Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan (Studi Kasus Di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat) )

(1)

SKRIPSI

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

FIRMAN PRAWIRADISASTRA. F34102050. Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan (Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat). Di bawah bimbingan : Nastiti Siswi Indrasti. 2007

RINGKASAN

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan agroindustri di bidang perikanan. Pada tahun 2002 produksi perikanan mencapai 4.7 juta ton, yang terdiri atas 3.7 juta ton produksi laut dan 1 juta ton produksi perikanan darat (BPS,2002). Industri kerupuk di Indramayu kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah. Industri kerupuk jika tidak ditangani dengan baik juga mempunyai potensi untuk merusak lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil dan menengah, khususnya agroindustri kerupuk ikan. Kedua, menganalisis alternatif-alternatif penerapan produksi bersih pada agroindustri kerupuk ikan. Tujuan terakhir adalah melakukan analisis kelayakan terhadap kemungkinan penerapan produksi bersih.

Penanganan terhadap limbah cair dan padat dari industri kerupuk dirasa masih kurang. Tidak ditanganinya limbah cair industri kerupuk membuat lingkungan sekitar pabrik menjadi kurang nyaman. Limbah cair menyebabkan parit yang terdapat di sekitar pabrik berbau tidak sedap. Penggunaan air yang berlebih juga menyebabkan pemborosan air.

Solusi dari permasalahan di atas adalah produksi bersih. Manajemen pabrik belum mengetahui konsep produksi bersih sehingga perlu dilakukan pembinaan atau pelatihan, baik dari pemerintah atau kalangan akademis. Penerapan produksi bersih tentunya harus sesuai dengan karakteristik industri kerupuk di Indramayu yaitu menggunakan teknologi yang biayanya terjangkau (feasible) dan bahan yang mudah didapatkan di pasaran.

Alternatif yang diusulkan adalah usaha daur ulang air, pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung ikan, perbaikan good house keeping, modifikasi alat, modifikasi proses dan tata cara operasi yang baik. Penerapan tata cara operasi yang baik dan perbaikan good house keeping tidak membutuhkan banyak biaya. Manfaat dari kedua alternatif ini memang tidak secara langsung berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi pabrik.

Oleh karena itu perlu ada perubahan pola pikir dari pemilik pabrik. Penerapan tata cara operasi yang baik diantaranya pembuatan Standard Operatinal Procedure

(SOP) pembuatan dan pencetakan adonan, tidak membutuhkan biaya besar. Jika setiap hari 1.7 kg tepung terigu terbuang maka dengan pembuatan SOP diharapkan tepung terigu yang terbuang dapat dihemat. Penghematan tepung terigu tiap tahunnya bisa mencapai 408 kg. Jika asumsi harga tepung terigu adalah Rp 4 000 per kg maka setiap tahun dapat menghemat Rp 1 632 000,-. Penerapan produksi bersih seperti perbaikan good house keeping dan tata cara operasi yang baik perlu dilakukan terus-menerus dengan pengawasan yang memadai agar dicapai hasil yang optimal.

Dengan basis perhitungan neraca massa 1 000 kg per hari, dihasilkan air limbah pada proses pencucian sebanyak 9 000 liter sedangkan limbah sisa ikan sebanyak


(3)

adalah sebesar -Rp. 9 772 452,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini tidak layak untuk dijalankan. Biaya operasional dari alternatif ini lebih besar dari penghematan biaya yang didapatkan sehingga perlu mencari alternatif lain yang efisien.

Untuk alternatif pembuatan tepung ikan dengan basis 1000 kg dihasilkan 250 kg limbah sisa ikan. Berdasarkan perhitungan, NPV pada alternatif pembuatan tepung ikan ini adalah sebesar Rp. 67 397 758.8,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini layak. IRR dari alternatif ini adalah 81 persen. Pada alternatif ini net B/C hasil perhitungan adalah 1.53. Payback period yang dihasilkan dari perhitungan alternatif ini adalah 1.05 tahun.


(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

Dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1984 Di Bochum, Jerman

Tanggal lulus : 28 Juni 2007

Menyetujui Bogor, Agustus 2007


(6)

BIODATA RINGKAS PENULIS

Firman Prawiradisastra, dilahirkan 27 Mei 1984 di Bochum, Jerman. Merupakan putra pertama dari pasangan Ir. Suryana dan Mahtarini. Penulis bersekolah mulai dari TK Akbar, lulus pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SD Pengadilan V pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan bersekolah di SLTP Negeri 2 Bogor pada tahun 1996 sampai 1999.

Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor hingga lulus pada tahun 2002. Semasa SMU penulis pernah mengkuti beberapa perlombaan diantaranya juara 3 lomba cepat tepat metereologi interaktif tahun 2002 dan menjadi peserta Olimpiade Fisika tingkat nasional SMU tahun 2001. Tamat dari SMU penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2007.

Beberapa kegiatan kepanitiaan juga pernah penulis ikuti diantaranya penerimaan mahasiswa baru BEM IPB, Penerimaan mahasiswa baru FATETA dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin). Beberapa seminar pernah penulis ikuti bertemakan wirausaha, biodiesel, pemasaran, motivasi dan lainnya.

Karya tulis berupa skripsi berjudul “ Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan” dan laporan praktek lapang berjudul “Penerapan Produksi Bersih di Mill MNO PT. ISM Bogasari Flour Mills, Tbk” merupakan bentuk kepedulian penulis terhadap dunia pendidikan.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH yang telah memberikan hidayah kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada

1. Ibu Dr. Ir Nastiti Siswi Indrasti selaku dosen pembimbing atas saran dan masukannya bagi penulis

2. Bapak Ir. Ade Iskandar M.Si dan bapak Dr. Ono Suparno sebagai dosen penguji atas masukannya terhadap penulis.

3. Ayah, Ibu, saudara dan pihak keluarga yang telah memberi dukungan kepada penulis.

4. Bapak H. Sein selaku pemilik pabrik kerupuk ”Dua Gajah” yang memberi penulis kesempatan untuk melakukan penelitian di pabrik kerupuk.

5. Bapak Carino selaku pembimbing lapang atas masukan dan sarannya. 6. Teman-teman TIN 23 (F39), Galih Prasetyo Jati, Berlianto, Andri, Tarwin,

Rahmad Sodikin, Haiman Saputra, Mohammad Mansyur, Igma Trisa Sukmalaksana, Fitriati, Fifi Isdianti, Herawati dan yang lainnya atas dukungannya.

7. Teman satu bimbingan F Ikhlas Kautsar dan Eny Widya Astuti atas masukan dan dukungannya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah dilakukan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. RUANG LINGKUP ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. KERUPUK ... 5

B. BAHAN BAKU KERUPUK ... 5

C. PENANGANAN BAHAN BAKU ... 5

D. PROSES PEMBUATAN KERUPUK ... 7

E. PRODUKSI BERSIH ... 8

F. METODE PENELITIAN ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 13

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 13

B. TEKNIK ANALISA DATA ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 15

B. PROSES PRODUKSI ... 16

1. Persiapan Bahan ... 17

2. Pembuatan Adonan ... 19

3. Pengukusan ... 19

4. Pemotongan atau Pengirisan ... 20

5. Penjemuran ... 20

6. Pengemasan ... 21


(9)

iv

D. PEMBAHASAN ... 22

1. Pengenalan Produksi Bersih ... 22

2. Tujuan Awal Program Produksi Bersih ... 24

3. Kajian Penerapan Produksi Bersih ... 26

1. Persiapan Bahan ... 26

1. Daur Ulang Limbah Air Ikan ... 26

2. Kebersihan Ruang Pencucian ... 32

3. Pembuatan Tepung Ikan dari Sisa Ikan ... 34

2. Pembuatan dan Pencetakan Adonan ... 37

1. Ceceran Tepung dan Adonan ... 37

3. Pengukusan ... 39

1. Kebocoran Uap dan Air ... 39

2. Kehilangan Minyak Tanah saat Penyimpanan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Kerupuk Ikan atau Udang Kategori Sedang dan Besar di Indonesia pada Tahun 2000 ... 2 Tabel 2. Komposisi Kimia Kerupuk Ikan ... 4 Tabel 3. Nilai Perkiraan Penggunaan Bahan Baku dan Bahan

Penunjang untuk Sepuluh Perusahaan di Desa Kenanga,

Indramayu Tahun 2003 ... 6 Tabel 4. Komposisi Adonan Kerupuk Ikan ... 19


(11)

SKRIPSI

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

FIRMAN PRAWIRADISASTRA. F34102050. Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan (Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat). Di bawah bimbingan : Nastiti Siswi Indrasti. 2007

RINGKASAN

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan agroindustri di bidang perikanan. Pada tahun 2002 produksi perikanan mencapai 4.7 juta ton, yang terdiri atas 3.7 juta ton produksi laut dan 1 juta ton produksi perikanan darat (BPS,2002). Industri kerupuk di Indramayu kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah. Industri kerupuk jika tidak ditangani dengan baik juga mempunyai potensi untuk merusak lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil dan menengah, khususnya agroindustri kerupuk ikan. Kedua, menganalisis alternatif-alternatif penerapan produksi bersih pada agroindustri kerupuk ikan. Tujuan terakhir adalah melakukan analisis kelayakan terhadap kemungkinan penerapan produksi bersih.

Penanganan terhadap limbah cair dan padat dari industri kerupuk dirasa masih kurang. Tidak ditanganinya limbah cair industri kerupuk membuat lingkungan sekitar pabrik menjadi kurang nyaman. Limbah cair menyebabkan parit yang terdapat di sekitar pabrik berbau tidak sedap. Penggunaan air yang berlebih juga menyebabkan pemborosan air.

Solusi dari permasalahan di atas adalah produksi bersih. Manajemen pabrik belum mengetahui konsep produksi bersih sehingga perlu dilakukan pembinaan atau pelatihan, baik dari pemerintah atau kalangan akademis. Penerapan produksi bersih tentunya harus sesuai dengan karakteristik industri kerupuk di Indramayu yaitu menggunakan teknologi yang biayanya terjangkau (feasible) dan bahan yang mudah didapatkan di pasaran.

Alternatif yang diusulkan adalah usaha daur ulang air, pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung ikan, perbaikan good house keeping, modifikasi alat, modifikasi proses dan tata cara operasi yang baik. Penerapan tata cara operasi yang baik dan perbaikan good house keeping tidak membutuhkan banyak biaya. Manfaat dari kedua alternatif ini memang tidak secara langsung berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi pabrik.

Oleh karena itu perlu ada perubahan pola pikir dari pemilik pabrik. Penerapan tata cara operasi yang baik diantaranya pembuatan Standard Operatinal Procedure

(SOP) pembuatan dan pencetakan adonan, tidak membutuhkan biaya besar. Jika setiap hari 1.7 kg tepung terigu terbuang maka dengan pembuatan SOP diharapkan tepung terigu yang terbuang dapat dihemat. Penghematan tepung terigu tiap tahunnya bisa mencapai 408 kg. Jika asumsi harga tepung terigu adalah Rp 4 000 per kg maka setiap tahun dapat menghemat Rp 1 632 000,-. Penerapan produksi bersih seperti perbaikan good house keeping dan tata cara operasi yang baik perlu dilakukan terus-menerus dengan pengawasan yang memadai agar dicapai hasil yang optimal.

