Perjuangan Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

bersama Al-Habib Umar bin Hafidz. Pada Akhir tahun 1995, kakek Al-Habib Abubakar bin Abdullah bin Muchsin Alatas meningal dunia. Sampai pada tahun 1996 Habib Hasan mulai menziarahi para orang-orang soleh pada zaman itu yang masih hidup, diantaranya yaitu Alamah Al-Arifbillah Al- Habib Umar bin Hud Alatas, yang dikenal dengan sebutan Habib Umar Cipayung. Habib Hasan menziarahi Al-Habib Umar bin Hud Alatas setiap subuh di waktu pagi, mengikuti shalat berjamaah, yang sekarang Habib Umar bin Hud Alatas sudah almarhum, makam beliau di daerah Condet, Habib Umar bin Hud Alatas, guru Habib Hasan yang Mengijajahkan Rarib Alatas. Al-Habibul Imam Al-Habib Abdurahman Assegaf Bukit Duri yang sekarang beliau sudah almarhum, beliau dimakamkan di daerah Bogor tepatnya di makam Keramat Empang, Bogor. Al-Habib Abdullah Samy Alatas, dan masih banyak lagi orang-orang soleh lainnya seperti Al-Habib Abdullah bin Husin Alatas Malang yang pada saat itu usianya 115 tahun, Habib Hasan juga menemui Al-Habib Ali Bilfaqih Bali yang berusia 125 tahun.

