Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VII
9
Kebiasaan memang tuntunan perilaku yang tidak tertulis namun mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perilaku
seseorang. Artinya, kebiasaan tersebut bisa menjadi hukum yang tidak tertulis. Hukum kebiasaan merupakan hukum yang lahir
dan timbul dari dan di dalam masyarakat melalui sikap tindak tanduk yang ajek berkesinambungan. Beralihnya kebiasaan
menjadi hukum kebiasaan tergantung pada keadaan.
Pada umumnya, kebiasaan menjadi hukum kebiasaan apabila memenuhi empat syarat, yaitu :
a. harus ada serentetan sikap tindak sejenis, yang jumlahnya
tergantung keadaan; b.
kebiasaan yang lama harus dapat ditunjukkan; c.
kebiasaan yang lama itu harus merupakan kebiasaan anggota masyarakat suatu bangsa atau golongan yang
dapat mewakili bangsa atau golongan itu; dan
d. kebiasaan yang lama itu harus berdasar atas kesadaran
hukum.
3. Adat Istiadat
Customs
Setiap daerah memiliki kebiasaan yang diyakini dan dipatuhi secara turun temurun oleh masyarakatnya. Kebiasaan-
kebiasaan yang diyakini dan turun temurun inilah yang disebut adat istiadat. Melaksanakan adat istiadat merupakan bentuk
kepatuhan terhadap nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Jika ada anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat maka
dikatakan orang tersebut tidak tahu adat. Orang yang melanggar tersebut biasanya mendapat sanksi adat. Bentuk sanksi yang biasa
diterapkan adalah dikucilkan dalam pergaulan di masyarakatnya.
Adat istiadat dipandang penting bagi berfungsinya suatu masyarakat dan kehidupan sosial. Anggota masyarakat yang
melanggar adat istiadat, akan menderita sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan. Suatu
contoh, hukum adat yang melarang terjadinya perceraian antara suami istri yang berlaku pada umumnya di daerah Lampung.
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VII
10
Suatu perkawinan dinilai sebagai kehidupan bersama yang sifatnya abadi dan hanya dapat terputus apabila salah satu
meninggal cerai mati.
Apabila terjadi perceraian, maka tidak hanya yang bersangkutan yang tercemar namanya, tetapi seluruh keluarga
bahkan seluruh sukunya. Untuk menghilangkan kecemaran tersebut diperlukan suatu upacaraadat khusus yang
membutuhkan biaya besar sekali. Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat.
Juga keturunannya sampai dia dapat mengembalikan keadaan yang semula.
Contoh-contoh lain banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, terutama yang masih memegang
teguh adat istiadat. Di kalangan orang-orang Indonesia pada umumnya, terdapat suatu kepercayaan bahwa kehidupan terdiri
atas beberapa tahap yang harus dilalui dengan seksama. Apabila seseorang menginjak tahap berikutnya, biasanya diadakan
upacara-upacara khusus. Suatu misal adalah bila orang menginjak dewasa, perkawinan, dan lain sebagainya, pada peristiwa itu akan
diadakan upacara-upacara tertentu.
Seperti diketahui bersama bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda-beda.
Salah satu perbedaan tersebut adalah dalam hal cara berpakaian. Cara berpakaian merupakan adat dan kebiasaan yang hidup di
lingkungan masyarakat kita. Di beberapa tempat di Indonesia cara berpakaian merupakan sesuatu yang harus dilakukan sesuai
adat. Misalnya yang dilakukan masyarakat suku Baduy yang terdapat di Banten. Mereka biasanya menggunakan warna
pakaian yang serba hitam untuk kegiatan sehari-hari. Pakaiannya pun dijahit dengan sangat sederhana.
Sementara itu, di daerah pedalaman Irian Jaya, terdapat berbagai suku yang menggunakan pakaian dari kulit kayu atau
kulit binatang. Model pakaian mereka sangat unik dan tidak terdapat di daerah lain. Hal itu semua merupakan cerminan
beragamnya budaya yang kita miliki.
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VII
11
Bentuk adat dan kebiasaan lainnya adalah upacara perkawinan. Tata cara upacara perkawinan dari suatu daerah
dengan daerah lainnya ada kalanya terdapat perbedaan. Baik itu menyangkut mas kawin atau lamanya pesta perkawinan. Itulah
keberagaman adat dan kebiasaan yang hidup di masyarakat kita yang perlu kita banggakan dan lestarikan.
4. Peraturan