Metode Dakwah Dalam Khutbah Jum’at
“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan shalat.” Di lain hadits juga disebutkan, d
ari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: .رفك دقف ا كرت ف ، اصلا م نيب اننيب لا د علا
“Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.
” Maka, setidaknya ketika kita selalu melaksanakan perintah shalat,tidaklah
kita termasuk orang-orang yang disebut di dalam hadits tadi. Namun, pendapat yang kuat tentang maksud dalam arti kufur di sini
adalah kufur kecil yang tidak menjadikan seseorang keluar dari agama Islam. Dan hal tersebut adalah hasil kompromi antara hadits-hadits
tersebut dengan beberapa hadits lain yang berkaitan, di antaranya:
Dari „Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: ش نم عيضي مل ب تأ م ،داـ علا ع ها تك ا ص س خ
قحب افاف تسا ا ي إ ،د ع ها دنع هل سي ف ب أي مل م ، نجلا ه خدي أ د ع ها دنع هل اـك
ءاش .هل رفغ ءاش إ هب ع
“Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikit pun karena
menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian dengan Allah untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka
dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia
mengadzabnya. Atau
jika Dia
berkehendak, maka
Dia mengampuninya.”
Oleh karenanya, kita dapat menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat kekufuran dan kesyirikan. Karena
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak mengerjakannya kepada kehendak Allah. Sedangkan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: فا دقف ه لاب رشي م ۚ ءاشي ل كلٰ د ام رفغي هب رشي أ رفغي ال ه لا إ
ٰ رت ا يظع ا ثإ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar
.” [An-Nisaa’: 48] Dari Abu Hurairah
radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada hari Kiamat
adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna maka ia selamat. Jika tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat
sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan
wajibnya dihisab seperti halnya shalat tadi.” Dalam hadits lain, dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa
Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi
diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam, hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi.
Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang tua dan renta. Mereka berkata, „Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan
kalimat: Laa ilaaha illallaah
dan kami pun mengucapkannya.” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak
bermanfaat untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan shadaqah?”
Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang
ketiga, Hudzaifah m
enoleh dan berkata, “Wahai Shilah, kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga
kali .”
Hadrin jama’ah sholat Jum’at yang berbahagia.. Shalat itu diwajibkan kepada setiap muslim yang telah baligh dan
berakal,maka tidak menadi kewajiban bagi mereka yang tidak berakal. Sebagaimana hadits dari
„Ali radhiyallahu „anhu, dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ر نج لا ع ،م تحي تح ي صلا ع ،ظقيتسي تح مئانلا ع : ثاث ع م قلا عف
.لقعي تح “Pena pencatat amal diangkat dari tiga orang: dari orang yang tidur
hingga terbangun, dari anak-anak hingga baligh, dan dari orang gila hingga kembali sadar.”
Oleh sebab itu, maka wajib atas orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat sejak kecil; meskipun shalat tadi belum diwajibkan
atasnya, agar ia terbiasa untuk mengerjakan shalat. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, d
ari „Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda: شع ءانبأ مه ا ي ع مه برضا ، ينس ع س ءاـنبأ مه اصلاب مكدا أ ا رم
، ينس ر .عجاض لا يف م نيب ا قرف
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta
pisahkanlah ranjang mereka.” J
ama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah.. Marilah kita semua selalu menjaga ketaatan kita dalam beribadah,
terutama dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Dan juga, mari kita bombing keluarga kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah dengan
melaksanakan shalat. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan dalam
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.” Pada materi yang disampaikan dalam teks khutbahnya di atas,
bisa dilihat bahwa ustadz Abdul Hakim tidak hanya memberikan nasihat-nasihat untuk mengerjakan kewajiban shalat semata dengan
metode mau’izhah hasanah, tetapi juga dimasukkan di dalam materinya
mengenai penjabaran hukum kafir terhadap orang yang meninggalkan shalat dengan metode bil-hikmah; yang diharapkan dapat mengajak
masyarakat yang belum tersentuh dakwahnya tanpa menyinggung perasaan mereka.
Pembawaan yang serius dan dakwah satu arah tersebut tidak lantas membuat ustadz Abdul Hakim jauh dari masyarakat, karena awal
prinsip dasar metode dakwahnya adalah melakukan pendekatan kepada
masyarakat. “Tidak hanya kepada para orang tua, Ustadz pun
berusaha untuk menjalin keakraban dengan para pemuda yang ada di sekitar dan juga para santrinya
” ujar Agus, salah seorang jama‟ah yang juga remaja sekitar.
8
Ketika berkhutbah maupun berceramah, ustadz Abdul Hakim tidak biasa menggunakan muqaddimah yang terlalu panjang. Karena
menurutnya, “materi yang disampaikan kepada mad’u di kampung
Sudimampir ini lebih utama daripada muqaddimah itu sendiri. Jadi cukup rukun-rukun khutbahnya saja yang dipenuhi
”.
9
Begitu pula dengan kemasan bahasa yang digunakan
, tidak membuat sulit jama‟ah dalam memahami materi khutbah yang disampaikan; hal itu juga
serempak dengan penuturan salah seorang jama‟ah yang mengatakan “pak ustadz biasanya pas khutbah menggunakan bahasa yang ringan
dan biasa digunakan di kampung, jadi lebih mudah difahami penduduk di sini.
”
10
Karena beliau sadar betul, bahwasanya objek dakwah beliau mad’u mayoritas berpendidikan rendah.
11
8
Hasil wawancara bersama Saudara Agus, kampung Sudimampir, 20 April 2013
9
Hasil wawancara di kediaman ustadz Abdul Hakim, kampung Sudimampir 17 April 2013
10
Hasil wawancara bersama saudara Iyus, kampung Sudimampir 17 April 2013
11
Hasil wawancara di kediaman ustadz Abdul Hakim, kampung Sudimampir 17 April 2013