Analisis faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri komoditas information and communication technology (ICT) antar negara-negara Asean-5

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN

PERDAGANGAN INTRA-INDUSTRI KOMODITAS

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)

ANTAR NEGARA-NEGARA ASEAN-5

OLEH

JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat mengambil langkah-langkah peningkatan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai dalam pembentukan ASEAN Community. Cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut adalah mempercepat integrasi atas 11 sektor yang terdiri atas barang dan jasa. Salah satu komoditas yang diprioritaskan dalam sektor barang adalah information and communication technology (ICT).

ICT merupakan komoditas yang berperan penting dalam globalisasi karena kegunaannya sebagai sarana yang memfasilitasi penyediaan dan transfer informasi. Sehubungan dengan itu, perdagangan intra-industri komoditas ICT perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya derajat integrasi industri komoditas tersebut. Analisis perdagangan intra-industri dilakukan melalui pengukuran Intra-industry Trade (IIT) index.

Penelitian ini bertujuan menganalisis perdagangan intra-industri komoditas ICT yang berlangsung di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) karena di negara-negara ini komoditas ICT memiliki proporsi terbesar dalam arus perdagangan intra-regional ASEAN. Setelah diketahui besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di ASEAN-5, analisis dilanjutkan dengan identifikasi faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri tersebut. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data panel), yang terdiri dari data arus perdagangan delapan jenis produk ICT, Gross Domestic Product (GDP), Gross Domestic Product per capita (GDPC), nilai tukar, dan jarak antar negara. Data yang dianalisis mencakup data negara-negara ASEAN-5 pada periode 2001-2005.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, digunakan metode penghitungan IIT index untuk mengetahui besarnya derajat integrasi. Kedua, digunakan metode Panel Data untuk mengestimasi faktor-faktor determinan IIT.

Hasil penghitungan IIT index menunjukkan bahwa tingkat integrasi industri ICT di ASEAN-5 secara umum telah mencapai tingkat agak kuat (moderately strong). Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap IIT pada taraf nyata lima persen adalah rata-rata GDP per capita masing-masing negara, perbedaan GDP antar negara, fluktuasi nilai tukar, dan nilai tukar negara mitra dagang. Di sisi lain, variabel jarak antar negara dan perbedaan GDP per capita antar negara tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IIT di negara-negara tersebut.


(3)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan ketergantungan perdagangan komoditas ICT di ASEAN-5 semakin tinggi (semakin terintegrasi). Ketersediaan komoditas ICT semakin tergantung pada ekspor dan impor intra-industri antara kelima negara tersebut. Implikasi dari kondisi tersebut adalah adanya peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspansi ekspor di kawasan ASEAN-5. Di sisi lain, negara-negara ASEAN-5 harus siap menghadapi persaingan dengan komoditas-komoditas ICT hasil impor.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan juga bahwa besarnya nilai IIT index tergantung pada negara reporter-nya. Terdapat ketimpangan yang cukup besar pada hasil penghitungan IIT dengan negara reporter yang berbeda. Hal ini bersumber dari ketimpangan yang besar pada data arus perdagangan yang tercatat di database komoditas perdagangan internasional. Penyebab ketimpangan tersebut ada dua hal, yaitu adanya produk-produk ilegal yang tidak tercatat di database resmi masing-masing negara serta sistem pencatatan dan pembaharuan data yang belum dilaksanakan dengan baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya peningkatan pengawasan dan penjagaan daerah-daerah lalu lintas barang ekspor dan impor, memperketat seleksi perekrutan aparat yang menangani arus ekspor-impor barang, dan pemberlakuan sanksi yang tegas atas tindakan penyelewengan oknum aparat yang bekerjasama dengan penyelundup. Dari sisi peningkatan reliabilitas database perdagangan, pembaharuan pada proses pengumpulan dan pencatatan data masing-masing negara, juga perlu dilakukan untuk meningkatkan keakuratan data pada database perdagangan internasional.

Berdasarkan penelitian, tingkat permintaan masyarakat terhadap produk yang terdiferensiasi dan berkualitas tinggi merupakan faktor yang menentukan besarnya perdagangan intra-industri. Dengan demikian, disarankan bagi para produsen untuk meningkatkan upaya-upaya menciptakan produk yang beragam dan berkualitas tinggi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program-program R&D dan program-program promosi yang dapat mempengaruhi selera pasar. Selain itu, diketahui pula bahwa kebijakan kerjasama perdagangan selama periode analisis belum terlaksana secara optimal. Dalam hal ini, disarankan untuk mengoptimalkan implementasi kerjasama perdagangan industri ICT dan meningkatkan partisipasi negara-negara ASEAN-5 dalam kerjasama tersebut. Dari sisi moneter, disarankan untuk menjaga kestabilan nilai tukar serta memperkuat kondisi moneter dalam negeri, dengan mengupayakan peningkatan kestabilan politik dan keamanan dalam negeri. Hal ini karena fluktuasi nilai tukar dan nilai tukar negara mitra dagang turut mempengaruhi IIT secara signifikan. Dari sisi produk ICT sendiri, penciptaan produk yang unique dan berkualitas tinggi pada akhirnya akan membuat produk tersebut inelastis terhadap perubahan harga yang terjadi akibat fluktuasi nilai tukar dan instabilitas moneter.


(4)

Oleh

JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Jayanti Dwi Retnowati Nomor Registrasi Pokok : H14103111

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Determinan

Perdagangan Intra-industri Komoditas

Information and Communication Technology

(ICT) antar Negara-negara ASEAN-5

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872


(6)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Jayanti Dwi Retnowati H14103111


(7)

RIWAYAT HIDUP

Jayanti Dwi Retnowati. Dilahirkan di Malang pada hari Kamis tanggal 3 Januari 1985 dari pasangan Mochamad Chosim dan Sri Wahyuni. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1997 di SDN Purwodadi 1 Malang. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 3 Malang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 3 Malang dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan pelatihan seperti Hipotex-R, Pelatihan Karya Tulis Ilmiah 2, Pelatihan Pengolahan Data Kuantitatif, dan beberapa acara Organisasi Mahasiswa Daerah Malang.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5”. ICT merupakan komoditas yang sangat menarik untuk dianalisis karena peranannya yang vital dalam memfasilitasi transfer informasi di era globalisasi. Hal tersebut membuat penulis memilih ICT sebagai obyek penelitian ini, dengan pengkajian khusus wilayah ASEAN-5. Selain itu, skripsi juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. dan Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen penguji utama dan perwakilan komisi pendidikan, atas saran-saran dan kritik yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Joyo Winoto, Msc. atas bimbingan dan dukungannya selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa FEM.

4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Mochamad Chosim dan Ibunda Sri Wahyuni, serta seluruh keluarga penulis atas doa dan dukungannya. 5. Para dosen pengajar dan seluruh staf Dept.Ilmu Ekonomi atas semua


(9)

ii

6. Teman-teman satu bimbingan: Windy dan Ratih, atas segala bantuan, dukungan, dan rasa kebersamaan yang terjalin selama proses penyusunan skripsi.

7. Para pembimbing metode Panel Data: Winsih, Noviani, dan Kak Ade, atas ilmu-ilmu panel yang telah diberikan.

8. The nine tenth part of my heart: Ndy, Lea, Kikie, Evi, Aci, Nay, Maiv, Pritta, Eka. If God combine one good character from each and every one of you to create a person, I’m sure it will turn out to be a perfect one. 9. My beloved housemates: Kania, Henny Saras, Henny Mene, and Nisa, who

have been my closest family for over a thousand days. Thank you for showing me more about the bitter sweet symphony of life. I wish I can keep you around much longer.

10.My blessings from the past: Efi, Niken, Rofyka”Opi”. Thank you for brighten up my dark times and for being so inspiring.

11.Teman-teman seperjuangan: my ex-roommates in A2-207, rekan-rekan IE’40, teman-teman Irafaners (esp. The Back Block), members of MJFC (Tika, Berry, Elly, Evi, Meidy), keluarga Arema IPB, dan rekan-rekan KKP Brebes (esp. Kec.Wanasari). Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah yang kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.

Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Jayanti Dwi Retnowati H14103111


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Perdagangan Internasional ... 14

2.2. Integrasi Ekonomi ... 15

2.2.1. Konsep Integrasi... 15

2.2.2. Konsep Integrasi Ekonomi... 16

2.2.3. Tipe-tipe Integrasi Ekonomi ... 17

2.3. Perdagangan Intra-industri (Intra-industry Trade/IIT) ... 19

2.3.1. Inter-industri versus Intra-industri ... 19

2.3.2. Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri 20

2.4. Information and Communication Technology (ICT) ... 22

2.5. Model Gravitasi (Gravity Model)... 24

2.6. Penelitian Terdahulu ... 26

2.7. Kerangka Pemikiran... 28

2.8. Hipotesis Penelitian... 31

III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 32


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN

PERDAGANGAN INTRA-INDUSTRI KOMODITAS

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)

ANTAR NEGARA-NEGARA ASEAN-5

OLEH

JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat mengambil langkah-langkah peningkatan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai dalam pembentukan ASEAN Community. Cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut adalah mempercepat integrasi atas 11 sektor yang terdiri atas barang dan jasa. Salah satu komoditas yang diprioritaskan dalam sektor barang adalah information and communication technology (ICT).