Dengan basis perhitungan neraca massa 1 000 kg per hari, dihasilkan air limbah pada proses pencucian sebanyak 9 000 liter sedangkan limbah sisa ikan sebanyak


(13)

adalah sebesar -Rp. 9 772 452,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini tidak layak untuk dijalankan. Biaya operasional dari alternatif ini lebih besar dari penghematan biaya yang didapatkan sehingga perlu mencari alternatif lain yang efisien.

Untuk alternatif pembuatan tepung ikan dengan basis 1000 kg dihasilkan 250 kg limbah sisa ikan. Berdasarkan perhitungan, NPV pada alternatif pembuatan tepung ikan ini adalah sebesar Rp. 67 397 758.8,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini layak. IRR dari alternatif ini adalah 81 persen. Pada alternatif ini net B/C hasil perhitungan adalah 1.53. Payback period yang dihasilkan dari perhitungan alternatif ini adalah 1.05 tahun.


(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN

(Studi Kasus di Perusahaan Kerupuk Dua Gajah , Desa Kenanga, Indramayu – Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

FIRMAN PRAWIRADISASTRA F34102050

Dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1984 Di Bochum, Jerman

Tanggal lulus : 28 Juni 2007

Menyetujui Bogor, Agustus 2007


(16)

BIODATA RINGKAS PENULIS

Firman Prawiradisastra, dilahirkan 27 Mei 1984 di Bochum, Jerman. Merupakan putra pertama dari pasangan Ir. Suryana dan Mahtarini. Penulis bersekolah mulai dari TK Akbar, lulus pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SD Pengadilan V pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan bersekolah di SLTP Negeri 2 Bogor pada tahun 1996 sampai 1999.

Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor hingga lulus pada tahun 2002. Semasa SMU penulis pernah mengkuti beberapa perlombaan diantaranya juara 3 lomba cepat tepat metereologi interaktif tahun 2002 dan menjadi peserta Olimpiade Fisika tingkat nasional SMU tahun 2001. Tamat dari SMU penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2007.

Beberapa kegiatan kepanitiaan juga pernah penulis ikuti diantaranya penerimaan mahasiswa baru BEM IPB, Penerimaan mahasiswa baru FATETA dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin). Beberapa seminar pernah penulis ikuti bertemakan wirausaha, biodiesel, pemasaran, motivasi dan lainnya.

Karya tulis berupa skripsi berjudul “ Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan” dan laporan praktek lapang berjudul “Penerapan Produksi Bersih di Mill MNO PT. ISM Bogasari Flour Mills, Tbk” merupakan bentuk kepedulian penulis terhadap dunia pendidikan.


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH yang telah memberikan hidayah kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Penerapan Produksi Bersih Agroindustri Kerupuk Ikan”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada

1. Ibu Dr. Ir Nastiti Siswi Indrasti selaku dosen pembimbing atas saran dan masukannya bagi penulis

2. Bapak Ir. Ade Iskandar M.Si dan bapak Dr. Ono Suparno sebagai dosen penguji atas masukannya terhadap penulis.

3. Ayah, Ibu, saudara dan pihak keluarga yang telah memberi dukungan kepada penulis.

4. Bapak H. Sein selaku pemilik pabrik kerupuk ”Dua Gajah” yang memberi penulis kesempatan untuk melakukan penelitian di pabrik kerupuk.

5. Bapak Carino selaku pembimbing lapang atas masukan dan sarannya. 6. Teman-teman TIN 23 (F39), Galih Prasetyo Jati, Berlianto, Andri, Tarwin,

Rahmad Sodikin, Haiman Saputra, Mohammad Mansyur, Igma Trisa Sukmalaksana, Fitriati, Fifi Isdianti, Herawati dan yang lainnya atas dukungannya.

7. Teman satu bimbingan F Ikhlas Kautsar dan Eny Widya Astuti atas masukan dan dukungannya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah dilakukan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.


(18)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. RUANG LINGKUP ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. KERUPUK ... 5

B. BAHAN BAKU KERUPUK ... 5

C. PENANGANAN BAHAN BAKU ... 5

D. PROSES PEMBUATAN KERUPUK ... 7

E. PRODUKSI BERSIH ... 8

F. METODE PENELITIAN ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 13

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 13

B. TEKNIK ANALISA DATA ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 15

B. PROSES PRODUKSI ... 16

1. Persiapan Bahan ... 17

2. Pembuatan Adonan ... 19

3. Pengukusan ... 19

4. Pemotongan atau Pengirisan ... 20

5. Penjemuran ... 20

6. Pengemasan ... 21


(19)

iv

D. PEMBAHASAN ... 22

1. Pengenalan Produksi Bersih ... 22

2. Tujuan Awal Program Produksi Bersih ... 24

3. Kajian Penerapan Produksi Bersih ... 26

1. Persiapan Bahan ... 26

1. Daur Ulang Limbah Air Ikan ... 26

2. Kebersihan Ruang Pencucian ... 32

3. Pembuatan Tepung Ikan dari Sisa Ikan ... 34

2. Pembuatan dan Pencetakan Adonan ... 37

1. Ceceran Tepung dan Adonan ... 37

3. Pengukusan ... 39

1. Kebocoran Uap dan Air ... 39

2. Kehilangan Minyak Tanah saat Penyimpanan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Kerupuk Ikan atau Udang Kategori Sedang dan Besar di Indonesia pada Tahun 2000 ... 2 Tabel 2. Komposisi Kimia Kerupuk Ikan ... 4 Tabel 3. Nilai Perkiraan Penggunaan Bahan Baku dan Bahan

Penunjang untuk Sepuluh Perusahaan di Desa Kenanga,

Indramayu Tahun 2003 ... 6 Tabel 4. Komposisi Adonan Kerupuk Ikan ... 19


(21)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Produksi Kerupuk Ikan Pada Perusahaan Kerupuk

Kecil dan Menengah di Desa Kenanga, Indramayu ... 8

Gambar 2. Teknik-teknik Produksi Bersih ... 12

Gambar 3. Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk ... 18

Gambar 4. Desain Instalasi Daur Ulang Air ... 33


(22)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan agroindustri di bidang perikanan. Pada tahun 2002 produksi perikanan mencapai 4.7 juta ton, yang terdiri atas 3.7 juta ton produksi laut dan 1 juta ton produksi perikanan darat. Pada tahun 2003 produksi perikanan diperkirakan mencapai 5.1 juta ton atau naik 8.25 persen bila dibandingkan dengan tahun 2002. Peningkatan produksi terjadi pada seluruh kegiatan usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat (BPS, 2002).

Potensi produksi ikan yang cukup besar tersebut mempengaruhi berkembangnya agroindustri yang menggunakan bahan baku ikan. Diantaranya adalah agroindustri kerupuk ikan. Kerupuk ikan bisa dikembangkan baik mulai dari industri rumah sampai industri menengah karena teknologi yang digunakan sederhana.

Di Indonesia terdapat beberapa daerah industri pengolahan perikanan, salah satunya adalah daerah Jawa Barat. Hasil olahan ikan yang terkenal di daerah ini adalah kerupuk. Di daerah ini kerupuk masih diolah secara tradisional. Proses dan saluran pemasaran dari kerupuk ini sangat bervariasi, baik dari segi mutu maupun harganya. Di daerah Jawa Barat terdapat beberapa sentra penghasil kerupuk, yaitu : Indramayu, Ciamis, Garut, Kuningan, Sumedang dan Cirebon. Sebagian besarnya adalah industri kecil dan menengah dikarenakan proses pembuatannya menggunakan teknologi dan peralatan sederhana (Depperindag, 2003).

Disperindag Kabupaten Indramayu (2005) menyatakan terdapat 53 perusahaan di sentra produksi kerupuk di Desa Kenanga, Kabupaten Indramayu. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada sentra produksi tersebut adalah 1 048 orang. Kapasitas produksi per tahunnya mencapai 6 360 ton dengan nilai produksi Rp. 44 520 000 000 per tahun.


(23)

Industri kerupuk tersebar di hampir setiap propinsi di Indonesia. Di beberapa daerah, kerupuk berhasil diusahakan dalam skala besar. Diantaranya adalah Indramayu, Sidoarjo, Tegal, Karawang dan Pasuruan (BPS, 2000). BPS (2000) menggolongkan industri kerupuk berdasarkan penggunaan tenaga kerja, diantaranya terdapat 120 perusahaan yang termasuk kategori industri sedang dan besar. Kabupaten Indramayu tercatat sebagai yang terbanyak dengan 21 perusahaan. Perusahaan paling sedikit tercatat di daerah Pasuruan dengan 6 perusahaan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Kerupuk Ikan atau Udang Kategori Sedang dan Besar di Indonesia pada Tahun 2000

Daerah Penghasil Jumlah Perusahaan

Indramayu 21 Sidoarjo 17

Tegal 8 Karawang 7

Pasuruan 6

Lainnya (32 Daerah) 61

Total 120

BPS (2000)

Kabupaten Indramayu memiliki potensi untuk mengembangkan industri kerupuk ikan atau udang. Daerah ini memiliki sentra industri kerupuk di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang. Jika pemerintah daerah setempat serius untuk mengembangkannya, industri kerupuk bisa menjadi andalan untuk pendapatan daerah setempat. Pemerintah dapat menghubungkan industri dengan universitas atau perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi dan manajemen industri dengan pemilik modal untuk mengatasi masalah permodalan (Apriyadi, 2003).


(24)

Industri kerupuk memiliki peran sebagai penghasil devisa dan juga sebagai penggerak perekonomian nasional. Karena itu pertumbuhan dan perkembangan industri kerupuk akan berjalan dengan baik bila dibarengi dengan penguasaan teknologi dan manajemen industri modern. Penguasaan teknologi penangkapan ikan yang baik akan memberikan bahan baku yang baik dan efisien. Penguasaan teknologi dan manajemen industri modern akan membuat industri kerupuk bisa bersaing di era persaingan bebas. Hubungan antara pemilik modal, pemerintah dan pengusaha juga harus diselaraskan agar bisa memantapkan usaha ini (Apriyadi, 2003).

B. TUJUAN

a) Memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil dan menengah, khususnya agroindustri kerupuk ikan.

b) Menganalisis alternatif-alternatif penerapan produksi bersih pada agroindustri kerupuk ikan.

c) Melakukan analisis kelayakan terhadap kemungkinan penerapan produksi bersih

C. RUANG LINGKUP

Penelitian yang dilakukan ini merupakan kajian penerapan produksi bersih pada industri kerupuk ikan. Penelitian dilakukan pada bagian proses produksi kerupuk ikan. Penelitian meliputi aspek teknis teknologis dan ekonomis. Kegiatan yang pada aspek teknis teknologis meliputi tata cara operasi yang baik pada tiap tahapan proses, modifikasi proses, modifikasi alat, perbaikan good house keeping pada tiap tahapan proses, daur ulang air pada tahap pencucian dan pemanfaatan limbah industri berupa kepala dan tulang ikan. Kegiatan yang bersifat ekonomis meliputi analisis finansial atas kegiatan yang bersifat teknis teknologis.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KERUPUK

Pengertian kerupuk menurut Standar Industri Indonesia (1985) adalah makanan kering yang terbuat dari tepung tapioka atau tepung sagu dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan lainnya yang dibutuhkan. Kerupuk harus disiapkan dengan cara menggoreng atau memanggang sebelum disajikan.

Menurut Wijandi et al. (1975), jenis kerupuk dibedakan menjadi dua golongan besar. Pertama adalah kerupuk kasar yang dibuat dari bahan baku utama pati yang ditambahkan bumbu-bumbu. Yang kedua adalah kerupuk halus yang dibuat selain dari bahan baku utama pati dan bumbu juga ditambahkan dengan ikan, susu dan telur ke dalam adonan. Kerupuk ikan biasa digunakan sebagai salah satu makanan penunjang makan, yang dikonsumsi sehari-hari. Kerupuk ikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Komposisi Kimia Kerupuk Ikan

Komposisi Kimia Kerupuk Ikan

Protein (persen) 16.0

Lemak (persen) 0.4

Karbohidrat (persen) 65.6

Air (persen) 16.6

Kalsium (mg/100g) 2.0

Fosfor (mg/100g) 20.0

Besi (mg/100g) 0.1


(26)

Kandungan terbesar yang ada dalam kerupuk adalah karbohidrat sebanyak 65.6 persen. Kandungan ini didapatkan dari tepung tapioka sebagai bahan baku utama pembuatan kerupuk. Kandungan selanjutnya adalah protein sebanyak 16 persen. Kandungan protein didapatkan dari ikan sedangkan nilai gizi terendah adalah besi yaitu sebesar 0.1 mg per 100 gr.

B. BAHAN BAKU KERUPUK

Penelitian yang dilakukan oleh Januriyanti (2004) di Desa Kenanga, Kabupaten Indramayu menyatakan bahwa industri kerupuk menggunakan sekitar 11 jenis bahan baku dan bahan penunjang dalam produksinya. Terdapat dua bahan baku pokok pada produksi kerupuk yaitu tepung tapioka dan ikan.

Sepuluh perusahaan di Desa Kenanga yang menjadi objek penelitian dari Januriyanti pada tahun 2004 adalah Dua Gajah, Dua Mawar, Indrasari, Kelapa Gading, Padi Kapas, Kijang, Sri Tanjung, Rajawali, Guci Mas dan Tiga Kunci. Perkiraan penggunaan bahan baku selama satu tahun di sepuluh perusahaan di Desa Kenanga, Kabupaten Indramayu bisa dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Bahan baku yang banyak digunakan adalah tepung tapioka sebanyak 2400 ton, gula pasir 504 ton, dan ikan sebanyak 180 ton sedangkan telur digunakan sebanyak 84 000 butir. Es batu untuk penyimpanan ikan sebanyak 12 000 balok. Penggunaan energi yang tercatat adalah minyak tanah sebanyak 7 200 drum.

C. PENANGANAN BAHAN BAKU

Dari beberapa bahan baku dan bahan penunjang, terdapat dua bahan baku utama yaitu tepung tapioka dan ikan. Prosedur penanganan bahan baku ikan untuk perusahaan menengah dan kecil adalah sama. Bahan baku yang sampai di pabrik diangkut oleh pekerja untuk dibersihkan. Kemudian disimpan di dalam box fiber yang sudah diisi dengan es balok menuju gudang penyimpanan. Penggunaan bahan baku


(27)

menggunakan sistem FIFO (First In First Out), yaitu bahan baku yang datang lebih dulu akan diproses pertama kali (Januriyanti, 2004).

Prosedur penanganan bahan baku tepung tapioka pada perusahaan kerupuk yaitu tepung tapioka yang telah sampai di perusahaan langsung disimpan di gudang. Bagian bawah tumpukan tepung tapioka dilapisi dengan koran atau kardus.

Tabel 3. Nilai Perkiraan Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang untuk Sepuluh Perusahaan di Desa Kenanga, Indramayu Tahun 2003

Bahan Baku dan Bahan Penunjang Kebutuhan Pertahun

Tepung Tapioka 2400 ton

Ikan 180 ton

Gula Pasir 504 ton

MSG 12 ton

Minyak Sayur 48 ton

Garam 120 ton

Telur Bebek / Ayam 84 000 butir

Plastik 84 ton

Tepung Terigu 1.2 ton

Es Batu 12 000 balok

Minyak Tanah 7 200 drum

Januriyanti (2004)

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban dan mempertahankan kualitas bahan baku. Sistem penggunaan bahan baku tepung tapioka pada perusahaan adalah dengan FIFO(First In First Out) (Januriyanti, 2004).


(28)

D. PROSES PEMBUATAN KERUPUK

Proses produksi kerupuk ikan pada perusahaan menengah dan kecil umumnya sama. Pada perusahaan menengah, ikan yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang digunakan di perusahaan kecil (Januriyanti, 2004).

Menurut Apriyadi (2003), proses pembuatan kerupuk diawali dengan memisahkan daging ikan atau udang dari bagian kulit, kepala, ekor dan tulangnya. Setelah itu dilakukan proses pencucian. Setelah pencucian kemudian daging ditumbuk sampai halus. Kemudian dicampur dengan bumbu dan telur ayam atau telur bebek sambil diaduk sampai rata. Setelah semua bahan tercampur rata, ditambahkan tepung tapioka ke dalam adonan dan dilakukan pengadukan kembali. Bersamaan dengan itu adonan ditambahkan air sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk sampai betul-betul lunak.

Adonan yang sudah lumat tersebut kemudian dibuat berbentuk silinder. Ukuran silinder disesuaikan dengan kebutuhan kerupuk yang akan dibuat. Adonan yang berbentuk silinder tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan (mal) yang terbuat dari bahan kaleng atau alumunium. Adonan yang telah terbentuk selanjutnya dikukus selama kurang lebih 1.5 – 2 jam atau sampai dirasa masak (Apriyadi, 2003).

Adonan yang telah dikukus kemudian didinginkan selama kurang lebih 12 jam. Setelah cukup keras, adonan yang telah kering dipotong-potong tipis (kurang lebih 2 mm) dengan pisau tajam atau dengan alat ham slicer. Untuk memudahkan pemotongan, pisau potong sering diolesi minyak goreng. Hasil irisan tersebut lalu dijemur sampai kering. Setelah itu akan didapatkan kerupuk ikan atau udang yang siap dikemas (Apriyadi, 2003). Diagram alir proses produksi kerupuk pada perusahaan kerupuk kecil dan menengah di Desa Kenanga, Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 1.


(29)

Gambar 1. Proses Produksi Kerupuk Ikan Pada Perusahaan Kerupuk Kecil dan Menengah di Desa Kenanga, Indramayu (Januriyanti, 2004)

E. PRODUKSI BERSIH

Produksi bersih (cleaner production) merupakan elemen strategis dalam teknologi

Pemisahan bagian kepala, ekor, kulit dan tulang

Pencucian

Pengadukan dan pelumatan

Pencetakan bentuk silinder

Pemasakan

Pengemasan Penjemuran Pemotongan Pendinginan

Ikan


(30)

pada pengurangan (reduction) atau penghilangan pencemar lingkungan pada sumbernya. Produksi bersih dilakukan pada setiap tahapan proses. Produksi bersih dapat menghasilkan keuntungan berupa pengurangan produksi hasil samping (non-product output) atau limbah, optimasi penggunaan sumberdaya dan peningkatan efisiensi produksi (Suprihatin et al, 2004).

Konsep produksi bersih sendiri dapat dideskripsikan sebagai strategi pengolahan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu. Produksi bersih harus diimplementasikan secara berkelanjutan pada proses produksi dan daur hidup produk guna menurunkan resiko terhadap manusia dan lingkungan (Nasution, 2001).

Menurut Afmar (1998), produksi bersih fokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Usahanya berupa pencegahan awal (source reduction), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan ini akan menghasilkan penghematan. Peningkatan efisiensi merupakan tulang punggung dari produksi bersih.

Produksi bersih adalah penerapan strategi lingkungan yang berkelanjutan, terpadu dan bersifat pencegahan terhadap proses, produk dan pelayanan. Produksi bersih ditujukan untuk meningkatkan efisiensi. Produksi bersih mengubah posisi lingkungan dari cost center menjadi profit center (Indriyati, 2000).

Penerapan produksi bersih yang disebut dengan on the pipe di industri lebih diutamakan pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Limbah yang dihasilkan oleh industri merupakan indikator adanya inefisiensi. Upaya produksi bersih adalah pengurangan pada sumber limbah, pengurangan terjadinya limbah dan pemanfaatan limbah melalui daur ulang baik on-site atau off-site (Indriyati, 2000).

Menurut Pramono (1999), terdapat beberapa prinsip pokok dalam strategi produksi bersih :

1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari penggunaan bahan baku beracun dan berbahaya. Pengolahan bahan baku yang baik dan perbaikan good house keeping


(31)

agar tidak menambah beban pencemaran. Jika diterapkan dapat menekan biaya pengolahan limbah yang berarti mengurangi biaya produksi.

2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi baik terhadap proses ataupun produk yang dihasilkan. Analisis daur hidup produk (product life cycle analysis) harus dipahami dengan baik.

3. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak.

Produksi bersih dapat dilakukan dengan meminimalisasi limbah pada setiap tahapan produksi. Produksi bersih dapat dimulai dengan hal-hal yang mudah dan tidak memerlukan biaya investasi besar. Kemudian secara bertahap dikembangkan sesuai dengan kemampuan perusahaan (Pramono, 1999). Indriyati (2000), mendefinisikan terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan produksi bersih di industri, yaitu :

1. Hambatan kultural, merupakan hambatan pertama yang dapat muncul dalam mengimplementasikan program produksi bersih. Keengganan untuk berubah dan konflik internal antara bagian-bagian dalam industri yang bersangkutan dapat menjadi penghambat. Hambatan kultural dapat timbul karena kurang komitmennya manajemen puncak, kurang peduli terhadap tujuan target perusahaan, adanya individu atau bagian yang enggan untuk berubah, lemahnya komunikasi internal, pembatasan karyawan dalam kerja, struktur organisasi yang tidak fleksibel, birokrasi dan sebagainya. Namun dengan mengetahui faktor-faktor penyebab hambatan tersebut, hambatan ini dapat diatasi dengan melaksanakan program pendidikan, pelatihan dan perbaikan manajemen.

