Macam-macam Metode Dakwah Metode Dakwah

materi dakwah. Sebagai seorang da’i, hendaknya harus mengetahui bagamana metode yang baik. Metode dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran, Hadits, Sirah sejarah, salafus shalih dari hal sahabat, tabi’in dan Atbaat Tabi’in. 16 Metode dakwah merupakan salah satu unsur terpenting dalam penyampaian dakwah. Metode dakwah juga merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien. Dalam al-Qur’an metode dakwah dijelaskan dalam surat an-Nahl ayat 125: Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah orang yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Q.S An- Nahl: 125

2. Macam-macam Metode Dakwah

Pada prinsipnya metode dakwah berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas bahasa lisan atau tulisan dan aktivitas badan. Aktivitas lisan dalam 16 Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, cet ke-1, h. 9 men yampaikan pesan dapat berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak buku, majalah, koran, pamflet, dan lain-lain. Aktivitas badan dalam menyampaikan pesan dakwah dapat berupa berbagai aksi amal sholeh contohnya tolong- menolong melalui materi, lingkungan, penataan organisasi atau lembaga- lembaga keislaman. Quraiys Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl 125 adalah sebagai berikut: 1. Metode Hikmah Kata al-Hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli bahasamaupun al-Qur’an tidak hanya menyangkut pemaknaan eksistensinya. Tetapi juga pemaknaan dalam konsepnya sehingga pemaknaan lebih luas dan bervariasi. Dalam kamus dan beberapa kitab tafsir kata al-hikmah diartikan: al’adl keadilan, al’hilm kesabaran dan ketabahan, an-nubuwwah kenabian, al-ilm ilmu pengetahuan, al-Qur’an, falsafah, kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq kebenaran, meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran sesuatu dan mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama. 17 Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil 17 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-qur’an: Study Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002, h. 163 yang sifatnya memperjelas bagi kebenaran yang disampaikan, sehingga menghilangkan keraguan mereka. Untuk itu diharapkan bahwa ucapan dihadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya piker mereka, yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas. 2. Metode Mau’idzah Hasanah Ali Musthafa Yaqub menyatakan bahwa mauidzah al-hasanah adalah: “Ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiens dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek dakwah ”. 18 Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan dismapaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Dihadapan mereka penyesuaian kata-kata harus logis dan mudah difahami. Muhammad Husein Yusuf mengatakan: “Mereka membutuhkan pelajaran yang baik mauidzah hasanah ucapan yang mengena qaul baligh serta penjelasan tentang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman tarhib mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista yang terdapat dalam kebatilan. Begitu pula seterusnya sampai benar-benar jelas kepada mereka ke jalan yang lurus dan cahaya terang serta dapat menghilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam barisan orang-orang mukmin dibawah panji Nabi dan Rasululah yang paling mulia.” 19 3. Metode Mujadalah Bentuk metode ini adalah golongan menengah. Sebaiknya mereka diajak dialog atau bertukar fikiran. Seorang da’i dituntut untuk menghargai 18 Ali Musthafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, h.121. 19 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-qur’an: Study Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002, h. 167 pendapat mereka, berdialog tersebut harus memberikan kepuasan terhadap lawan dialog. 20 Dapat difahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuai dengan pendengar mad’u yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang da’i diharapkan dapat mengetahui latar belakang mad’u sebelum menyampaikan materinya.

B. Majlis Ta’lim