ICT merupakan komoditas yang berperan penting dalam globalisasi karena kegunaannya sebagai sarana yang memfasilitasi penyediaan dan transfer informasi. Sehubungan dengan itu, perdagangan intra-industri komoditas ICT perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya derajat integrasi industri komoditas tersebut. Analisis perdagangan intra-industri dilakukan melalui pengukuran Intra-industry Trade (IIT) index.

Penelitian ini bertujuan menganalisis perdagangan intra-industri komoditas ICT yang berlangsung di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) karena di negara-negara ini komoditas ICT memiliki proporsi terbesar dalam arus perdagangan intra-regional ASEAN. Setelah diketahui besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di ASEAN-5, analisis dilanjutkan dengan identifikasi faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri tersebut. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data panel), yang terdiri dari data arus perdagangan delapan jenis produk ICT, Gross Domestic Product (GDP), Gross Domestic Product per capita (GDPC), nilai tukar, dan jarak antar negara. Data yang dianalisis mencakup data negara-negara ASEAN-5 pada periode 2001-2005.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, digunakan metode penghitungan IIT index untuk mengetahui besarnya derajat integrasi. Kedua, digunakan metode Panel Data untuk mengestimasi faktor-faktor determinan IIT.

Hasil penghitungan IIT index menunjukkan bahwa tingkat integrasi industri ICT di ASEAN-5 secara umum telah mencapai tingkat agak kuat (moderately strong). Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap IIT pada taraf nyata lima persen adalah rata-rata GDP per capita masing-masing negara, perbedaan GDP antar negara, fluktuasi nilai tukar, dan nilai tukar negara mitra dagang. Di sisi lain, variabel jarak antar negara dan perbedaan GDP per capita antar negara tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IIT di negara-negara tersebut.


(13)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan ketergantungan perdagangan komoditas ICT di ASEAN-5 semakin tinggi (semakin terintegrasi). Ketersediaan komoditas ICT semakin tergantung pada ekspor dan impor intra-industri antara kelima negara tersebut. Implikasi dari kondisi tersebut adalah adanya peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspansi ekspor di kawasan ASEAN-5. Di sisi lain, negara-negara ASEAN-5 harus siap menghadapi persaingan dengan komoditas-komoditas ICT hasil impor.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan juga bahwa besarnya nilai IIT index tergantung pada negara reporter-nya. Terdapat ketimpangan yang cukup besar pada hasil penghitungan IIT dengan negara reporter yang berbeda. Hal ini bersumber dari ketimpangan yang besar pada data arus perdagangan yang tercatat di database komoditas perdagangan internasional. Penyebab ketimpangan tersebut ada dua hal, yaitu adanya produk-produk ilegal yang tidak tercatat di database resmi masing-masing negara serta sistem pencatatan dan pembaharuan data yang belum dilaksanakan dengan baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya peningkatan pengawasan dan penjagaan daerah-daerah lalu lintas barang ekspor dan impor, memperketat seleksi perekrutan aparat yang menangani arus ekspor-impor barang, dan pemberlakuan sanksi yang tegas atas tindakan penyelewengan oknum aparat yang bekerjasama dengan penyelundup. Dari sisi peningkatan reliabilitas database perdagangan, pembaharuan pada proses pengumpulan dan pencatatan data masing-masing negara, juga perlu dilakukan untuk meningkatkan keakuratan data pada database perdagangan internasional.

Berdasarkan penelitian, tingkat permintaan masyarakat terhadap produk yang terdiferensiasi dan berkualitas tinggi merupakan faktor yang menentukan besarnya perdagangan intra-industri. Dengan demikian, disarankan bagi para produsen untuk meningkatkan upaya-upaya menciptakan produk yang beragam dan berkualitas tinggi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program-program R&D dan program-program promosi yang dapat mempengaruhi selera pasar. Selain itu, diketahui pula bahwa kebijakan kerjasama perdagangan selama periode analisis belum terlaksana secara optimal. Dalam hal ini, disarankan untuk mengoptimalkan implementasi kerjasama perdagangan industri ICT dan meningkatkan partisipasi negara-negara ASEAN-5 dalam kerjasama tersebut. Dari sisi moneter, disarankan untuk menjaga kestabilan nilai tukar serta memperkuat kondisi moneter dalam negeri, dengan mengupayakan peningkatan kestabilan politik dan keamanan dalam negeri. Hal ini karena fluktuasi nilai tukar dan nilai tukar negara mitra dagang turut mempengaruhi IIT secara signifikan. Dari sisi produk ICT sendiri, penciptaan produk yang unique dan berkualitas tinggi pada akhirnya akan membuat produk tersebut inelastis terhadap perubahan harga yang terjadi akibat fluktuasi nilai tukar dan instabilitas moneter.


(14)

Oleh

JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Jayanti Dwi Retnowati Nomor Registrasi Pokok : H14103111

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Determinan

Perdagangan Intra-industri Komoditas

Information and Communication Technology

(ICT) antar Negara-negara ASEAN-5

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872


(16)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Jayanti Dwi Retnowati H14103111


(17)

RIWAYAT HIDUP

Jayanti Dwi Retnowati. Dilahirkan di Malang pada hari Kamis tanggal 3 Januari 1985 dari pasangan Mochamad Chosim dan Sri Wahyuni. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1997 di SDN Purwodadi 1 Malang. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 3 Malang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 3 Malang dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan pelatihan seperti Hipotex-R, Pelatihan Karya Tulis Ilmiah 2, Pelatihan Pengolahan Data Kuantitatif, dan beberapa acara Organisasi Mahasiswa Daerah Malang.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5”. ICT merupakan komoditas yang sangat menarik untuk dianalisis karena peranannya yang vital dalam memfasilitasi transfer informasi di era globalisasi. Hal tersebut membuat penulis memilih ICT sebagai obyek penelitian ini, dengan pengkajian khusus wilayah ASEAN-5. Selain itu, skripsi juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. dan Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen penguji utama dan perwakilan komisi pendidikan, atas saran-saran dan kritik yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Joyo Winoto, Msc. atas bimbingan dan dukungannya selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa FEM.

4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Mochamad Chosim dan Ibunda Sri Wahyuni, serta seluruh keluarga penulis atas doa dan dukungannya. 5. Para dosen pengajar dan seluruh staf Dept.Ilmu Ekonomi atas semua


(19)

ii

6. Teman-teman satu bimbingan: Windy dan Ratih, atas segala bantuan, dukungan, dan rasa kebersamaan yang terjalin selama proses penyusunan skripsi.

7. Para pembimbing metode Panel Data: Winsih, Noviani, dan Kak Ade, atas ilmu-ilmu panel yang telah diberikan.

8. The nine tenth part of my heart: Ndy, Lea, Kikie, Evi, Aci, Nay, Maiv, Pritta, Eka. If God combine one good character from each and every one of you to create a person, I’m sure it will turn out to be a perfect one. 9. My beloved housemates: Kania, Henny Saras, Henny Mene, and Nisa, who

have been my closest family for over a thousand days. Thank you for showing me more about the bitter sweet symphony of life. I wish I can keep you around much longer.

10.My blessings from the past: Efi, Niken, Rofyka”Opi”. Thank you for brighten up my dark times and for being so inspiring.

11.Teman-teman seperjuangan: my ex-roommates in A2-207, rekan-rekan IE’40, teman-teman Irafaners (esp. The Back Block), members of MJFC (Tika, Berry, Elly, Evi, Meidy), keluarga Arema IPB, dan rekan-rekan KKP Brebes (esp. Kec.Wanasari). Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah yang kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.

Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Jayanti Dwi Retnowati H14103111


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Perdagangan Internasional ... 14

2.2. Integrasi Ekonomi ... 15

2.2.1. Konsep Integrasi... 15

2.2.2. Konsep Integrasi Ekonomi... 16

2.2.3. Tipe-tipe Integrasi Ekonomi ... 17

2.3. Perdagangan Intra-industri (Intra-industry Trade/IIT) ... 19

2.3.1. Inter-industri versus Intra-industri ... 19

2.3.2. Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri 20

2.4. Information and Communication Technology (ICT) ... 22

2.5. Model Gravitasi (Gravity Model)... 24

2.6. Penelitian Terdahulu ... 26

2.7. Kerangka Pemikiran... 28

2.8. Hipotesis Penelitian... 31

III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 32


(21)

iv

3.2. Metode Analisis Data... 32

3.2.1. Metode Pengukuran Intra-industry Trade (IIT)... 33

3.2.2. Gravity Model... 36

3.2.3. Analisis Panel Data... 41

3.3. Jenis-Jenis Model Panel Data... 42

3.3.1. Model Pooled... 42

3.3.2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)... 43

3.3.3. Model Efek Acak (Random Effect) ... 44

3.4. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 45

3.4.1. Chow Test... 46

3.4.2. Hausman Test... 47

3.4.3. LM Test... 47

3.5. Evaluasi Model ... 48

3.5.1. Multikolinearitas ... 48

3.5.2. Autokorelasi ... 49

3.5.3. Heteroskedastisitas... 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Tingkat Intra-industry Trade dan Integrasi antar Negara-negara ASEAN-5... 51

4.1.1. Intra-industry Trade Malaysia ... 52

4.1.2. Intra-industry Trade Singapura... 55

4.1.3. Intra-industry Trade Thailand ... 57

4.1.4. Intra-industry Trade Filipina ... 60

4.1.5. Intra-industry Trade Indonesia ... 63

4.2. Hasil Estimasi dan Evaluasi Model... 69

4.3. Interpretasi Model ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Ekspor Komoditas Perdagangan Dunia Berdasarkan Jenis