2. Perjuangan Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

Habib Hasan sudah berkeluarga memiliki tiga orang anak, satu anak perempuan dua anak laki-laki. Istri Habib Hasan bernama Syarifah Muna Al- Hadad, cucu dari Keramat Jati Al-Habib Husen bin Muhammad Alatas Alawi, Condet. Habib Hasan memiliki tiga orang anak, pertama Sarifah Rogayah, kedua Habib Atos, ketiga Habib Ali. 41 Di dalam keluarga beliau memiliki seni keluarga yang romantis dan humoris, cara beliau bertutur sapa terhadap anak istri sangatlah halus dan lembut di tengah-tengah kesibukan. Beliau melaksanakan dakwah Islamiah biarpun membagi waktunya untuk keluarga kepada putra dan putrinya beliau sangat menekankan pendidikan agama sejak kecil. 42 Sehinga pada tahun 1997 untuk pertama kalinya Habib Hasan bin Ja’far Assegaf berdakwah, yang dimulai di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di sana Habib Hasan berdakwah dengan izin Allah SWT mendapatkan jama’ah sebanyak lima ratus orang, lalu Habib Hasan pulang ke Bogor dikarenakan Umi dari Habib Hasan sakit. Pada tahun 1998 beliau melakukan dakwah kembali, yang dilakukan di daerah yang sangat jauh yaitu di daerah Timor- Timur yang sekarang menjadi negara sendiri dan pisah dari wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Palu, Habib Hasan berdakwah bersama Al- Habib Abubakar bin Hasan Alatas. Dari pengalaman itulah rupanya Allah SWT memberikan izin kepada Habib Hasan untuk terus melakukan dakwah dan berdakwah, dan dakwah tersebut menjadi suatu “makanan” atau kebiasaan tersendiri bagi kehidupan Habib Hasan untuk memperjuangkan agama Allah SWT demi tegaknya amal ma’ruf nahi munkar dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia dan Rasullah SAW sebagai suri tauladan kita yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. 41 Ustad. Abdurrahman, Asisten Habib, Humas, kodinator Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, Wawancara Pribadi , Jakarta, 6 Desember 2008 42 Ustad. Nurdin Haris. Sp.I, Jama’ah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Februari 2009. Pada tahun 1999, beliau pergi kembali ke Jakarta, dikarenakan beliau mendapat kabar bahwa guru Habib Hasan Al-Habib Umar bin Hud Alatas telah meningal dunia, dari situlah Habib Hasan melihat Jakarta yang dipenuhi oleh para pemuda yang suka hura-hura dan senang melakukan maksiat kepada Allah SWT dan tidak mengenal Allah SWT dan Nabi Muhamad SAW dan pemuda yang sangat jauh dari ketakwaan sering berbuat maksiat jauh dari sunah-sunah Nabi Muhammad SAW, kurang mengetahui wali-wali, para aulia Allah SWT, tidak mengenal kitab-kitab Salafus sholihin yang dibawakan para ulama, tidak mengetahui keutamaan shalawat. 43 Dikarenakan keadaan Jakarta yang bermacam-macam karakter dan berbagai fenomena maksiat, Habib Hasan tersentak untuk berdakwah kepada pemuda di Jakarta. Karena belum ada celah dan tempat untuk berdakwah di Jakarta, akhirnya beliau kembali ke Bogor untuk membantu orang tua Habib Hasan untuk berdagang berjualan kain yang berkodi- kodi jumlahnya, biasanya Habib Hasan menjual kain sehari habis 18 kodi kain, bahkan Habib Hasan menjajahkan daganganya mulai dari kampung ke kampung, dari pesantren ke pesantren. Di tahun yang sama, ada sekelompok pemuda yang datang untuk berziarah ke Habib Keramat Empang, Bogor. Para peziarah berasal dari Jakarta Selatan, peziarah tersebut bernama Aray dan Zaenal Arifin. Para anak muda tersebut menginginkan Habib Hasan untuk berdakwah di Jakarta, akan tetapi Allah SWT belum berkehendak karena Habib Hasan belum niat berdakwah ke Jakarta, pada akhirnya selang beberapa minggu Allah SWT 43 Ustad. Nurdin Haris. Sp.I, Jama’ah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Februari 2009 memberikan petunjuk kepada Habib Hasan untuk berangkat ke Jakarta untuk berdakwah, adapun dakwah yang pertama kali Habib Hasan dimulai di wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan tepatnya di jalan Jambu Dua Ciganjur di rumah Zaenal Arifin. Mulailah Habib Hasan berdakwah dengan membuka ratib dan maulid Simthuddurrar secara kecil-kecilan, baru berapa hari di Jakarta untuk berdakwah Habib Hasan sudah mendapatkan ujian baik bersifat dzahir dan batin. Pada tahun 2000 mulailah Habib Hasan untuk membuat pengajian ratib, yang diikuti oleh dua puluh orang jama’ah, semingu kemudian berkurang jama’ahnya menjadi lima belas orang saja yang mengikuti pengajian ini hari demi hari, minggu demi minggu, jama’ah bukan bertambah tetapi berkurang. Dengan kondisi yang seperti ini, tidak mengurangi gairah untuk berdakwah di jalan Allah SWT karena Habib Hasan tidak memandang manusia, tetapi ini semua untuk Allah SWT. Pada akhirnya, ujian demi ujian Habib Hasan lewati para penduduk kembali lagi untuk mengikuti pengajian yang dipimpin langsung oleh Habib Hasan sendiri, sampai lima puluh jama’ah yang mengikuti pengajian ini, Dari tahun ke tahun terus bertambah lagi menjadi seratus orang jama’ah. Karena para jama’ah yang terus bertambah banyak, maka di saat itulah beliau berangkat ke Solo untuk menemui Habib Anis Al-Habsyi untuk minta ijazah maulid Simthuddurrar. Diijinkanlah oleh Habib Anis Al-Habsyi untuk membawakan maulid Simthuddurrar, mulailah Habib Hasan membuka pengajian dengan mengunakan maulid Simthuddurrar, pada saat itu maulid di wilayah Ciganjur ataupun Kampung Kandang, Habib Hasan menggagas untuk membuat maulid dengan mengunakan marawis atau ketimpring rabana dengan tujuan agar lebih meriah dan ramai. Pada tahun 2001 jama’ah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf terus bertambah mulai dari seratus jama’ah lalu bertambah menjadi 150 orang, sampai akhirnya menjdi 500 jama’ah yang menghadiri pengajian ini, di tahun yang sama Habib Hasan kedatangan para habaib mulai dari Habib Anis Al- Habsyi, yang memberikan ijazah maulid Simthuddurrar. Dan saat itu pula pengajian ini diberi nama Majlis Ta’lim Nurul Musthofa yang sebelumya bernama Al-Irfan. Dengan izin Allah SWT Majlis Ta’lim Nurul Musthofa kedatangan tamu dari Hadhramaud, Al-Habib Umar bin Hafiz datang ke Indonesia dan menghadiri Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dan ulama-ulama besar yang berasal dari berbagai negara seperti: Yaman, Mekah, Madinah, Malaysia, Singapura, dan dari wilayah lainnya untuk datang ke Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Pada tahun 2002 jama’ah Majlis Ta’lim Nurul Musthofa semakin banyak dihadiri oleh jama’ah khususnya kaula muda, mudi dan ulama, ustad setempat yang ingin belajar ilmu agama kepada Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pimpinan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Pada tahun 2003 Habib Hasan dirundung duka, karena ayah beliau Al-Habib Ja’far Bin Umar Assegaf meningal dunia, ditahun yang sama Habib Hasan semakin dekat dengan penduduk Kampung Kandang salah satunya Alm H. Abdul ghofar tokoh masyarakat yang senang tiasa menemani Habib Hasan dan membantu Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Tahun yang sama jama’ah Habib Hasan terus bertambah sampai sembilan ratus ja’mah yang hadir di Majlis Ta’lim Nurul Nusthofa. Sampai tahun 2004 majlis Ta’lim Nurul Musthofa makin berkembang, dengan terbentuknya yayasan, dan tim sukses maulid malam minggu. Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, sudah meluaskan daerah siarnya. Yang sebelumya hanya di wilayah Kampung Kandang, Ciganjur dan Cilandak saja, mulai merabah masuk ke daerah-daerah yang lebih luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya bahkan se-Jabotabek. Pada tahun 2005, masuklah KH. Abdul Hayyie Na’im dalam Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, KH. Abdul Hayyie Na’im adalah ketua Majlis Kuliah Subuh se-Jabotabek, KH. Abdul Hayyie Na’im hadir untuk mendampingi dan membimbing Majlis Ta’lim Nurul Musthofa sebagai penceramah di setiap malam minggu yang dihadiri oleh ulama, ustad dan sesepuh yang lain serta ribuan jama’ah Majlis Ta’lim Nurul Musthofa sampai sekarang ini Majlis Ta’lim Nurul Musthofa tetap berkibar. Tidak hanya itu banyak pejabat yang ingin belajar dengan beliau seperti Fauzi Bowo yang sekarang menjadi gurbernur Jakarta, dan Adhyaksa Dault yang menjabat sebagai menteri pemuda dan olah raga pernah memanggil Majlis Ta’lim Nurul Musthofa di gedung Menpora. Indonesia Berzikir bersama Muhamad Arifin Ilham, KH. Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf, Live di TPI, ceramah Habib Hasan di kartu perdana Axis, berkerjasama juga dengan Radio Ras FM Tebet, Jakarta Selatan. KH. Abdul Hayyie Na’im sekarang sudah tidak mendampingi Habib Hasan di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dikarenakan faktor usia, KH. Abdul Hayyie Na’im hanya mendampingi Habib Hasan dari tahun 2005 sampai dengan 2009, sekarang digantikan dengan KH. Adnan Idris serta diikuti oleh Ustd, qori-qori dan para habaib.

3. Pendidikan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf