Multikolinearitas Autokorelasi Heteroskedastisitas Evaluasi Model

H : Model Pooled Least Square H 1 : Model Random Effect Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan Statistik LM yang mengikuti distribusi dari Chi square. Statistik LM dihitung dengan menggunakan residual OLS yang diperoleh dari hasil estimasi model pooled dimana: LM = 2 2 2 1 1 2 ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ∑ ∑ ∑ − it i T T NT ε ε ~ x 2 3.12 Jika nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari x 2 - Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang digunakan adalah model random effect, begitu juga sebaliknya.

3.5. Evaluasi Model

Sebagai upaya untuk menghasilkan model yang efisien, tidak bias, dan konsisten, maka perlu dilakukan pendeteksian terhadap pelanggaran atau gangguan asumsi dasar model ekonometrika, yang antara lain berupa gangguan antar waktu time-related disturbance, gangguan antar individu atau dalam kasus ini pasangan negara cross sectional disturbance, dan gangguan akibat keduanya. Proses evaluasi model yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

3.5.1. Multikolinearitas

Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga baik t statistik maupun F hitung menjadi signifikan. Jika cara tersebut tidak berhasil, maka dapat juga diatasi dengan menghilangkan varibel yang tidak signifikan.

3.5.2. Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Adanya korelasi serial dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson DW dalam Eviews. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan membandingkan DW-statistik dengan DW-tabel. Kerangka identifikasi Autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai DW Hasil 4-dl DW 4 Tolak H , korelasi serial negatif 4-dl DW 4 - dl Hasil tidak dapat ditentukan 2 DW 4 - du Terima H , tidak ada korelasi serial du DW 2 Terima H , tidak ada korelasi serial dl DW du Hasil tidak dapat ditentukan 0 DW dl Tolak H , korelasi serial positif Korelasi serial ditemukan jika error dari periode waktu yang berbeda saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan melihat pola random error dari hasil regresi. Pada analisis seperti yang dilakukan pada model, jika ditemukan korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Treatment untuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR1 atau AR2 dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model regresi yang kita gunakan.

3.5.3. Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var ui = σ 2 konstan, semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya heteroskedastisitas diperoleh pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka pada hasil regresi akan terjadi ”misleading” Gujarati, 1995. Untuk mendeteksi adanya pelanggaran asumsi Heteroskedastisitas, digunakan uji White Heteroscedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Dengan uji tersebut dibandingkan Obs R-Squared dengan X 2 Chi-Squared tabel. Jika nilai Obs R-Squared lebih kecil daripada X 2 Chi-Squared tabel, maka tidak ada Heteroskedastisitas pada model. Dalam pengolahan data panel pada Eviews 4.1 yang menggunakan metode General Least Square Cross Section Weights, maka untuk mendeteksi adanya Heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistics dengan Sum Square Resid pada Unweighted Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistics Sum Square Resid pada Unweighted Statistics, maka terjadi Heteroskedastisitas. Treatment untuk pelanggaran tersebut adalah dengan mengestimasi GLS dengan White Heteroscedasticity.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Identifikasi Tingkat Intra-industry Trade dan Integrasi antar Negara-negara ASEAN-5

Intra-industry trade index IIT index berfungsi untuk mengukur besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di suatu negara atau wilayah. Selain itu, indeks perdagangan intra-industri juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa dalam integrasi yang terjadi antar negara atau sektor tertentu karena indeks tersebut merefleksikan adanya peningkatan dalam division of labor yang dikombinasikan dengan penurunan dalam biaya transaksi Bora dalam Austria, 2004. Dalam penelitian ini, pengukuran indeks akan dilakukan terhadap nilai nominal arus perdagangan bilateral antara negara ASEAN-5. Hasil penghitungan IIT index akan digunakan sebagai indikator dari integrasi yang terjadi pada komoditas ICT. Derajat atau tingkatan integrasi akan ditentukan berdasarkan klasifikasi rentang nilai-nilai IIT index yang digunakan pada penelitian Austria 2004. Periode analisis penelitian ini mencakup lima tahun, yaitu dari 2001 sampai dengan 2005. Hasil analisis tingkat integrasi sektor ICT secara keseluruhan menunjukkan bahwa perdagangan intra industri di ASEAN-5 secara umum berada pada derajat integrasi agak kuat moderately strong integration. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan IIT index yang tertera pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.5 dimana 38 diantara nilai IIT index berada pada klasifikasi integrasi agak