Macam-Macam Metode Dakwah TINJAUAN TEORITIS

digunakan untuk mencegah tindakan hewan. 33 Diartikan demikian karena tali kekang membuat penunggang dapat mengendalikan kudanya sehingga si penunggang ini mampu mengandalikan kudanya untuk berlari dan berhenti. 34 Dari kiasan ini ketika seseorang mempunyai hikmah berarti orang tersebut mempunyai kendali terhadap dirinya yang dapat mencegah dirinya dari hal- halyang kurang bernilai atau menurut pendapat Ahmad bin Munir al-Muqri al-Fayumi berarti dapat mencegah dari perbuatan yang hina. 35 Toha Yahya Umar mengartikan dakwah yaitu meletakan suatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan hal-hal larangan Tuhan. 36 Al-Hikmah mempunyai banyak arti sebagai mana tercantum dalam kamus munjid berbentuk sebagai keadilan, kebenaran, kenabian, dan ajakan atau seruan. Sering kali kata “hikmah” diartikan dalam pengertian bijaksana yaitu suatu pendekatan terhadap objek dakwah diharapkan dengan pendekatan ini objek dakwah dapat menerima, 33 Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, 1214 34 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, hlm. 244 35 Ahmad bin Munir al- Muqri’ al-Fayumi, al-Misbahul Munir, Riyadh al-Maktabah al- Arabby, 19982, hlm. 157 36 Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hal 35 kemudian menjalankan atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan. 37 Dari beberapa pendapat yang saya kutip diatas mengenai penjelasan tentang kata “al-hikmah” masih global. Menurut mufasir yang lain menafsirkan hikmah secara lebih rinci yaitu hujjah atau dalil. Sebagian mensyarahkan hujjah itu harus bersifat qot’i atau pasti, seperti pendapatnya imam Nawawi dalam tafsirnya hikmah yaitu hujjah yang pasti yang bermanfaat untuk mengguatkan keyakinan. 38 menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan. Berdasarkan dari pada pendapatnya imam Nawawi yang mengatakan bahwa kata hikmah disini sebagai hujjah yang pasti dapat disimpulkan bahwa hujjah yang dimaksud disini adalah hujjah yang bersifat rasional yakni yang tertuju pada akal. Hujjah yang bersifat rasional yang dimaksud disini adalah argumentasi yang masuk akal dan yang tidak dapat dibantah. Melihat dari sisi arti hikmah ini dapat diartikan menempatkan persoalan pada tempatnya dan bisa juga diartikan hujjah atau argumentasi. Tetapi jika melihat ayat kata hikmah 37 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. Hal 321 38 Syekh Muhammad Nawawi Al jawi, Marah Labid Tafsir An Nawawi,tp, t-tp, tt, I469 kurang tepat jika diartikan menempatkan persoalan pada tempatnya akan tetapi lebih tepatnya sebagai hujjah atau argumentasi. Dengan demikian dakwah dengan cara bil hikmah ini umumnya diberikan kepada orang mau menerima dakwah jika akal mereka puas dan hatinya tentram. b. Metode Dakwah Mau’izhatil Hasanah nasehat yang baik Menurut bahasa Al- Mau’idzatil Hasnah merupaka gabungan kata dari Mau’idzah dan Hasnah. Berdasarkan tinjauan bahasa kata “Mau’idzah” berasal dari bahasa arab yaitu wa’adza – ya’idzu – idzatan yang mempunyai makna nasihat dan peringatan 39 , sedangkan kata hasna berasal dari hasuna – yahsunu – husnan yang berarti kebaikan. 40 Menurut Imam Ahmad As-Showi menjelaskan dari pada pendapat Imam Jalaluddin As-Syuthi dalam buku Hasyiyah A’laamah As-Showi, al-mauidzhah Hasanah dua pengertian, pertama yaitu At-Targhib bujukan, penyemangatan dan At-Tarhiib ancaman, maksud dari pada kedua makna ini adalah memotivasi seorang hamba untuk giat dalam menjalankan ibadah yang merupakan bagian ketaatan kepada Allah dan meninggalkan larangan Allah. Kedua yaitu Qowlun Rofiiqun ucapan lembut, ramah yaitu ucapan yang mengandung bahasa-bahasa lembut 39 Louis Ma’luf, Munjid Fil Logoh Wa A’lam,Bairut: Darul Fikr,1986h. 908 40 Louis Ma’luf, Munjid Fil Logoh Wa A’lam, h.134 ramah. 