10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kondisi Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi setiap orang tentu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonomi keluarga tinggi, sedang dan rendah.
Menurut Soerjono Soekanto 2001:34 sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.
Begitu juga dengan yang dikemukakan oleh Soekanto Soerjono 1982:210 tentang pengertian kedudukan status dan kedudukan sosial
social status sebagai berikut : “Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulan,
prestisenya dan
hak-hak serta
kewajiban- kewajibannya. Unruk lebih mudah mendapatkan pengertian, kedua istilah
tersebut di atas akan dipergunakam dalam arti yang sama dengan digambarkan dengan istilah “kedudukan” status saja”.
Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan mempunyai arti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan
mempunyai beberapa kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta
dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat, secara menyeluruh. Misalnya tuan
X sebagai warga masyarakat, merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, sebagai suami, sebagai ayah dari
anak-anaknya dan seterusnya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian
keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.
B. Faktor-faktor yang Menentukan Keadaan Sosial Ekonomi
Berdasarkan kodrat-Nya, manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataannya setiap manusia
yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa mempunyai status atau kedudukan dan peranan. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi
rendahnya keadaan sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pemilikan kekayaan, dan partisipasi
dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraian dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu : tingkat pendidikan, pendapatan,
kepemilikan kekayaan dan jenis tempat tinggal.
1. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk
meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani pikir, cipta, rasa, dan hati nurani serta jasmani
panca indera dan keterampilan-keterampilan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun
2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan diselenggarakan melalui pendidikan sekolah pendidikan formal, pendidikan luar sekolah pendidikan non formal. Jalur
pendidikan sekolah pendidikan formal terdapat beberapa jenjang yang harus ditempuh, yaitu:
a. Pendidikan Pra Sekolah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor.27 Tahun 1990 Pasal 1
ayat 1, pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di
luar lingkungan sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan
luar sekolah. b. Pendidikan Dasar
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 28 Tahun 1990 Pasal 1 ayat 1, pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya
sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
satuan pendidikan yang sederajat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 28 Tahun 1990 Pasal 3
Tentang Tujuan Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
c. Pendidikan Menengah
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 29 Tahun 1990 Pasal 1 ayat
1, pendidikan
menengah adalah
pendidikan yang
diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 29 Tahun 1990 Pasal 2,
Pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
d. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan
ilmu pengetahuan,
teknologi, dan
kesenian Kunaryo,2000.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua dapat dilihat dari lamanya orang tua sekolah. Semakin lama
orang tua bersekolah semakin tinggi tingkat jenjang pendidikannya. Cohtohnya, orang tua yang hanya bersekolah selama 6 tahun dapat
diartikan bahwa orang tua tersebut hanya bersekolah dalam jenjang sekolah dasar saja, berbeda dengan orang tua yang sekolahnya
mencapai 12 tahun dapat diartikan bahwa orang tua tersebut telah bersekolah dari jenjang sekolah dasar selama 6 tahun, di sekolah
menengah pertama selama 3 tahun, dan di sekolah menengah atas selama 3 tahun. Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh
terhadap kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dapat terus memberikan motivasi kepada anak
mereka dengan baik dan benar. Bahkan anak mereka dituntut minimal setara dengan pendidikan yang orang tua mereka pernah
menempuh jenjang pendidikan.
2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang
atau barang. Penduduk yang telah bekerja akan menerima hasil kerja mereka yang disebut dengan upah gaji. Pada dasarnya system
pengupahan mengandung tiga prinsip yaitu : pemberian imbalan atas nilai kerja, penyediaan investasi, jaminan kebutuhan hidup Priyono,
1981 :22 Sistem pengupahan juga berfungsi sebagai alat perangsang untuk
meningkatkan kualitas prestasi kerja. Sehingga tingkat upah dibuat berbeda
dengan kemampuannya,
karyawan yang
mempunyai kemampuan lebih tinggi dapat memperoleh upah yang lebih tinggi pula.
Di samping itu tingkat pengupahan juga dapat mendorong kreatifitas pegawai dengan memberikan imbalan dan penghargaan atas penemuan-
penemuan dan potensi kerja yang menonjol.
Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu terhadap tingkat kesejahteraan suatu masyarakat, tingkat pendapatan masyarakat pada
suatu daerah merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi sosial ekonominya. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan dapat menunjukkan
tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi masyarakat tertentu. Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan pendapat
menjadi dua yaitu : a. Pendapatan berupa barang
Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa
dan diterima dalam bentuk barang atau jasa. b. Pendapatan berupa uang
Berdasarkan bidang
kegiatannya, pendapatan
meliputi pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor informal.
1 Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat regular dan diterimakan biasanya
balas jasa atau kontrasepsi di sektor formal yang terdiri dari : a Pendapatan berupa uang, meliputi : gaji, upah dan
penghasilan infestasi. b Berupa barang yang meliputi : beras, pengobatan,
transportasi, perumahan, maupun yang berupa rekreasi.
2 Pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik berupa barang maupun uang yang diterima sebagai balas jasa
atau kontraprestasi di sektor informal yang terdiri dari : a Pendapatan dari usaha sendiri yaitu hasil bersih usaha yang
dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah.
b Pendapatan dari hasil infestasi c Pendapatan yang diperoleh dari keuntungan sosial
Selanjutnya dijelaskan bahwa penghitungan pendapatan penghasilan suatu masyarakat seringkali sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu untuk mengetahui penghasilan keluarga dapat diwakili oleh pengeluarannya. Pengeluaran rumah tangga dapat
digolongkan menjadi dua macam: 1 Pengeluaran untuk makan
2 Pengeluaran bukan untuk makannon makan, misalnya untuk perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan,
pakaian, barang tahan lama, pajak dan asuransi, dan keperluan untuk pesta dan upacara BPS Kabupaten Pati, 2010:18
Pengeluaran untuk makan adalah yang paling pokok dan harus dipenuhi. Sisa dari pengeluaran untuk makan inilah yang digunakan
untuk pengeluaran bukan makan. Dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan semakin besar penghasilan keluarga maka semakin
besar pula pendapatan atau dana yang terkumpul untuk pengeluaran bukan makan.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi keluarga setelah kebutuhan pokok lain seperti pangan, sandang, papan, dan
kesehatan. Oleh sebab itu, bila diperoleh sisa penghasilan keluarga untuk pengeluaran bukan makan, pada umumnya keluarga tersebut
akan menggunakan antara lain untuk perumahan, kesehatan, sedang, serta biaya pendidikan. Kesimpulan dari pendapat tersebut adalah:
1 Pendapatan keluarga dapat berupa pendapatan formal dan informal.
2 Pendapatan keluarga dapat diwakili oleh pengeluarannya yang meliputi pengeluaran untuk makan dan pengeluaran bukan untuk
makan. Pendapatan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik di sektor formal maupun sektor informal
selama satu bulan dalam bentuk satua rupiah. 3 Pendapatan keluarga dapat berupa uang, barang, atau jasa
Pendapatan orang tua berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik sektor formal dan informal selama
satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh penduduk
akan berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini karena
dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Pendapatan yang diterima penduduk dapat digolongkan berdasarkan 4 golongan yaitu:
Tabel 2.1 . Golongan pendapatan
No Golongan
Pendapatan
1 Rendah
Rp 500.000 2
Sedang Rp 500.000 Rp 1.000.000
3 Tinggi
Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000
4 Sangat Tinggi
Rp 2.000.000 Sumber.BPS Kab. Pati 2014
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih. Pendapatan bersih merupakan pendapatan yang sudah digunakan
untuk pengeluaran pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Semakin banyak pendapatan bersih yang diterima semakin banyak juga pendapatan yang
digunakan untuk menabung. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pendapatan yang rendah dalam keluarga yaitu kurang dari Rp 500.000
perbulan. Pendapatan keluarga dikatakan cukup berkisar dari Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000. Pendapatan yang tinggi berkisar dari Rp
1.000.000 sampai dengan Rp 2.000.000. dan yang terakhir penggolongan pendapatan dikatakan sebagai pendapatan yang tinggi yaitu pendapatan
yang lebih dari Rp 2.000.000 perbulan.
3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain: a. Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani 1994, bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.
Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut
antara lain tanah, sawah, rumah dan lain-lain. Barang-barang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak. Semakin
banyak kepemilikan harta yang bernilai ekonomi dimiliki orang tua maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat
menyekolahkan anak-anaknya, dan orang tua dapat mencukupi semua fasilitas belajar anak, sehingga dapat memotivasi anak untuk
berprestasi. b. Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang
mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat sosial ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.
4. Jenis Tempat Tinggal
Menurut Kaare Svalastoga dalam Aryana untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada
umumnya menempati rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen. c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati
pada umunya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya. Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi
keluarga yang menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran dan kualitas rumah. Rumah yang dengan ukuran besar, permanen
dan milik pribadi dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang keil, semi permanen dan menyewa
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.
C. Belajar
Pengertian belajar secara psikologis yaitu belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya Slameto, 2010:2. Belajar juga dapat diartikan suatu proses usaha yang dilakukan
seseoranguntuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar yang nyaman dapat didukung dengan tempat belajar yang tenang,
jangan sampai diganggu oleh perangsang-perangsang di sekitar. Belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan.
Sebelum memulai pelajaran harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan, seperti : kelengkapan buku pelajaran yang dimiliki, kelengkapan alat tulis,
sehingga belajar tidak terputus-putus dan dan tidak terganggu. Meja tulis yang harus bersih dan rapi dapat menjdikan belajar yang nyaman dan tenang
sehingga konsentrasi belajar yang maksimal dan pelajaran yang dipelajari dapat dipahami Slameto, 2010:77.
D. Hasil Belajar