Produk Tahun 2004 ... 4 1.2 Lima Komoditas Ekspor Terbesar dari ASEAN-6

ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003 ... 5 1.3 Lima Komoditas Impor Terbesar dari ASEAN-6

ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003 ... 6 1.4 Indikator Perekonomian Makro di ASEAN Tahun 2005... 10 3.1 Klasifikasi NilaiIIT index... 35 3.2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 49 4.1 Nilai IIT index Malaysia-ASEAN 5... 53 4.2 Nilai IIT index Singapura -ASEAN 5 ... 55 4.3 Nilai IIT index Thailand -ASEAN 5 ... 58 4.4 Nilai IIT index Filipina-ASEAN 5... 62 4.5 Nilai IIT index Indonesia-ASEAN 5... 63 4.6 Hasil Estimasi Fungsi Intra-industry Trade


(23)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 30 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 45 4.1. IIT index antara Malaysia dan ASEAN-5 ... 54 4.2. IIT index antara Singapura dan ASEAN-5... 57 4.3. IIT index antara Thailand dan ASEAN-5... 59 4.4. IIT index antara Filipina dan ASEAN-5 ... 61 4.5. IIT index antara Indonesia dan ASEAN-5 ... 65


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Trade Flow Komoditas ICT antar Negara-negara ASEAN-5 ... 87 2. Data-Data Makroekonomi Negara-negara ASEAN-5 ... 91 3. Data Jarak antara Negara-negara ASEAN-5 ... 92 4. Hasil Estimasi Fungsi IIT dengan Fixed Effect Model... 93 5. Hasil Estimasi Fungsi IIT dengan Random Effect Model... 94


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan Visi ASEAN 2020, para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat meningkatkan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) sebagai salah satu komponen utama dari ASEAN Community. Pembentukan komunitas ekonomi ini ditujukan untuk mencapai integrasi penuh dalam perekonomian dan pasar ASEAN tanpa terhalang batasan negara. Dapat dirumuskan bahwa visi AEC adalah “Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi, dimana aliran barang, jasa, modal dan investasi berlangsung secara bebas, pembangunan perekonomian berlangsung secara merata, serta menurunnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi pada tahun 2020”.

AEC yang dicanangkan pada ASEAN Summit ke sembilan tahun 2003 di Bali ditindaklanjuti dengan penyusunan ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors yang ditetapkan di Vientiane tahun 2004. Dalam perjanjian tersebut dimasukkan ketentuan-ketentuan yang mendukung percepatan integrasi yang direkomendasikan oleh High Level Task Force. Ketentuan yang direkomendasikan mengarah pada perwujudan AEC yang terfokus dalam 11 sektor. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor barang dan jasa yang terdiri dari agro-based products, air travel, automotives, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based products, textiles and apparels, tourism, dan wood-based products.


(26)

Diantara 11 sektor tersebut, information and communication technology (ICT) merupakan salah satu sektor prioritas yang tercakup dalam e-ASEAN dari sisi sektor barang. Sektor ini termasuk sektor yang penting untuk dikaji lebih lanjut karena peranannya yang jauh melebihi sektor-sektor lain dalam pasar dunia. Proporsi ASEAN dalam pasar ekspor dunia untuk sektor-sektor prioritas mencapai nilai tertinggi pada produk ICT yaitu sebesar 18 persen per tahun pada periode 1997-2001. Dalam periode yang sama, produk ICT juga diperhitungkan mempunyai nilai yang paling tinggi dari proporsi ASEAN dalam total impor dunia yaitu sekitar 15 persen per tahun (Austria, 2004). Hal tersebut menunjukkan bahwa ASEAN berperan cukup besar dalam jaringan produksi global produk ICT.

Ditinjau dari fungsi produk ICT itu sendiri, peranan penting dari keberadaan produk ini dalam globalisasi juga tidak dapat diragukan. Dalam era globalisasi yang berlangsung di berbagai belahan dunia saat ini, informasi merupakan suatu hal penting yang mutlak dimiliki oleh setiap negara untuk bertahan dalam persaingan global. Globalisasi yang identik dengan perputaran informasi yang berlangsung serba cepat membutuhkan instrumen pendukung untuk mewujudkan kelancaran perputaran informasi tersebut. Dalam hal ini kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberlangsungan dan kelancaran perputaran informasi. Kecanggihan teknologi memungkinkan berbagai pihak dari berbagai belahan dunia yang berbeda saling berbagi informasi mengenai berbagai hal. Pertukaran informasi tersebut dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, sampai pertahanan dan keamanan.


(27)

3

Mengingat pentingnya peranan informasi dalam globalisasi, maka tidak mengherankan jika kemudian timbul sebuah kecenderungan di berbagai negara untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur pendukung kelancaran pertukaran informasi. Terkait dengan hal tersebut, permintaan terhadap produk-produk berteknologi tinggi yang mendukung kelancaran pertukaran informasi secara internasional juga cenderung mengalami peningkatan. Produk-produk yang dihasilkan dengan kecanggihan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan proses transfer informasi, menjadi komoditas yang bernilai tinggi. Selain berdampak pada peningkatan permintaan terhadap komoditas dengan spesifikasi tersebut, kondisi ini juga berdampak pada meningkatnya berbagai usaha yang dilakukan oleh para produsen komoditas tersebut untuk terus berinovasi. Adanya dampak yang terjadi di sisi permintaan dan penawaran komoditas yang terkait dengan transfer informasi global ini membawa dampak yang cukup besar bagi arus perdagangannya.

Komoditas yang berupa piranti pendukung kelancaran transfer informasi itulah yang secara umum disebut dengan istilah komoditas ICT. Dalam pasar perdagangan internasional, produk-produk ICT semakin banyak diperdagangkan, terutama sejak akhir tahun 1990-an (World Trade Organization, 1999). Untuk kasus perdagangan intra-ASEAN, produk ICT memiliki proporsi tertinggi dalam arus perdagangan terutama dalam beberapa tahun terakhir.


(28)

Tabel 1.1 Ekspor Komoditas Perdagangan Dunia Berdasarkan Jenis Produk Tahun 2004

Nilai (milyar

dolar AS) Persentase Perubahan Persentase Tahunan Jenis produk

2004 2000 2004 2000-2004 2003 2004 Total merchandise* 8907 100,0 100,0 9 17 21

Agricultural products 783 8,8 8,8 9 16 15

Food 627 6,9 7,0 10 17 14 Raw materials 156 1,9 1,8 7 15 18 Fuels and Mining products 1281 13,9 14,4 10 23 32 Ores and other minerals 116 1,1 1,3 15 24 43

Fuels 993 10,8 11,1 10 24 31

Non-ferrous metals 172 2,0 1,9 8 14 36

Manufactures 6570 74,8 73,8 9 16 20

Iron and steel 266 2,3 3,0 17 26 46

Chemicals 976 9,3 11,0 14 20 21

Other semi-manufactures 633 7,1 7,1 9 14 19 Machinery and transport

equipment 3474 41,8 39,0 7 14 19

Office and telecom equipment 1134 15,4 12,7 4 12 19

EDP and office equipment 420 5,9 4,7 3 12 14

Telecommunications equipment 383 4,6 4,3 8 12 25

Integrated circuits and electronic

components 330 4,9 3,7 2 11 19

Transport equipment 1206 13,2 13,5 10 15 17

Other machinery 1134 13,2 12,7 8 15 21

Textiles 195 2,5 2,2 6 12 13

Clothing 258 3,1 2,9 7 15 11

Other manufactures 769 8,6 8,6 9 16 19 Sumber: World Trade Organization (2007)

Keterangan: *termasuk tiga persen produk yang tidak terspesifikasi

Pada kasus perdagangan dunia, salah satu gambarannya adalah seperti yang tertera dalam Tabel 1.1. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa secara umum pada periode 2000-2004 proporsi ekspor komoditas perdagangan dunia didominasi oleh produk manufaktur dengan persentase 74,8 persen pada tahun 2000 dan 73,8 persen pada tahun 2004. Diantara produk-produk manufaktur tersebut, machinery and transport equipment memiliki persentase ekspor terbesar yaitu sebesar 41,8 persen pada tahun 2000 dan 39 persen pada tahun 2004. Produk office and telecom equipment merupakan bagian dari machinery and transport


(29)

5

equipment yang memiliki pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar 15,4 persen pada tahun 2000 dan 12,7 persen pada tahun 2004. Diantara produk-produk office and telecom equipment, jenis produk-produk telecommunications equipment memiliki nilai pertumbuhan ekspor tertinggi untuk periode 2000-2004. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kurun waktu tersebut permintaan pasar dunia terhadap produk yang berhubungan dengan informasi dan telekomunikasi meningkat signifikan.

Untuk kasus negara-negara ASEAN, dapat dilihat pada Tabel 1.2 bahwa komoditas yang memiliki persentase ekspor tertinggi untuk perdagangan dari ASEAN-6 (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam) ke ASEAN tahun 2000-2003 merupakan komoditas yang berhubungan dengan sektor ICT, yaitu komoditas dengan Kode HS 85 (Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment). Hal tersebut menunjukkan adanya prospek pasar yang besar bagi produk ICT dalam perdagangan intra-ASEAN dalam beberapa tahun terakhir dari sisi ekspor.

Tabel 1.2 Lima Komoditas Ekspor Terbesar dari ASEAN-6 ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003

Persentase (%) Kode

HS Komoditas 2000 2001 2002 2003 85 Electrical machinery, equipment & parts; sound

equipment; TV equipment

38,2 37,0 35,9 33,5 84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanic

appliance/parts

18,6 17,7 19,7 20,1 27 Min fuels, min oils & product of distillation;

bitum substances; min wax

10,4 10,3 9,2 9,1 39 Plastics and articles thereof 3,1 3,0 3,3 3,4

29 Organic chemicals 1,9 2,1 2,3 2,5


(30)

Sementara dari sisi impor, dapat dilihat pada Tabel 1.3 bahwa posisi teratas pada daftar komoditas dengan persentase impor tertinggi untuk perdagangan dari ASEAN-6 ke ASEAN tahun 2000-2003 juga diduduki oleh komoditas yang sama dari sektor ICT, yaitu komoditas dengan Kode HS 85 (Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment). Hal tersebut menunjukkan adanya prospek pasar yang tinggi pula bagi produk ICT dalam perdagangan intra-ASEAN dari sisi impor.

Tabel 1.3 Lima Komoditas Impor Terbesar dari ASEAN-6 ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003

Persentase (%) Kode

HS Komoditas 2000 2001 2002 2003 85 Electrical machinery, equipment & parts; sound

equipment; TV equipment

37,9 36,6 40,9 35,3 84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanic

appliance/parts

18,6 18,7 15,8 16,1 27 Min fuels, min oils & product of distillation;

bitum substances; min wax

12,2 11,0 10,8 12,8 39 Plastics and articles thereof 3,1 3,0 3,2 3,6

29 Organic chemicals 2,5 2,6 2,6 3,0

Sumber : ASEAN Trade Statistics Database

Adanya kemajuan dalam prospek pasar pada industri ICT tersebut kemungkinan juga disebabkan oleh adanya regulasi yang mendukung di kawasan ASEAN. Adanya e-ASEAN Initiative diduga kuat mempunyai andil dalam memperbaiki iklim perdagangan di ASEAN, khususnya untuk komoditas ICT. e-ASEAN Initiative merupakan sebuah skema kerjasama yang disusun oleh para pemimpin negara ASEAN dalam sebuah pertemuan informal pada bulan November 1999 yang bertujuan mengembangkan suatu kerangka kerja dengan jangkauan yang luas dan komprehensif, yang mencakup infrastruktur fisik,


(31)

7

hukum, logistik, sosial, dan ekonomi, untuk mewujudkan ASEAN cyberspace. Hal ini merupakan bagian dari strategi untuk menunjukkan eksistensi serta memantapkan posisi ASEAN dalam perekonomian global.

Di samping itu, terdapat e-ASEAN Framework Agreement yang disepakati pada tahun 2000, yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan liberalisasi perdagangan produk-produk ICT untuk mendukung e-ASEAN Initiative. Dalam kesepakatan ini disebutkan pula bahwa Agreement on the Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme yang diberlakukan dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) juga turut berlaku. CEPT merupakan suatu program penurunan tarif secara bertahap hingga menjadi nol sampai lima persen dan penghapusan Non Tariff Barriers (NTBs). Salah satu produk ICT yaitu produk telecommunication equipment telah dimasukkan dalam inclusion list skema CEPT, oleh karena itu terdapat kemungkinan adanya kesepakatan ini turut memberikan pengaruh dalam kemajuan yang terjadi pada industri ICT di ASEAN.

Implementasi dari e-ASEAN Initiative dan e-ASEAN Framework Agreement dijalankan melalui pendelegasian tugas pada kelompok-kelompok kerja yang dibentuk dalam Telecommunications and IT Senior Officials Meeting (TELSOM). Salah satunya adalah e-Commerce and ICT Trade Facilitation (EC and ITF) Working Group yang mempunyai fokus kerja di bidang penyusunan kebijakan yang terkait dengan perdagangan secara elektronis serta perdagangan dan investasi di sektor ICT. Penyusunan kebijakan tersebut dapat diharapkan akan mengarah pada terciptanya liberalisasi perdagangan dan kondisi perindustrian ASEAN yang semakin terintegrasi. Karena itulah keberadaan ICT Trade


(32)

Facilitation (ITF) Working Group dapat dikaitkan dengan perbaikan iklim perdagangan komoditas ICT di ASEAN.

Di sisi lain, kinerja perdagangan sektor ICT pada periode 1997-2001 menunjukkan intra-ASEAN ekspor dan impor yang cenderung meningkat (Austria, 2004). Dalam hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan bahwa spesialisasi produksi ICT di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina) terkonsentrasi pada beberapa produk yang sama. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi produk-produk tersebut dalam total intra-ASEAN ekspor dan impor produk ICT di masing-masing negara. Pola perdagangan juga menunjukkan bahwa setiap negara mengekspor dan mengimpor produk ICT dari sesama negara-negara ASEAN-5. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi negara-negara ASEAN-5 dalam total ekspor dan impor produk ICT di masing-masing negara.

Dari segi perdagangan intra-industri dan integrasi, diketahui bahwa antara tahun 1997 dan 2001 perdagangan intra-industri sektor ICT relatif tinggi dimana nilai Intra Industry Trade (IIT) index lebih besar dari 50 untuk kisaran nilai indeks 1-100 pada sebagian besar anggota ASEAN, terutama ASEAN-5 (Austria, 2004). Umumnya tinggi rendahnya derajat integrasi dalam sebuah industri dapat dicerminkan oleh besarnya IIT index-nya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai IIT index pada suatu sektor industri maka semakin terintegrasi pula sektor industri tersebut. Nilai IIT index itu sendiri menggambarkan besarnya arus perdagangan (ekspor dan impor) dari industri yang sama.


(33)

9

Besarnya integrasi yang terjadi di ASEAN-5 sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa integrasi yang kuat cenderung terjadi di negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih maju, dalam kasus ini diperlihatkan oleh integrasi yang lebih kuat yang dicapai ASEAN-5 dibandingkan dengan CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam). Selain itu hasil penelitian Austria (2004) juga konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa integrasi lebih cenderung terjadi pada industri manufaktur, salah satunya untuk produk ICT.

Fakta terbaru memperlihatkan adanya peningkatan arus perdagangan komoditas ICT di negara-negara ASEAN, khususnya antar negara-negara ASEAN-5, dalam beberapa tahun terakhir (Comtrade, 2007). Hal ini memperkuat asumsi mengenai perdagangan internasional produk ICT di kawasan tersebut yang semakin terintegrasi. Sehubungan dengan hal itu, perlu disadari pula bahwa nilai nominal arus perdagangan suatu barang belum cukup kuat untuk dapat membuktikan derajat integrasi. Untuk itulah diperlukan suatu penyelidikan yang lebih mendalam tentang proses integrasi tersebut dengan menggunakan analisis Intra Industry Trade (IIT) index.

Selain itu, berpengaruh atau tidaknya pemberlakuan skema-skema perdagangan yang diberlakukan di ASEAN terhadap peningkatan arus perdagangan ICT di negara ASEAN-5 juga perlu dibuktikan. Sehubungan dengan hal ini perlu diteliti pula mengenai faktor-faktor yang menentukan atau berpengaruh besar terhadap derajat integrasi industri ICT di ASEAN-5. Hal ini penting untuk segera dilakukan guna mempertahankan kemajuan yang telah ada atau bahkan meningkatkan kemajuan yang telah dicapai. Parameter-parameter


(34)

ekonomi yang biasanya dijadikan indikator perdagangan internasional, khususnya perdagangan bilateral, adalah Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per capita pada suatu negara (Areethamsirikul, 2006). Variabel-variabel tersebut umumnya digunakan untuk memprediksi besarnya potensi pasar di suatu negara. Tabel 1.4 Indikator Perekonomian Makro di ASEAN Tahun 2005

Nominal GDP Nominal GDP per capita

Negara

Juta US$ US$

Brunei Darussalam 9.530,5 25.751,3 Kamboja 5.523,0 404,3 Indonesia 280.265,0 1.278,6 Laos 2.872,0 479,9 Malaysia 130.860,5 5.008,5 Myanmar 11.168,8 199,4 Filipina 98.407,5 1.154,5

Singapura 116.710,8 26.880,7

Thailand 176.206,6 2.720,8 Vietnam 52.807,6 635,3

ASEAN 884.352,3 1.582,6

Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit (FMSU)

Terlihat pada Tabel 1.4 bahwa nilai Gross Domestic Product (GDP) dan Gross Domestic Product (GDP) per capita negara ASEAN-5 pada tahun 2005 secara umum menunjukkan nilai yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara anggota yang baru masuk ASEAN, kecuali untuk Gross Domestic Product (GDP) per capita Brunei Darussalam. Di satu sisi hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat potensi pasar yang cukup menjanjikan di kawasan ini. Walaupun demikian, signifikansi dari pengaruh yang diberikan oleh faktor-faktor tersebut masih membutuhkan pembuktian secara empiris dan menyeluruh dengan perbandingan terhadap variabel-variabel lain.


(35)

11

1.2. Perumusan Masalah

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada proporsi perdagangan internasional produk ICT di wilayah ASEAN-5. Peningkatan ini disinyalir sebagai indikasi bahwa industri ICT di kawasan ini telah terintegrasi secara kuat. Untuk menyelidiki secara lebih mendalam mengenai fenomena tersebut, penulis menggunakan pendekatan pengukuran intra-industry trade (IIT) index. Pendekatan ini digunakan karena dalam kasus perdagangan produk ICT, nilai perdagangan di dalam industri (intra-industri) merupakan suatu faktor penting yang lebih menentukan tinggi rendahnya derajat integrasi dibandingkan dengan nilai perdagangan antar industri (inter-industri).

