Pengertian Strategi Dakwah Strategi Dakwah

publik. Strategi komunikasi bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia. Skinner 4 menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama orang mempunyai apa yang disebut expection of reward atau adanya harapan untuk memperoleh keuntungan dalam praktik komunikasi. Keuntungan tersebut dapat berbentuk: a. Personal Needs, kebutuhan pribadi semisal makan dan minum. b. Social Needs, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain. c. God Needs, kebutuhan akan Tuhan. Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a-yad’u, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata- kata, atau perbuatan. 5 Secara terminologi, dakwah adalah ajakan dan seruan kepada umat manusia untuk mengamalkan ajaran Islam. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi komunikasi dakwah adalah gabungan antara manajemen dan perencanaan yang secara taktis mengarahkan kegiatan penyampaian pesan, baik secara verbal dan non-verbal kepada pengamalan ajaran atau nilai-nilai keislaman. 4 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h. 401. 5 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harokah , Jakarta: Penamadani, 2008, hal. 144 Dalam konteks dakwah, menurut Arifin 6 untuk menciptakan expaction of reward tersebut, strategi komunikasi haruslah memiliki empat rumusan, yang terdiri dari: a. Mengenal khalayak Untuk memaksimalkan keberhasilan dalam berkomunikasi, maka komunikator perlu mengenal kerangka referensi khalayak, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara komunikator dengan komunikan yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan benar. Kerangka referensi khalayak adalah sebagi berikut 7 : - Kondisi kepribadian dan fisik yang menyangkut pengetahuan khalayak terhadap materi, kemampuan menerima pesan, dan kemampuan khalayak menerima bahasa pengantar. - Pengaruh kelompok dan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai dan norma yang dianut. - Situasi tempat tinggal khalayak b. Menyusun pesan Menyusun pesan yaitu, menentukan tema dan materi.Syarat utamanya adalah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian dijadikan tolak ukur untuk menilai keberhasilan komunikator dalam melakukan komunikasi. 6 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Bandung: Amrico, 1994, h.58-86. 7 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h.402. Dalam menetukan tema dan materi, dikenal dua bentuk penyajian permasalahan 8 : - One sides issue sepihak. Dikenal pula sebagai top-down strategy, yaitu hanya mengemukakan hal yang positif, atau hal-hal yang negative saja kepada khalayak untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan dalam bentuk ini berisi konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat yang telah berkembang. - Both side issue kedua belah pihak. Suatu permasalahan yang disajikan baik yang positif maupun negative yang tujuannya untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan diketengahkan baik konsepsi dari komunikator maupun konsepsi yang berkembang pada khalayak. c. Menetapkan metode 9 Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Beberapa macam metode cara penyajian adalah: - Repeatation Methods Adalah cara memengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang pesan. Tujuannya, agar khalayak dapat memperhatikan pesan dan tidak mudah melupakan pesan tersebut. 8 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009,h. 404. 9 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009,h. 405. - Canalizing Cara memengaruhi khalayak dengan jalan menyediakan saluran- saluran tertentu untuk menguasai motif-motif khalayak untuk kemudian diubah sedikit-demi sedikit ke ara tujuan komunikator. Istilah lain yang muncul adalah start where the audience. - Informatif Penyampaian sesuatu apa adanya, apa yang sesungguhnya di atas data dan fakta yang valid. Metode ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak dan bentuknya berupa pernyataan, penerangan, berita, dan sebagainya. - Persuasif Memengaruhi khalayak dengan jalan membujuk yang digugah adalah pikiran dan perasaan. Tidak ada kesan-kesan yang menjurus kepada pemaksaan kehendak. - Edukatif Memengaruhi khalayak dari satu pertanyaan umum yang dilontarkan dapat diwujudkan dalam bentuk pendapat, fakta, dan pengalaman. - Kursif Cara memengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Khalayak dipaksa tanpa harus berpikir untuk menerima gagasan yang dilontarkan. Pesan jenis ini mengandung ancaman-ancaman. d. Seleksi dan Penggunaan Media Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dicapai haruslah selektif, dengan cara menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penyesuaian khalayak akan mempengaruhi penyesuaian media yang digunakan. Fungsi media adalah menyalurkan gagasaan, ide, informasi yang ditampung oleh opinion leader kepada khalayak komunikan.

2. Macam-macam Strategi Dakwah

Komunikasi ialah inti dari kegiatan dakwah. Ketika kita berkomunikasi, maka telah terjadi proses menjadikan sama sebuah persepsi dari komunikator ke komunikan. Dalam efek yang lebih luas, terjadi perubahan dalam diri mad’u ke arah yang diinginkan oleh da’i sebagai fasilitator ajaran-ajaran Islam. Para mad’u yang awalnya hanya diarahkan, kemudian berlanjut pada kesadaran pribadi untuk lebih mencintai Allah dan agamanya. Itulah substansi dari strategi komunikasi dakwah. Beberapa macam strategi komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah ialah: a. Kredibiltas Komunikator Untuk menjadi seorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas menurut Aristoteles 10 dapat diperoleh jika seorang 10 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian , Malang : UMM Press, 2010, hal. 71-72. komunikator memiliki ethos, patos, dan logos yang baik. Ethos ialah kemampuan seorang komunikator melalui karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya tidak mungkin diragukan orang lain. Pathos ialah kemampuan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunkator melalui argumentasinya. Menurut bentuknya, kredibiltas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu 11 : - Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung. - Derived Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung. - Terminal Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh setelah pendengar mendengarkan ulasan komunikator sampai selesai. b. Kualitas penyampaian dan isi pesan Perkataan yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Itulah tujuan penyampaian pesan dakwah. Kalimat menjadi sarana penghubung antara da’i dan mad’u. Oleh karena itu, ada lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu: - Hendaknya perkataan itu berisi, tidak sekedar kalimat yang tanpa makna. 11 Saiful Rohim, Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, hal. 73. - Kalimat yang dipilih harus bersih dari kalimat-kalimat asing yang sekiranya tidak bisa dipahami oleh sasaran dakwah. - Fikrah dakwah itu hendaknya disampaikan menggunakan bahasa yang mengandung unsur harapan, khayalan, dan keinginan manusia pada umumnya. - Fikrah dakwah harus disampaikan dengan bahasa yang universal, tidak terbatas pada keuntungan kelompok tertentu. - Hindari menggunakan redaksi perintah yang membuat mad’u merasa tertekan atau terpojokkan. c. Sasaran dakwah mad’ukomunikan Secara etimologi kata mad’u memiliki asal kata da’a- yad’u dengan ism al-maf’ul kata objek mad’u yang berarti orang yang diseru. Secara terminologi, mad’u ialah orang atau kelompok orang jama’ah yang sedang menuntut ilmu agama dari seorang da’i. Mad’u yang satu dengan yang lain berbeda dalam hal kemampuan untuk menerima informasi. Perbedaan tersebut dipicu oleh beberapa faktor diantaranya 12 : Faktor sosiologis, yaitu mad’u yang dilihat berdasarkan wilayah tinggalnya. Orang yang tinggal di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran memiliki daya tangkap yang berbeda. 12 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, h.279-280.