41 Mauizah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat. 42 Dari penjelasan di atas, bahwa metode mauizah hasanah ini merupakan sebuah nasehat yang mempunyai sentuhan kedalam hati mad’u, sehingga dengan nasehat tersebut mad’u dapat menjadi termotisivasi untuk menjalan ketaatnya. c. Metode Dakwah Mujadalah Dari segi bahasa etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal. Apabila ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan 43 . Mujadalah yaitu suatu cara yang digunakan melalui berdiskusi untuk menemukan sebuah kesepakatan untuk menemukan sebuah pahaman yang tidak menyimpang tentang sebuah permasalahan. 41 Ahmad As- Shawi, Tafsir Hasyiyah Al- A’laamah As-Showi, Bairut Libnan: Darl Fikr, 2002, Juz II, h.412 42 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, hlm. 252 43 Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, Jakarta: Pustaka Progresif, 1997, cet ke-14, h, 175 Dari segi istilah terminologi terdapat beberapa pengertian al-mujadalah al hiwar. Al-Mujadalah al-hiwar berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang menimbulkan permusuhan diantara kedua pihak. 44 Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab al-Hiwar wa al- Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat bermakna “datang untuk memilih kebenaran” dan apabila berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau perseteruan yan g tajam”. 45 Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. 46 Berlandaskan beberapa definisi diatas al-Mujadalah al- Hiwar merupakan metode dakwah yang digunakan lewat sebuah diskusi yang menjadi wadah untuk menemukan titik temu dan diharapkan dengan metode ini tidak ada perpecahan serta permusuhan diantara kedua pihak. 44 World Assembly of Muslim Yout WAMY, Fii Ushulil Hiwar, MaktabivWahbah Cairo, Mesir, diterjemahkan oleh Abdus Salam M. Dan Muhli Dahfir, dengan judul Terjemahan Etika Diskusi. Era Inter Media, 2001, Cet ke-2, hlm 21. 45 Ali al-Jarisyah, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, al-Munawarah, Dar al-Wifa, 1989, Cet. Ke-1, h, 19. 46 Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar Fil Islam , Mesir, Dar al-Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, Jakarta: Azan, 2001, Cet. Ke-1, pada kata pengantar. Setelah mengetahui metode dakwah yang terkandung dalam surat an Nahl ayat 125, imam Nawawi menjelaskan di dalam kitabnya tentang tiga golongan manusia yang menjadi sasaran dari tiga metode dakwah tersebut, yaitu : 1. Asshabul „uqul yaitu orang-orang yang mencari sebuah pengetahuan disertai dengan bukti-bukti tentang pengetahuan tersebut, golongan ini bisa disebut kaum intelek. Yang mereka harus dipanggil dengan kata-kata hikmah yakni dengan menggunakan argumentasi yang dapat diterima akal. 2. Asshabul nazhri assaliim yaitu orang-orang yang belum mencapai tingkat kesempurnan pemikiran dan juga tidak berada pada tingkat pengetahuan dan pemikiran yang rendah. Golongan yang kedua ini tidak dapat diberikan pemahaman dengan menggunakan metode hikmah dan juga tidak dapat diberikan metode dakwah dengan mauizhah hasanah, akan tetapi golongan ini lebih tepat menggunakan metode mujadalah. 3. Orang-orang yang belum mencari suatu pengetahuan dan juga belum dapat menguasi pertentangan. Yaitu orang awam yang bisa dikatakan tingkat pengetahuannya masih rendah serta belum dapat berpikir kritis. Golongan ini masuk kedalam metode mau ’izha hasanah. 47 47 An- Nawawi Al jawi, Marah Labid Tafsir An Nawawi,Serang Banten: Maktab Iqbal Haj Ibrahim, h. 469