Setelah diketahui derajat integrasi industri ICT di ASEAN-5, perlu diteliti juga mengenai variabel-variabel yang menjadi penentu utama dan yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan derajat integrasi perdagangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai integrasi yang sudah cukup tinggi, di sisi lain pengujian atas variabel-variabel tersebut dapat juga digunakan untuk mencari solusi dalam mengatasi atau memperbaiki nilai integrasi yang sangat rendah melalui peningkatan eksploitasi atas faktor-faktor yang signifikan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Seberapa besar derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5?


(36)

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5.

1.4. Manfaat Penelitian

Selain bermanfaat bagi penulis, hasil penelitian ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain yang terkait, seperti bagi pemerintah Indonesia. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam menentukan arah kebijakan perdagangan terutama di sektor industri ICT.

Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran guna memberikan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi maupun orang lain. Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis.


(37)

13

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tentang perdagangan intra-industri komoditas ICT ini hanya mencakup analisis terhadap komoditas ICT dengan kode HS (Harmonized System) 4-digit yaitu meliputi HS1996 kode 8473, kode 8517, kode 8525, kode 8529, kode 8534, kode 8536, kode 8542, dan kode 8544. Analisis hanya dilakukan untuk periode 2001-2005.


(38)

Perdagangan dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran. Perdagangan dapat berlangsung di dalam suatu daerah, antar daerah yang berbeda, antar pulau, maupun antar negara. Klasifikasi perdagangan yang terakhir itulah yang biasa disebut dengan perdagangan internasional.

Setiap negara pada umumnya mempunyai beberapa perbedaan dengan negara lain yang menjadi mitra dagangnya, di antaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, jumlah penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, kondisi sosial dan politik, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas, maupun jenis produksi yang berakibat pada terjadinya transaksi perdagangan antar negara atau perdagangan internasional (Halwani, 2002). Sedangkan pengertian perdagangan internasional secara umum adalah suatu proses pertukaran barang dan jasa melewati batasan negara.

Terjadinya perdagangan internasional umumnya didasari oleh dua hal yaitu saling percaya dan saling menguntungkan. Namun, faktor terpenting dalam perdagangan internasional adalah bahwa dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat perdagangan diperoleh manfaat atau keuntungan perdagangan (gains from trade). Keuntungan didapatkan oleh negara


(39)

15

yang terlibat perdagangan karena perdagangan internasional memberikan peluang pada setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang faktor produksinya menggunakan sebagian sumber daya yang berlimpah dan mengimpor barang-barang yang faktor produksinya langka atau mahal jika diproduksi di dalam negeri.

Perdagangan internasional juga memungkinkan setiap negara melakukan spesialisasi produksi terbatas pada barang-barang tertentu sehingga memungkinkan mereka mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dengan skala produksi lebih besar (economies of scale) (Halwani, 2002). Pada sebagian besar negara di dunia, nilai dari perdagangan internasional dapat mencerminkan nilai pendapatan nasional karena perdagangan internasional pada umumnya menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara.

2.2. Integrasi Ekonomi 2.2.1. Konsep Integrasi

Integrasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa bagian ke dalam sebuah kesatuan yang menyebabkan meningkatnya ukuran dan cakupan dari kesatuan yang dihasilkan (Dennis dan Yusof, 2003). Pada umumnya istilah integrasi diidentikkan dengan integrasi antar wilayah atau antar negara yang masing-masing disebut integrasi nasional dan integrasi internasional.

Integrasi dapat diinterpretasikan dalam artian yang luas maupun sempit. Dalam arti sempit, integrasi hanya mencakup pengertian dan pemahaman mengenai integrasi ekonomi. Di sisi lain, pengartian integrasi secara luas tidak


(40)

hanya mencakup integrasi ekonomi, tetapi juga pengertian dan pemahaman mengenai integrasi politik dan sosial. Pada penelitian ini pemahaman tentang integrasi akan difokuskan pada integrasi ekonomi dan indikator yang dipaparkan akan dibatasi pada indikator-indikator yang relevan dengan integrasi ekonomi. 2.2.2. Konsep Integrasi Ekonomi

Konsep integrasi ekonomi telah digunakan secara luas sejak masa pasca Perang Dunia. Menurut definisi para ekonom internasional, integrasi ekonomi diartikan sebagai suatu keadaan yang meliputi beberapa hal atau proses yang melibatkan penggabungan atau penyatuan dari beberapa perekonomian ke dalam suatu area perdagangan bebas yang lebih luas. Salah satu elemen utama yang dikaitkan dengan integrasi ekonomi adalah hal-hal yang menyangkut hubungan saling ketergantungan antar perekonomian yang semakin mendalam, yang diwujudkan melalui perdagangan intra-regional. Selain itu, elemen lainnya adalah investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI), dan harmonisasi dari regulasi, standar, serta praktik perdagangan.

Integrasi ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu cara untuk memperoleh akses ke dalam pasar yang lebih luas dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan demikian peningkatan kesejahteraan juga akan tercapai. Ada kalanya integrasi ekonomi dibedakan menjadi integrasi positif dan negatif. Integrasi negatif lebih mengarah pada penghapusan hambatan-hambatan perdagangan antar negara atau penghapusan atas larangan-larangan dalam proses menuju liberalisasi perdagangan. Di sisi lain, integrasi positif mengarah pada modifikasi dari institusi-institusi dan instrumen-instrumen perdagangan yang ada


(41)

17

serta pengenalan institusi dan instrumen perdagangan yang baru untuk memajukan dan memfasilitasi terwujudnya pasar yang terintegrasi (Dennis dan Yusof, 2003). 2.2.3. Tipe-tipe Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi dibedakan dalam beberapa bentuk, tetapi inti dari penetapan integrasi itu sendiri adalah penghapusan secara diskriminatif atas semua hambatan perdagangan antara dua negara partisipan atau lebih serta peningkatan atas beberapa bentuk kerjasama dan koordinasi antara negara-negara partisipan. Beberapa tipe integrasi utama beserta ciri-cirinya akan dipaparkan sebagai berikut (Salvatore, 1997):

1. Pengaturan Perdagangan Preferensial

Pengaturan perdagangan preferensial (preferential trade arrangements) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara luar yang bukan merupakan anggota. Ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling longgar. Contoh dari integrasi dalam bentuk ini adalah Skema Preferensi Persemakmuran Inggris (British Commonwealth Preference Scheme) yang dibentuk tahun 1932 oleh Kerajaan Inggris.

2. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

Kawasan perdagangan bebas adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya. Namun pada integrasi jenis ini masing-masing negara anggota masih berhak menentukan sendiri untuk


(42)

mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota.

Contoh kawasan perdagangan bebas ini adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA, European Free Trade Association) yang beranggotakan Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss, dan Finlandia. Contoh kawasan perdagangan bebas yang terbaru adalah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA, North American Free Trade Area) yang dibentuk tahun 1993 oleh Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Disamping itu, AFTA

(ASEAN Free Trade Area) juga paling mendekati kriteria untuk kategori ini. 3. Persekutuan Pabean (Customs Union)

Persekutuan pabean mewajibkan semua negara anggota untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan di antara mereka tetapi juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara-negara luar yang bukan anggota. Contohnya adalah Pasar Bersama Eropa (European Common Market) yang dibentuk tahun 1957 oleh Jerman Barat, Perancis, Italia, Belgia, Belanda dan Luxemburg.

4. Pasar Bersama (Common Market)

Pada bentuk integrasi ekonomi ini perdagangan bebas tidak hanya pada komoditas yang berbentuk barang tetapi juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal. Uni Eropa telah memperoleh status Pasar Bersama sejak akhir tahun 1992.


(43)

19

5. Uni Ekonomi (Economic Union)

Dalam integrasi ekonomi ini, harmonisasi atau penyelarasan perekonomian dilakukan lebih jauh, yaitu menyeragamkan kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota. Contohnya adalah Benelux yang beranggotakan Belgia, Belanda dan Luxemburg.

2.3. Perdagangan Intra-industri (Intra-industry Trade/IIT) 2.3.1. Inter-industri versus Intra-industri

Dalam konsep pemikiran tradisional, perdagangan internasional dinyatakan akan terjadi bila masing-masing negara yang terlibat perdagangan memanfaatkan perbedaan faktor-faktor produksi (factor endowment) dan teknologi yang mereka miliki di dalam negeri. Setiap negara kemudian akan berspesialisasi dalam menghasilkan produk yang memiliki keunggulan komparatif dan menukarkannya dengan produk dari negara lain dimana negara lain yang menjadi mitra dagang tersebut juga memiliki keunggulan komparatif atas produk yang ditukarkannya. Jika sebuah negara memiliki keunggulan komparatif atas sebuah produk, maka negara tersebut juga akan cenderung memiliki keunggulan komparatif pada semua produk yang berada pada industri yang sama (Grimwade

dalam Austria, 2004). Dengan demikian, tindakan spesialisasi tersebut akan meningkatkan perdagangan internasional atas produk-produk yang berasal dari industri-industri yang berbeda di masing-masing negara, atau yang lebih dikenal dengan perdagangan inter-industri.


(44)

Sejak tahun 1980-an, perdagangan yang banyak dilakukan di antara negara-negara maju adalah perdagangan produk-produk yang berasal dari industri yang sama. Hal serupa terjadi pada tahun 1990-an pada negara-negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, seperti negara-negara industri baru di Asia Timur dan beberapa negara ASEAN. Perdagangan yang terjadi adalah antara negara-negara yang berspesialisasi dalam produk-produk tertentu pada suatu industri dan menukarkan produk-produk tersebut untuk memperoleh produk-produk lain yang berasal dari industri yang sejenis. Dengan kata lain negara-negara tersebut mengekspor dan mengimpor produk-produk dari industri yang sama, sehingga meningkatkan apa yang disebut dengan perdagangan intra-industri (intra-industry trade).

