Metode Dakwah Melalui Media Alat Seni Hadroh

Dakwah bil Qalam adalah dakwah dengan menggunakan media tulisan. Dakwah bil Qalam merupakan bentuk dakwah yang telah dan pernah dipraktekan oleh Rasulullah SAW. “Dakwah dalam bentuk tulisan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan mengirim surat yang berisi seruan ajakan atau pangilan untuk menganut agama Islam kepada raja-raja dan kepala pemerintahan dari negara yang bertentanga dengan negara Arab” 51 Dakwah bil Qalam banyak dikembangkan juga oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, diantaranya banyak cerita-cerita yang dituliskan seperti kisah para wali Allah yang mensiarkan Islam di indonesia serta para kisah Habaib yang berdakwah di indonesia. Karangan buku Habib Hasan yang berjudul “Singgah Ditaman Hati”, menulis ulang syair-syair kosidahan yang dipakai dalam Ta’lim Nurul Musthofa, menulis tawasul atau kaifiah tata cara berziarah kemakam waliyulloh setiap malam jumatnya di Kalibata Jakarta Selatan, Habib Hasan menulis kisah perjalanan beliau di Kota Tamrin hadtaumaut dalam rangka berziarah kemakam waliyulloh diantaranya makam Ba’lawi makam jenderal para wali, makam Habib Syekh Abubakar bin Salim, yang ditulis kembali dimajalah Majlis Ta’lim Nurul Musthofa artikel tentang Majlis Ta’lim di Indonesia, kata-kata mutiara nasihat-nasihat yang ditulis didalam buku atau majalah Majlis Ta’lim Nurul Musthofa.

2. Metode Dakwah Melalui Media Alat Seni Hadroh

51 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarata: Mitra Pustaka 2002, h.72 Hadroh pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh tasawuf yang sampai sekarang karya-karyanya masih diperbincangkan oleh pakar-pakar serta sarjana-sarjana di dunia Timur maupun Barat, beliau adalah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Jalaludin Rumi dilahirkan di Balkh Afganistan 30 september 1207 604 H, Jalaluddin Rumi belajar dengan Burhanudin Muhaqqiq at-Turmudzi, Jalaluddin Rumi menimba ilmu di Syam Syuriah atas saran gurunya itu. Setelah gurunya meningal Burhanudin, Jalaluddin Rumi mengantikan posisi guru beliau di Konya. Disamping Jalaluddin Rumi seorang guru beliau juga seorang da’i dan ahli hukum Islam. kesufian dan kepenyairan Jalaluddin Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Bersama Syekh Hisamuddin, Jalaluddin Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di dunia barat dikenal dengan sebutan The Whirling Dervishes Para darwisy yang berputar-putar. Nama ini muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai marifatullah. Hadhroh bersal dari kata hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan yang berarti kehadiran yang dihasilkan dari hasil bunyi rebana. Menurut istilah para tasawuf adalah suatu metode yang bermamfaat untuk membuka jalan masuk ke “hati”, hadhroh merupakan kegiatan kaum sufi untuk membuka jalan masuk hidayah Allah kedalam hati dengan jalan mendengarkan syair-syair religius atau keagamaan dengan diiringi alunan irama-irama yang dihasilkan oleh intrumen alat-alat musik terutama rebana atau ketimpring Hadhoro. Kedatangan hadhroh ke Indonesia belum banyak keterangan kapan tepatnya adanya hadhroh, namun adanya hadhroh atau yang lebih populer dikenal dengan musik terbangan rebana bahasa Jawa tak terlepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam wali songo di nusantara ini dikatakan bahwa menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudah munas besar para wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang ramai dengan alat seni rebana alat seni Arab, pengunaan rebana tersebut diadopsi oleh wali songo dengan kebisan didaerah asal wali songo tersebut Hadromaud yang dijadikan media untuk berdakwah, menurut keterangan dari ulama besar palembang Al-Alimul Al-Arifbillah Al Habib umar bin Thoha Bin Shahab. Adalah Al Imam Ahmad Al Muhajir kakek dari wali songo kecuali dari sunan kalijogo waktu beliau hijrah ke negeri Yaman Hadhraumud beliu menemukan Darwisy pengikut thoriqot sufi yang sedang asik memainkan hadhroh rebana serta mengucapkan syair pujian kepada Allah SWT dan Rasullulah-Nya, sehinga bersahabatlah sang Sufi dengan sang Imam Muhajir. Hinga sekarang keturunan dari Imam Muhajir tetap mengunakan hadhroh di saat mengadakan majlis ta’lim. Pada saat ini hadhroh berkembang dengan pesatnya sebagai musik pengiring Maulid Nabi Muhamad SAW serta acara-acara kaagaman lainnya seperti haul, isro mi’roj dan sebagainya, sehinga banyak bermunculan grup- grup hadhroh, pada akhirnya hadhroh merupakan salah satu minhaj atau cara berdakwah yang dapat diterima oleh banyak lapisan masyarakat. Karna pertimbangan inilah Habib Hasan berdakwah dengan mengunakan hadhroh. Agar para jama’ah membuka hatinya kepada kebenaran dan dapat menerima nur Allah dengan penuh keikhlasan.

3. Dakwah Dengan Media Alat Komunikasi