2. Hambatan finansial dan teknis, timbulnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan untuk program produksi bersih ini merupakan beban tambahan bagi industri. Industri biasanya enggan untuk mengeluarkan biaya untuk


(32)

Hambatan teknis yaitu keterbatasan informasi teknik dalam suatu industri. Hambatan ini terjadi akibat ketidakpedulian karyawan terhadap perkembangan dan dinamisasi informasi yang berlangsung baik internal maupun eksternal perusahaan. Hambatan teknik dapat diatasi apabila karyawan lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap sumber-sumber informasi. Sumber informasi dapat diperoleh dari dalam perusahaan, pengalaman, lembaga pemerintah, asosiasi, institusi profesional, konsultan dan literatur.

Secara umum produksi bersih dapat dilakukan dengan dua metode atau teknik. Teknik pertama adalah pengurangan limbah pada sumbernya (source reduction) dan teknik yang kedua adalah daur ulang (recycle). Source reduction dapat dilakukan melalui pengubahan produk, perubahan material input, pengubahan teknologi atau tata cara operasi yang baik (Indriyati, 2000).

Daur ulang limbah adalah teknik pengelolaan limbah hasil proses industri dengan memanfaatkan kembali limbah. Cara yang dapat digunakan adalah limbah dikembalikan lagi ke proses semula sebagai bahan baku pengganti untuk proses industri lain, recovery bagian yang bermanfaat dari limbah atau diolah menjadi produk samping (Indriyati, 2000). Secara umum teknik produksi bersih dapat dilihat pada Gambar 2.

F. METODE PENELITIAN

Menurut Arikunto (1997), penelitian dapat ditinjau dari caranya. Terdapat dua jenis penelitian yaitu penelitian operasional dan eksperimen. Penelitian operasional adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya. Eksperimen peneliti sengaja membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Eksperimen dilakukan untuk melihat akibat dari suatu


(33)

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian, maka dikenal tiga jenis penelitian, yaitu : penelitian populasi, penelitian sampel dan penelitian kasus. Penelitian populasi meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian. Penelitian sampel dilakukan ketika kita meneliti sebagian dari populasi (Arikunto, 1997).

Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit tetapi ditinjau dari sifat penelitian, hasil yang didapat lebih mendalam (Arikunto, 1997).

Gambar 2. Teknik-teknik Produksi Bersih (Indriyati, 2000)

TEKNIK PRODUKSI BERSIH

PENGURANGAN SUMBER PENCEMAR

Pengendalian Sumber Pencemar DAUR ULANG Pengambilan Kembali Diproses Untuk:

Mendapatkan kembali bahan asal

Memperoleh produk samping

Pengubahan Produk:

Penggantian produk

Pengubahankomposisi

Penggunaan Kembali

Pengembalian ke proses asal

Penggantian bahan baku untuk proses lain

Pengubahan Material Input

Pemurnian material

Penggantian material

Praktek Operasi yang Baik

Tindakan-tindakan prosedural

Pencegahan kehilangan

Pemisahan aliran limbah

Peningkatan penanganan material Pengubahan Teknologi

Pengubahan proses

Pengubahan tata letak, peralatan atau perpipaan

Pengubahan tatanan dan ketentuan operasi


(34)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dalam dua tahap yaitu (1) Tahap persiapan dan (2) Kajian (Quick Scan) :

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan kegiatan menentukan lokasi penelitian, menetapkan tujuan awal penelitian, mengumpulkan data sekunder dan studi pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan berkaitan dengan kegiatan produksi industri kerupuk seperti proses produksi dan penanganan bahan baku.

2. Kajian (Quick Scan)

Pengumpulan data pada tahap ini meliputi aliran proses dan volume input-output. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di industri kerupuk. Pengamatan dilakukan terhadap proses produksi dan aspek-aspek yang menunjang. Selain itu dilakukan wawancara terhadap pemilik pabrik dan mandor. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang produksi bersih, penyelenggaraan industri yang bersih dan upaya yang sudah dilakukan perusahaan untuk efisiensi.

B. TEKNIK ANALISIS DATA


(35)

tahapan proses yang dapat diefisienkan dan penyusunan alternatif penerapan produksi bersih. Alternatif produksi bersih adalah suatu cara baru atau proses yang dimodifikasi yang dijadikan usulan kepada pihak pabrik. Diasumsikan bahwa tata cara operasi yang baik, perbaikan good house keeping, modifikasi alat, usaha daur ulang air pencucian, pemanfaatan limbah kepala dan tulang ikan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada industri kerupuk ikan. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat Lampiran 1.

Alternatif yang dijadikan usulan produksi bersih dianalisis kelayakannya. Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan analisis finansial dengan beberapa parameter, antara lain : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (B/C)dan Pay Back Period (PBP). Analisis kelayakan investasi dilakukan terhadap usaha daur uang air pencucian dan pemanfaatan limbah kepala dan tulang ikan.


(36)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Usaha kerupuk Dua Gajah dimulai sejak tahun 1975. Berawal dari industri rumah tangga lalu terus mengalami perkembangan dengan meningkatkan kapasitas produksinya hingga menjadi perusahaan menengah.

Usaha kerupuk Dua Gajah diawali dengan mengikuti warga lain yang bergerak di bidang usaha pembuatan kerupuk. Pemilik perusahaan kerupuk Dua Gajah awalnya bekerja pada warga lain. Hingga akhirnya bisa membuat sendiri dan mendirikan industri rumahan kerupuk.

Produksi kerupuk di perusahaan kerupuk Dua Gajah mencapai kurang lebih 3 ton dalam satu kali produksi. Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Indramayu (2005), produksi kerupuk perusahaan Dua Gajah pertahun sebanyak 560 ton. Pengelolaan pabrik kerupuk Dua Gajah dipegang oleh pemiliknya langsung. Kebanyakan pengelolaannya mengandalkan pengalaman.

Perusahaan Dua Gajah memiliki 60 orang karyawan yang terbagi dalam 6 bagian produksi, yaitu: pencucian, penggilingan, pembuatan adonan, pencetakan adonan, pengirisan dan penjemuran. Jenis karyawan terbagi menjadi dua, yaitu karyawan borongan dan karyawan tetap yang dibayar harian. Investasi untuk perusahaan Dua Gajah tercatat bernilai 350 juta dan nilai produksinya Rp. 3 640 000 000,- per tahun (Disperindag Kabupaten Indramayu, 2005).

Perusahaan Dua Gajah memiliki konsumen yang kebanyakan berada di pulau Jawa yaitu toko dan pasar di sekitar Indramayu, daerah Cirebon, Yogyakarta, Solo, Jakarta, Bandung dan Medan. Pemilik sendiri belum berminat untuk melakukan ekspor karena merasa cukup dengan pasar lokal.


(37)

B. PROSES PRODUKSI

Terdapat berbagai kendala seperti kesulitan bahan baku, kebutuhan perputaran modal yang cepat dan persediaan. Semua hal tadi mempengaruhi keputusan produsen kerupuk ikan dalam melaksanakan produksi. Kapasitas produksi pabrik cukup besar yaitu 3 ton kerupuk per hari. Produsen kerupuk ikan Dua Gajah yakin dapat segera memenuhi permintaan konsumen. Produksi langsung dilakukan ketika bahan baku tersedia. Selain bahan baku, proses produksi kerupuk sangat tergantung dari cuaca yaitu panas matahari. Jika pada saat berproduksi terjadi hujan atau tidak terlalu terik maka dapat dipastikan produksi akan terhambat.

Untuk mengatasi permasalahan ini perusahaan kerupuk Dua Gajah menyediakan oven untuk proses pengeringan jika terjadi hujan. Hanya saja kualitas kerupuk yang dihasilkan dari pengeringan oven tidak sebaik jika dikeringkan di bawah sinar matahari. Kerupuk yang dikeringkan dengan oven, pada saat digoreng tidak mengembang sempurna seperti kerupuk yang dijemur di bawah sinar matahari. Oleh karena itu penggunaan oven diusahakan seminimal mungkin.

Teknologi yang dipilih dalam proses pembuatan kerupuk di perusahaan kerupuk Dua Gajah termasuk dalam kategori menengah. Sebagian besar mesin dan peralatan yang digunakan adalah hasil rakitan dan masih terdapat beberapa peralatan tradisional. Peralatan yang diperlukan untuk memproduksi kerupuk adalah bak fiber

untuk penyimpanan bahan baku ikan, mesin penggiling daging untuk menghaluskan daging, mesin pencampur adonan (mixer), cetakan (mal) untuk adonan kerupuk, rak

stainless, mesin pengukus, gebreg yang terbuat dari bambu untuk menyusun adonan yang akan dikeringkan setelah dikukus, mesin pemotong (ham slicer), tampah

penjemur dan sealer dengan panas.

Peralatan produksi seperti gebreg dan tampah termasuk alat tradisional. Gebreg

terbuat dari bambu sedangkan tampah terbuat dari kayu. Mesin penggiling daging,

mixer, cetakan (mal), rak stainless, mesin pengukus, mesin pemotong (ham slicer) dan heat sealer merupakan mesin atau peralatan yang dipesan dari pemasok. Neraca


(38)

Dari neraca massa di atas dapat terlihat penggunaan air pada saat pencucian adalah sebanyak 9 m3. Air dari pencucian ini langsung dibuang ke saluran air. Air ini mengandung darah ikan dan sisa-sisa pemotongan ikan. Air pencucian ini mengakibatkan bau tidak sedap keluar dari parit di sekitar lingkungan pabrik. Lingkungan pabrik berdekatan dengan rumah penduduk sehingga jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat tidak baik pada kualitas kesehatan penduduk sekitar pabrik.

Terdapat sisa ikan berupa kepala, isi perut dan kulit ikan sebanyak 250 kg. Selama ini baru kulit ikan yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi kerupuk kulit. Kepala dan isi perut ikan selama ini dimanfaatkan menjadi pakan lele langsung tanpa diolah.

1. Persiapan Bahan

Bahan baku utama pembuatan kerupuk adalah tepung tapioka dan ikan. Basis yang digunakan untuk produksi adalah 1 000 kg ikan mentah per hari. Selain bahan baku utama terdapat bahan penunjang atau bahan penolong yang digunakan pada proses pembuatan kerupuk yaitu gula, garam, telur, Mono Sodium Glutamat

(MSG), dan air. Pada tahap pertama ini, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian daging ikan dipisahkan dari kulit, kepala, ekor dan tulangnya dengan menggunakan pisau.

Pada proses ini terdapat produk samping berupa kulit ikan, kepala ikan dan isi perut ikan. Kulit ikan akan dimanfaatkan menjadi kerupuk kulit ikan. Harga kerupuk kulit ini lebih tinggi daripada harga kerupuk ikan itu sendiri yaitu Rp 50 000 per kg. Kepala ikan dan isi perut ikan akan dijadikan pakan ikan lele.

Daging ikan dikumpulkan dalam baskom. Daging yang terkumpul digiling di dalam mesin penggiling daging. Selanjutnya daging yang telah digiling ditimbang sesuai dengan komposisi pada adonan pembuatan kerupuk. Begitu juga dengan tapioka dan bahan penunjang lainnya ditimbang berdasarkan komposisi adonan.


(39)

pada Tabel 4. Komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan yang dibutuhkan untuk setiap adonannya adalah 15 kg. Bahan yang paling sedikit digunakan adalah MSG sebanyak 50 gr.

Gambar 3. Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk

Pencucian dan Pengeluaran isi perut, pemisahan

kulit dan kepala 1000 kg

Penggilingan Daging 750 kg

Pembuatan Adonan 3305,63 kg

Pemotongan / Pengirisan 3753,93 kg

Penjemuran Kerupuk selama 1 hari 3753,93 kg

Pengeringan Adonan selama 12 jam 3803,93 kg

Pengukusan dengan suhu 110OC, 1 jam

3853,93 kg Pencetakan Adonan

3355,63 kg Tepung Terigu

50 kg

Air = 9 m3 Sisa Ikan 250 kg

Uap Air 50 liter Air = 500 liter

Minyak Tanah = 100 ltr Tapioka = 2000 kg Gula = 400 kg Garam = 150 kg MSG = 2,5 kg Telur = 50 butir

Air = 9 m3

Uap Air 50 liter Uap Air 400 liter Ikan Segar 1000 Kg Kerupuk Kering 3353,93 kg Tepung dan Adonan


(40)

Tabel 4. Komposisi Adonan Kerupuk Ikan

Bahan Komposisi

Daging Ikan 15 Kg

Tapioka 40 Kg

Gula 8 Kg

Garam 3 Kg

Telur 1 Butir

MSG 50 Gram

Air 5 liter

2. Pembuatan Adonan

Pembuatan adonan dilakukan dengan mesin pencampur (mixer). Adonan dicampur dalam mesin pencampur dalam waktu 10 menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik. Setelah selesai dicampur dengan mesin, adonan diaduk menggunakan tangan agar adonan tercampur lebih merata. Setelah merata, adonan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dengan menggunakan tangan. Bagian-bagian tersebut oleh pekerja bagian pencetakan dimasukkan ke dalam cetakan (mal). Cetakan adonan terbuat dari besi. Cetakan berbentuk setengah elips dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat panjang atau tabung (bongko). Setelah dicetak adonan disusun kedalam rak yang terbuat dari stainless steel disiapkan untuk dikukus.

3. Pengukusan


(41)

tingkat rak terdapat 4 buah bongko adonan. Rak-rak tersebut memiliki 13 tingkat. Satu mesin pengukus bisa memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan berlangsung kurang lebih 1 jam. Perusahaan kerupuk Dua Gajah memiliki satu buah lemari pengukus. Setelah pengukusan selesai maka bongko-bongko yang sudah matang ditiriskan dan didinginkan di atas rak bambu (gebreg). Bongko-bongko ini akan didinginkan dalam waktu 12 jam hingga bongko tersebut mengeras. Bongko didinginkan di dalam pabrik.

4. Pemotongan atau Pengirisan

Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00 WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Tetapi bisa terjadi perubahan tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari dilakukan agar

bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai siang harinya. Kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di dalam tampah. Pengirisan bongko dilakukan dengan menggunakan ham slicer. Setiap satu

ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang tidak rata.

5. Penjemuran

Proses penjemuran dibagi menjadi dua, yaitu penjemuran dengan sinar matahari dan penjemuran dengan menggunakan oven. Penjemuran biasanya dilakukan di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dengan oven dilakukan hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas produksi atau pada waktu cuaca kurang mendukung seperti terjadi hujan.

Penjemuran dilakukan dengan menyusun kepingan-kepingan kerupuk hasil pengirisan di atas tampah. Kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama


(42)

kurang lebih 12 jam. Jika kondisi panas matahari tidak terik maka penjemuran dilanjutkan esok hari.

Jika terjadi hujan atau panas matahari kurang terik maka penjemuran dilakukan dengan oven. Tetapi pemilik pabrik meminimalisir penggunaan oven. Penjemuran dengan oven dianggap kurang baik karena kerupuk yang dihasilkan menurun kualitasnya. Kerupuk yang dijemur dengan oven tidak mengembang sempurna ketika digoreng.

6. Pengemasan

Kerupuk yang sudah kering disortir oleh pekerja bagian pengemasan. Kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik ukuran 250 g. Kemudian dilakukan penimbangan jika kurang ditambah jika berlebih dikurangi.

Kerupuk yang sudah ditimbang, disegel dengan menggunakan mesin segel (sealer) dengan panas. Setelah disegel, kerupuk dalam plastik 250 g dikemas lagi dalam plastik besar dengan ukuran 5 kg. Terdapat 20 kemasan plastik kecil dalam satu kemasan plastik besar ukuran 5 kg.

C. MANAJEMEN STOK DAN PENGGUDANGAN

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi kerupuk ikan adalah ikan dan tepung tapioka. Udang termasuk ke dalam bahan penolong karena penggunaannya sedikit. Tepung tapioka yang digunakan di perusahaan kerupuk Dua Gajah diperoleh dari daerah Ciamis.

Bahan baku ikan segar diperoleh dari tempat pelelangan ikan di Pantai Song, Kabupaten Indramayu. Selain dari Kabupaten Indramayu bahan baku ikan juga diperoleh dari daerah Karawang, Subang, Pasir Putih, Palembang, Juwana, Batang


(43)

Ketersediaan bahan baku ikan sulit dikendalikan. Ada dua kesulitan yang dihadapi. Pertama karena sulit mendapatkan ikan dalam jumlah yang banyak karena tergantung dari hasil melaut nelayan. Kedua, bahan baku ikan tidak tahan lama disimpan dalam gudang jadi harus segera diproses.

Dalam mendapatkan bahan baku ikan produsen kerupuk menggunakan jasa pemasok ikan yang menyediakan ikan dari daerah pemasok. Ikan akan langsung dikirim dengan atau tanpa pemberitahuan kepada pemilik pabrik kerupuk. Pemilik pabrik akan langsung menimbang ikan yang datang. Ikan yang datang bisa langsung diolah atau bila dirasa belum siap olah maka akan disimpan dalam bak fiber yang diisi es batu. Penyimpanan maksimal di dalam bak fiber adalah tiga hari.

Perusahaan kerupuk Dua Gajah hanya akan berproduksi jika yakin permintaan akan meningkat atau bahkan hanya berdasarkan pesanan. Cara ini dianggap baik karena waktu pengembalian modal lebih cepat.

Gudang bahan baku dan bahan penunjang menyatu dengan tempat proses produksi. Gudang penyimpanan ikan menyatu dengan ruang pencucian tempat pertama kali ikan diolah. Gudang tapioka dan tepung terigu menyatu dengan ruang pembuatan adonan. Hal ini dikarenakan ruang proses produksi masih mencukupi untuk dijadikan sebagai gudang. Transportasi bahan baku akan lebih cepat dan mengurangi tumpahan karena dekatnya jarak transportasi.

D. PEMBAHASAN

1. Pengenalan Produksi Bersih

Produksi bersih adalah suatu usaha yang sifatnya adalah mencegah dan proaktif dalam manajemen lingkungan. Produksi bersih akan membantu dalam pencegahan atau pengurangan dampak lingkungan melalui siklus hidup produk. Siklus hidup produk dimulai dari penyediaan bahan baku sampai pembuangan akhir produk. Strategi produksi bersih adalah :


(44)

1. Pada proses produksi, termasuk di dalam strategi produksi bersih adalah: pencegahan kerusakan pada bahan baku, meminimumkan penggunaan energi, menghilangkan penggunaan bahan baku yang berbahaya dan beracun dan mengurangi kadar racun yang terkandung di dalam emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.

2. Pada produk akhir, strategi difokuskan pada pengurangan dampak lingkungan sepanjang daur hidup produk mulai ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir produk.

Menurut Indriyati (2000), penerapan produksi bersih dalam suatu industri memerlukan kebijakan dan arahan yang tegas dari manajemen puncak. Karena selama ini pemahaman limbah (inefisiensi) dilihat sebagai suatu konsekuensi logis dalam suatu proses produksi. Oleh karena itu diperlukan perubahan paradigma yang membutuhkan dorongan kuat dari manajemen puncak terhadap pelaksana di lapangan.

Hal ini juga berlaku bagi industri kerupuk yang tergolong industri kecil menengah. Jika manajemen puncak memahami konsep produksi dan memiliki keinginan kuat untuk melaksanakannya maka karyawan akan ikut melaksanakan. Jika manajemen puncak kurang memahami maka pelaksanaan produksi bersih dapat terhambat.

Industri kerupuk cukup pesat perkembangannya di Indramayu. Jika tidak ditangani secara baik dan benar limbah industri kerupuk akan dapat menambah pencemaran terhadap lingkungan. Limbah dari industri kerupuk yang berupa limbah air pencucian dan sisa ikan juga memiliki resiko terhadap kesehatan masyarakat di sekitar industri. Limbah cair yang langsung dibuang membuat parit di sekitar industri kerupuk mengeluarkan bau tak sedap.

Oleh karena itu limbah industri kerupuk perlu ditangani secara bijak, yaitu memberikan keuntungan baik bagi industri maupun masyarakat. Solusi yang bijak


(45)

industri kerupuk adalah teknik yang tidak membutuhkan biaya tinggi. Teknik produksi bersih yaitu perbaikan good house keeping dan tata cara operasi yang baik seharusnya dapat diterapkan langsung karena secara teknis mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak biaya. Hal ini sesuai untuk industri kecil menengah seperti industri kerupuk.

Teknik produksi bersih yang lain seperti modifikasi proses dan produk, perubahan teknologi, penggunaan kembali adalah sebagai usulan. Dibutuhkan kajian lebih mendalam dan biaya cukup besar untuk sampai pada tahap bisa diterapkan. Secara finansial produksi bersih dapat mengurangi biaya produksi. Pengurangan biaya ini didapat dari efisiensi pada tiap tahapan prosesnya.

Pihak pemilik pabrik dan mandor yang merupakan pengambil keputusan utama pada pabrik kerupuk belum mengetahui konsep produksi bersih. Dengan demikian perlu dikenalkan terlebih dahulu mengenai konsep produksi bersih. Pengenalan bisa dilakukan dengan diskusi mendalam atau pembinaan dan pelatihan dari pihak pemerintah dan akademisi. Karyawan pada pabrik kerupuk kebanyakan adalah karyawan borongan yang tidak digaji tetap dan berganti-ganti sesuai kebutuhan.

2. Tujuan Awal Program Produksi Bersih

1. Mengurangi tumpahan produk dan bahan pada setiap tahapan proses

Adanya sisa ikan di tempat pencucian dan penggilingan, tumpahan terigu dan adonan di tempat pencetakan adonan adalah akibat tidak adanya prosedur standar. Banyak penghematan yang bisa dilakukan dari minimisasi tumpahan pada setiap tahapan proses. Tumpahan-tumpahan bahan menyebabkan kondisi pabrik kurang nyaman untuk ditempati dan membuat produksi kerupuk menjadi tidak efisien.