Perdagangan intra-industri merupakan elemen utama dalam teori baru mengenai perdagangan. Berbeda dengan perdagangan inter-industri, perdagangan intra-industri tidak hanya disebabkan oleh perbedaan faktor-faktor produksi dan teknologi yang dimiliki di dalam negeri, tetapi juga oleh economies of scale atau tingkat pengembalian yang meningkat (increasing returns) (Krugman dalam

Austria, 2004).

2.3.2. Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri

Sekumpulan faktor yang dapat menjelaskan perbedaan yang terjadi pada tingkatan perdagangan intra-industri di antara berbagai negara antara lain adalah tingkat pendapatan per kapita suatu negara, tingkat perbedaan pendapatan per kapita antar negara, tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antar negara (Grimwade dalam Austria, 2004).


(45)

21

Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka akan semakin tinggi pula permintaan akan keragaman barang. Hal ini akan memicu peningkatan produksi dengan melibatkan diferensiasi produk, sehingga perdagangan intra-industri akan meningkat.

Dari sisi perbedaan pendapatan per kapita antar negara, dapat disimpulkan bahwa semakin sepadan tingkat pendapatan per kapita antar negara, maka jumlah perdagangan yang terjadi di antara negara-negara tersebut akan meningkat pula. Di samping itu, karena tingkat pendapatan per kapita mempengaruhi pola permintaan, negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan per kapita yang tidak jauh berbeda akan cenderung memiliki pola permintaan yang sama, sehingga meningkatkan perdagangan intra-industri.

Selain itu, telah dinyatakan bahwa perdagangan intra-industri cenderung tinggi untuk produk-produk yang memungkinkan terjadinya economies of scale,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka akan semakin tinggi pula perdagangan intra-industri yang akan terjadi pada negara tersebut. Di sisi lain, negara-negara dengan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan lebih cenderung melakukan perdagangan inter-industri karena perbedaan faktor-faktor produksi (factor endowment) yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan intra-industri antara negara-negara dengan kondisi demikian relatif rendah.


(46)

2.4. Information and Communication Technology (ICT)

Information and communication technology (ICT) yang dikenal juga dengan istilah Information technology (IT) atau teknologi informasi (TI) merupakan sebuah istilah umum yang menggambarkan berbagai macam teknologi yang berfungsi membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan menyebarkan informasi (Williams dan Sawyer, 2004). ICT menggabungkan fungsi penghitungan dengan saluran-saluran komunikasi berkecepatan tinggi yang di dalamnya terkandung data, suara, dan video. Contoh-contoh produk ICT antara lain personal computer, telepon, televisi, dan berbagai peralatan lain.

Terdapat dua hal penting yang menjadi bagian dan berhubungan dengan ICT, yaitu:

ƒ Teknologi Komputer

Komputer adalah sebuah mesin serbaguna yang dapat diprogram dan dapat menerima data mentah, yang berupa fakta-fakta dan gambar-gambar, dan kemudian memproses atau memanipulasinya menjadi informasi yang siap untuk digunakan.

ƒ Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi, yang disebut juga teknologi telekomunikasi, terdiri dari peralatan dan sistem elektromagnetik yang digunakan untuk berkomunikasi dalam jarak jauh.

Dari perspektif sosial, ICT menjanjikan perubahan-perubahan dalam metode komunikasi dan pencapaian keputusan. Bahkan ketika teknologi komputer


(47)

23

belum berkembang, kemajuan telekomunikasi, misalnya penemuan telepon, radio, dan televisi, telah memberikan banyak perubahan bagi banyak orang. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya individu maupun kelompok yang dapat segera memperoleh gagasan baru dari adanya sarana penyebar informasi tersebut. Kemajuan di bidang ICT tersebut memungkinkan orang untuk mengetahui keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar lingkungannya, dan bahkan di dunia. Selain itu, kemajuan ICT juga memungkinkan adanya peningkatan interaksi antara masing-masing anggota masyarakat, karena proses interaksi, khususnya jarak jauh, menjadi lebih mudah.

Untuk kondisi saat ini, ICT juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses pembangunan. Dalam konferensi utama dan KTT yang diselenggarakan PBB, dinyatakan bahwa ICT perlu dimanfaatkan dalam membantu kemajuan pelaksanaan agenda pembangunan secara luas termasuk dalam pencapaian MDGs (Millennium Development Goals). Target ke 18 dari MDGs, yaitu “Cooperation with the private sector, make available the benefits of new technologies, especially information and communication”, memberikan kerangka kerjasama bagi upaya mengatasi tantangan dalam pencapaian target MDGs. Di sisi lain, pada praktiknya upaya pengembangan ICT sebagai alat penunjang pembangunan masih menemui kendala di tingkat nasional. Kesenjangan digital pada masyarakat lokal membutuhkan upaya capacity building

yang menciptakan kesempatan bagi pemanfaatan teknologi terkini dengan kemampuan lokal dan pengembangan program yang berkesinambungan di sektor ICT bagi pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat (Broto, 2006).


(48)

2.5. Model Gravitasi (gravity model)

Gravity model menampilkan analisis empiris dari pola aliran perdagangan bilateral antara negara-negara yang berada pada daerah-daerah yang berbeda secara geografis. Gravity model pertama kali digunakan dalam analisis perdagangan internasional oleh Jan Tinberger pada tahun 1962 untuk menganalisis aliran perdagangan antara negara-negara Eropa (Head, 2003).

Nama model ini diambil dari bentuk dasarnya yang mampu memprediksi perdagangan berdasarkan pada jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian antar negara. Hal ini mengikuti prinsip dari hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik antara dua obyek. Pada gravity model aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok variabel, yaitu :

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor. 2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara

negara pengimpor dan negara pengekspor.

Areethamsirikul (2006) dalam penelitiannya mengenai dampak perluasan ASEAN terhadap perdagangan intra-ASEAN menggunakan gravity model, memasukkan parameter ekonomi yang mencakup Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per capita. Sedangkan parameter non-ekonomi yang digunakan adalah jarak, perbatasan bersama, bahasa nasional, dan keanggotaan dalam kelompok perdagangan regional. Parameter non-ekonomi dalam gravity model biasanya bersifat saling mengisi dan melengkapi, dan pada umumnya mencerminkan


(49)

25

indikator sosial-politik, hal inilah yang membedakan gravity model dari model-model ekonomi lainnya.

Menurut Bergstand (1985), Koo, Karemera, dan Taylor (1994), dalam Oktaviani (2000), pada umumnya gravity model dirumuskan sebagai berikut:

Tij = f (Yi, Yj, Fij) dimana :

Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j, Yi = Gross Domestic Product negara i,

Yj = Gross Domestic Product negara j,

Fij = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perdagangan antara negara i dengan negara j.

Estimasi gravity model dilakukan dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Pada gravity model perdagangan antar dua negara berbanding lurus dengan massa perdagangan mitra dagang dan berbanding terbalik dengan jarak antara mitra dagang. Variabel tambahan seperti area fisik, populasi, keselarasan kultural, dan perbatasan bersama digunakan untuk memperjelas variabel massa ekonomi dan jarak. Salah satu bentuk umum gravity model :

Xij =β1Yiβ2 Yjβ3 Niβ4 Njβ5 Dijβ6 Uij dimana :

Xij = ekspor dari negara i ke j, Yi = pendapatan negara i, Yj = pendapatan negara j, Ni = populasi negara i,


(50)

Nj = populasi negara j, Dij = jarak antara i dan j,

Uij = error term.

β2 >0, β3 >0, β4≠ 0, β5≠0, β6 <0

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perdagangan intra-industri telah banyak dilakukan di dunia dan bahkan di Asia. Salah satu diantaranya adalah yang dilakukan oleh Austria (2004) yang meneliti mengenai pola perdagangan intra-ASEAN dan derajat integrasi dari sektor-sektor produk yang dianggap sebagai sektor prioritas yang dapat mempercepat integrasi ekonomi. Sektor-sektor tersebut terdiri dari produk berbahan dasar pertanian, perikanan, produk kesehatan, produk berbahan dasar karet, produk berbahan dasar kayu, tekstil dan garment, elektronik,

information and communication technology (ICT), dan otomotif. Awalnya penelitian dilakukan dengan memeriksa faktor-faktor penggerak integrasi ekonomi di ASEAN. Kemudian derajat integrasi pada setiap sektor dan produk diukur dengan menggunakan indeks perdagangan intra-industri (IIT index).

Hasil penelitian Austria tersebut memperlihatkan bahwa hanya sektor produk kesehatan, elektronik, information and communication technology (ICT), dan otomotif yang dapat mencapai derajat integrasi ekonomi yang relatif tinggi, walaupun tidak di semua produk pada sektor tersebut. Di sisi lain, walaupun integrasi pada sebagian besar produk pada sektor prioritas masih lemah, terjadi


(51)

27

peningkatan pada perdagangan intra-industri antara tahun 1997 dan 2001, yang mengindikasikan meningkatnya integrasi.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Ito dan Umemoto (2004) tentang pola dan tren perdagangan intra-regional pada sektor industri otomotif di kawasan ASEAN-4, menunjukkan bahwa IIT index memiliki tren yang tetap bila dibandingkan dengan wilayah ASEAN secara keseluruhan, tetapi bernilai lebih rendah bila dibandingkan dengan wilayah NAFTA dan MERCOSUR. Dalam analisis regresi yang mereka lakukan terhadap faktor-faktor determinan IIT diketahui bahwa pada negara-negara yang terlibat AFTA, peningkatan market size, menurunnya perbedaan dalam market size antar negara, dan perluasan yang terjadi dalam industri otomotif merupakan faktor-faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan IIT. Sedangkan variabel dummy yang berupa free trade agreement (FTA) di tingkat regional, yaitu AFTA, pada sebagian besar analisis ekonometrika yang dilakukan menunjukkan insignifikansi dalam menentukan pertumbuhan IIT di negara-negara yang terlibat AFTA, dalam kasus ini yaitu negara-negara ASEAN-4.

Umemoto (2004) melakukan penelitian lain tentang pola perdagangan pada industri komponen-komponen mobil (automobile parts) antara Korea dan Jepang. Dalam penelitian ini juga diteliti mengenai tren perdagangan intra-industri, yang dibedakan menjadi perdagangan intra-industri horisontal (HIIT) perdagangan intra-industri vertikal (VIIT). Melalui perbandingan dengan kasus intra-regionalIITyang lain, Umemoto menyelidiki faktor-faktor spesifik regional dari IIT untuk memperoleh determinan utama dari pola IIT antara Korea dan


(52)

Jepang. Berdasarkan analisis ekonometrika yang dilakukan, diketahui bahwa penurunan perbedaan pada market size antar negara dan biaya transportasi adalah sumber utama dari IIT antara Korea dan Jepang. Sehubungan dengan hal tersebut, disimpulkan bahwa free trade agreement (FTA) antara Korea dan Jepang dapat berkontribusi pada pertumbuhan IIT antara kedua negara tersebut.

2.7. Kerangka Pemikiran

Dalam era globalisasi, proses pertukaran informasi merupakan suatu hal yang sangat vital dalam menentukan kemajuan atau ketertinggalan suatu negara dalam persaingan internasional. Hal ini memicu berbagai negara untuk berlomba-lomba dalam meningkatkan penyediaan infrastruktur pendukung kelancaran proses pertukaran informasi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberlangsungan dan kelancaran perputaran informasi. Adanya kecanggihan teknologi memungkinkan berbagai pihak dari berbagai belahan dunia yang berbeda saling berbagi informasi mengenai berbagai hal.

Terkait dengan hal tersebut, industri information and communication technology (ICT) sebagai sektor industri yang bergerak di bidang yang memfasilitasi pertukaran informasi yang juga sarat akan hasil inovasi teknologi yang berkelanjutan merupakan industri yang mendapatkan pengaruh terbesar. Data statistik dari United Nations Statistics Division (UNSD) Comtrade Database

menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan arus perdagangan komoditas ICT di negara ASEAN, khususnya antar


(53)

negara-29

negara ASEAN-5. Kondisi ini diduga merupakan indikasi bahwa perdagangan di kawasan ini, khususnya sektor ICT, semakin terintegrasi.

Untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai fenomena tersebut, penulis menggunakan pendekatan pengukuran intra-industry trade (IIT) index.

Pendekatan ini digunakan karena dalam kasus perdagangan produk ICT, nilai perdagangan di dalam industri (intra-industri) merupakan suatu faktor penting yang lebih menentukan tinggi rendahnya tingkat integrasi dibandingkan dengan nilai perdagangan antar industri (inter-industri). Dalam perdagangan intra-industri dapat diketahui bahwa semakin besar nilai IIT index dapat mencerminkan semakin terintegrasinya sektor industri tersebut.

Setelah diketahui tingkat integrasi pasar perdagangan ICT di negara-negara ASEAN-5, akan diteliti juga mengenai variabel-variabel yang menjadi determinan utama dan yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan tingkat integrasi perdagangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai integrasi yang sudah cukup tinggi. Di sisi lain, pengujian atas variabel-variabel tersebut dapat juga digunakan untuk mencari solusi bagi besaran nilai integrasi yang sangat rendah melalui peningkatan eksploitasi atas faktor-faktor yang signifikan.


(54)

Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

GLOBALISASI

Meningkatnya kebutuhan informasi

Meningkatnya permintaan dan produksi komoditi pendukung transfer informasi

Kebijakan Liberalisasi perdagangan komoditas ICT

ASEAN-5

Meningkatnya arus perdagangan internasional intra-ASEAN

pada produk ICT

Faktor-faktor lain Peningkatan arus perdagangan produk

ICT

Integrasi perdagangan intra-ASEAN-5 pada sektor ICT

- Rata-rata GDP per capita dua negara

- Perbedaan GDP antar negara

- Perbedaan GDP per capita antar negara - Fluktuasi nilai tukar - Nilai tukar negara mitra dagang

- Jarak antar negara

Gravity Model

IIT index


(55)

31

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan penelitian-penelitian terdahulu. Untuk analisis faktor-faktor determinan IITadalah sebagai berikut:

1. Rata-rata GDP per capita dua negara mempengaruhi IIT dengan arah positif;

2. Perbedaan GDP antar negara mempengaruhi IIT dengan arah negatif; 3. Perbedaan GDP per capita antar negara mempengaruhi IIT dengan

arah negatif;

4. Fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi IIT dengan arah negatif maupun positif;

5. Nilai tukar negara mitra dagang dapat mempengaruhi IIT dengan arah negatif maupun positif;


(56)

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data panel mencakup data aliran perdagangan di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) periode tahun 2001-2005. Data aliran perdagangan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup nilai ekspor dan impor. Data aliran perdagangan yang diperoleh merupakan data sekunder yang didapat dari publikasi United Nations Statistics Division (UNSD) Comtrade Database. Data ini digunakan untuk menentukan nilai IIT index sebagai variabel dependen.

Data-data lain yang digunakan untuk menentukan nilai variabel independen terdiri dari beberapa jenis data, antara lain:

1. Gross Domestic Product (GDP);

2. Gross Domestic Product per capita (GDPC);

3. Nilai tukar;

4. Jarak antar negara.

Data GDP, GDP per capita, dan nilai tukar, diperoleh dari Sekretariat ASEAN, sedangkan data jarak antar negara diperoleh dari Haveman (2003).

3.2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode pengukuran intra-industry trade (IIT). Metode tersebut digunakan


(57)

33

untuk mengidentifikasi derajat integrasi pasangan-pasangan negara yang melakukan perdagangan. Teknik estimasi kemudian dilanjutkan dengan menggunakan model Panel Data. Model ini menggunakan set data runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Model Panel Data merupakan model yang paling tepat untuk digunakan karena penelitian ini menggunakan data

time series aliran perdagangan setiap negara yang kemudian di-cross section-kan dengan data time series aliran perdagangan negara lain. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2003 yang difungsikan untuk menghitung nilai intra-industry trade index (IIT index) dan

software E Views 4.1 untuk mengestimasi signifikansi faktor-faktor determinan IIT dengan menggunakan model Panel Data.

3.2.1. Metode Pengukuran Intra-industry Trade (IIT)

Pengukuran intra-industry trade (IIT) dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai intra-industry trade index (IIT index) komoditas ICT yang mencakup delapan jenis produk yang telah ditentukan. Terdapat beberapa cara untuk menghitung IIT index. Cara yang paling umum digunakan adalah melalui Grubel-Lloyd Index yang dirumuskan sebagai berikut:

(

)

(

Xi Mi

)

x100

Mi Xi Mi

Xi IIT

+ ∑

− ∑ − + ∑

= (3.1)

dimana:

Xi = total ekspor dari produk atau industri i.

Mi = total impor dari produk atau industri i.

Tanda mutlak yang terdapat diletakkan di luar persamaan Xi-Mi


(1)

2003 Impor Filipina Singapura 1.136.910.418 2004 Ekspor Filipina Singapura 1.972.262.370 2004 Impor Filipina Singapura 1.611.438.930 2005 Ekspor Filipina Singapura 1.663.947.275 2005 Impor Filipina Singapura 1.494.298.541 2001 Ekspor Filipina Thailand 1.073.711.735 2001 Impor Filipina Thailand 274.103.901 2002 Ekspor Filipina Thailand 700.476.132 2002 Impor Filipina Thailand 391.441.731 2003 Ekspor Filipina Thailand 646.782.614 2003 Impor Filipina Thailand 503.795.117 2004 Ekspor Filipina Thailand 350.727.573 2004 Impor Filipina Thailand 508.372.395 2005 Ekspor Filipina Thailand 325.777.092 2005 Impor Filipina Thailand 399.840.665 2001 Ekspor Singapura Indonesia * 2001 Impor Singapura Indonesia * 2002 Ekspor Singapura Indonesia * 2002 Impor Singapura Indonesia * 2003 Ekspor Singapura Indonesia 4.257.083.456 2003 Impor Singapura Indonesia 1.957.755.820 2004 Ekspor Singapura Indonesia 4.836.116.430 2004 Impor Singapura Indonesia 2.560.781.198 2005 Ekspor Singapura Indonesia 4.996.974.922 2005 Impor Singapura Indonesia 2.484.413.140 2001 Ekspor Singapura Malaysia 8.426.280.432 2001 Impor Singapura Malaysia 9.432.029.603 2002 Ekspor Singapura Malaysia 9.366.333.684 2002 Impor Singapura Malaysia 10.231.290.543 2003 Ekspor Singapura Malaysia 9.427.834.617 2003 Impor Singapura Malaysia 10.508.700.095 2004 Ekspor Singapura Malaysia 11.267.323.649 2004 Impor Singapura Malaysia 12.014.246.814 2005 Ekspor Singapura Malaysia 5.199.909.594 2005 Impor Singapura Malaysia 13.251.662.441 2001 Ekspor Singapura Filipina 760.248.140 2001 Impor Singapura Filipina 1.663.164.350 2002 Ekspor Singapura Filipina 919.322.218 2002 Impor Singapura Filipina 1.832.829.766 2003 Ekspor Singapura Filipina 1.088.195.806 2003 Impor Singapura Filipina 1.975.464.936 2004 Ekspor Singapura Filipina 1.173.634.465 2004 Impor Singapura Filipina 3.222.966.858 2005 Ekspor Singapura Filipina 1.264.320.304 2005 Impor Singapura Filipina 3.440.375.487 2001 Ekspor Singapura Thailand 1.679.601.646 2001 Impor Singapura Thailand 1.768.028.069 2002 Ekspor Singapura Thailand 1.750.136.574 2002 Impor Singapura Thailand 1.828.941.058 2003 Ekspor Singapura Thailand 1.904.521.670 2003 Impor Singapura Thailand 1.810.849.401 2004 Ekspor Singapura Thailand 2.377.220.871 2004 Impor Singapura Thailand 2.266.493.232 2005 Ekspor Singapura Thailand 2.846.143.953 2005 Impor Singapura Thailand 2.386.137.234


