Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2006
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN GIGI PESERTA ASKES DI POLIKLINIK GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2006
TESIS
OLEH :
RUMONDANG SINAGA NIM : 057013022 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN GIGI PESERTA ASKES DI POLIKLINIK GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2006
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M. Kes) Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RUMONDANG SINAGA NIM : 057013022 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Judul Tesis : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2006.
Nama Mahasiswa : Rumondang Sinaga Nomor Pokok : 057013022
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Prof. Ismet Danial Nasution, drg, Sp.Prost, PhD. Ketua
Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM dr. Linda T. Maas, MPH Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,
Dr. Drs. Surya Utama, MS Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 15 Agustus 2007
(5)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Ismet Danial Nasution, drg, Sp. Prost, Ph.D Anggota : Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM
dr. Linda T. Maas, MPH
Prof. drg. Monang Panjaitan, MS dr. Ria Masniari Lubis, Msi
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN GIGI PESERTA ASKES DI POLIKLINIK GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2006
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2007
(6)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN GIGI PESERTA ASKES DI POLIKLINIK GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2006
Oleh Rumondang Sinaga NIM 057013022
ABSTRAK
Perawatan gigi pada umumnya dilakukan dengan kunjungan ulang, hal ini disebabkan pada kunjungan awal dokter gigi menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu dengan pemberian obat. Kemudian pasien disuruh untuk datang kembali untuk mendapatkan perawatan giginya namun pasien sering tidak mengerti akan manfaat dan kegunaannya sehingga tidak datang pada kunjungan berikutnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih tahun 2006.
Populasi dalam penelitian ini adalah 450 orang pasien gigi peserta Askes pada tahun 2006 yang harus datang berkunjung ulang sesuai dengan diagnosa dokter gigi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ulang dan yang tidak berkunjung ulang masing-masing 110 orang. Pengumpulan data, data sekunder diperoleh dari medikal rekod, sedangkan data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada responden. Pengolahan data dengan menggunakan sistem komputer dan analisis data dengan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi, keyakinan, faktor hambatan (waktu dan jarak), kebutuhan perawatan gigi (perceived need dan evaluated need), kepuasan terhadap pelayanan dengan kunjungan ulang, sedangkan umur, pendidikan, dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes.
Masih adanya pasien yang berpengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi, keyakinan, kebutuhan perawatan gigi dan kepuasan yang kurang terhadap pelayanan kesehatan gigi, dengan demikian perlu penyuluhan tentang kesehatan gigi dan meningkatkan mutu pelayanan di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
(7)
FACTORS RELATING WITH REVISITED DENTAL INSURANCE PATIENT AT DENTAL POLYCLINIC OF DR. DJASAMEN SARAGIH GENERAL
HOSPITAL PEMATANGSIANTAR IN 2006
Rumondang Sinaga
ABSTRACT
Dental treatment is commonly done with revisit, this is due to the first visit, dentist eliminates the pain with medicine administration. Then patient is asked to come again to get dental treatment but patient often does not understand about the benefit and the usefullness, consequently patient does not come in subsequent visit.
The aim of this study was to know factors relating with revisited dental insurance patient at dental polyclicnic of Dr. Djasamen Saragih General Hospital Pematangsiantar in 2006. The population was 450 dental insurance patients in 2006 who revisited based on dentist diagnosis. The total sample for this study of each revisited and non revisited patients were 110. Secondary data collection was obtained from medical record, primary data was obtained by interview using questioner. Data processing by using computer system and data analysis using chi-square test.
The results of this study showed that there were significant relations among knowledge factor, belief, attitude, perception, confidence, obstruction factors (time and distance), the needs of dental treatment (perceived need and evaluated need), the satisfaction of dental service with revisit, whereas age factor, education and sex had no relation with revisited dental insurance
There are still patients who have lack of knowledge, belief, attitude, perception, confidence, needs of dental treatment and satisfaction of dental service, so it is necessary to promote about dental health and increase dental service that is given at dental polyclicnic of
Dr. Djasamen Saragih General Hospital Pematangsiantar to insurance patient. Key words : revisit, predisposition factor, satisfaction, insurance patient.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2006” Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pasca Sarjana USU.
3. Bapak Prof. Ismet Danial Nasution, drg, Sp. Prost, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM sebagai pembimbing kedua, yang telah membantu mengarahkan dan memberikan masukan dalam proses penyusunan tesis ini.
5. Ibu dr. Linda T. Maas, MPH sebagai pembimbing ketiga, yang telah membantu dan membimbing penulisan tesis.
(9)
6. Bapak Prof. drg. Monang Panjaitan MS dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku pembanding dan penguji yang juga telah memberikan masukan yang sangat berharga untuk penyempurnaan tesis ini.
7. Ibu dr. Ria Novida Telambanua, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
8. Bapak dr. Ronald H. Saragih Kepala Dinas kesehatan Kodya Pematangsiantar, yang telah memberikan ijin dan kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Kedua orangtuaku yang memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan
10. Suami dan anak-anakku yang memberikan bantuan selama penulis menyelesaikan pendidikan
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Administrasi Rumah Sakit Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara angkatan 2005, atas kebersamaan pembelajaran selama ini
12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini
Akhirnya penulis mengharapkan kiranya tesis ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Agustus 2007 Penulis
(10)
RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS
1. Nama : Rumondang Sinaga 2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Agama : Katolik
4. Tempat tanggal lahir : Pematangsiantar, 2 Mei 1962 5. Menikah : 30 Juni 1990
6. Suami : dr. Sihar Sagala
7. Anak-anak : 1. Ribka Meiarti Sagala 2. Ardi Ignatius Sagala 3. Porizky Handara Sagala
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Cinta Rakyat 2 P. Siantar : 1976
2.SMP Cinta Rakyat P.Siantar : 1979
3. SMA Budi Mulia : 1981
4. FKG USU : 1988
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Tahun 1989-2002 : RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan. 2. Tahun 2002-2006 : RSUD Porsea
3.Tahun 2006-sekarang : Binkesmas Kantor Dinas kesehatan Kotamadya Pematangsiantar
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Hipotesis ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku dan faktor yang mempengaruhinya………. 13
2.2. Pelayanan di Poliklinik gigi ... 13
2.2.1. Kebutuhan terhadap perawatan gigi ... 14
2.2.2. Kualitas / Mutu Pelayanan di Rumah Sakit... 14
2.3. Standar kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit... 16
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan... 17
2.5. Landasan Teori... 19
2.6. Kerangka konsep... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25
3.5.Variabel dan Definisi Operasional ... 25
3.6.Metode Pengukuran... 28
3.7.Metode Analisis Data ... 32
BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33
4.2. Gambaran Responden ... 34
(12)
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Hubungan faktor predisposisi dengan kunjungan ulang……… 50 5.2. Hubungan faktor hambatan waktu dan hambatan jarak
dengan kunjungan ulang……...……… 52 5.3. Hubungan faktor kebutuhan (perceived need dan
evaluated need) dengan kunjungan ulang……..……….. 53 5.4. Hubungan kepuasan pasien dengan
kunjungan ulang………..……… 53
5.5. Keterbatasan Penelitian………. 54 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 55 6.2. Saran... 56 DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 58 LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman 3.1. Aspek pengukuran pengetahuan, kepercayaan, persepsi, sikap
dan keyakinan pasien terhadap kunjungan ulang pasien gigi………….. 28 3.2. Aspek pengukuran kebutuhan perawatan gigi……… 30 3.3. Aspek pengukuran Kepuasan pasien………. 31 4.1 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Umur………. 34 4.2 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Tingkat Pendidikan……….. 35 4.3 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Tingkat Pengetahuan……….. 36 4.4 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Tingkat Kepercayaan……….. 36 4.5 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Persepsi……….……….. 37 4.6 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Sikap……….……….. 37 4.7 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Keyakinan………..…… 38 4.8 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Faktor Hambatan Waktu………..…… 38 4.9 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
(14)
Tahun 2006 menurut Faktor Hambatan Jarak………..…… 39 4.10 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Perceived Need………..…… 39 4.11 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Evaluated Need………..…… 40 4.12 Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik
Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006 menurut Tingkat Kepuasan………..…… 40 4.13 Hubungan antara Umur dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta
Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006……… 41 4.14 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi
Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 42 4.15 Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta
Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006……… 42 4.16 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta
Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tahun 2006……… 43 4.17 Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 44 4.18 Hubungan antara Persepsi dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 44 4.19 Hubungan antara Sikap dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 45 4.20 Hubungan antara Keyakinan dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
(15)
4.21 Hubungan antara Hambatan Waktu dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 46 4.22 Hubungan antara Hambatan Jarak dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 47 4.23 Hubungan antara Perceived Need dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 48 4.24 Hubungan antara Evaluated Need dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2006……… 48 4.25 Hubungan antara Kepuasan dengan Kunjungan Ulang Pasien
Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
2. Daftar ketersediaan bahan dan peralatan kedokteran gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar 3. Daftar jumlah tenaga kesehatan yang ada di Poliklinik Gigi
Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2006 4. Jenis pelayanan yang dilakukan di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
5. Jumlah kunjungan pasien gigi selama tahun 2004, 2005 dan 2006. 6. Surat Ijin survei pendahuluan dari Direktur Program Pasca Sarjana USU
7. Surat Ijin melakukan survei pendahuluan dari Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
8. Surat Ijin Penelitian pada Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dari Direktur Program Pasca Sarjana USU
9. Surat Ijin penelitian pada Poliklinik Gigi dari Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
10. Surat Keterangan telah selesai melakukan penelian dari Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
11. Hasil Analisis statistik dengan menggunakan sistem komputer.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu dari sasaran pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 dalam bidang upaya kesehatan adalah meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien dan tersedianya pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan (Depkes, 1999).
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa kesehatan adalah hak setiap warga negara, demikian pula pernyataan global yang dicanangkan oleh WHO bahwa seluruh penduduk dunia diusahakan menikmati derajat kesehatan yang memungkinkan mereka dapat menikmati derajat hidup produktif (Depkes, 1999). Seperti yang dijelaskan dalam pasal 3 UU Kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar, namun masyarakat sering tidak menyadari hal tersebut. Pada saat sakit, barulah terasa bahwa nilai kesehatan itu sangat berharga dan tidak dapat ditukar dengan nilai apapun. Perawatan gigi dan mulut dengan efisien dan sedini mungkin, sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia pada umumnya.
Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup individu dengan terganggunya fungsi fisik, fungsi psikis dan fungsi sosial. Masalah ini menjadi isu penting
(18)
sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk usia lanjut dengan harapan tercapainya hidup sehat sampai tua (healthy years of life) (Nurmala Situmorang, 2001). Penyakit gigi mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90 % masyarakat Indonesia (SKRT 2004), mempunyai sifat progresif bila tidak dirawat/diobati akan makin parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Profil Depkes,1999). Kebutuhan akan perawatan gigi cukup tinggi, menurut Yudha Rismanto masalah periodontal misalnya gigi goyang, gusi berdarah terdapat pada 80 % masyarakat Indonesia, hampir sama kondisi masyarakat desa dan perkotaan. Informasi tentang kebutuhan tentang perawatan (perceived need) dan permintaan perawatan gigi (evaluated need) dapat diperoleh melalui analisis lanjut data Susenas 1998 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 3 (Herijulianti Eliza, 2002). Dengan demikian dapat dibayangkan besarnya kebutuhan akan perawatan gigi penduduk Indonesia (dental treatment needs), namun kenyataan hasil Susenas 1998 menunjukkan hanya 1,3% dari penduduk yang mengeluh sakit gigi
(potential demand) dan hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (effective demand for dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 % berobat ke Puskesmas 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8 % ke tenaga kesehatan, penggunaan fasilitas lainnya sangat kecil. Perbedaan yang mencolok antara kebutuhan dengan permintaan mencerminkan perbedaan
(19)
cara pandang antara dokter gigi dan pasien dalam melihat keseriusan penyakit gigi dan konsep kesehatan gigi yang dapat diterima (Kent & Blinkhorn, 2005).
Persepsi tentang sakit antara pasien dan petugas kesehatan berbeda, disebabkan konsep sehat-sakit yang tidak sejalan atau bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (1990, 1993), sakit dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian. Pertama, seseorang tidak mempunyai atau menderita penyakit dan juga tidak merasa sakit (no disease and no illness) dalam keadaan ini orang tersebut sehat menurut kacamata petugas kesehatan. Kedua, secara klinis seseorang itu mendapat serangan penyakit namun orang itu tidak merasakan sakit (disease but no illness), oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari sebagaimana orang sehat, kenyataannya kondisi seperti ini paling banyak terdapat pada masyarakat. Konsep sehat menurut masyarakat bila seseorang masih dapat melakukan pekerjaannya dan baru dikatakan sakit apabila sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Ketiga, penyakit tidak ada pada seseorang tetapi orang tersebut merasa sakit (illness but no disease), pada kenyataannya kondisi seperti ini jarang ditemui pada masyarakat. Orang merasa sakit, padahal setelah pemeriksaan klinis dan laboratoris tidak diperoleh bukti bahwa ia menderita suatu penyakit, hal ini mungkin karena gangguan psikis saja. Keempat, seseorang memang menderita sakit dan iapun merasa sakit juga (illness with disease). Kondisi inilah sebenarnya yang dikatakan bahwa orang tersebut benar-benar sakit dan dalam kondisi ini seseorang baru datang berobat atau mencari pengobatan. Persepsi pasien tentang sakit ini akan mempengaruhi perilaku mereka tentang pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 1993). Persepsi pasien tentang pelayanan kesehatan gigi baik itu pasien
(20)
umum maupun pasien peserta Askes adalah merupakan perbandingan antara harapan sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, pengalaman selama mendapatkan pelayanan dan sesudah mendapatkan pelayanan kesehatan.
Kebanyakan perawatan gigi memerlukan kunjungan ulang, hal ini disebabkan karena pada kunjungan pertama dokter gigi akan menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu dengan pemberian obat atau premedikasi. Kemudian pasien akan disuruh untuk datang kembali, inilah yang disebut dengan kunjungan ulang pasien. Namun sering terjadi bahwa kunjungan ulang ke dokter gigi di rumah sakit masih rendah dalam arti pasien tidak datang kembali untuk perawatan giginya, meskipun sebenarnya perawatan giginya baru dilakukan pada kunjungan berikutnya (Kent & Blinkhorn, 2005).
Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah rumah sakit pemerintah terbesar dan merupakan pusat pelayanan kesehatan di Kotamadya Pematangsiantar dan salah satu dari jenis pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut, meliputi penambalan, pencabutan gigi, perawatan periodontitis, perawatan gigi susu dan sebagainya. Poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar mempunyai tenaga dokter gigi umum 4 orang, artinya belum memiliki tenaga spesialis, 5 orang perawat gigi dan petugas kesehatan lainnya mulai dari loket pendaftaran sampai loket pengambilan obat. Adanya 4 buah unit gigi lengkap, serta peralatan gigi lainnya sebagai inventaris peralatan gigi di Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diharapkan mampu memberikan pelayanan yang terbaik terhadap semua pasien gigi peserta Askes yang datang.
Peserta Askes adalah pasien yang menjadi anggota pada asuransi kesehatan yang dikelola oleh pemerintah, peserta askes meliputi Pegawai Negeri Sipil, penerima pensiun
(21)
PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya. Pengurusan kartu peserta Askes ada di daerah masing-masing peserta Askes. Setiap peserta Askes dapat berobat dengan mempergunakan kartu askesnya sesuai dengan keluhan dan penyakit yang dideritanya termasuk juga dalam pelayanan kesehatan gigi di rumah sakit dan puskesmas yang mana biaya berobatnya ditanggung seluruhnya dan atau sebagian oleh Askes (Pedoman Askes).
PT Askes Indonesia adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya. (Pedoman Askes)
Data yang penulis dapatkan dari Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, mengenai jumlah pasien yang datang berobat gigi selama tahun 2004, 2005 dan 2006 menunjukkan peningkatan, tahun 2004 terdapat 409 orang pasien gigi Askes dan kunjungan ulang pasien 54 orang, tahun 2005 terdapat 498 orang pasien gigi Askes dan kunjungan ulang pasien 85 orang dan tahun 2006 terdapat 767 orang pasien Askes dan kunjungan ulang 175 orang. Meskipun kunjungan pasien gigi peserta Askes bertambah setiap tahun (tahun 2006 sebanyak 767 orang), namun bila dibandingkan antara jumlah pasien gigi peserta Askes yang datang berulang (2 x kunjungan atau lebih) pada tahun 2006 masih rendah, hanya 175 orang dari 450 orang yang seharusnya berkunjung kembali sesuai dengan diagnosa dokter gigi. Secara umum, kunjungan ulang pasien gigi adalah pasien gigi yang memerlukan kunjungan berulang
(22)
dalam melakukan perawatan gigi yang dibutuhkannya, sesuai dengan diagnosa dokter gigi. Namun sering pasien hanya datang setelah giginya sakit kembali dan mereka enggan untuk berulang sesuai dengan anjuran dokter gigi (Forrest J.O, 1995).
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan maka perumusan masalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes di Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar pada tahun 2006.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes di Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi dan keyakinan) terhadap kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2006
2. Ada hubungan antara faktor demografi meliputi umur dan jenis kelamin dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes tahun 2006.
(23)
3. Ada hubungan antara faktor sosial yaitu pendidikan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes tahun 2006.
4. Ada hubungan antara faktor hambatan waktu pasien dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes
5. Ada hubungan antara faktor hambatan jarak dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes.
6. Ada hubungan antara kebutuhan perawatan gigi (perceived need dan evaluated need) dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes.
7. Ada hubungan antara kepuasan pasien (mengenai dokter gigi, petugas, hubungan yang telah terjalin antara pasien dan dokter gigi sebelumnya dan waktu tunggu) dengan kunjungan ulang pasien gigi.
1.5. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dalam meningkatkan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes.
(24)
Memberikan masukan bagi P.T. Askes mengenai kebijakan pelayanan kesehatan gigi.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan perbandingan dan informasi ilmiah untuk penelitian di masa yang akan datang.
4. Bagi Peneliti
Sebagai informasi dan penambah pengetahuan tentang kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes dalam memberikan kontribusi kepada rumah sakit dalam meningkatkan kunjungan ulang pasien gigi.
(25)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku dan faktor yang mempengaruhinya
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, pada hakekatnya perilaku adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai batasan yang luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi dan lain-lain. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme baik yang dapat diamati melalui sikap dari tindakan dalam sikap potensial yakni dalam pengetahuan, motivasi dan persepsi. (Glanz, 2002)
Perilaku dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan, secara umum dapat dikatakan bahwa faktor keturunan dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar untuk perkembangan perilaku mahluk hidup untuk selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi untuk perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut sebagai proses belajar (Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan sehingga dalam kenyataannya setiap individu mempunyai cara yang berbeda terhadap tindakan atau pencegahan yang diambil meskipun dengan gangguan kesehatan yang sama. Perilaku adalah keadaan jiwa dalam memberikan respons terhadap stimulus dari luar, bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga
(26)
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan 2. Perilaku dalam bentuk sikap
3. Perilaku dalam bentuk tindakan atau perbuatan.
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai sesuatu hal, merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan, sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
a. Kesadaran (awareness), orang tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu mengenai objek
b. Interest, orang tersebut mulai tertarik terhadap objek
c. Evaluation yaitu menimbang kebaikan dan keburukan yang diakibatkan objek bagi dirinya
d. Trial, seseorang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap objek (Notoatmodjo, 1990, 1993).
Perilaku dalam bentuk sikap, merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang, atau kesiapan sebelum memberikan respon. Sikap yang positif terhadap sesuatu objek tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata,
a. Sikap untuk selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu b. Sikap, bila diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pada pengalaman orang
(27)
Perilaku dalam bentuk tindakan merupakan tindakan yang terbuka dalam arti dapat dilihat secara nyata, meskipun pengetahuan dan sikap (tindakan tertutup) tentang kesehatan gigi telah positif namun tidak selalu diikuti oleh tindakan yang positif pula. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan (enabling factors), antara lain tersedianya fasilitas kesehatan, sumber-sumber kesehatan dan sebagainya. Di samping tersedianya fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (reinforcing factors) untuk memberikan dukungan secara terus menerus melalui keluarga, teman, guru, majikan dll. Sedangkan pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi dan keyakinan termasuk faktor predisposisi (predisposing factors). Hal ini digambarkan secara jelas oleh Green Lawrence (1999), yang mengungkapkan determinan perilaku berangkat dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi, keyakinan dan sebagainya.
2. Faktor pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan dukungan keluarga, teman, guru, majikan, penyedia kesehatan, pemimpin serta pengambil keputusan.
3. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors) yang terwujud dalam tersedianya sumber kesehatan, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan kesepakatan untuk hidup sehat dan hubungan dengan petugas kesehatan (Green Lawrence, 1999).
(28)
2. 2. Pelayanan pada Poliklinik Gigi
Pelayanan pada poliklinik gigi adalah proses pelayanan yang diterima oleh pasien gigi mulai dari pertama kali datang sampai selesainya perawatan dilakukan. Pada dasarnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang menyeluruh dan terpadu, bersifat peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan serta ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Makin tinggi kelas rumah sakit semakin besar kemampuannya dan makin canggih serta kompleks tindakan yang dapat diberikan, tanpa mengurangi kemampuan pelayanan dasar (Herijulianti dkk, 2002). Pelayanan kesehatan ada berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkan, namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pelayanan kesehatan (pengobatan) setelah tidak dapat berbuat apa-apa. (Notoatmodjo, 1993)
Pelayanan yang diterima pasien sangat berpengaruh terhadap kunjungan berikutnya, banyak pasien tidak kembali pada kunjungan yang dijanjikan dan bertahan dengan gejala yang menyakitkan (Kent & Blinkhorn, 2005). Bahkan di antara mereka yang mengeluh sakit, angka kunjungan ke dokter gigi tetap rendah, hanya 14% dari mereka yang mengalami rasa sakit pergi ke dokter gigi untuk mencari pengobatan. Perbedaan seperti itu, antara mereka yang menurut dokter perlu datang berobat dengan permintaan terhadap perawatan, juga dapat ditemukan pada semua kelainan gigi lainnya. Meskipun ada beberapa kasus yang pasien meminta dilakukan perawatan, sementara menurut kriteria klinis perawatan belum diperlukan, jumlahnya sangat sedikit dari seluruh jumlah total orang yang sebenarnya sakit (Kent & Blinkhorn, 2005).
(29)
2.2.1. Kebutuhan terhadap perawatan gigi
Untuk dapat memahami mengapa penggunaan pelayanan kesehatan gigi lebih rendah daripada yang diharapkan, perlu dipertimbangkan perbedaan antara kebutuhan
(perceived need) dan permintaan (evaluated need) perawatan gigi. Kebutuhan terhadap perawatan gigi sering dirancukan dengan permintaan terhadap perawatan gigi, kebutuhan pengobatan harus melibatkan pertimbangan pengaruh sikap pasien dan sejauh mana perawatan gigi akan dilakukan atau diterima. Selainkedua faktor tersebut diatas, pemanfaatan pelayanan kesehatan juga tergantung pada komponen need, yaitu persepsi pasien terhadap status kesehatannya (perceived need) dan kebutuhannya berdasarkan diagnosa klinis
(evaluated need). Komponen ini merupakan faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, dengan kata lain komponen need merupakan stimulus langsung dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut.
2.2.2. Kualitas / Mutu Pelayanan di Rumah Sakit.
Reformasi bidang kesehatan selanjutnya tertampung dalam GBHN tahun 1999-2004, yang mana tujuan umum program upaya pelayanan kesehatan adalah meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes, 2003). Pemberian pelayanan yang bermutu merupakan suatu keharusan bila tujuan utama penyedia jasa pelayanan adalah memberikan kepuasaan kepada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Metzner pada tahun 1970, menunjukkan perbedaan dimensi terhadap mutu pelayanan kesehatan. Bagi dokter/dokter gigi, dimensi mutu pelayanan yang dipandang penting adalah pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh dokter/dokter gigi, perhatian dokter/dokter gigi kepada pasien, ketrampilan yang dimiliki oleh dokter/dokter gigi, efisiensi pelayanan
(30)
kesehatan serta kenyamanan yang dirasakan pasien. Sedangkan untuk pasien sebagai pemakai jasa, dimensi mutu yang dipandang paling penting adalah efisiensi pelayanan, perhatian dokter/dokter gigi, ketrampilan dokter/dokter gigi serta kenyamanan yang dirasakan pasien (Jacobalis dkk, 1989).
Sejak Pelita I sampai sekarang Departemen Kesehatan, telah melaksanakan upaya peningkatan mutu secara bertahap. Upaya tersebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lainnya, sejalan dengan pembangunan rumah sakit pada umumnya. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosio ekonomi masyarakat maka sistem dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan gigi. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan di rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat (Depkes,1994).
2.3. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Rumah Sakit
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Bab IV Bagian Kedua, butir kedua mengatakan setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar pelayanan dan menghormati hak pasien, maka standar pelayanan ini perlu diinformasikan ke seluruh jajaran profesi dokter gigi. Sebagai Rumah Sakit Umum
(31)
kelas B non pendidikan, Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dalam pelayanan gigi di poklinik gigi harus memiliki standar sebagai berikut :
1. Standar Ketenagaan : - Tenaga dokter gigi ahli : 2 orang - Dokter gigi : 2 orang - Perawat gigi : 4 orang - Petugas kesehatan : 2 orang 2. Standar Peralatan : - 6 buah unit gigi lengkap
- Bahan dan peralatan disesuaikan dengan setiap pelayanan / perawatan yang akan dilakukan.
3. Pembiayaan / dana.
Pembiayaan pengadaan peralatan kesehatan di Indonesia berasal dari sumber pembiayaan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu pemerintah dan swasta. Untuk rumah sakit pemerintah, pembiayaan pengadaan peralatan kesehatan bersumber dari pemerintah pusat, yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab Depkes (APBN).
APBN terdiri atas :
a. Pembangunan : DIP sektoral / BLN, Inpres, OPRS (Operasional Pembiayaan RS). b. Rutin : DIK dan SBBO (Subsidi Bantuan Biaya Operasional) (Depkes, 1999).
(32)
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan
Menurut WHO (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan yaitu : 1. Faktor regional dan residence.
2. Faktor sistem pelayanan yang bersangkutan, antara lain :
a. Tipe organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
b. Kelengkapan program kesehatan c. Tersedianya tenaga dan fasilitas medis d. Teraturnya pelayanan
e. Hubungan antara dokter / tenaga kesehatan lainnya dengan masyarakat f. Adanya asuransi kesehatan
3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain
4. Faktor-faktor konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan :
a. Faktor sosio demografi yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan. b. Faktor sosio psikologis yang meliputi sikap / persepsi terhadap pelayanan kesehatan
secara umum, pengetahuan dan sumber informasi kesehatan.
c. Faktor ekonomis meliputi status sosio ekonomis (pendidikan dan pekerjaan) (Depkes, 1999).
Secara teoritis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke dokter gigi di rumah sakit menurut Budisuari Made Asri (2003), antara lain :
(33)
Kurangnya SDM tampaknya menjadi hambatan bagi pelayanan kesehatan gigi, baik dari segi jumlah, maupun dari segi ketrampilan. Di samping itu akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pelayanan.
2. Pemasaran
Kurangnya pemasaran tentang pentingnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut, membuat masyarakat tidak tahu tentang apa dan bagimana produk pelayanan tersebut.
3. Jenis pelayanan gigi yang komprehensif
Ketidaktahuan masyarakat tentang jenis pelayanan, perlu adanya promosi dan komunikasi yang lebih baik lagi.
4. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah perasaan subjektif berupa rasa senang pasien sehubungan dengan pelayanan kesehatan gigi yang dijalaninya, kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan terpenuhinya kebutuhan dan permintaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan (Ramadanura, 2002). Faktor kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi jumlah kunjungan, apabila pasien tidak puas (misalnya menunggu terlalu lama, provider kurang ramah, ketrampilannya juga kurang), akan membuat pasien tidak puas. Faktor kepuasan pelanggan juga dapat menciptakan persepsi masyarakat tentang citra rumah sakit (Kent dan Blinkhorn, 2005).
(34)
2.5. Landasan Teori
Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada dimanfaatkan dan mengapa seseorang memanfaatkannya menurut Health Belief Model digambarkan sebagai berikut : 1. Seseorang merasa rentan (Perceived susceptibility), seseorang harus percaya bahwa dia
rentan dan peka terhadap penyakit maka orang tersebut akan cenderung mengambil tindakan pencegahan.
2. Menanggapi secara serius (Perceived seriousness), kepercayaan yang ditimbulkan oleh persepsi seseorang yang didasarkan pada penilaian akibat yang ditimbulkan penyakit tersebut.
3. Keuntungan dan kerugian yang dirasakan bila melakukan tindakan yang dianjurkan (Perceived benefits) yaitu persepsi seseorang terhadap manfaat yang diperoleh apabila melakukan tindakan. Bila orang percaya bahwa suatu penyakit dapat dicegah dan pencegahan yang ada cukup efektif akan cenderung mengambil tindakan.
4. Kemampuan untuk melakukan tindakan (Self eficacy), yaitu persepsi seseorang terhadap kemampuannya dalam bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit (Glanz, 2002 & Green, 1999).
Seperti yang dituliskan oleh Andersen M.Ronald (1975), suatu model yang komprehensif dalam menentukan persepsi pasienterhadap pelayanan kesehatan, menggambarkan keputusan individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, tergantung pada kondisi-kondisi yang dikelompokkan dalam tiga komponen yaitu pertama, predisposisi adalah karakteristik pasien untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, kedua adalah kemampuan untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, ketiga adalah kebutuhan terhadap jasa pelayanan
(35)
tersebut. Komponen predisposisi, mencakup pengetahuan, persepsi dan keyakinan serta karakteristik pasien dalam penggunaan pelayanan kesehatan meliputi variabel demografi (seperti umur dan jenis kelamin) variabel stuktur sosial seperti pendidikan, pekerjaan serta kepercayaan terhadap perawatan medis, dokter gigi dan penyakit yang ada kaitannya dengan kesehatan. Variabel-variabel ini tidak secara langsung mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tetapi merupakan faktor pendorong untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen kedua dari model tersebut adalah suatu kondisi yang memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan, atau setidaknya mereka siap memanfaatkannya. Meskipun keluarga memberikan predisposisi atau dukungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, namun beberapa faktor harus tersedia untuk menunjang pelaksanaannya, yaitu faktor kemampuan dari keluarga dengan pendapatan yang tinggi atau terdaftar sebagai peserta asuransi, didalam penelitian ini pasien terdaftar sebagai peserta Askes. Dari masyarakat, misalnya lamanya menunggu pelayanan tersebut kemudahan serta waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut.
Kepuasan pelanggan, merupakan perasaan yang dimiliki oleh pelanggan jika kebutuhannya secara nyata terpenuhi atau melebihi harapannya (Gerson, 2001), bila sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapannya biasanya pelanggan merasa puas. Dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah suatu perasaan menyenangkan atau mengecewakan seseorang, akibat memperbandingkan suatu pelayanan dengan pengharapan yang dimilikinya. Apabila pelayanan yang dirasakan mendekati yang diharapkan maka akan ada perasaan puas, namun bila pelayanan dirasakan berbeda jauh dibawah tingkat yang diharapkan maka akan kecewa. Hasil Survei Kesehatan Rumah
(36)
Tangga, Volume 3 : SKRT tahun 2004 menyebutkan kepuasan dalam pelayanan dinilai dengan aspek pengalaman responden yaitu :
1. Lama waktu menunggu
2. Keramahan petugas dalam menyapa dan berbicara 3. Kejelasan petugas menerangkan segala sesuatu
4. Keikutsertaan responden dalam mengambil keputusan 5. Kebebasan memilih fasilitas dan petugas kesehatan 6. Kebersihan ruangan termasuk kamar mandi
Menurut Tokunaga (2000), pelayanan yang ada di poliklinik gigi meliputi : a. peralatan yang digunakan
b. perilaku dokter gigi dan c. perilaku petugas serta
(37)
2.6. Kerangka konsep penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah menunjukkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, berdasarkan hal tersebut kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT
A.Faktor predisposisi : - (pengetahuan, kepercayaan, sikap,
persepsi dan keyakinan) - faktor demografi : umur, jenis kelamin
- faktor sosial : pendidikan B. Faktor hambatan :
- waktu
- jarak Kunjungan ulang pasien C. Faktor Kebutuhan :
- perceived need dan gigi peserta Askes
evaluated need
D. Kepuasan pasien terhadap pelayanan di poliklinik
gigi RSU P.Siantar : (Dokter gigi yang me-
lakukan perawatan,
petugas yang melayani hubungan yang terjalin
antara dokter gigi dengan
pasien sebelumnya dan waktu tunggu).
E. Peralatan, Ketenagaan
dan jenis pelayanan
(38)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei retrospektif untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2006.
3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, yang merupakan pusat pelayanan kesehatan terbesar di Kotamadya Pematangsiantar.
3.2.2.Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei pendahuluan, mempersiapkan proposal penelitian, kolokium dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai dari bulan Desember 2006 sampai dengan bulan Juli 2007.
(39)
3.3. Populasi dan Sampel.
3.3.1. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien peserta Askes yang berumur 15 tahun – 70 tahun dan menurut diagnosa dokter gigi harus berkunjung ulang ke Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar selama tahun 2006 sebanyak 450 orang.
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus (Pocock, 1986) sebagai berikut :
P1 x ( 100 – P1 ) + P2 x ( 100 – P2)
n = --- x f ( , ) ( P2 – P1 ) ²
= 0,1 = 0,5
f ( , ) = 2,7
P1 : Persentase pasien yang berkunjung ulang dibandingkan dengan jumlah
sampel = 175 / 450 x 100 % = 38,8 % dibulatkan menjadi 39 %. P2 : Persentase harapan (estimasi) pasien untuk datang berkunjung ulang
diperkirakan = 50 %
Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel minimum 108 orang. Jumlah sampel untuk pasien gigi yang seharusnya berkunjung ulang tapi tidak datang berkunjung ulang dan jumlah sampel untuk pasien gigi yang berkunjung ulang masing-masing 110 orang. Dalam hal ini pengambilan sampel dilakukan berdasarkan random acak sederhana.
(40)
3.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung menggunakan kuesioner pada responden pasien gigi peserta Askes.
2. Data sekunder kunjungan pasien gigi, diperoleh dari medical record di Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
3. Status kesehatan gigi dan mulut pasien, apakah ada karies gigi dan gigi yang sudah dicabut diperoleh dari buku berobat pasien gigi.
4. Pengumpulan data mengenai bahan, peralatan dan pelayanan yang ada dilakukan dengan cara observasi oleh peneliti menggunakan check list.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1.Variabel bebas
A. Faktor predisposisi :
1. a. Pengetahuan, merupakan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi dan mulut, mencakup pencegahan, perawatan dan akibat bila gigi tidak dirawat. .
b. Kepercayaan, adalah bagaimana pelayanan kesehatan itu dimanfaatkan dan mengapa seseorang memanfaatkannya.
c. Persepsi, merupakan pengenalan dan pemilihan pelayanan sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
d. Sikap, merupakan reaksi atau respon pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi. e. Keyakinan, adalah pengharapan pasien bahwa dapat mempercayai pelayanan
kesehatan yang ada tanpa merasa dinilai atau dikritik. 2. Umur adalah usia pasien berdasarkan tanggal lahir.
(41)
3. Jenis kelamin, dibedakan atas laki-laki atau perempuan.
4. Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dimiliki pasien pada pendidikan formal.
B. Faktor hambatan :
1. Waktu, ketersediaan waktu yang dimiliki pasien untuk berkunjung ulang ke poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
2. Jarak adalah hambatan mengenai jarak (jauh dekatnya) rumah pasien dengan poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ataupun ketersediaan transportasi pasien.
C. Faktor kebutuhan :
1. Perceived need adalah kebutuhan akan perawatan gigi yang dirasakan oleh pasien tetapi belum memperoleh pelayanan.
2. Evaluated need adalah kebutuhan perawatan gigi berdasarkan diagnosis dokter gigi yang akan menentukan perawatan yang akan dilakukan.
D. Kepuasan pasien terhadap pelayanan di Poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, adalah hasil penilaian pasien terhadap pelayanan gigi, terpenuhinya harapan dan kebutuhan serta perasaan senang terhadap pelayanan kesehatan gigi yang ada di poliklinik gigi Rumah Sakit
Umum Dr. Djasamen Saragih meliputi :
1. Dokter gigi yang melakukan perawatan, adalah pendapat pasien mengenai penampilan dokter gigi ( keramahan, kerapian, dan kebersihan) ketrampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh dokter gigi menghilangkan keluhan pasien,
(42)
mengenai kejelasan dan instruksi serta saran yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien sebelum dilakukan perawatan, mengenai cara kerja dokter gigi yang hati-hati serta mengenai kejelasan dan instruksi serta saran yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien sesudah dilakukan perawatan.
2. Petugas / perawat gigi yang melayani adalah pendapat pasien mengenai tenaga kesehatan yang bertugas yaitu keramah tamahan petugas loket, keramahan dan penjelasan petugas foto ronsen, komunikasi dan informasi petugas dengan pasien, keramahan perawat gigi di poliklinik gigi dan petugas waktu pengambilan obat.
3. Hubungan yang terjalin antara dokter gigi dan pasien sebelumnya, merupakan penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter gigi yang pernah dirasakan sebelumnya meliputi penampilan (keramahan, kerapian dan kebersihan), kemampuan dokter gigi menghilangkan keluhan sakit gigi, kejelasan instruksi dan saran yang diberikan, cara kerja dokter gigi yang hati-hati serta lamanya dokter gigi melakukan perawatan.
4. Waktu tunggu, kepuasan pasien terhadap waktu menunggu di loket kartu, waktu menunggu giliran sebelum dilakukan perawatan, waktu yang dibutuhkan selama perawatan dilakukan, waktu menunggu pada loket pengambilan obat dan ketepatan waktu di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
E. Kelengkapan peralatan, tenaga kesehatan gigi dan jenis pelayanan yang diberikan di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
(43)
3.5.2. Variabel terikat
Adalah kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes, terdiri atas pasien gigi peserta Askes yang berkunjung ulang dan pasien gigi peserta Askes yang seharusnya berkunjung ulang namun tidak berkunjung ulang.
Kunjungan ulang pasien adalah kunjungan pasien sesudah kunjungan pertama, merupakan kunjungan kedua atau lebih sampai perawatan giginya selesai dilakukan.
3.6. Metode Pengukuran
1. Pengukuran pengetahuan, kepercayaan, persepsi, sikap dan keyakinan
Tabel 1. Aspek pengukuran pengetahuan, kepercayaan, persepsi, sikap dan keyakinan pasien terhadap kunjungan ulang pasien gigi
No Variabel Indikator Kriteria Pengukuran Skor
1 Pengetahuan Pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi mencakup pencegahan,
perawatan dan akibat bila gigi tidak dirawat sampai selesai.
Baik :bila ada 4-5 jawaban yang benar
Cukup : bila hanya ada 2- 3 jawaban yang benar Kurang : bila jawaban yang
diberikan hanya satu yang benar
3 2 1 2. Kepercayaan Kepercayaan pasien
tentang bagaimana pelayanan kesehatan gigi itu dimanfaatkan
dan mengapa seseorang
memanfaatkannya.
Baik :bila ada 4-5 jawaban yang benar
Cukup : bila hanya ada 2- 3 jawaban yang benar Kurang : bila jawaban yang
diberikan hanya satu yang benar
3 2 1
3. Persepsi Persepsi pasien
tentang kesehatan gigi dan mulut, persepsi tentang dokter gigi, persepsi tentang pelayanan gigi
Baik : bila ada 4-5 jawaban yang benar
Cukup : bila hanya ada 2-3 jawaban yang benar Kurang : bila jawaban yang
diberikan hanya satu yang benar
3 2 1 4 Sikap Sikap pasien terhadap
pelayanan kesehatan gigi.
Baik : bila ada 4-5 jawaban yang benar
Cukup : bila hanya ada 2-3 jawaban yang benar Kurang : bila jawaban yang
3 2 1
(44)
diberikan hanya satu yang benar
5 Keyakinan Keyakinan pasien
tentang pelayanan gigi, tentang peralatan yang dipakai, tentang ketrampilan dokter gigi
Baik : bila ada 4-5 jawaban yang benar
Cukup : bila hanya ada 2-3 jawaban yang benar Kurang : bila jawaban yang
hanya satu yang benar
3 2 1
Berdasarkan aspek pengukuran pengetahuan,kepercayaan, persepsi, sikap dan keyakinan untuk setiap variabel ada 5 pertanyaan, yang terdiri atas 3 kategori dengan skor 1-3. Didapatkan jumlah skor tertinggi adalah 15 dan terendah adalah 5, maka pengukuran pengetahuan, kepercayaan, persepsi, sikap dan keyakinan pasien terhadap kunjungan ulang pasien gigi dapat dikategorikan sbb:
1. Kurang bila jumlah skor ≤ 7
2. Cukup bila jumlah skor berada antara 8 – 11
3. Baik bila jumlah skor berada antara 12 - 15
2. Pengukuran Kebutuhan perawatan gigi, dilakukan melalui pengukuran perceived need
dan evaluated need, di mana perceived need merupakan kebutuhan akan perawatan gigi yang dirasakan pasien, evaluated need adalah kebutuhan akan perawatan gigi menurut diagnosa dokter gigi.
Tabel 2. Aspek pengukuran kebutuhan perawatan gigi
No Variabel Kriteria Pengukuran Skor
1 Perceived Need
Tinggi :Pasien merasa perlu mendapatkan 3 jenis perawatan gigi yaitu pencabutan gigi, penambalan gigi dan pembersihan karang gigi Cukup :Pasien merasa perlu untuk mendapatkan 2
macam perawatan, pencabutan dengan penambalan gigi saja, pencabutan dengan pembersihan karang gigi atau penambalan dengan pembersihan karang gigi.
Rendah :Pasien merasa hanya membutuhkan satu jenis
3 2
(45)
perawatan saja, apakah hanya pencabutan saja, atau penambalan saja atau hanya pembersihan karang gigi
2 Evaluated Need
Tinggi :Menurut diagnosa dokter gigi, pasien perlu mendapatkan 3 jenis perawatan gigi yaitu pencabutan gigi, penambalan gigi dan pembersihan karang gigi
Cukup :Menurut diagnosa dokter gigi, pasien perlu mendapatkan 2 jenis perawatan gigi, pencabutan gigi dengan penambalan saja, atau pencabutan gigi dengan pembersihan karang gigi atau penambalan gigi dengan pembersihan karang gigi
Rendah :Menurut diagnosa dokter gigi, pasien hanya perlu satu macam perawatan, pencabutan gigi atau penambalan gigi atau pembersihan karang gigi saja.
3
2
1
3. Pengukuran Kepuasan pasien terhadap pelayanan di poliklinik gigi Rumah sakit Umum Dr. Jasamen Saragih Pematangsiantar meliputi kepuasan terhadap dokter gigi, petugas / perawat gigi dan kepuasan terhadap hubungan yang terjalin antara dokter gigi dan pasien sebelumnya serta kepuasan terhadap waktu menunggu digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3. Aspek pengukuran Kepuasan pasien
No Variabel Indikator Kriteria pengukuran Skor
1 Dokter gigi Kepuasan pasien terhadap kerapian dokter gigi, ketrampilan dokter gigi, kejelasan instruksi yang diberikan, kemampuan dokter gigi menghilangkan keluhan dan lama dokter gigi melakukan perawatan.
Puas bila skor 4 - 5
Cukup bila skor 3 Tidak puas bila skor ≤ 2
3 2 1 2 Petugas/pera wat gigi
Kepuasan pasien terhadap keramahan petugas, mulai dari loket, perawat gigi yang mendampingi dokter gigi sampai petugas pengambilan
Puas bila skor 4 - 5
Cukup bila skor 3 Tidak puas bila skor ≤ 2
3 2 1
(46)
obat. 3 Hubungan yang terjalin antara dokter gigi dengan pasien sebelumnya
Kepuasan pasien terhadap kerapian dokter gigi, ketrampilan dokter gigi, kejelasan instruksi yang diberikan, kemampuan dokter gigi menghilangkan keluhan dan lama dokter gigi melakukan perawatan pada waktu lalu.
Puas bila skor 4 - 5
Cukup bila skor 3 Tidak puas bila skor ≤ 2
3 2 1 4 Waktu menunggu
Kepuasan pasien untuk waktu menunggu di loket, waktu menunggu sebelum dilakukan perawatan, waktu selama dilakukan perawatan dan waktu untuk pengambilan obat.
Puas bila skor 4 - 5
Cukup bila skor 3 Tidak puas bila skor ≤ 2
3 2 1 Berdasarkan aspek kepuasan pasien terhadap pelayanan di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Jasamen Saragih Pematangsiantar,
kriteria pengukuran : 1. Tidak puas bila skor ≤ 6
2. Cukup bila skor berada antara 7 - 9 3 Puas bila skor berada antara 10 - 12
3.7. Metode Analisis Data
a. Uji validitas dan reabilitas instrument penelitian, pelaksanaan penelitian dilakukan peneliti sendiri dan dibantu oleh pencatat. Pengujian validitas dan reabilitas instrument diperlukan untuk mendapatkan kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya.
b. Analisis Data Univariat, untuk melihat gambaran karakteristik setiap variabel independent (bebas).
(47)
c. Analisis Data Bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan terikat yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien gigi peserta Askes, digunakan uji statistik chi square dengan = 0,05.
(48)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar terletak di lokasi strategis di tengah kota Pematangsiantar, berada di Jl. Sutomo No. 230 Pematangsiantar, didirikan pada tahun 1911 dengan luas areal 12.28 Ha dan luas bangunan 16.800 m2, serta jumlah bangunan 59 unit.
Status rumah sakit adalah Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan, dengan fasilitas instalasi rawat jalan dan rawat inap. Instalasi Rawat Jalan, terdiri atas 16 Poliklinik salah satunya adalah Poliklinik Gigi. Poliklinik ini mempunyai satu ruangan dengan ukuran 5 x 8 meter (luas 40 m²), dilengkapi dengan 4 buah dental unit dan semuanya masih berfungsi. Pelayanan yang diberikan meliputi pencabutan gigi, penambalan, pembersihan karang gigi, pengambilan molar terpendam, perawatan dry socket dan alveolektomi. Jenis pelayanan yang tidak ada adalah perawatan saluran akar dan pembuatan gigi palsu. Hasil wawancara peneliti dengan dokter gigi yang bertugas mengatakan pelayanan spesialistik belum dilakukan sehubungan dengan belum adanya tenaga dokter spesialis.
Jumlah kunjungan pasien gigi peserta Askes pada tahun 2006 adalah 767 orang dengan jumlah laki-laki 435 orang (67 %), dan perempuan 332 orang (33%).Tenaga kesehatan yang ada di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum
(49)
tenaga perawat gigi dan satu orang pencatat data. Peralatan yang ada di Poliklinik Gigi pada umumnya sudah lengkap dan berfungsi kecuali peralatan untuk perawatan endodontik dan pembuatan gigi tiruan.
Motto Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, adalah “SENYUM” S : Sosio ekonomi, melayani pasien dengan tidak memandang status ekonomi.
E : Empati, peduli terhadap kesembuhan dan perasaan pasien.
N : Nyaman, dapat membuat lingkungan pelayanan yang menyenangkan. Y : Yakin, bahwa kesembuhan pasien dapat diperoleh dengan pelayanan yang baik.
U : Unggul, bahwa pelayanan yang diberikan adalah secara profesional dan diusahakan untuk selalu baik daripada di rumah sakit lain.
M : Memuaskan, bahwa hasil pelayanan yang diberikan dapat memberikan rasa puas bagi penderita maupun keluarganya sehingga merupakan promosi masyarakat lainnya.
4.2. Gambaran Responden 4.2.1 Menurut Faktor umur
Persentase kelompok umur responden terbanyak adalah 36-55 tahun sebanyak 45,50% dan yang terendah umur > 55 tahun berjumlah 25% (Tabel 4.1).
Tabel 4.1
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut Umur.
Umur (tahun)
Frekuensi %
15-35 65 29,50
36-55 100 45,50
> 55 55 25,00
Total 220 100
(50)
Responden menurut jenis kelamin persentasi perempuan lebih banyak sedikit yaitu 51,40% dibandingkan laki-laki 48,60% (Grafik 4.1).
48.60%
51.40% Laki-laki
Perempuan
Grafik 4.1
Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut Jenis Kelamin.
4.2.3 Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dengan pendidikan SMA / D1 adalah 51,40%; D3/S1/S2 33,63%; SD/SMP 15,00% (Tabel 4.2).
Tabel 4.2
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Tingkat Pendidikan.
Tingkat Pendidikan Frekuensi %
SD/SMP 33 15,00
SMA/D1 113 51,40
D3/S1/S2 74 33,60
Total 220 100
4.2.4 Faktor Pengetahuan, Kepercayaan, Persepsi, Sikap dan Keyakinan tentang kunjungan ulang
(51)
Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang kunjungan ulang perawatan gigi 62,70%, cukup 30,50% dan kurang 6,80% (Tabel 4.3).
Tabel 4.3
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Pengetahuan Kunjungan Ulang. Pengetahuan
Kunjungan ulang
Frekuensi %
Kurang 15 6,80
Cukup 67 30,50
Baik 138 62,70
Total 220 100
Responden yang memiliki tingkat kepercayaan terhadap kunjungan ulang yang baik sebesar 82,30%, cukup 12,30% dan yang kurang 5,50% (tabel 4.4).
Tabel 4.4
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Tingkat Kepercayaan Kunjungan Ulang Kepercayaan
Kunjungan ulang
Frekuensi %
Kurang 12 5,50
Cukup 27 12,30
Baik 181 82,30
Total 220 100
Persepsi responden tentang kunjungan ulang ke Poliklinik Gigi yang terbesar adalah baik yaitu 70,90%, kurang 17,30% dan cukup 11,80%
(52)
Tabel 4.5
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006
menurut Persepsi Kunjungan Ulang Persepsi
Kunjungan Ulang
Frekuensi %
Kurang 38 17,30
Cukup 26 11,80
Baik 156 70,90
Total 220 100
Responden yang memiliki sikap yang baik terhadap kunjungan ulang sebesar 69,50%; cukup 15,50 dan kurang 15% (Tabel 4.6).
Tabel 4.6
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Sikap Kunjungan Ulang Sikap
Kunjungan Ulang
Frekuensi %
Kurang 33 15,00
Cukup 34 15,50
Baik 153 69,50
Total 220 100
Responden yang mempunyai keyakinan baik terhadap kunjungan ulang sebesar 79,50%; cukup 11,40% dan kurang 9,10% (Tabel 4.7).
Tabel 4.7
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 Menurut Keyakinan
Kunjungan Ulang Keyakinan
Kunjungan Ulang
Frekuensi %
Kurang 20 9,10
Cukup 25 11,40
Baik 175 79,50
(53)
4.2.5 Faktor Hambatan
Dari seluruh responden sebanyak 50,50% merasa ada hambatan waktu (Tabel 4.8).
Tabel 4.8
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006
menurut Faktor Hambatan Waktu Hambatan
Waktu
Frekuensi %
Ada 111 50,50
Tidak Ada 109 49,50
Total 220 100
Dari seluruh responden yang mengatakan ada hambatan jarak sebesar 53,20% (Tabel 4.9).
Tabel 4.9
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006
Menurut Faktor Hambatan Jarak Hambatan
jarak
Frekuensi %
Ada 117 53,20
Tidak Ada 103 46,80
(54)
4.2.6 Faktor Kebutuhan perawatan gigi a. Perceived Need perawatan gigi
Persentase kebutuhan responden akan perawatan gigi yang dirasakan pasien (perceive need) yang membutuhkan 3 jenis perawatan yaitu 55,50%; 2 jenis perawatan 26,80% dan hanya satu perawatan 17,70% (Tabel 4.10).
Tabel 4.10
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Perceived Need
Perceived Need Frekuensi %
Rendah 39 17,70
Cukup 59 26,80
Tinggi 122 55,50
Total 220 100
b. Faktor Evaluated Need perawatan gigi
Persentase kebutuhan responden akan perawatan gigi menurut diagnosa dokter gigi
(evaluated need) yang membutuhkan 3 jenis perawatan yaitu 57,70%; 2 jenis perawatan 27,30% dan yang membutuhkan hanya satu perawatan 15,00% (Tabel 4.11).
Tabel 4.11
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut
Diagnosa Dokter Gigi (Evaluated Need)
Evaluated Need Frekuensi %
Rendah 33 15,00
Cukup 60 27,30
Tinggi 127 57,70
(55)
4.2.7 Faktor Kepuasan
Sebanyak 44,10% responden puas dalam menerima perawatan, 30% responden cukup puas dan ada 25,90% yang tidak puas (Tabel 4.12).
Tabel 4.12
Distribusi Responden Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar Tahun 2006 menurut Tingkat Kepuasan
Kepuasan Frekuensi %
Tidak Puas 57 25,90
Cukup Puas 66 30
Puas 97 44,10
Total 220 100
4.3. Hasil Analisis
1. Hubungan antara faktor Predisposisi dengan Kunjungan Ulang a. Hubungan antara Umur dengan Kunjungan Ulang
Responden berumur 15-35 tahun 60,00% melakukan kunjungan ulang dan 40,00% tidak melakukan kunjungan ulang. Responden yang berumur 36-55 tahun 46,00% melakukan kunjungan ulang dan 54% tidak kunjungan ulang. Pasien yang berumur >55 tahun 54,50% melakukan kunjungan ulang dan 45,50% tidak melakukan kunjungan ulang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kegiatan melakukan kunjungan ulang pada pasien berobat gigi p = 0,158 (Tabel 4.13).
(56)
Tabel 4.13
Hubungan antara Umur dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar Tahun 2006
Kunjungan Umur
Tidak Berulang (%) Berulang (%)
Total (%) 15-35 thn 26 (40 ) 39 (60) 65 (100) 36-55 thn 54 (54) 46 (46) 100 (100)
>55 thn 30 (54,50) 25 (45,50) 55 (100)
Total 110 (50) 110 (50) 220 (100)
Hasil Analisis Statistik
X² = 3,695 df = 2 p = 0,158 b. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan Ulang
Pasien laki-laki 48,10% melakukan kunjungan ulang dan 51,90% tidak melakukan kunjungan ulang, tidak banyak berbeda dengan perempuan 51,80% melakukan kunjungan ulang dan 48,20% tidak melakukan kunjungan ulang atau hampir berimbang. Nilai p = 0,589 menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kunjungan ulang pasien berobat gigi (Tabel 4.14).
Tabel 4.14
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar
Tahun 2006 Kunjungan Jenis Kelamin Tidak Berulang (%) Berulang (%) Total (%) Hasil Analisis Statistik
Laki-Laki 55 (51,90) 51 (48,10) 106 (100) Perempuan 55 (48,20) 59 (51,80) 114 (100) Total 110 (50) 110 (50) 220 (100)
X² = 0,291 df = 1 p = 0,589
(57)
c. Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan Ulang
Pasien yang tingkat pendidikan D3/S1/S2 52,70% melakukan kunjungan ulang dan 47,30% tidak melakukan kunjungan ulang, SMA/D1 53,10% melakukan kunjungan ulang dan 46,90% tidak melakukan kunjungan ulang, SD/SMP 33,30% yang melakukan kunjungan ulang dan 66,70% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai p = 0,116 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan ulang pasien (Tabel 4.15).
Tabel 4.15
Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar
Tahun 2006 Kunjungan
Pendidikan
Tidak Berulang (%)
Berulang (%)
Total (%)
SD/SMP 22 (66,70) 11(33,30) 33 (100) SMA/D1 53 (46,90) 60 (53,10) 113 (100) D3/S1/S2 35 (47,30) 39(52,70) 74 (100)
Total 110 (50) 110 (50) 220 (100)
Hasil Analisis Statistik X² = 4,317
df = 2 p = 0,116 d. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kunjungan Ulang
Pengetahuan pasien yang kurang 80,00% tidak melakukan kunjungan ulang dan hanya 20% yang melakukan kunjungan ulang, pasien yang pengetahuannya cukup 57,60% tidak berkunjung ulang dan 41,80% melakukan kunjungan ulang, tingkat pengetahuan baik persentasenya 57,20% melakukan kunjungan ulang dan 42,80% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai p = 0,006 menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien dengan kunjungan ulang kunjungan ulang pasien berobat gigi di Poloklinik RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar (Tabel 4.16).
(58)
Hubungan antara Pengetahuan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P. Siantar
Tahun 2006 Kunjungan Pengetahuan Tidak Berulang (%) Berulang (%) Total (%) Hasil Analisis Statistik
Kurang 12(80,00) 3 (20,00) 15 (100)
Cukup 39 (57,60) 28 (41,80) 67 (100) Baik 59 (42,80) 79 (57,20) 138 (100)
Total 110 (50) 110 (50) 220 (100)
X² = 10,105 df = 2 p = 0,006 e. Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dengan Kunjungan Ulang
Tingkat kepercayaan pasien tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi yang kurang 41,70% tidak melakukan kunjungan ulang dan 58,30% melakukan kunjungan ulang. Tingkat kepercayaan cukup 81,5% tidak melakukan kunjungan ulang dan 18,5% melakukan kunjungan ulang dan tingkat kepercayaan baik 54,10% melakukan kunjungan ulang dan 45,90% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai
p = 0,002 ada hubungan antara tingkat kepercayaan pasien terhadap kunjungan ulang. (Tabel 4.17)
Tabel 4.17
Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar
Tahun 2006 Kunjungan Kepercayaan Tidak Berulang (%) Berulang (%) Total (%) Hasil Analisis Statistik
Kurang 5 (41,70) 7 (58,30) 12 (100) Cukup 22 (81,70) 5 (18,50) 27 (100) Baik 83 (45,90) 98 (54,10) 181 (100)
Total 110(50) 110 (50) 220 (100)
X² = 12,280 df = 2 p = 0,002
(59)
Persepsi pasien yang kurang terhadap pemanfaatan pelayanan yang ada 86,80% tidak melakukan kunjungan ulang dan 13,20% berkunjung ulang, persepsi cukup 61,50% melakukan kunjungan ulang dan 38,50% tidak melakukan kunjungan ulang, persepsi baik 57,10% melakukan kunjungan ulang dan 42,90% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai p = 0,001 menunjukkan ada hubungan persepsi pasien terhadap kunjungan ulang berobat gigi ke poliklinik. (Tabel 4.18).
Tabel 4.18
Hubungan antara Persepsi dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar Tahun 2006
Kunjungan Persepsi
Tidak Berulang (%)
Berulang (%)
Total
(%)
Hasil Analisis Statistik
Kurang 33 (86,80) 5 (13,20) 38 (100) Cukup 10 (38,50) 16 (61,50) 26 (100)
Baik 67 (42,90) 89(57,10) 156(100)
Total 110(50) 110 (50) 220 (100)
X² = 23,119 df = 2 p = 0,001 g. Hubungan antara Sikap dengan Kunjungan Ulang
Sikap pasien yang kurang terhadap pelayanan kesehatan gigi 87,90% tidak melakukan kunjungan ulang dan 12,10% melakukan kunjungan ulang, pasien dengan sikap cukup 55,90 % berkunjung ulang dan 44,10% tidak melakukan kunjungan ulang, sedangkan yang sikapnya baik 56,90% berkunjung ulang dan 43,10% tidak berkunjung ulang. Nilai p = 0,001 menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan kunjungan ulang ke poliklinik (Tabel 4.19).
Tabel 4.19
Hubungan antara Sikap dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar Tahun 2006
Kunjungan Sikap
Tidak Berulang (%)
Berulang (%)
Total (%)
Hasil Analisis Statistik
(60)
Cukup 15 (44,10%) 19 (55,90%) 34 (100%) Baik 66 (43,10%) 87 (56,90%) 153 (100%)
Total 110(50%) 110 (50%) 220 (100%)
h. Hubungan antara Keyakinan dengan Kunjungan Ulang
Keyakinan pasien yang kurang tentang pelayanan gigi, peralatan yang dipakai dan ketrampilan dokter gigi 85% tidak melakukan kunjungan ulang dan 15% melakukan kunjungan ulang, pasien dengan keyakinan baik 53,70% melakukan kunjungan ulang dan 46,30% tidak melakukan kunjungan ulang, pasien dengan keyakinan cukup 52,00% melakukan kunjungan ulang dan 48,00% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai p = 0,005 ada hubungan antara keyakinan dengan melakukan kunjungan ulang berobat gigi ke poliklinik (Tabel 4.20).
Tabel 4.20
Hubungan antara Keyakinan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi peserta Askes di Poliklinik Gigi RSU Dr. Djasamen Saragih P.Siantar
Tahun 2006 Kunjungan
Keyakinan
Tidak Berulang (%)
Berulang (%)
Total (%)
Hasil Analisis Statistik
Kurang 17 (85,00) 3 (15,00) 20 (100) Cukup 12 (48,00) 13 (52,00) 25 (100) Baik 81 (46,30) 94 (53,70) 175 (100)
Total 110(50) 110 (50) 220 (100)
X² = 10,806 df = 2 p = 0,005 i. Hubungan antara Hambatan Waktu dengan Kunjungan Ulang
Pasien yang mempunyai hambatan waktu 60,40% tidak melakukan kunjungan ulang dan 39,60% melakukan kunjungan ulang. Pasien yang tidak ada hambatan 60,60% melakukan kunjungan ulang dan 39,40% tidak melakukan kunjungan ulang. Nilai p = 0,002 menunjukkan ada hubungan antara hambatan waktu dengan kunjungan ulang berobat gigi ke poliklinik (Tabel 4.21).
(1)
YAKIN * KUNJUNG
Crosstab
17 3 20
85.0% 15.0% 100.0%
12 13 25
48.0% 52.0% 100.0%
81 94 175
46.3% 53.7% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0% Count
% within YAKIN Count
% within YAKIN Count
% within YAKIN Count
% within YAKIN Kurang
Cukup Baik YAKIN
Total
Tidak
Berulang Berulang KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
10.806a 2 .005
11.824 2 .003
8.458 1 .004
220 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
a.
Risk Estimate
a Odds Ratio for YAKIN (Kurang / Cukup)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells. a.
(2)
NEEDPER * KUNJUNG
Crosstab
26 13 39
66.7% 33.3% 100.0%
33 26 59
55.9% 44.1% 100.0%
51 71 122
41.8% 58.2% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0% Count
% within NEEDPER Count
% within NEEDPER Count
% within NEEDPER Count
% within NEEDPER Rendah
Cukup Tinggi NEEDPER
Total
Tidak
Berulang Berulang KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
8.443a 2 .015
8.543 2 .014
8.359 1 .004
220 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
a.
Risk Estimate
a Odds Ratio for NEEDPER (Rendah / Cukup)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells. a.
(3)
NEEDEV * KUNJUNG
Crosstab
22 11 33
66.7% 33.3% 100.0%
36 24 60
60.0% 40.0% 100.0%
52 75 127
40.9% 59.1% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0% Count
% within NEEDEV Count
% within NEEDEV Count
% within NEEDEV Count
% within NEEDEV Rendah
Cukup Tinggi NEEDEV
Total
Tidak
Berulang Berulang KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
10.232a 2 .006
10.342 2 .006
9.603 1 .002
220 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.50.
a.
Risk Estimate
a Odds Ratio for NEEDEV (Rendah / Cukup)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells. a.
(4)
HMBATWKT *
KUNJUNG
Crosstab
69 45 114
60.5% 39.5% 100.0%
41 65 106
38.7% 61.3% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0%
Count
% within HMBATWKT Count
% within HMBATWKT Count
% within HMBATWKT Ada
Tidak Ada HMBATWKT
Total
Tidak
Berulang Berulang
KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
10.487b 1 .001
9.631 1 .002
10.572 1 .001
.002 .001
10.439 1 .001
220 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 53.00.
b.
Risk Estimate
2.431 1.414 4.180
1.565 1.181 2.074
.644 .490 .846
220 Odds Ratio for
HMBATWKT (Ada / Tidak Ada)
For cohort KUNJUNG = Tidak Berulang For cohort KUNJUNG = Berulang
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence Interval
(5)
HMBTJARA * KUNJUNG
Crosstab
70 52 122
57.4% 42.6% 100.0%
40 58 98
40.8% 59.2% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0% Count
% within HMBTJARA Count
% within HMBTJARA Count
% within HMBTJARA Ada
Tidak Ada HMBTJARA
Total
Tidak
Berulang Berulang KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
5.962b 1 .015
5.318 1 .021
5.990 1 .014
.021 .010
5.935 1 .015
220 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 49.00.
b.
Risk Estimate
1.952 1.138 3.348
1.406 1.059 1.866
.720 .553 .937
220 Odds Ratio for
HMBTJARA (Ada / Tidak Ada)
For cohort KUNJUNG = Tidak Berulang For cohort KUNJUNG = Berulang
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence Interval
(6)
PUAS * KUNJUNG
Crosstab
53 4 57
93.0% 7.0% 100.0%
32 34 66
48.5% 51.5% 100.0%
25 72 97
25.8% 74.2% 100.0%
110 110 220
50.0% 50.0% 100.0% Count
% within PUAS Count
% within PUAS Count
% within PUAS Count
% within PUAS Tidak Puas
Cukup Puas Puas PUAS
Total
Tidak
Berulang Berulang KUNJUNG
Total
Chi-Square Tests
64.957a 2 .000
73.873 2 .000
62.525 1 .000
220 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.50.
a.
Risk Estimate
a
Odds Ratio for PUAS (Tidak Puas / Cukup Puas)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells. a.