(46)

2. Daur ulang dan penghematan penggunaan air pada proses pencucian

Proses pencucian ikan di pabrik kerupuk menghabiskan air dalam jumlah besar. Penggunaan air setiap bulannya kurang lebih sebanyak 180 m3. Sekitar 150 m3 berasal dari air sumur yang dialirkan dengan pompa sedangkan 30 m3 dari air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Banyaknya ikan yang akan dicuci mempengaruhi banyaknya air yang digunakan. Sampai saat ini pihak manajemen belum mengambil tindakan untuk penghematan air pencucian.

Penghematan bisa dilakukan dengan cara daur ulang air. Teknologi daur ulang air yang dipilih adalah teknologi yang sesuai untuk industri kecil menengah. Teknologi ini diusahakan tidak memerlukan biaya yang besar untuk penerapannya karena keterbatasan modal yang dimiliki pihak industri kerupuk.

3. Mengurangi jumlah limbah pabrik kerupuk dan resiko pada manusia

Limbah industri kerupuk meliputi air cucian yang mengandung sisa-sisa ikan, limbah sisa pengemasan berupa plastik, dan ceceran dari setiap proses produksi. Air limbah bila tidak ditangani secara baik menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia.

Air limbah selama ini langsung dialirkan ke saluran pembuangan air. Akibatnya timbul bau yang tidak sedap di lingkungan tempat tinggal warga. Air limbah yang membawa sebagian sisa-sisa ikan adalah tempat yang cocok untuk berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme. Mikroorganisme ini berpotensi menimbulkan penyakit bagi manusia. Praktek pencucian ikan belum memperhatikan kebersihan tempat pencucian.


(47)

4. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan mengenai produksi bersih pada pihak manajemen dan karyawan pabrik

Kesadaran dari pihak manajemen sangat diperlukan untuk menerapkan produksi bersih. Pada industri kerupuk pihak manajemen memegang yang memegang peranan penting diprioritaskan untuk diberikan pengertian. Karyawan di industri kerupuk yang sebagian besar merupakan karyawan borongan. Karyawan borongan ini dapat berganti-ganti setiap hari. Karyawan mendapat prioritas kedua dalam pemberian pemahaman produksi bersih.

Program ini diperlukan dalam penerapan produksi bersih. Manajemen puncak memegang peranan penting dalam pelaksanaan program produksi bersih. Tanpa adanya perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku penerapan produksi bersih dapat terhambat.

3. Kajian Penerapan Produksi Bersih

Kajian penerapan produksi bersih di pabrik kerupuk dapat dikelompokkan menjadi (a) Persiapan Bahan (b) Pembuatan Adonan (c) Pencetakan Adonan (d) Pengukusan dan (e) Pengemasan. Berikut adalah penjelasan masing-masing bagiannya :

1. Persiapan Bahan

1. Daur Ulang Limbah Air Ikan

Ikan yang baru datang dari pemasok diproses dengan melakukan persiapan bahan. Persiapan bahan meliputi pengulitan, pengeluaran isi perut dan kepala dan pencucian. Pada persiapan bahan ini banyak air yang


(48)

bulannya atau sekitar 9 m3 per harinya dengan rata-rata 20 hari kerja perbulannya.

Penggunaan air di pabrik kerupuk ikan indramayu memiliki beberapa kekurangan. Penggunaan air pada saat pencucian tidak efisien, banyak air yang terbuang begitu saja ke saluran pembuangan. Setiap harinya bisa digunakan sekitar 9 m3 air. Pada saat pencucian ikan dan pengeluaran perut ikan digunakan air dalam jumlah besar. Air juga digunakan untuk mencuci lantai yang kotor setelah pengeluaran isi perut ikan.

Alternatif produksi bersih yang dipilih adalah daur ulang air dan tata cara operasi yang baik dengan pembuatan Standard Operational Procedure (SOP). Daur ulang air dapat dilakukan dengan filtrasi atau penyaringan. Cara ini dipilih karena tidak membutuhkan biaya yang besar untuk investasinya. Proses filtrasi yang dipilih adalah yang menggunakan bahan dan peralatan yang mudah ditemukan di pasaran.

Proses filtrasi adalah mengalirkan air limbah secara gravitasi (alami) melalui filter. Filter yang digunakan adalah bahan yang mudah diperoleh dipasaran yaitu pasir, batu bata, arang, ijuk. Benda yang lebih besar dari pori akan tertahan di atas pori filter. Menurut Nasution (2001) proses filtrasi akan menghilangkan warna, bau dan rasa yang tidak diinginkan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2001) terhadap air limbah tahu, filtrasi dilakukan menggunakan dua buah bak, yaitu bak pengendapan dan bak penyaringan. Bak pengendapan digunakan untuk menampung air limbah. Proses pengendapan dilakukan dengan menambahkan tawas dan batu kapur kemudian diendapkan selama enam jam. Ukuran bak pengendapan harus disesuaikan dengan kapasitas limbah air yang dihasilkan.

Bak penyaringan akan dipasangi lima buah lapisan yaitu pasir, kerikil, ijuk, arang dan batu bata. Pasir mempunyai fungsi untuk menyaring partikel-partikel koloid yang tersisa dan kotoran lain. Kerikil berfungsi


(49)

menyerap partikel yang lolos dari penyaringan dengan kerikil. Arang digunakan karena dapat menyerap partikel yang halus dan zat bersifat toksik. Batu bata memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan arang (Windarto, 1996).

Proses daur ulang air pencucian ikan tidak membutuhkan proses yang rumit. Air cucian ikan dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas dan bau ikan dapat dihilangkan dengan menggunakan arang aktif. Proses daur ulang air pencucian ikan dapat dilakukan dalam satu bak saja. Proses penjernihan air cucian ikan dapat dilakukan dalam waktu satu jam dengan menggunakan tawas butek sebanyak 50 ppm. Bau ikan dapat dihilangkan menggunakan karbon aktif atau kapur. Desain instalasi daur ulang air dapat dilihat pada Gambar 4.

Daur ulang 9000 liter air cucian ikan dapat menghasilkan 8095.5 liter air bersih. Efisiensi dari proses daur ulang air cucian ikan ini adalah 89.95 %. Hasil dari proses daur ulang ini air bisa langsung digunakan kembali. Penggunaan kembali ini akan menekan biaya penggunaan air. Berikut adalah perhitungan penghematan air dari penerapan daur ulang air :

1. Perhitungan Penghematan Air

1. Air PDAM

Setiap bulan pabrik kerupuk menggunakan ± 30 m3 air PDAM. Tarif air PDAM Indramayu untuk home industry adalah 0 sd 10 m3 = Rp. 2 670,- ; 11 sd 20 m3 = Rp. 4 250,- ; 21 sd 30 m3 = Rp. 5 050,- sedangkan 31 m3 keatas = Rp. 5 925,-. Oleh karena itu besarnya penghematan dari daur ulang air PDAM adalah sebesar : 30 m3 x Rp. 5 050,- x 89.95 % = Rp. 136 274.25,- setiap bulannya.


(50)

2. Air Sumur

Setiap bulan pabrik kerupuk menggunakan ± 150 m3 air sumur untuk memenuhi kebutuhan produksi. Selama proses produksi berlangsung air dari sumur diambil menggunakan pompa. Pompa yang digunakan adalah dengan daya 250 Watt. Pompa diasumsikan dinyalakan selama ± 6 jam setiap harinya yang sebagian besar digunakan untuk pencucian ikan. Dalam 1 bulan pompa digunakan selama 6 jam x 20 hari = 120 jam. Maka daya yang terpakai adalah 120 jam x 450 Watt = 54 000 Wh = 54 KWh.

Biaya penggunaan :

Blok 1 = 80 jam x Rp 480,-/ jam = Rp 38 400,- Blok 2 = 40 jam x Rp 495,-/ jam = Rp 19 800,- Biaya beban = Rp. 34 000,-

Pajak sebesar 3 persen total biaya :

3 % x (Rp 38 400,- + Rp 19 800,-) = Rp 1 746,-

Total biaya penggunaan listrik untuk pompa air dalam 1 bulan adalah sebesar (Rp. 38 400,- + Rp. 19 800,- + Rp. 34 000 Rp. 1 746,-) x 89.95% = Rp. 84 504.425,-. Dalam 1 tahun penghematan dari daur ulang air sumur adalah sebesar Rp. 84 504.427,- x 12 = Rp. 1 014 053 ,-.

Total penghematan dari daur ulang air adalah sebesar Rp. 1 635 291,- + Rp. 1 014 053 ,- = Rp.2 649 344,- per tahun. Dana untuk operasional instalasi daur ulang air bisa ditutupi dari penghematan air yang didapat. Perhitungan finansial dari alternatif daur ulang air dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8. Berikut adalah hasil perhitungan finansial alternatif daur ulang air.


(51)

2. Analisis Biaya Instalasi Daur Ulang Air

1. BiayaInvestasi

Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan suatu alternatif. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan alternatif daur ulang air adalah sebesar Rp. 2 400 000,-. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya investasi hanya ada pada tahun-0. Biaya operasional pada tahun-0 adalah modal pembelian alat-alat. Rincian biaya bahan penunjang bisa dilihat pada Lampiran 4.

2. Biaya Operasional

Biaya Operasional adalah komponen biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan alternatif, segera setelah alternatif siap melakukan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya tetap adalah biaya yang tetap, tidak dipengaruhi oleh jumlah dan volume aktivitas sampai pada tingkat usaha tertentu (Nasution, 2001). Komponen biaya tetap pada alternatif instalasi daur ulang air adalah biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan alat. Penjelasan rinci tentang perhitungan komponen biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 5.

Biaya tidak tetap adalah biaya yang dapat berubah, perubahannya berbanding lurus dengan besarnya volume aktivitas. Biaya ini bergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan. Komponen biaya tidak tetap dari alternatif ini adalah biaya bahan baku dan biaya bahan pembantu. Rincian kebutuhan biaya tidak


(52)

tetap dalam alternatif ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Total biaya operasional yang dibutuhkan dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Prakiraan Penghematan

Perhitungan nilai penghematan digunakan untuk menentukan baik atau tidaknya pembangunan alternatif instalasi daur ulang air selama menjalankan aktivitasnya pada suatu periode tertentu. Penghematan biaya yang didapat dari alternatif ini adalah Rp. 2 649 344,- per tahun. Nilai ini dianggap konstan sampai tahun ke-10. Nilai diperoleh dari penghematan penggunaan listrik oleh pompa air dan biaya air PDAM. Penghematan biaya setelah dikurangi dengan pengeluaran adalah sebesar -Rp. 1 640 656,-.

4. Analisis Arus Kas (cash flow)

Arus kas pada alternatif ini terdiri dari arus penerimaan dan arus pengeluaran. Arus penerimaan terdiri dari modal sendiri dan nilai penghematan. Arus pengeluaran terdiri dari biaya pembangunan instalasi daur ulang air, biaya tidak tetap dan biaya tetap. Arus kas penerimaan dan pengeluaran dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada tahun ke-0 biaya yang berasal dari modal sendiri digunakan untuk pembelian alat-alat daur ulang air.

5. Kriteria Investasi

Kriteria investasi dibutuhkan agar diketahui suatu alternatif layak dijalankan atau tidak. Kelayakan ini dilihat dari segi finansial. Kriteria investasi terdiri dari nilai uang dan nilai waktu.


(53)

Return), dan BC ratio. Nilai waktu adalah dari PBP (Pay Back Period). Dalam alternatif instalasi daur ulang air ini, kriteria investasi dihitung berdasarkan tingkat bunga bank yang berlaku yaitu 18 persen per tahun.

Dengan nilai arus kas dari tahun-1 sampai dengan tahun-10 dapat dihitung nilai dari kriteria investasi. NPV merupakan selisih harga sekarang dari penerimaan terhadap pengeluaran pada tingkat suku bunga tertentu. Jika nilai NPV>0 maka sebuah alternatif dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan, NPV pada alternatif instalasi daur ulang air ini adalah sebesar -Rp. 9 772 452,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini tidak layak. Untuk IRR dikatakan layak apabila lebih dari suku bunga yang berlaku dalam alternatif ini adalah IRR>18 persen maka dikatakan layak. Net B/C dikatakan layak apabila >1. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Alternatif ini tidak layak dijalankan karena biaya operasional alternatif ini tidak bisa ditutupi dari penghematan yang dihasilkan sehingga perlu mencari alternatif lain yang biaya operasionalnya efisien.

2. Kebersihan Ruang Pencucian

Pada proses persiapan bahan dilakukan pemisahan kulit, isi perut dan kepala dari daging. Semua proses tersebut dilakukan di lantai ruang pencucian. Alat yang digunakan adalah pisau dan bangku untuk duduk. Karena proses dilakukan di lantai, bahan menjadi rentan terkontaminasi oleh kotoran. Karyawan dan pengantar ikan bebas untuk keluar masuk ruang pencucian dengan menggunakan alas kaki. Seringkali ruang pencucian terlihat kurang bersih.


(54)

yang belum dibersihkan langsung digunakan untuk mencuci dan memotong ikan.

Gambar 4. Desain Instalasi Daur Ulang Air

Alternatif produksi bersih yang diusulkan adalah perbaikan good house keeping. Perbaikan good house keeping dilakukan dengan membersihkan lantai ketika akan dilakukan proses produksi di ruang pencucian. Oleh karena itu disarankan untuk membuat SOP kebersihan ruang pencucian. SOP dibuat agar ada prosedur standar yang bisa dilakukan terus-menerus.

BAK PENGENDAPAN

BAK PENAMPUNGAN 130 cm

200 cm 130

cm

200 cm

PENGADUK

130 cm

BAK PENAMPUNGAN 130 cm

200 cm 200

cm

130 cm 130 cm


(55)

3. Pembuatan Tepung Ikan dari Sisa Ikan

Industri pengolahan ikan umumnya menghasilkan limbah ikan dalam berbagai bentuk seperti kepala, tulang, sirip dan isi perut. Industri pengolahan ikan kadang-kadang mengalami kegagalan proses yang mengakibatkan hasil olahannya rusak dan tidak bisa dipasarkan. Limbah yang berasal dari industri pengolahan ikan persentasenya bisa mencapai 30 persen dari jumlah ikan segar yang dibutuhkan. Bila dibuang begitu saja limbah ini akan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan (Yani, 1994).

Pada tahap pengeluaran isi perut dan pemisahan kepala dihasilkan limbah sebanyak 250 kg setiap harinya. Alternatif produksi bersih yang disarankan adalah daur ulang limbah ikan. Isi perut dan kepala ikan dapat dimanfaatkan menjadi tepung ikan. Pembuatan tepung ikan cukup sederhana oleh karena itu cocok untuk diterapkan pada industri kecil dan menengah. Dari 250 kg sisa ikan akan dihasilkan 70 kg tepung ikan.

Teknologi pembuatan tepung ikan diusahakan menggunakan teknologi yang sederhana dan murah investasinya. Menurut LIPI (2000), proses pembuatan tepung ikan dimulai dengan memotong-motong bahan limbah ikan. Setelah itu bahan dimasukkan ke dalam keranjang plastik yang berlubang dibawahnya. Kemudian dicuci bersih dalam bak pencucian. Bahan yang telah bersih diaduk dan dibiarkan selama 30 menit di dalam bak. Ikan yang mengandung banyak lemak dimasukkan ke dalam panci masak, ditambahkan air sampai terendam dan dimasak selama 1 jam. Ikan yang mengandung sedikit lemak dimasak dalam dandang selama 30 menit. Selanjutnya ikan yang sudah masak dipres dan dihancurkan dengan alat penggiling (penggilingan basah). Kemudian dikeringkan pada suhu 60-650C selama 6 jam di dalam alat pengering atau di bawah sinar matahari. Setelah kering, digiling kembali sampai menjadi tepung ikan. Neraca


(56)

1. Analisis Biaya Pembuatan Tepung Ikan 1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan alternatif daur ulang limbah ikan adalah sebesar Rp. 16 500 000,. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya investasi hanya ada pada tahun-0. Biaya operasional pada tahun-0 adalah modal pembelian alat-alat. Rincian biaya tetap dan biaya tidak tetap bisa dilihat pada Lampiran 10.

2. Biaya Operasional

Komponen biaya tetap pada alternatif instalasi daur ulang air adalah biaya penyusutan, biaya pemeliharaan alat dan biaya tenaga

kerja. Biaya tetap pada alternatif ini adalah sebesar Rp. 17 535 000,-. Penjelasan rinci tentang perhitungan komponen

biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 10.

Total biaya tidak tetap per tahunnya adalah sebesar Rp. 15 480 000,-. Rincian kebutuhan biaya tidak tetap dalam

alternatif ini dapat dilihat pada Lampiran 11. Total biaya operasional yang dibutuhkan dapat dilihat pada Lampiran 11.

3. Total Nilai Penjualan

Perhitungan rencana produksi dan penjualan dapat dilihat pada Lampiran 10. Total nilai penjualan yang didapat dari alternatif ini adalah Rp. 53 760 000,- tahun. Nilai ini dianggap konstan sampai tahun ke-10. Nilai diperoleh dari penjualan tepung ikan.


(57)

4. Analisis Arus Kas (cash flow)

Arus kas pada alternatif ini terdiri dari arus penerimaan dan arus pengeluaran. Arus penerimaan terdiri dari modal sendiri dan total nilai penjualan. Arus pengeluaran terdiri dari biaya pembangunan alternatif pembuatan tepung ikan, biaya tidak tetap dan biaya tetap. Arus kas penerimaan dan pengeluaran dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada tahun ke-0 biaya yang berasal dari modal sendiri digunakan untuk pembelian alat-alat daur ulang air. 5. KriteriaInvestasi

Dengan nilai arus kas dari tahun-1 sampai dengan tahun-10 dapat dihitung nilai dari kriteria investasi. Berdasarkan perhitungan, NPV pada alternatif pembuatan tepung ikan ini adalah sebesar Rp. 67 397 758.8,- sehingga dapat dikatakan alternatif ini layak. IRR dari alternatif ini adalah 81 persen. Pada alternatif ini net B/C adalah 1.53. Payback period dari alternatif ini adalah 1.05 tahun. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 15.

Harga tepung ikan di pasaran adalah 3 200 per kg, diasumsikan konstan selama 10 tahun. Dengan total produksi sebanyak 16 800 kg per tahun maka total nilai penjualan adalah sebesar Rp. 53 760 000,- pada tahun pertama. Jadi biaya investasi dan operasional bisa ditutup dari hasil penjualan tepung ikan. Daur ulang penggunaan limbah ini diharapkan menjadi tambahan pemasukan bagi industri kerupuk. Alternatif ini layak untuk dijalankan tetapi karena besarnya biaya investasi alternatif ini belum bisa dilaksanakan saat ini.


(58)

Gambar 5. Neraca Massa Proses Pembuatan Tepung Ikan

2. Pembuatan dan pencetakan Adonan

1. Ceceran tepung dan adonan

Proses pembuatan adonan dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur (mixer). Kapasitas mesin mencapai 50-60 kg untuk setiap kali penggilingannya. Pada proses ini terlihat masih terdapat tepung dan adonan yang berceceran di sekitar mesin. Alternatif produksi bersih yang dipilih adalah membuat penutup pada bagian atas mesin. Alternatif lainnya adalah pembuatan SOP pembuatan adonan dengan mesin

Pencucian 250 kg Pemasakan

175 kg Pengepresan

160 kg Pengeringan

70 kg

Penggilingan Kering 70 kg

Limbah Ikan 250 kg

Tepung Ikan 70 kg

Uap Air 90 kg Air

15 kg Uap Air


(59)

pencampur. Pembuatan SOP tidak membutuhkan biaya besar. Namun pada pelaksanaannya dibutuhkan komitmen dari pihak manajemen.

Penutup mixer berfungsi agar pada saat pencampuran, tepung dan bahan adonan lainnya tidak berceceran. Tata cara operasi yang baik dilakukan agar tidak ada tumpahan pada saat memasukkan tepung ke dalam mesin. Alternatif produksi bersih menggunakan penutup belum bisa dilakukan. Dibutuhkan waktu untuk merubah pola pikir karyawan dalam melaksanakan tata cara operasi ini secara benar. Penutup mixer dapat dibuat dari lempengan besi berukuran 50 cm x 50 cm. Biaya pembuatan penutup mixer dari besi adalah Rp. 30 000,-.

Proses pencetakan adonan dilakukan di satu meja khusus untuk pencetakan. Pencetakan dilakukan setelah proses pengadonan. Pencetakan adonan dilakukan dengan menggunakan cetakan. Adonan yang sudah jadi dipisah menjadi beberapa bagian yang sama besar kemudian dilapisi tepung terigu. Seringkali pada saat melapisi adonan dengan tepung terigu terjadi tumpahan yang sebenarnya bisa dihindari. Masih terdapat sisa-sisa adonan yang terjatuh walaupun jumlahnya kecil. Tetapi hal ini bisa membuat lingkungan kerja menjadi kurang nyaman.

Alternatif produksi bersih yang diusulkan adalah tata cara operasi yang baik dan modifikasi alat. Pembuatan SOP pencetakan adonan pada saat pencetakan diperlukan agar dihindari untuk melempar adonan yang akan memperbanyak tumpahan. Pembuatan SOP tidak membutuhkan biaya besar sehingga seharusnya bisa langsung diterapkan.

Modifikasi alat dilakukan dengan menambahkan pembatas disekitar meja pencetakan. Penambahan pembatas diharapkan mengurangi tumpahan adonan dan terigu dari meja pencetakan. Pembatas yang ditambahkan diusulkan dibuat permanen menggunakan batu bata dan semen. Biaya yang dibutuhkan untuk modifikasi meja adalah sebesar Rp. 159 600,-. Biaya yang diperlukan tidak terlalu besar sehingga seharusnya


(60)

modifikasi meja ini. Modifikasi meja belum bisa dilakukan langsung pada saat itu.

Secara finansial program ini dapat mendatangkan keuntungan. Jika setiap hari 1,7 kg tepung terbuang maka penghematan tiap tahunnya bisa mencapai 408 kg. Jika asumsi harga tepung terigu adalah Rp 4 000 per kg maka setiap tahun dapat menghemat Rp 1 632 000,-.

3. Pengukusan

1. Kebocoran uap dan air

Pengukusan dilakukan setelah proses pencetakan adonan. Pengukusan dilakukan dengan menggunakan mesin pengukus. Masih terlihat adanya tetesan air dari sambungan pipa dan valve. Jumlahnya tidak besar tetapi dapat mengganggu kenyamanan lingkungan kerja dan memperbesar inefisiensi jika dibiarkan. Selama ini mesin akan diperbaiki hanya ketika terjadi kerusakan parah.

Mengencangkan valve dan mengecek pipa pada mesin pengukus merupakan pencegahan terhadap kebocoran yang akan menyebabkan terbuangnya bahan yang melewati valve dan pipa tersebut. Hal ini disarankan bisa dilakukan rutin sebelum mesin pengukus digunakan. Alternatif yang disarankan adalah perbaikan good house keeping yang dilakukan dengan pembuatan SOP penggunaan alat pengukus.

2. Kehilangan minyak tanah pada saat penyimpanan

Penyimpanan minyak tanah dilakukan di luar lokasi pabrik. Minyak tanah dialirkan menuju mesin pengukus dengan menggunakan pompa dan pipa. Drum yang terletak di luar lokasi pabrik disarankan untuk diperiksa


(61)

memberikan informasi dini akan terjadinya kebocoran. Kebocoran yang lebih besar dapat dicegah bila kebocoran kecil diketahui. Untuk melakukan hal ini tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat dilakukan setiap harinya.

Alternatif yang disarankan adalah perbaikan good house keeping yang dilakukan dengan pembuatan SOP penyimpanan drum minyak tanah. SOP pengecekan rutin dapat dibuat tanpa memerlukan banyak biaya. SOP ini seharusnya bisa langsung diterapkan.


(62)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Industri kerupuk di Indramayu kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah. Industri kerupuk jika tidak ditangani dengan baik juga mempunyai potensi untuk merusak lingkungan. Penanganan terhadap limbah cair dan padat dari industri kerupuk dirasa masih kurang. Tidak ditanganinya limbah cair industri kerupuk membuat lingkungan sekitar pabrik menjadi kurang nyaman. Limbah cair membuat parit yang terdapat di sekitar pabrik berbau tidak sedap.

Manajemen pabrik belum mengetahui konsep produksi bersih sehingga perlu dilakukan penjelasan dan pembinaan atau pelatihan lebih lanjut baik dari pemerintah atau kalangan akademis. Karyawan pabrik kerupuk juga perlu diberikan pembinaan dan pelatihan karena fungsi mereka sebagai pelaksana di lapangan.

Solusi dari permasalahan di atas adalah produksi bersih. Penerapan yang disarankan adalah usaha daur ulang air, pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung ikan, perbaikan good house keeping, modifikasi alat, modifikasi proses, penggantian kemasan dan tata cara operasi yang baik. Penerapan produksi bersih tentunya harus sesuai dengan karakteristik industri kerupuk di Indramayu yang kebanyakan adalah industri kecil dan menengah yaitu menggunakan teknologi yang biayanya terjangkau (feasible) dan bahan yang mudah didapatkan di pasaran.

Alternatif produksi bersih tata cara operasi yang baik dan perbaikan good house keeping tidak membutuhkan banyak biaya. Manfaat dari kedua alternatif ini memang tidak secara langsung berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi pabrik. Oleh karena itu perlu ada perubahan pola pikir dari pemilik pabrik. Penerapan perbaikan

good house keeping seperti dengan SOP pembersihan ruang pencucian akan memberikan keuntungan tidak langsung. Keuntungan itu diantaranya memberikan kenyamanan bagi pekerja.


(1)

Lampiran 16.Peluang Penerapan Produksi Bersih

Kegiatan Faktor Masalah

Manusia Metode Alat Material Persiapan Bahan

Pemakaian air yang berlebihan √ √

Kebersihan ruang pencucian √ √

Sisa Ikan (Kepala dan Isi Perut) √

Pembuatan Adonan

Ceceran tepung dan adonan √ √ √

Pencetakan Adonan

Ceceran tepung dan adonan √ √ √

Pengukusan

Kebocoran uap dan air √ √

Kehilangan minyak tanah √ √

Lampiran 17. Alternatif Penerapan Produksi Bersih

Kegiatan Alternatif Penerapan Produksi Bersih Persiapan Bahan

Pemakaian air yang berlebihan Daur ulang pemakaian air Kebersihan ruang pencucian Perbaikan Good house keeping Sisa Ikan (Kepala dan Isi Perut) Pemanfaatan limbah ikan Pembuatan Adonan

Ceceran tepung dan adonan Modifikasi Alat, Tata Cara Operasi yang Baik Pencetakan Adonan

Ceceran tepung dan adonan Modifikasi Alat, Tata Cara Operasi yang Baik Pengukusan

Kebocoran uap dan air Perbaikan Good House Keeping Kehilangan minyak tanah Perbaikan Good House Keeping


(2)

Lampiran 18. Prioritas Peluang Penerapan Produksi Bersih

Alternatif Penerapan Produksi Bersih

Kemungkinan Pelaksanaan

* ** *** Persiapan Bahan

Daur Ulang Air Pencucian √

Pembuatan SOP Pembersihan Ruang Pencucian √

Pembuatan Tepung Ikan dari Sisa Ikan √

Pembuatan Adonan

Pembuatan Penutup Mesin Adonan √

Pengawasan Proses dan Pembuatan SOP Pembuatan Adonan √ Pencetakan Adonan

Modifikasi Meja Pencetakan Adonan √

Pengawasan Proses dan Pembuatan SOP Pencetakan Adonan √ Pengukusan

Pembuatan SOP Penyimpanan Drum Minyak Tanah √ Pembuatan SOP Penggunaan Alat Pengukus √

* Alternatif yang dapat segera dilaksanakan, tidak membutuhkan biaya

** Alternatif yang dapat dilaksanakan tetapi memerlukan biaya untuk melaksanakannya *** Alternatif yang tidak dapat dilaksanakan saat ini, membutuhkan biaya investasi yang


(3)

Lampiran 20. Usulan Pembuatan SOP

SOP KEBERSIHAN RUANG PENCUCIAN

¾ Pastikan kondisi ruang pencucian bersih dari kotoran setiap harinya sebelum mulai bekerja

¾ Bersihkan bak fiber sebelum digunakan ¾ Gunakan air sehemat mungkin

¾ Matikan keran jika tidak dipakai

¾ Hindari bersentuhannya daging ikan dengan kotoran atau sampah apapun ¾ Pastikan kondisi tangan bersih dari kotoran sebelum mulai bekerja, gunakan

sarung tangan plastik jika ada

SOP PEMBUATAN ADONAN

¾ Pembuatan adonan harus sesuai dengan komposisi yang ditetapkan (lihat tabel)

Bahan Komposisi

Daging Ikan 15 Kg

Tapioka 40 Kg

Gula 8 Kg

Garam 3 Kg

Telur 1 Butir

MSG 50 Gram

Air 5 liter

¾ Pada saat pengisian campuran adonan kedalam mixer hindari tumpahan semaksimal mungkin.

¾ Jangan memasukkan anggota tubuh ke dalam mixer ketika mesin dijalankan ¾ Pastikan mesin berhenti sebelum adonan dikeluarkan dari mesin

¾ Tidak diperkenankan untuk melempar adonan

¾ Pastikan tidak ada ceceran adonan dan bahan lainnya di sekitar lokasi kerja ¾ Bersihkan kotoran dan sampah di ruang pembuatan adonan dan sekitar mixer

setiap harinya sebelum mulai bekerja

¾ Hindari penghisapan debu atau tepung yang berlebihan, jika ada gunakan masker selama bekerja


(4)

SOP PENCETAKAN ADONAN

¾ Tidak diperkenankan untuk melempar adonan

¾ Hindari terjadi ceceran dan tumpahan tepung terigu di sekitar meja pencetakan

¾ Pastikan tidak ada ceceran adonan dan bahan lainnya di sekitar lokasi kerja ¾ Bersihkan kotoran dan sampah di sekitar ruang pencetakan setiap harinya

sebelum mulai bekerja

¾ Hindari penghisapan debu atau tepung yang berlebihan, jika ada gunakan masker selama bekerja

SOP PENGGUNAAN ALAT PENGUKUS

¾ Pastikan kondisi sekitar alat pengukus bersih dari sampah

¾ Periksa keadaan pipa, sambungan pipa, keran dan valve setiap harinya sebelum alat pengukus digunakan

¾ Jika ada pipa, sambungan pipa, keran dan valve yang kendor segera dikencangkan

¾ Pada saat alat pengukus dijalankan periksa kembali keadaan pipa, sambungan pipa, keran dan valve jika terdapat tetesan air, minyak tanah atau uap yang bocor segera dikencangkan atau lakukan penambalan jika terjadi kebocoran. ¾ Jika kebocoran tidak teratasi laporkan segera kepada mandor

¾ Gunakan peralatan keamanan (masker, sarung tangan dan helm), jika ada, pada saat melakukan pengecekan

¾ Hati-hati terhadap uap panas pada saat membuka pintu alat pengukus ¾ Pastikan rak di dalam alat pengukus tersusun rapi


(5)

SOP PENYIMPANAN DRUM MINYAK TANAH

¾ Dilarang merokok di dekat penyimpanan drum minyak tanah

¾ Periksa keadaan drum minyak tanah, pipa yang menuju alat pengukus, sambungan pipa dan valve setiap hari sebelum bekerja

¾ Lakukan pengencangan pada pipa, sambungan pipa dan valve yang kendor

¾ Jika terjadi kebocoran segera lakukan penambalan atau pengencangan ¾ Jika kebocoran tidak teratasi, segera laporkan kepada mandor

¾ Hindari tumpahan pada saat mengisi dan mengambil minyak tanah ¾ Hindari terjadi benturan pada saat peletakan dan pemindahan drum

¾ Beri jarak minimum 5 cm antar drum minyak tanah agar kebocoran dapat terlihat

¾ Segera tutup drum segera setelah pengambilan atau pengisian ¾ Pengambilan minyak tanah dilakukan menggunakan pompa


(6)