(2)

2002 Impor Thailand Indonesia 91.465.014 2003 Ekspor Thailand Indonesia 45.463.608 2003 Impor Thailand Indonesia 76.528.451 2004 Ekspor Thailand Indonesia 81.112.428 2004 Impor Thailand Indonesia 99.000.996 2005 Ekspor Thailand Indonesia 85.318.144 2005 Impor Thailand Indonesia 170.281.850 2001 Ekspor Thailand Malaysia 592.395.801 2001 Impor Thailand Malaysia 937.719.452 2002 Ekspor Thailand Malaysia 425.736.001 2002 Impor Thailand Malaysia 1.047.939.681 2003 Ekspor Thailand Malaysia 653.386.902 2003 Impor Thailand Malaysia 1.283.579.590 2004 Ekspor Thailand Malaysia 1.031.010.856 2004 Impor Thailand Malaysia 1.512.254.667 2005 Ekspor Thailand Malaysia 871.095.835 2005 Impor Thailand Malaysia 1.704.344.244 2001 Ekspor Thailand Filipina 364.467.937 2001 Impor Thailand Filipina 742.974.502 2002 Ekspor Thailand Filipina 357.037.067 2002 Impor Thailand Filipina 593.258.959 2003 Ekspor Thailand Filipina 429.234.279 2003 Impor Thailand Filipina 652.457.516 2004 Ekspor Thailand Filipina 426.580.589 2004 Impor Thailand Filipina 692.215.747 2005 Ekspor Thailand Filipina 338.393.988 2005 Impor Thailand Filipina 834.509.968 2001 Ekspor Thailand Singapura 2.150.246.876 2001 Impor Thailand Singapura 826.948.042 2002 Ekspor Thailand Singapura 2.202.450.507 2002 Impor Thailand Singapura 754.016.988 2003 Ekspor Thailand Singapura 2.289.616.293 2003 Impor Thailand Singapura 833.940.831 2004 Ekspor Thailand Singapura 2.020.133.838 2004 Impor Thailand Singapura 1.071.348.276 2005 Ekspor Thailand Singapura 1.949.025.721 2005 Impor Thailand Singapura 1.080.569.476 Keterangan:


(3)

LAMPIRAN 2

Data-data Makroekonomi Negara-negara ASEAN-5

GDP GDP per capita Nilai Tukar Tahun Negara

(Juta Dolar AS) (Dolar AS) (Mata uang domestik /dolar AS)

2001 Indonesia 164.805 790 10.400

2001 Malaysia 88.001 3.689 3,8

2001 Singapura 85.660 20.918 1,85

2001 Thailand 115.595 1.837 44,22

2001 Filipina 71.985 924 51,4

2002 Indonesia 204.499 969 8.940

2002 Malaysia 95.266 3.897 3,8

2002 Singapura 88.506 21.214 1,74

2002 Thailand 126.880 2.000 43,15

2002 Filipina 76.648 964 53,1

2003 Indonesia 237.663 1.113 8.465

2003 Malaysia 103.952 4.150 3,8

2003 Singapura 92.726 22.162 1,7

2003 Thailand 143.146 2.238 39,59

2003 Filipina 79.149 976 55,57

2004 Indonesia 251.647 1.159 9.290

2004 Malaysia 118.318 4.625 3,8

2004 Singapura 107.561 25.366 1,63

2004 Thailand 161.721 2.519 39,06

2004 Filipina 86.106 1.042 56,27

2005 Indonesia 280.265 1.275 9.830

2005 Malaysia 130.654 5.001 3,78

2005 Singapura 116.711 26.821 1,7

2005 Thailand 176.559 2.726 41,1


(4)

Data Jarak antara Negara-negara ASEAN-5

Reporter Partner

Jarak (km)

Indonesia Singapura

891,63

Indonesia Malaysia

1.184,026

Indonesia Thailand

2.323,135

Indonesia Filipina

2.791,118

Malaysia

Indonesia 1.184,026

Malaysia Singapura

3.18,466

Malaysia Thailand

1.184,676

Malaysia Filipina

2.469,847

Singapura

Indonesia 891,63

Singapura

Malaysia 318,466

Singapura

Thailand 1.435,532

Singapura

Filipina 2.397,471

Thailand

Indonesia 2.323,135

Thailand Singapura

1.435,532

Thailand Malaysia

1.184,676

Thailand Filipina

2.211,313

Filipina

Indonesia 2.791,118

Filipina Singapura

2.397,471

Filipina Malaysia 2.469,847

Filipina Thailand 2.211,313


(5)

LAMPIRAN 4

Hasil Estimasi Fungsi IIT

dengan

Fixed Effect Model

Dependent Variable: IIT?

Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 07/14/07 Time: 09:31

Sample: 2001 2005 Included observations: 5

Number of cross-sections used: 19 Total panel (balanced) observations: 95 One-step weighting matrix

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DIST? -1.549415 6.40E+14 -2.42E-15 1.0000 AVEGDPC? 13.06019 3.647651 3.580438 0.0006

DGDP? -1.884473 0.431016 -4.372161 0.0000 DGDPC? -7.488301 5.183451 -1.444655 0.1530

EXRF? -1.783829 0.670152 -2.661829 0.0096 EXR2? -26.33103 9.728668 -2.706540 0.0085 Fixed Effects*

_1--C -85.84756

_2--C -38.95853

_3--C 68.56828

_4--C 12.32420

_5--C 236.8989

_6--C -62.98160

_7--C 51.63228

_8--C 37.64883

_9--C -17.78411

_10--C 71.37626

_11--C 44.60727

_12--C 214.3021

_13--C -48.51518

_14--C -16.47149

_15--C 67.78267

_16--C 184.7789

_17--C -27.89775

_18--C -3.824943

_19--C 64.26069

Weighted Statistics

R-squared 0.984712 Mean dependent var 104.0228 Adjusted R-squared 0.979470 S.D. dependent var 93.51705 S.E. of regression 13.39943 Sum squared resid 12568.13 F-statistic 187.8601 Durbin-Watson stat 1.945434 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.789876 Mean dependent var 63.22618 Adjusted R-squared 0.717834 S.D. dependent var 26.44612 S.E. of regression 14.04801 Sum squared resid 13814.25 Durbin-Watson stat 1.944947 Keterangan:


(6)

Hasil Estimasi Fungsi IIT

dengan

Random Effect Model

Dependent Variable: IIT?

Method: GLS (Variance Components)

Date: 07/14/07 Time: 09:42

Sample: 2001 2005

Included observations: 5

Number of cross-sections used: 19

Total panel (balanced) observations: 95

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -115.2409 99.15427 -1.162239 0.2483

DIST? 4.188626 8.558147 0.489431 0.6258

AVEGDPC? 14.01904 6.123125 2.289524 0.0244

DGDP? -2.546817 2.701676 -0.942680 0.3484

DGDPC? -5.021391 1.536223 -3.268660 0.0015

EXRF? -3.473958 1.420081 -2.446311 0.0164

EXR2? 5.753097 1.947224 2.954513 0.0040

Random Effects*

_1--C -22.71512

_2--C -1.706116

_3--C 24.47548

_4--C -21.98466

_5--C 20.75738

_6--C -12.45927

_7--C 2.977780

_8--C -23.50537

_9--C 5.182795

_10--C 13.93892 _11--C -21.06787 _12--C -0.604513 _13--C -1.971958 _14--C 10.56736 _15--C 5.787552 _16--C -15.79116 _17--C 12.66553 _18--C 15.27688 _19--C 10.17636

GLS Transformed Regression

R-squared 0.736861 Mean dependent var 63.22618

Adjusted R-squared 0.718920 S.D. dependent var 26.44612

S.E. of regression 14.02095 Sum squared resid 17299.65

Durbin-Watson stat 1.490986

Unweighted Statistics including Random Effects

R-squared 0.777804 Mean dependent var 63.22618

Adjusted R-squared 0.762655 S.D. dependent var 26.44612

S.E. of regression 12.88404 Sum squared resid 14607.88

Durbin-Watson stat 1.765728 Keterangan: