PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENI

(1)

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG WAKTU

Studi ini dengan pendekatan Penelitian Tingkat Kelas

pada siswa di kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak

Tahun Pelajaran 2014-2015 semester ganjil

Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat sidang proposal penelitian

Disusun oleh: SURNAEBAH 0381121007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2014


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, dan tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematikan juga merupakan ilmu dasar yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk siswa yang berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu yang sangat logis dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pembelajaran dan salah satu usaha yang harus dilakukan adalah memperbaiki kualitas pembelajaran matematika sehingga hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.

Faktanya pembelajaran matematika di sekolah masih banyak melaksanakan pembelajaran konvensional, padahal seharusnya dalam proses pembelajaran guru bukanlah sebagai satu-satunya sumber belajar, selain itu penggunaan media sebagai sumber belajar harus dimaksimalkan.

Pembelajaran matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional kurang menarik minat dan perhatian siswa,


(3)

sehingga sebagian besar siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit. Akibat kurangnya minat dan perhatian siswa pada pelajaran matematika membuat prosentase belajar siswa kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar matematika siswa pada kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten pada tahun pelajaran 2013/2014 semester genap. Dari 30 siswa dengan nilai rata-rata siswa = 66,7. Prosentase dari jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hanya 62 % yang berarti masih ada 38 % siswa yang belum mencapai ketuntasan dari standar KKM yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 66.

Hasil pengamatan dan pengalaman penulis sebagai guru kelas di kelas 2 SDN 1 Cibarani Kecamatan Cirinten dapat disimpulkan bahwa prosentase belajar siswa yang kurang memuaskan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat, (2) strategi pembelajaran masih bernuansa teacher center dan penyampaian informasi yang bersifat satu arah sehingga siswa kurang diberdayakan, (3) karena siswa tidak dilibatkan secara aktif maka siswa susah dalam menyerap materi yang dipelajari, (4) hasil pembelajaranpun masih rendah dan masih banyak siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM.

Berdasarkan data tersebut, maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan pembelajaran bermakna yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi


(4)

kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal sehingga akan menarik minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan alat peraga jam yang terbuat dari karton. Penggunaan alat peraga dianggap sesuai dengan keadaan siswa yang pada akhirnya siswa akan tertarik pada hal-hal yang konkret sehingga dapat memahami sesuatu hal jika mereka melihat objeknya secara langsung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diperoleh suatu pengamatan dan analisis mengenai apa yang menyebabkan prosentase belajar pada pokok bahasan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu pada siswa di kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten sehingga muncul identifikasi masalah diantaranya sebagai berikut :

1. Pada saat belajar mengajar berlangsung sebagian siswa tidak aktif selama pembelajaran,

2. penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat,

3. siswa kurang dapat menguasai kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu yang disebabkan oleh salah satu faktor yaitu kurangnya penggunaan metode demonstrasi, dan C. Pembatasan Masalah


(5)

Agar penelitian ini data terarah dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran, maka penulis membatasi masalah yang berhubungan dengan permasalahan saja yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana agar seluruh siswa dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran?

2. Apa strategi yang tepat agar siswa dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran?

3. Metode demonstrasi apa yang harus digunakan dalam proses pembelajaran?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Mengapa sebagian besar siswa tidak aktif pada saat proses belajar berlangsung?

2. Strategi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga harus diterapkan agar siswa aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung!

3. Alat peraga yang harus digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung adalah simulasi jam yang terbuat dari karton!

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu dengan alat peraga jam di kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten.


(6)

Manfaat penelitian merupakan hasil yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama kemajuan pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan pengukuran waktu.

b. Agar siswa termotivasi untuk mempelajari dan memperdalam pelajaran matematika.

2. Bagi guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga jam.

b. Mempermudah penyampaian pokok bahasan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu bagi kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten. Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menunjang perbaikan mutu pembelajaran tematik di sekolah.

3. Bagi sekolah

a. Diperoleh panduan inovatif alat peraga jam diharapkan dapat dipakai di luar sekolah.

b. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran di kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM tenaga pendidikan yang ada.

c. Sebagai reverensi atau kajian ilmiah bagi lembaga pendidikan dalam hal perbaikan pembelajaran.

4. Bagi pembaca

Dapat memberikan informasi kepada pembaca dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.


(7)

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoritik

1. Metode Demonstrasi

a. Pengertian metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang menggunakan suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi.

Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tekhnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapaian tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang bisa diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar


(8)

pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami oleh siswa.

Kegiatan proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efesien.

b. Jenis-jenis alat peraga

Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mangajar yaitu:

1) Gambar

Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya sering dikenal dan sering dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan.

2) Peta

Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak Negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar atau kelas besar.

3) Boks Pasir

Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan peta bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa (Pepak.sabda.org.and omtions. blogspot.com)


(9)

Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling dikenal di dalam proses belajar mengajar adalah model. Model merupakan tiruan dari benda yang sebenarnya.

Alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat peraga model jam tiruan dari kertas karton dalam keadaan siap pakai, yang dan tidak menyita waktu persiapannya, selain itu untuk menarik perhatian siswa dalam melakukannya yang akan diujikan pada siswa kelas 2 SD Negeri 1 Cibarani Kecamatan Cirinten tahun pelajaran 2014-2015.

c. Kelebihan penggunaan alat peraga (metode demonstrasi)

Kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu:

1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik,

2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya,

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan, dan

4. Membuat siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti ; mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikannya.

Penggunaan alat peraga bertujuan untuk:

 Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas,

 Mengembangkan sikap yang dikehendaki, dan  Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.


(10)

Penggunaan alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan, dan dilibatkan sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yag di pelajari. Panca indra yang paling umum di pakai dalam mengajar adalah “ mendengar dan melihat “ melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolaholah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jika apa yang di ceritakan “dilihat melalui sebuah gambar”. Dengan demikian melalui “mendengar’ dan “melihat” akan diperoleh kesan yang mendalam. d. Kekurangan alat peraga yaitu:

1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntt guru

2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan 3. Perlu persediaan berkorban secara materil

Ada beberap kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara lain terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan,


(11)

podusi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. Kelemahan lain adalah alat peraga dipandang sebagai “alat bantu” semata-mata dari guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga tersebut diabaikan.

Alat peraga yang digunakan hendaknya meiliki karakteristik tertentu. Ruseffendi (dalam Dahrim, 1991:14) menyatakan bahwa alat peraga yang digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:

1. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ). 2. Bentuk dan warnanya menarik

3. Sederhan dan mudah dikelola ( tidak rumit )

4. Ukuranya sesuai dan ( seimbang ) dengan ukuran fisik anak 5. Dapat mengajikan konsep matematika ( tidak mempersulit

pemahaman )

6. Sesuai dengan konsep pembelajaran

7. Dapat memperjelas konsep ( tidak mempersulit pemahaman ) 8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep

berpikir yang abstrak bagi siswa

9. Bila kita berharap siswa belajar aktif ( sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat dimanipulasiakan, yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, di copot, ( diambil dari susunannya ) dan lain-lain.

10. Bila mungkin alat peraga dapat berpaedah lipat (banyak)

Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat mebuahkan hasil yang sesuai dengan


(12)

yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru bukanya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung.

Proses pemilihan alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yaitu: Tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang begitu kecil, sehingga anak sulit dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpamanya gambar tersebut dari luar negri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dlam proses belajar mengajar ini. Karna itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat bantu mengajar.

Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan afektif dan efisien, perlu da yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini adalah mengusahakn agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan intruksional yang akan di capai. Keculai itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara sistenatis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan intruksional.


(13)

Pemecahan masalaha adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan dalam ilmu matematika. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan kterampilan dalam suatu situasi baru dan situasi berbeda sebagi contoh pada saat siswa diminta untuk mengukur luar selembar papan, beberapa konsep dan keterampilan ikut terlibat, beberapa konsep yang terlibat adalah bujur sangkar, garis sejajar dan sisi, sedangkan beberapa keterampilan yang terlibat yaitu keterampilan mengukur, menjumlahkan , dan mengalikan.

Dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia dikenal adanya matemaatika modern pada sekitar 974 matematika modern mulain diajarkan di SD sebagi pengganti penghitungan, matematika modern lebih menekankan pada pemahaman setruktur dasar system bilangan dari pada mempelajari ketrampilan fakta-fakta hafalan pelajaran matematika modern lebih menekankan pada mengapa fdan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang paling padat dan tidak mendua arti, karna itu istilah symbol, notasi dan semacamnya yang pada matematika lama membingungkan, tidak jelas, keliru atau mendua arti, dalam matematika modern hal tersebut diperjelas, misalnya saja, beda antar bilangan dan kambangnya, beda antara garis dan ruas garis, beda antar sisi yang sama dengan sisi eksivalen, beda antar bentuk geometri dengan bendanya, beda antara notasoi


(14)

garis dengan notasi ruas garis, beda antar konsep dan peragaan ya dan lain-lain demikian itu dalam matematika lama tidak dianggap penting, sehngga membingunkan dan dapat berarti ganda.

Pengajaran matematika modern bertujuan untuk meluruskan dan mempermuadah siswa belajar berhitung dan cabang-cabang matematika lainnya, bukan sebaliknya. Jika orang tua kita mendapat kesukarandalam mempelajarinya, apakan hal tersebut berlaku juga pada siswa sekarang? Atau mungkinkah kesulitan yang orang tua hadapi tersebut karena cara mempelajarinya yang sekarang ini lain dari yang telah dimiliki sej berpuluhan tahun? Misalnya saja kita cepat sekali menyebut abjad dari a sapai z, sekarang coba di balik dari z sampai a, pastilah kita akan mengalami kesukaran itu karena kita tidak biasa, bukan karna kita lebih sukar, dahulu di SD diberitahu bahwa luas bola adalah 4 x 3,14 x r2, sekarang dalam matematika modern siswa diminta menemukan sendiri rumus tersebt melalui bimbingan guru, cara baru itu bukan untuk menyulitkan tetapi justru untuk menumbuhkan keaktifan siswa dan menimbulkan pengertian baik dalam matematika lama maupun matematika modern, konsep-konsep matematika sifatnya abstrak, yang kongkrit adalah pengajaranya. Bila dalam pengajarannya itu kurang atau tanpa alat-alat pengajarannya menjadi abstrak karena dalaam pengajaran matematika lama terlalu abstrak (banyak hapalan, kurang pengertian dan deduktif) maka dalam


(15)

pelajaran matematika modern menerapkan teori mengajar baru yaitu pieget dan dienes, dimana teori tersebut menekankan pada pentingnya belajar matematika yang menarik dan dapat di pahami olehsiswa, sehingga dalam pembelajaran matematika modern diperlukan alat peraga.

5. Belajar Matematika

Matematika penting peranannya dalam usaha meningkatkan kesejahtraan umat manusia, sehingga manusia dianggap perlu untuk menguasai atau memahami matematika. Beranjak dari tujuan ini, maka sedikit orang yang ingin atau dianjurkan belajar matematika.

Matematika juga di kenal tidak hanya berhubungan dengan bilangan dan oprasi-oprasinya, melaikan jga berkenaan den ide-ide, struktur-struktur dan hubungan yang teratur secara logis, serta dalam matematika digunakan proses deduktif. Proses deduktif digunakan untuk membuat dugaan-dugaan atau permasalahan berdasarkan pengamatan pada kasus.

Mempelajari matematika memerlukan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berpikir hitung dan kemampuan menganalisa persoalan (permasalahan). Oleh karena itu, individu yang ingin mempelajari matematika harus senantiasa berpartisipasi aktif dalam proses belajar matematika.


(16)

Menurut manangkasi (1987) menyatakan bahwa belajar matematika adalah suatu kegiatan mental dari lambing-lambang dan cara mempelajari lambing tersebut yang kompleks menjadi sederhana berdasarkan asumsi dasar aksioma, dalil-dalil dan teorema yang dibuktikan sebelumnya.

Sejalan dengan hal diatas menurut agung (1984:11) bahwa hakikat belajar matematika adalah suatu atktivitas untuk memahami ariti hubungan- hubungan, symbol-simbol kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan dalam situasinya.

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan utamanya adalah belajar bagi siswa mengajar bagi guru. Siswa senantiasa ingin memperoleh hasil yang baik dari kegiatan yang dilakukan.

Hasil belajar mempunyi peran penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi yang di pelajari disekolah, siswa yang cerdas dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Peningkatan hasil belajar ditentukan oleh tingkat kemauan siswa untuk belajar secara bermakna dan terus menerus. Minat dan kemampuan siswa untuk belajar matematika yang kuarang akan memberikan hasil belajar yang kurang pula. Jika kemauan belajar


(17)

matematika tinggi diharapkan hasil belajar siswa disekoalah juga tinggi.

Pengertian hasil belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dalam mata pelajaran tertentu yang menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa. Pengertian hasil belajar menurut Hoedoyo (1990:139) bahwa: “Prestasi belajar adalah pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari”. Sejalan dengan pendapat Dimyati (1990:48) bahwa “Hasil belajar merupakan hasil sesuatu interaksi tindak belajar dan tindak pengajar dari sisi guru. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar merupakan berakhir penggal dan puncak”.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang tekhnologi komunikasi dan informasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan tekhnologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan


(18)

kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidka pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampun menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, table, diagram, dan media lain. RPP pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,


(19)

sekolah diharapkan menggunakan tekhnologi informasi dan komunikasi seperti komputer atau media lainnya.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Melakukan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek yaitu: bilangan, geometri, pengukuran, dan pengolahan data.


(20)

Pengukuran terbagi atas waktu, panjang, dan berat. Kegiatan pembelajaran matematika diarahkan pada memilih alat ukur sesuai fungsinya dan menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah. Alat-alat ukur yang digunakan waktu, panjang, berat, penggaris, rol meter, dan timbangan.

Satuan waktu menggunakan hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Hitungan jam tidak boleh melebihi dua 24 jam, hitungan menit tidak boleh lebih dari 60 menit, dan hitungan detik tidak boleh lebih dari 60 detik. Apabila melampaui hitungan tersebut, maka harus dijadikan satuan waktu yang terbesar.

Ukuran panjang adalah sebuah ukuran dari seberapa jauh atau luas suatu jarak, satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang, namun untuk menjadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat diatasnya dibagi dengan angka 100, satuan ukuran luas tidak lagi menggunakan meter tetapi meter persegi.

Ukuran berat dan ringan adalah ukuran dari suatu benda. Biasanya alat yang digunakan untuk dapat mengukur benda adalah timbangan. Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang, namun satuan meter diganti dengan gram. Untuk satuan berat tidak memiliki turunan gram persegi maupun gram kubik.


(21)

7. Bahan Ajar Pengukuran Waktu

Buku yang kami gunakan bersumber dari buku matematika kelas 2 yang diterbitkan oelh Penerbit Erlangga terbitan tahun 2009, mengenai pengukuran waktu, panjang, berat, serta berbagai persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Materi untuk pengukur waktu meliputi: a. Membaca dan menentukan tanda waktu b. Menuliskan tanda waktu

c. Menentukan lama waktu

B. Hasil Belajar dan Proses Pembelajaran 1. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono,(1999) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.


(22)

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Psikomotor

Meliputi keterampilan motoric, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajat yaitu: a. Keterampilan dan kebiasaan


(23)

c. Sikap dan cita-cita

Pendapat dadri Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

2. Proses Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu


(24)

peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap ( aspek afektif ), serta keterampilan ( aspek psikomotor ) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui ( diturut ) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.


(25)

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan ( aspek psikomoto r) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs ( 1979:3 ).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. ( UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20 ).

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan


(26)

sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

Proses pembelajaran terdiri dari: 1. Perencanaan

Pada tahap ini guru harus mempersiapkan bahan dan materi ajar apa saja yang dinilai palik epektif digunakan di kelas agar siswa tertarik dan menyukai materi yang akan diajarkan.

2. Pelaksanaan pembelajaran a. Kegiatan awal

Guru mengulang lagi materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, memeriksa PR, dan memberikan motivasi tentang materi yang akan diajarkan.

b. Kegiatan inti

Melaksanakan proses pembelajaran. c. Kegiatan penutup

Menyimpulkan semua materi yang sudah diajarkan dan memberikan PR untuk pertemuan berikutnya

3. Penilaian Hasil Belajar

Tahap ini guru melakukan pengukuran hasil atau ketercapaian siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah disampaikan,


(27)

sekaligus ini akan menjadi acuan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya. Konsekwensinya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar harus mampu menata dan meletakan dasar penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas penyelesaian permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan dan symbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, terbuka, optimis, dan menghargai matermatika. Namun demikian perkembangan pembelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar dewasa ini masih memeprihatinkan. Indkasi faktualnya adalah sangat buruknya minat dan prestasi siswa. Matematika menjadi suatu pelajaran yang sangat menakutkan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh edukasi yang kurang menyenangkan. “Pengalaman kurang menyenangkan ini berasal dari suasana belajar mengajar matematika di kelas. Metode yang diterapkan guru terlalu mekanistik dan satu arah saja.” (Elen Fredman dalam Sumarjono, 2003:27).

Berdasarkan data keberadaannya, dalam mengajarkan matematika didominasi oleh proses belajar mengajar dengan menggunakan


(28)

latihan-latihan yang terdapat di buku-buku teks. Kita mengenal Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan masih banyak yang lainnya merupakan upaya pembelajaran yang sedang popular diterpkan para pengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga tidak mampu menyelesaikan akar dari permasalahan. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pembaharuan pembelajaran sudah sangat baik untuk sebuah harapan perbaikan mutu pendidikan. Namun demikian kelemahan dalam penerapannya adalah guru sebagai pengajar masih miskin improvisasi penggunaan alat peraga yang dapat menarik dan menantang siswa dalam pencapaian taksonomi pembelajaran.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adlah rumusan jawaban sementara terhadap soal yang dimaksud sebagai tuntunan sementara dalam penelitian ini, penulis spesifikasikan sebagai berikut: “Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika di kelas 2 SD N 1 Cibarani.”


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindkaan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti kelas tidak tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi:2005).

Penelitian ini berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk


(30)

pengajaran di kelas. Tujuan ini tidak terlepas dari adanya interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keadaan kelas dan materi sehingga dalam penelitian ini yang diteliti adalah proses dan hasil belajar (Tim Pelatih Proyek PGSM Depdikbud, 1996:10).

Sebelum melakukan tindakan, penulis melakukan tahap orientasi lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui permasalahan nyata yang muncul di lapangan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Setelah melakukan orientasi lapangan, sesuai dengan alur penelitian tindakan kelas, maka penulis melakukan tindakan dengan empat tahap yaitu (1). Perencanaan/planning, (2). Tindakan/action, (3). Observasi/Observation, (4). Refleksi/reflection. Lebih jelasnya penulis gambarkan dalam bagan alur penelitian tindakan kelas model Kemmis di bawah ini:

Tabel 3.1

Dari bagan alur penelitain di atas, maka ada empat tahap penting dalam penelitian tindakan kelas. Empat tahap tersebut adalah:

a.1. Tahap Perencanaan atau Planning G. Mengidentifikasi masalah

H. Menganalisis dan merumuskan masalah I. Merancang langkah-langkah pembelajaran

J. Mendiskusikan penerapan langkah-langkah pembelajaran K. Menyiapkan instrument.


(31)

a.2. Tahap Tindakan/pelaksanaan atau action

 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

 Menerapkan metode dan teknik serta motivasi dalam pembelajaran

 Melakukan pengamatan atau mengobservasi kelemahan penerapan langkah-langkah pembelajaran

 Mengantisipasi kendala dalam tindakan a.3. Tahap Evaluasi atau Evaluation

 Mendiskusikan dengan teman sejawat dan kepala sekolah mengenai kelebihan dan kekurangan tindakan pembelajaran

 Menganalisis semua temuan dalam tindakan/pelaksanaan pembelajaran

 Melakukan diskusi untuk siklus berikutnya a.4. Tahap refleksi atau reflection

 Mengkaji ulang kekurangan dalam siklus sebelumnya  Menaganalisis temuan-temuan dalam siklus sebelumnya  Menyusun scenario pembelajaran untuk siklus berikutnya B. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan, dilakukan sebelum penelitian, kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan ini adalah menurus perijinan dan mencari tahu kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran serta menentukan target penelitian,


(32)

3. Studi literature dan pemotretan kondisi objektif lapangan, 4. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas,

5. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal bidang studi matematika di kelas 2, hal ini dilakukan untuk tidak mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung secara rutin (rutinitas). Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menerapkan langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme,

 Pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana, dan

 Alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.

6. Observasi Tindakan

Peneliti meminta bantua untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan meliputi:

 Melakukan diskusi dengan guru lain dan Kepala Sekolah,  Pengamatan terhadapa penerapan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan media, latihan, dan motivasi siswa,

 Mencatat kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat penerapan langkah-langkah pembelajaran, dan

 Membahas kelemahan langkah-langkah pembelajaran. 7. Refleksi

Refleksi merupakan tahap pengevaluasian dari setiap siklus untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan dalam siklus. Kegagalan dan kekurangan dalam siklus menjadi bahan perbaikan pada siklus selanjutnya.


(33)

C. Teknik Pengumpulan Data

Jenia data dalam penelitian ini berupa: 1. Data tentang pelaksanaan pembelajaran,

2. Data tentang perilaku belajar siswa di kelas, dan 3. Data tentang hasil belajar siswa tentang materi waktu. Dengan demikian, teknik pengumpulan datanya berupa: 1. Observasi tentang pelaksanaan pembelajaran, 2. Observasi tentang perilaku belajar siswa, dan 3. Tes penguasaan tentang materi waktu.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENGAJARAN (Siklus I dan II)

Materi Ke : Siklus ke :

Hari / Tanggal :

Waktu :

Materi :

Petunjuk :

Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pengamatan anda pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Dan berilah komentar atau catatan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Apabila ada kegiatan lain yang dianggap penting yang berkaitan dengan indikator yang telah ditentukan, catatlah pada tempat yang tersedia.

Jenis

kegiatan Indikator Penilaian1 2 3 4 Komentar / catatan Pendahulua

n 2. Menginformasikan pokok 1. Membuka pelajaran bahasan dan sub pokok bahasan


(34)

3. Memotivasi/membangkitkan minat siswa

4. Mengemukakan tujuan yang akan dicapai 5. Menggali pengetahuan

prasyarat Kegiatan inti Tahap Persiapan

1. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan

2. Mengetes alat peraga yang akan digunakan 3. Tahap Kegiatan Utama 4. Mengenalkan konsep

waktu melalui hal-hal konkrit atau dari sekitar siswa

5. Memulai dari masalah-masalah realistic atau masalah dalam kehidupan sehari-hari

6. Mengemukakan masalah realistic/kontekstual yang sederhana secara jelas 7. Memotivasi siswa untuk

menyelesaikan masalah realistik denagn car dan gaya bahasanya sendiri 8. Memberi waktu yang

cukup untuk

menyelesaikan masalah realistik

9. Membimbing siswa untuk menemukan konsep-konsep tentang waktu 10. Memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan ide-idenya

11. Mengidentifikasi dan memotivasi siswa yang


(35)

kurang aktif dalam aktivitas belajarnya 12. Mengidentifikasi dan

memotivasi siswa yang kurang aktif dalam aktivitas belajarnya 13. Memberi kesempatan

bertanya kepada siswa 14. Merespon

keluhan-keluhan siswa pada saat berlangsung pembelajaran 15. Merespon

keluhan-keluhan siswa pada saat berlangsung pembelajaran 16. Memantau aktifitas siswa

selama pembelajaran 17. Menggali penguasaan

konsep dengan memberi masalah realistik yang lebih kompleks

Kegiatan pemantapan

1. Memberika evaluasi kepada siswa

2. Memberi penilaian pada hasil pekerjaan siswa 3. Menyimpulkan materi

pembelajaran Kegiatan

Akhir 1. Memberikan himbauan-himbuan dan saran kepada anak

2. Menutup pelajaran

Keterangan penilaian: = Sangat Kurang = Kurang

= Baik

= Sangat Baik


(36)

...

Pengamat,

Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa Siklus I dan II

Hari/Tanggal :

Materi :

Observer :

No Nama Lengkap

Aspek afektif yang

diamati Σ Skor

1 2 3 4 5

Jumlah rata-rata persentase Keterangan:

No Aspek Sko

r Kriteria Penilaian

1 Kehadiran

3 Hadir tepat waktu pada saat proses belajar 2 Terlambat

1 Tidak masuk karena ijin/sakit

2 Keaktifan

3 Sering bertanya dan memberikan pendapat 2 Pernah bertanya dan memberi pendapat 1 Tidak pernah bertanya dan memberiakan pendapat

3 Berfikir bersama dengan kelompok

3 Aktif dalam diskusi kelompok

2 Kurang aktif dalam diskusi kelompok 1 Tidak aktif dalam diskusi kelompok

4 Kejujuran

3 Jujur pada saat mengerjakan tes 2 Kurang jujur pada saat mengerjakan tes 1 Tidak jujur pada saat mengerjakan tes 5 Kemampuan

berkomunikasi 3

Cakap dan mampu berkomunikasi lisan di depan kelas dengan jelas 2 Mampu berkomunikasi lisan di depan


(37)

kelas

1 Tidak dapat berkomunikasi lisan di depan kelas

Kisi-kisi tes materi tentang waktu. Santi suka belajar

Ia belajar dari pukul 6 sore Selesai belajar jam 8 malam Berapa jam santi belajar

E. Analisis Data

Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajajran.

Aturan Sturges (Heryanto dan Hamid 2009: 2-11) untuk menyusun sekumpulan data ke dalam tabel distribusi frekwensi dengan panjang kelas yang sama untuk setiap kelas interval diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Nilai Rentang

R = Nilai data terbesar – Nilai data terkecil 2. Menentukan Banyak Kelas yang Digunakan

k = 1 + (3,3) (log n)

dengan : k = banyaknya kelas interval n = banyak data yang digunakan 3. Menentukan Panjang Kelas

P = Rentang K


(38)

4. Menentukan nilai ujung bawah kelas interval kelas pertama

Dengan penjabaran seperti pada aturan di atas penulis berharap akan mempermudah dalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan tabel frekwensi yang diperlukan.

Adapun tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relative jelas dan informative. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluative berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam tahap sebelumnya.


(39)

Penelitian ini berhasil apabila siswa dinyatakan mengalami peningkatan belajar dengan indikator sebagai berikut:

1. Siklus penelitian menunjukan peningkatan nilai yang signifikan, 2. Minat siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat, dan 3. Tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. G. Kolaborator

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat tim kolaborator 2 orang yaitu: 1. Yaya Sukarya, S.Pd

2. Dadang Arifin, S.Pd H. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan januari sampai maret 2014. Lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk table di bawah ini.

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan Pelaksanaan

Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Persetujuan Proposal 2 Persiapan Penelitian 3 Tindakan Kelas 4 Pengolahan Data 5 Analisis Hasil

6 Laporan hasil Penelitian


(40)

Agung, (1984). Pembelajaran Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan As’ari, A.R., (2000). Pembelajaran Matematika yang Demokratis. Universitas Negeri Malang

Bahri, Jamara Syaiful. (2000). Keunggulan Metode Demokrasi. Jakarta:Bina Aksara. Cenei

Basuki Wibawa, (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Budiarto, Mega Teguh, dkk (2004). Matematika Buku I. Dirjen Depdiknas. Jakarta

Budiarto, Mega Teguh, dkk (2004). Matematika Buku 3. Dirjen Depdiknas. Jakarta

Dimyati dan Mujiono, (1990). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Djamamarah, S.B., (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta

Hoedoyo, Herman, (1988). Belajar Mengajar Matematika. P2LPTK. Jakarta Hoedoyo, Herman, dan Surawidjaja A., (1990). Matematika. Bagian P3GSD Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Moleong, Lexy, (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT.Remaja Rosda Karya

N.K.Roestiyah, (1991). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Russefendi, (1991). Macam-macam Metode. Jakarta. Bina Aksara


(41)

Slameto, (1987). Belajar dan Faktor-faktor yang Memepengaruhinya. Bina Aksara. Jakarta

Soekamto T., Wardani, I.G.A.K., dan Winatapura, U.S., (1993). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTKI. Jakarta.

Soekamto T., dan Winatapura, U.S., (1997). Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTKI. Jakarta.

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Usman, M.U. dan Setiawati L., (2001). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Cetakan Kedua. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Winarno S., (1980). Pengertian Metode Demonstrasi. Jakarta. Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.30

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102-124. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), h. 22


(1)

...

Pengamat,

Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa Siklus I dan II

Hari/Tanggal :

Materi :

Observer :

No Nama Lengkap

Aspek afektif yang

diamati Σ Skor

1 2 3 4 5

Jumlah rata-rata persentase Keterangan:

No Aspek Sko

r Kriteria Penilaian

1 Kehadiran

3 Hadir tepat waktu pada saat proses belajar 2 Terlambat

1 Tidak masuk karena ijin/sakit

2 Keaktifan

3 Sering bertanya dan memberikan pendapat 2 Pernah bertanya dan memberi pendapat 1 Tidak pernah bertanya dan memberiakan pendapat

3 Berfikir bersama dengan kelompok

3 Aktif dalam diskusi kelompok

2 Kurang aktif dalam diskusi kelompok 1 Tidak aktif dalam diskusi kelompok

4 Kejujuran

3 Jujur pada saat mengerjakan tes 2 Kurang jujur pada saat mengerjakan tes 1 Tidak jujur pada saat mengerjakan tes 5 Kemampuan

berkomunikasi 3

Cakap dan mampu berkomunikasi lisan di depan kelas dengan jelas 2 Mampu berkomunikasi lisan di depan


(2)

kelas

1 Tidak dapat berkomunikasi lisan di depan kelas

Kisi-kisi tes materi tentang waktu. Santi suka belajar

Ia belajar dari pukul 6 sore Selesai belajar jam 8 malam Berapa jam santi belajar

E. Analisis Data

Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajajran.

Aturan Sturges (Heryanto dan Hamid 2009: 2-11) untuk menyusun sekumpulan data ke dalam tabel distribusi frekwensi dengan panjang kelas yang sama untuk setiap kelas interval diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Nilai Rentang

R = Nilai data terbesar – Nilai data terkecil 2. Menentukan Banyak Kelas yang Digunakan

k = 1 + (3,3) (log n)

dengan : k = banyaknya kelas interval n = banyak data yang digunakan 3. Menentukan Panjang Kelas

P = Rentang K


(3)

4. Menentukan nilai ujung bawah kelas interval kelas pertama

Dengan penjabaran seperti pada aturan di atas penulis berharap akan mempermudah dalam pelaksanaan penghitungan dan pembuatan tabel frekwensi yang diperlukan.

Adapun tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relative jelas dan informative. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluative berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam tahap sebelumnya.


(4)

Penelitian ini berhasil apabila siswa dinyatakan mengalami peningkatan belajar dengan indikator sebagai berikut:

1. Siklus penelitian menunjukan peningkatan nilai yang signifikan, 2. Minat siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat, dan 3. Tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. G. Kolaborator

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat tim kolaborator 2 orang yaitu: 1. Yaya Sukarya, S.Pd

2. Dadang Arifin, S.Pd H. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan januari sampai maret 2014. Lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk table di bawah ini.

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan Pelaksanaan

Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Persetujuan Proposal 2 Persiapan Penelitian 3 Tindakan Kelas 4 Pengolahan Data 5 Analisis Hasil

6 Laporan hasil Penelitian


(5)

Agung, (1984). Pembelajaran Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan As’ari, A.R., (2000). Pembelajaran Matematika yang Demokratis. Universitas Negeri Malang

Bahri, Jamara Syaiful. (2000). Keunggulan Metode Demokrasi. Jakarta:Bina Aksara. Cenei

Basuki Wibawa, (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Budiarto, Mega Teguh, dkk (2004). Matematika Buku I. Dirjen Depdiknas. Jakarta

Budiarto, Mega Teguh, dkk (2004). Matematika Buku 3. Dirjen Depdiknas. Jakarta

Dimyati dan Mujiono, (1990). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Djamamarah, S.B., (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta

Hoedoyo, Herman, (1988). Belajar Mengajar Matematika. P2LPTK. Jakarta Hoedoyo, Herman, dan Surawidjaja A., (1990). Matematika. Bagian P3GSD Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Moleong, Lexy, (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT.Remaja Rosda Karya

N.K.Roestiyah, (1991). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Russefendi, (1991). Macam-macam Metode. Jakarta. Bina Aksara


(6)

Slameto, (1987). Belajar dan Faktor-faktor yang Memepengaruhinya. Bina Aksara. Jakarta

Soekamto T., Wardani, I.G.A.K., dan Winatapura, U.S., (1993). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTKI. Jakarta.

Soekamto T., dan Winatapura, U.S., (1997). Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Bahan Ajar Pekerti P2LPTKI. Jakarta.

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Usman, M.U. dan Setiawati L., (2001). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Cetakan Kedua. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Winarno S., (1980). Pengertian Metode Demonstrasi. Jakarta. Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.30

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102-124. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), h. 22