Nilai Kesabaran dan Pengendalian Diri

60

4.4.1 Nilai Kesabaran dan Pengendalian Diri

Nilai kesabaran dalam novel SLdK banyak terlihat dalam penceritaan. Penulis banyak menuliskan hal-hal yang menguji kesabaran anak-anak bahkan anak-anak dalam novel SLdK ini diceritakan memiliki kesabaran yang baik, terutama pada anak-anak perempuan. Ketika mereka pulang, aku masih harus bersabar lagi.SLdK, hlm. 20 Aku mencari-cari kalimat hendak membicarakan penyerokan ikan siang itu ketika ayah mulai bicara.SLdK, hlm. 21 “Airnya kotor. Meskipun sehabis terkena air itu aku mandi dengan air bersih, tetapi masih gatal. Sejak itu ibu tidak mengizinkan aku membantu menyerok ikan. Sebetulnya ingin juga. Tetapi daripada gatal” SLdK, hlm. 24 Ketiga kutipan di atas merupakan nilai-nilai kesabaran yang ditunjukkan oleh ‘aku’ dan kakak tertua. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa ‘aku’ dan anak tertua mampu bersabar demi hal-hal yang yang sebenarnya sangat ingin mereka lakukan namun karena sesuatu hal yang lain mereka terpaksa menahan keinginan tersebut tentunya dengan lebih bersabar. Mengenai nilai kesabaran ini juga dapat terlihat dari sikap ayah dan adiknya, yakni paman Sarosa. Waktu itulah aku untuk pertama kali belajar berenang. Dengan kesabaran yang kadang-kadang menakutkan, paman dan ayah bergantian menunjukkan gerakan-gerakan sederhana agar aku bisa mengapungkan diri. Paman lebih sering bersamaku. Teguh dan Nugroho berkali-kali memintanya agar bermain-main dengan mereka. Pada akhirnya, paman hampir selalu berada di antara kami kaum wanita: ibuku, Heratih, Maryam, dan aku. Nugroho menjadi iri, semakin kasar dan sering mengganggu saudara-saudaranya wanita…SLdK, hlm.66-67 Kutipan di atas jelas menunjukkan nilai kesabaran yang dimiliki ayah dan adiknya. Kesabaran yang dimiliki anak-anak keluarga ini tampaknya menurun dari Universitas Sumatera Utara 61 keseluruhan keluarga bahkan nilai kesabaran yang dinyatakan oleh penulis merupakan kesabaran yang kadang-kadang menakutkan, yang menunjukkan bahwa ayah dan paman Sarosa adalah orang yang sangat bahkan terlalu sabar dalam mengajari ’aku’ berenang. Nilai kesabaran sangat erat kaitannya dengan pengendalian diri. Oleh karena itu, nilai pengendalian diri juga sangat jelas dalam novel SLdK ini. Bila terdapat kesabaran maka dapat dipastikan akan terdapat juga pengendalian diri. Hal tentang pengendalian diri ini terdapat dalam beberapa kutipan berikut. Kami anak perempuan lebih dapat mengendalikan perasaan. Perlahan aku mengikuti kedua kakakku. Sampai di pintu kebun, kulihat baju Teguh dan Nugroho bertumpuk di atas rak piring. Mereka berteriak-teriak dan berseru-seru. Mereka telah berada di dalam air.SLdK, hlm.25 Ibu dan kakakku Heratih tetap duduk di pintu. Mereka lebih tenang daripada kami yang berada di air.SLdK, hlm. 28 “Belum-belum sudah mau minum saja kamu” ayah menyesalinya. “Perjalanan masih panjang. Kita harus menghemat isi botol,” sambung ibu berusaha menenangkan kakakku.SLdK, hlm.36 …Dengan sembunyi-sembunyi, aku memindahkan gumpalan nasi yang setengah benyek karena telah bercampur dengan sayur atau lauk lain itu ke piring tetanggaku di amben. Jangan sampai ibuku melihat perbuatan itu. Karena aku tidak ingin menyakiti hatinya.SLdK, hlm. 75 Beberapa kutipan yang dituliskan tersebut menyebutkan nilai-nilai pengendalian diri anak-anak. Seperti disebutkan bahwa anak-anak perempuan tampak lebih mampu menguasai diri daripada anak laki-laki yang bahkan disebutkan meletakkan bajunya sembarangan di rak piring. Lalu hal-hal yang diajarkan oleh kedua orang tua bahwa karena perjalanan jauh anak-anak harus bisa mengendalikan diri untuk tidak menghabiskan minuman yang dibawa, hingga Universitas Sumatera Utara 62 kemampuan pengendalian diri ‘aku’ yang disebutkan berumur sangat muda yang berusaha untuk tidak menyakiti hati ibunya.

4.4.2 Nilai Kekeluargaan