hubungan daripada benda-benda
Universitas Sumatera Utara
26
yang ada. Setiap unsur yang itu tidak memiliki makna sendiri kecuali bila terhubung dengan anasir-anasir lainnya. Anasir-anasir ini menyangkut kepada kaidah-kaidah
intrinsik yang menjadi penentu keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Teeuw 1984:61 berpendapat bahwa “Analisis struktur merupakan tugas
prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah pada hal-hal lain.” Dalam hal ini pemahaman yang berdasarkan pada makna intrinsik yang terdapat
dalam karya sastra itu sendiri. Jadi, bila ingin memahami karya sastra secara optimal, harus dipahami dahulu secara menyeluruh tentang struktur yang terdapat
dalam keutuhan karya sastranya. Maka pendekatan struktural adalah pendekatan yang memusatkan
perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Strukturalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur tersebut disebut juga sebagai unsur intrinsik. Stanton dalam Nurgiyantoro 2005:25 membedakan unsur pembangun
sebuah karya sastra terdiri atas: 1. Tema
2. Tokoh dan penokohan 3. Plot
4. Setting 5. Sudut pandang
6. Gaya bahasa
Universitas Sumatera Utara
27
2.3.2.1 Tema
Dalam Kamus Istilah Sastra dinyatakan bahwa tema merupakan gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam karya sastra yang dapat
dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Tema dibedakan dari subjek atau topik Zaidan, 2007: 204. Tema merupakan dasar yang penting dalam sebuah karya
sastra, karena tanpa adanya tema maka tidak mungkin tercipta sebuah karya sastra. Tema menjadi sangat penting sebab tema adalah gagasan atau ide dari seorang
pengarang untuk menjadi dasar suatu karya sastra. Secara singkatnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita atau sesuatu yang menjiwai cerita dan menjadi
pokok masalah dalam cerita. Untuk menentukan tema sebuah karya sastra diperlukan pemahaman secara
mendalam terhadap karya sastra yang akan diteliti. Setelah karya sastra dibaca dan dipahami, maka akan mudah diketahui tema karya sastra tersebut. Dalam novel atau
roman, tema akan sangat mudah diketahui karena merupakan inti dari permasalahan, dan biasanya sangat sering disebutkan dalam novel atau roman
tersebut.
2.3.2.2 Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Berkaitan dengan itu, terdapat pula penokohan yakni proses penampilan tokoh dengan
pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Penokohan ini dapat dilakukan melalui teknik kisahan dan teknik ragaan Zaidan, 2007: 206.
Karya sastra terutama novel dan roman tidak terlepas dari adanya tokoh-tokoh.
Universitas Sumatera Utara
28
Pada umumnya tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel atau roman adalah manusia, namun dapat juga berupa binatang atau benda yang dimanusiakan.
Tokoh dapat dibedakan atas dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh utama dan dibagi atas tokoh sentral protagonis dan
tokoh sentral antagonis. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung tokoh sentral. Untuk menciptakan suatu tokoh dalam novel atau roman
diperlukan proses penciptaan citra suatu tokoh.
2.3.2.3 Plot
Alur merupakan unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan tertentu yang terwujud oleh adanya
hubungan sebab akibat, tokoh, tema atau penggabungan dari ketiganya Zaidan, 2007: 36. Alur dalam sebuah karya sastra terbagi atas dua, yaitu alur maju dan alur
mundur. Alur maju adalah gaya penceritaan yang dimulai dari awal hingga akhir, sedangkan alur mundur cerita yang disampaikan dimulai dari akhir cerita yang
kemudian kembali ke awal cerita hingga berlangsung sampai akhir cerita kembali.
2.3.2.4 Setting latar
Dalam Kamus Istilah Sastra dinyatakan bahwa latar adalah waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama. Dinyatakan juga bahwa
latar merupakan dekor pemandangan dalam pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, penncahayaan, dan perlengkapan 2007:118. Dalam KBBI,
setting atau latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra 2007:643. Latar sering menjadi petunjuk mengenai
Universitas Sumatera Utara
29
waktu, ruang dan situasi suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Setting atau latar ini menentukan
2.3.2.5 Sudut pandang “
Sudut pandang adalah titik tolak pengarang sebagai pencerita akuan yang berada dalam cerita atau penceritaan diaan yang berada di luar cerita; pusat kiasan
point of view” Zaidan, 2007:194. Sudut pandang merupakan cara pandang dan penghadiran tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan narator pada posisi tertentu.
Melalui sudut pandang ini terdapat dua pengisahan dengan sudut pandang berbeda, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
2.3.2.6 Gaya bahasa
Gaya merupakan cara pengungkapan dalam prosa atau puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf;
pendeknya, setiap bahasa pemakaiaannya oleh penulis; langgam Zaidan, 2007: 76. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan dan lisan. Gaya bahasa juga diartikan sebagai keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra KBBI, 2007:340. Gaya bahasa yang digunakan
oleh setiap pengarang pada karya sastra yang mereka ciptakan merupakan suatu cara pengungkapan yang khas bagi masing-masing pengarang. Gaya bahasa seorang
pengarang tidak akan sama dengan gaya bahasa pengarang lainnya, karena pengarang akan menyajikan hal-hal yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan
si pengarang juga selera dari masing-masing pengarang.
Universitas Sumatera Utara
30
2.3.3 Nilai-nilai
2.3.3.1 Hakikat Nilai
Memahami tentang pembahasan nilai merupakan hal yang rumit. Hal ini karena sifat dari nilai itu yang abstrak dan tersembunyi di belakang fakta. Nilai
merupakan kemampuan yang dipercayai pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Dari penjelasan tersebut dinyatakan bahwa nilai itu terkait dengan suatu
objek. Kattsoff dalam Soejono Soemargono 2004:33, mengatakan bahwa hakikat
nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: 1.
Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri.
2. Nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
3. Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
2.3.3.2 Pengertian Nilai
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu dari kebudayaan selain sistem sosial dan karya. Nilai sering disebut sebagai kemampuan yang dipercayai
manusia pada suatu benda untuk memuaskan keinginan manusia itu sendiri. Hal ini dikarenakan nilai itu berasal dari budi yang fungsinya untuk mengarahkan sikap dan
perilaku manusia. Jadi, nilai itu kenyataan tersembunyi dibalik kenyataan-
Universitas Sumatera Utara
31
kenyataan lainnya. Artinya menilai bermakna menimbang segala sesuatu kegiatan manusia untuk dapat terhubung dengan kegiatan lainnya sehingga dapat diambil
suatu keputusan. http:buddybubhu.blogspot.com201009hakikat-nilai-dan-
moral-serta.html
2.3.3.3 Jenis-Jenis Nilai
Alport mengidentifikasikan macam-macam nilai dalam kehidupan masyarakat, yakni nilai ekonomi, nilai estetika, nilai religi, nilai politik, nilai teori,
dan nilai sosial. Hierarki nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu-masyarakat terhadap sesuatu objek.
Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan:
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang
memunculkan rasa senang, menderita, atau tidak enak. 2.
Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai yang penting untuk hidup seperti jasmani, kesehatan, serta kesejahteraan hidup.
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,
keindahan, dan pengetahuan murni. 4.
Nilai kerohanian yaitu tingkatan yang didalamnya terdapat modalitas nilai yang suci.
Universitas Sumatera Utara
32
Di lain pihak, Notonagoro membedakan nilai menjadi tiga bagian; 1.
Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. 2.
Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia.
http:buddybubhu.blogspot.com201009hakikat-nilai-dan-moral-serta.html Nilai-nilai moral seperti kesetiaan, kepemimpinan, kedermawanan,
ketakwaan, persahabatan, dan kesabaran merupakan nilai-nilai yang paling banyak dijumpai dalam karya sastra Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat
di Indonesia masih terikat pada adat istiadat dan merupakan masyarakat yang beragama. Dalam adat istiadat dan agama, moral adalah nilai yang paling penting
dan menjadi penentu sifat seseorang dalam lingkungan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Analisis
Judul : Sebuah Lorong Di Kotaku
Pengarang : Nh. Dini
Tebal Buku : 107 hlm.
Penerbit : Gramedia Pustaka
Cetakan : Kedua
Tahun terbit : 2002
Warna Sampul : Coklat
Ukuran Buku : 15x20 cm
3.2 Metode Analisis
Metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapau tujuan yang ditentukan” KBBI, 2007:740. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yakni metode membaca heuristik dan hermeneutik. Membaca heuristik dan hermeneutik adalah
pembacaan melalui struktur kebahasaan dan pembacaan ulang terhadap novel Sebuah Lorong di Kotaku.
Universitas Sumatera Utara
34
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat dan mengindentifikasi struktur, seperti tema, penokohan, setting, alur, dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yakni mengumpulkan data dari dokumen-dokumen yang ada. Kemudian data yang ada ditafsirkan sesuai dengan
permasalahan yang telah ditentukan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Dalam bab pembahasan ini, walaupun penulis menggunakan teori strukturalisme dalam pengkajian ini, namun tidak semua unsur strukturalisme
penulis bahas. Penulis hanya membicarakan novel Nh. Dini yang berjudul Sebuah Lorong di Kotaku ini dari segi tema dan amanat, penokohan, dan nilai-nilai.
Alasannya adalah tema dan amanat merupakan hal yang paling mendasar dalam sebuah karya sastra terlebih dalam sebuah novel. Sebuah karya sastra diciptakan
oleh seorang pengarang dengan latar belakang ingin memberitahukan sesuatu hal kepada masyarakat. Hal-hal yang ingin diberitahukan tersebut diawali dengan tema
dan amanat Tema merupakan hal paling utama dalam penciptaan karya sastra. Dalam
Kamus Istilah Sastra dinyatakan bahwa tema merupakan gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam karya sastra yang dapat dirumuskan dalam
kalimat pernyataan. Tema dibedakan dari subjek atau topik Zaidan, 2007: 204. Dari pengertian tema tersebut, jelas bahwa dalam pembahasan karya sastra tema
menjadi hal yang paling utama untuk dibahas. Hal tersebut dikarenakan sebelum sebuah karya sastra tercipta, pengarang harus memikirkan ide dan gagasan dalam
menciptakan karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
36
Amanat menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas karena sebuah amanat dalam karya sastra merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Dalam Kamus Istilah Sastra dinyatakan bahwa amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui
karyanya Zaidan, 2007: 27. Pengertian tersebut menyimpulkan bahwa setiap karya sastra diciptakan oleh seorang pengarang dengan menempatkan sebuah amanat di
dalamnya. Dengan demikian jelaslah bahwa penulis harus membahas mengenai amanat di dalam pengakajian novel Sebuah Lorong di Kotaku.
Mengenai penokohan tentunya sebuah novel tidak terlepas dari karakter tokoh-tokoh yang menjalani sebuah peristiwa dalam sebuah novel. Tokoh
merupakan orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Dalam kaitan itu, penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau
kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita Zaidan, 2007: 206. Sebuah cerita dalam novel memerlukan karakter yang menjalani setiap proses cerita. Dengan alasan ini
penulis berpikir bahwa analisis tokoh dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku adalah salah satu hal terpenting untuk dikaji. Dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku
tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya sangat beragam dengan karakter yang berbeda-beda, maka penulis tertarik untuk mengkaji.
Nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat mudah ditemukan karena karya sastra selalu berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang dipenuhi nilai-
nilai kehidupan. Sastra dan nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam hakikatnya sebagai sesuatu yang berhubungan dengan manusia.
Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan
Universitas Sumatera Utara
37
sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru Suyitno, 1986: 3. Sastra tidak hanya
memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total. Melalui penjelasan di atas maka pentinglah
bagi penulis untuk membahas nilai-nilai yang terdapat dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku ini.
Universitas Sumatera Utara
38
4.2 Tema dan Amanat