D. Bentuk-Bentuk Dakwah

Setelah mengetahui tentang metode-metode yang digunakan pada aktivitas dakwah, kemudian pada penerapannya dakwah tersebut dikelompokan kedalam tiga bentuk dakwah, diantaranya yaitu: 1. Dakwah bi al-lisan Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian sebuah dakwah melalui lisan ucapan dengan berceramah atau berkomunikasi secara langsung antara da’i dan mad’u. 48 Syamsul Munir di dalam bukunya berjudul Ilmu Dakwah, menyatakan bahwa dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilakukan dengan menggunakan lisan, seperti dengan ceramah, khutbah, diskusi, dan lain-lain. Dalam bilangan jumlah, dakwah dengan lisan ini sudah banyak dilakukan para da’i di tengah-tengah masyarakat. 49 Dari penjelasan diatas, metode dakwah bi al-lisan ini sebuah penyampaian dakwah dengan menggunakan lisan, seperti yang kita ketahui dan sering di saksikan melalui media elektronik seperti televisi atau radio para da’i atau mubaligh menyampaikan pesan-pesan dakwahnya melalui berceramah, khutbah jum’at, memberikan nasehat keagama melalui cerita, dan lain-lain. 48 Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 42 49 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 11 2. Dakwah bi al-Hal Bentuk dakwah yang kedua ini, merupakan aktivitas dakwah yang di sampaikan dengan mealui tindakan yang nyata disesuaikan dengan kebutuhan mad’u. Seperti dakwah dengan membangun rumah sakit untuk kebutuhan masyarakat sekitar yang membutuhkannya . 50 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah bil hal ini, di terapkan langsung pada kondisi masyarakat yang kurang mampu. Dengan ada penerapan langsung ini, diharapkan hati masyarakat dapat tersentuh dan mau untuk menerima dakwah Islam. Intinya dakwah bi hal ini, penyampain pesan dakwah kepada mad’u melalui praktek, agar dengan adanya praktek langsung hati mad’u dapat tertarik untuk menerima dakwah Islam. 3. Dakwah bi al Qolam Dakwah bil al qolam adalah dakwah yang disampaikan melalui bentuk tulisan dengan menerbitkan buku-buku, kitab- kitab, internet yang mengandung dakwah penting dan efektif, serta tidak membutuhkan waktu khusus. 51 50 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 178 51 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.11 30

BAB III PROFIL TOKOH USTADZ ABDUL HAKIM

A. Latar Belakang Keluarga

Ustadz Abdul Hakim adalah seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana, namun karena didikan dari orang tuanya serta didukungan dengan lingkungan yang baik dan agamis, ustadz Abdul Hakim ini tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mempunyai kepribadian yang ramah dan santun. 1 Ustadz Abdul Hakim L.c lebih akrab dipanggil Hakim, lahir di Jakarta tepatnya Cilandak Tengah, 30 Desember 1965. Beliau adalah anak ketiga dari sebelas bersaudara. Ayah kandung ustadz Abdul Hakim adalah K.H Muhammad Idris Kaisan merupakan salah seorang tokoh agama sekaligus ulama yang menjadi panutan di kampung kelahirannya di Cilandak. Sedangkan ibunya, Hj. Zuwairiyah adalah seorang ibu rumah tangga. Seperti yang beliau paparkan saat wawancara di kediaman ustadz Abdul Hakim “ saya lahir di Cilandak, tanggal 30 Desember 1961, saya anak ketiga dari sebelas bersaudara yang pertama kholillah, H. Arifin, terus saya, H. Adnan, H. Hasan, nah sisanya ntar dulu saya lagi ingetin .. Adapun orang tua yaitu bapak kandung saya K.H M.Idris Kaisan, adapun ibu kandung Hj. Zuwairiyah. Adapun baba tokoh masyarakat ngajar-ngajar ngaji, sedangkan ibu ngurus rumah tangga ” 1 Hasil wawancara dengan K.H. Arifin kaka kandung ustdaz Abdul Hakim, di Cilandak 26 Maret 2013