Komplikasi Perubahan Pada Penderita Kanker

2.4.3. Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan obat – obatan sitotoksi dalam terapi kanker. Kemoterapi dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas: pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang dapat memberikan penyembuhan, pengontrolan, dan peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan terpisah atau bersama – sama dengan modalitas lain. Otto,2005.

2.5. Komplikasi

Komplikasi akibat penyakit kanker bisa terjadi karena: 2.5.1. Akibat pertumbuhan tumor ganas yang invasif. Pertumbuhan sel kanker dapat menekan kompresi organ – organ tubuh disekitarnya sehingga menyebabkan luka erosi. Bahkan luka tembus perforasi. 2.5.2. Akibat tidak langsung kanker Secara tidak langsung kanker menyebabkan banyak gangguan seperti demam, berat badan menurun, tidak nafsu makan, kurang darah anaemia, terasa lemas, maupun daya tahan tubuh menurun. 2.5.3. Akibat pengobatan Pengobatan dengan sitostatika bisa menimbulkan demam hingga menggigil, pada beberapa obat tertentu efek tersebut dimulai 6 jam setelah pamberian obat. Selain itu pengobatan dengan sitostatika dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sum – sum tulang hingga jumlah sel darah putih menurun leukopenia. Keadaan ini menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, alopesia,dll Dalimarta,1999. Universitas Sumatera Utara

2.6. Perubahan Pada Penderita Kanker

Keliat 1998 Pada wanita yang menderita kanker akan mengalami berbagai pergeseran dan perubahan dalam hidupnya, baik mengalami perubahan citra tubuh, ataupun lainnya dan jika perubahan ini tidak dapat diterima maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Adapun pergeseran dan perubahan tersebut adalah sebagai berikut: 2.6.1. Perubahan Fisik Proses perubahan yang terjadi pada klien kanker dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal perubahan yang terjadi setelah diagnosa, operasi dan terapi sedangkan tahap kedua terjadi pada saat proses integrasi dari perubahan pada struktur konsep diri. Perubahan yang terjadi secara fisik pada klien seperti nyeri, sengsara, kematian, biaya perubahan struktur tubuh karena pembedahan ataupun efek dari kemoterapi serta perubahan yang diakibatkan karena proses penyakit itu sendiri, yang akan membawa klien ke konsep diri negatif seperti malu, menarik diri, rendah diri, kontrol diri kurang, takut, pasif, asing terhadap diri dan frustasi Keliat, 1998. Nyeri merupakan suatu masalah subjektif yang sangat mengganggu penderita disamping badan lemas, tidak ada nafsu makan, dsb. Sedangkan masalah objektif yang mengganggu ialah ulkus yang berbau,sesak nafas, dsb. Rasa nyeri itu sangat menurunkan kualita hidup penderita. Sukardja, 2000. 2.6.2. Perubahan Psikologis Universitas Sumatera Utara Sukardja2000 Wanita yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi stres dan merasa dirinya akan cepat mati, dalam keadaan yang menyedihkan dengan meninggalkan suami, anak, keluarga, atau teman tercinta, yang belum rela ia tinggalkan. Gejala-gejala psikologis tersebut adalah penolakan terhadap penyakitnya, perubahan emosi, perubahan kognitif, kecemasan, mudah tersinggung, motivasi, perilaku gelisah, cemas, stres dan depresi. Penderita kanker sering kali mengingkari menolak bahwa penyakitnya adalah penyakit yang serius, ia mengharapkan dokter salah mendiagnosa. Terkadang respon ini menimbulkan respon buruk terhadap penderita kanker seperti: ketidakmampuan membedakan gejala yang serius, terlambat mencari informasi, tidak mengikuti program terapi, tidak menggunakan sumber daya yang tersedia, menyalahkan orang lain, penyesuaian diri yang panjang dan buruk. Selain itu setelah ia mengetahui penyakitnya tidak ada harapan lagi untuk disembuhkan penderita sering marah – marah terhadap kenyataan yang dihadapi dan bertanya kenapa ia menderita kanker, kenapa ia mesti mati, kenapa ia mesti begini, apa salahnya, dsb. Penderita kanker mudah tersinggung. Apa saja yang dilakukan orang padanya semua serba salah, ia menjadi benci dan memusuhi dokter yang tidak mampu menolongnya dan menganggap dokter tidak mampu mengobatinya dengan sungguh – sungguh, dan respon ini dapat menimbulkan frustasi pada penderita kanker. Universitas Sumatera Utara Setelah menyadari bahwa penyakitnya semakin parah, penderita kanker sering sekali melakukan tawar – menawar dalam hidupnya supaya ia dapat hidup dan sehat. Ia berjanji hal - hal yang tidak masuk akal bila sembuh nanti. misalnya ia akan menjadi orang yang baik, akan menyumbang ini itu, akan berziarah ke tempat tertentu, dsb. Menghadapi penyakitnya yang semakin memburuk penderita kanker sering menjadi depresif, menjadi murung, pendiam, tidak mau makan, mudah menangis, merasa dirinya tidak berguna lagi untuk hidup yang hanya memberikan beban bagi keluarganya. Banyak hal – hal yang tidak logis mengganggu pikirannya. Yang dapat menimbulkan penderita merasa takut. Perasaan takut yaitu takut akan menghadapi kenyataan yang ada, takut akan operasi, takut akan biaya pengobatan yang mahal, takut akan penyakitnya diketahui orang lain, takut meninggalkan keluarga, takut dicerai suaminya,dsb. Depresi mental yang dihadapi penderita kanker umumnya terjadi karena kurang pengetahuannya terhadap kanker atau salah presepsi akan penyakit kanker ini. 2.6.3. Perubahan Hubungan Sosial Keliat 1998 menyebutkan keadaan sosial yang dirasakan penderita kanker yaitu takut akan kehilangan peran dan fungsi seksual,yang dapat mempengaruhi gangguan citra diri,harga diri rendah, perubahan peran, sikap, keyakinan, dan konsep yang salah, kecemasan, atau depresi. Citra diri merupakan komponen yang mempengaruhi harga diri. Kanker akan mengakibatkan perubahan citra diri sehingga mempengaruhi harga diri yang Universitas Sumatera Utara mengakibatkan perasaan tidak adekuat dalam fungsi seksual. Kecemasan dan depresi sering menguasai klien kanker, cemas akan masa yang akan datang terutama terjadi pada saat diagnosa, kambuh, dan timbul efek dari terapi. Kecemasan dan depresi mempengaruhi fungsi seksual yaitu menurunnya perhatian pada seksual, libido, perubahan keinginan untuk berhubungan seksual dapat berubah pada saat ini karena merasa tidak pantas untuk melakukan hubungan seksual karena masih sakit. Sebagian pasangan takut akan efek terapi karena perasaan wanita terhadap perubahan bentuk tubuh. Penderita kanker menganggap dirinya tidak dapat lagi berperan seperti peran biasanya sebagai istri, orang tua, pekerja, yang terganggu oleh kanker dan terapi. Penderita merasa tidak berarti karena tidak dapat berperan seperti sediakala. 2.6.4. Perubahan Lingkungan Peran diri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat Tarwoto Wartonah, 2003. Hal ini dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri. Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada masa sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap adalah menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri, Berger Williams, 1992. Setiap wanita mempunyai berbagai peran yang penting dalam kehidupannya baik sebagai istri, orangtua, ataupun pekerja. Namun, apabila wanita tersebut menderita kanker maka penyakit tersebut akan mempengaruhi peran klien seperti Universitas Sumatera Utara sediakala karena klien mengalami gejala yang sangat kompleks dan proses penatalaksanaan penyakit dapat mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari Keliat, 1998. Wanita yang menderita kanker setelah kembali dari rumah sakit biasanya merasa kurang berfungsi, dan kurang di terima di masyarakat, dan sulit kembali hidup normal di keluarga dan masyarakat. Wanita yang menderita kanker biasanya merasa mendapatkan tekanan dari orang di sekelilingnya, menganggap penyakit kanker penyakit yang menular, atau penyakit keturunan, atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Sukardja,2000

3. Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker