49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.8.2 Pemberian Bahan Uji
Sejumlah 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley digunakan dalam penelitian dan diberikan 5 perlakuan yang berbeda. Masing-masing
perlakuan terdiri atas 6 ekor tikus putih jantan yaitu kelompok kontrol negatif yang diberikan basis krim tanpa kandungan ekstrak umbi talas jepang, kelompok
perlakuan yang diberikan krim ekstrak umbi talas jepang Colocasia esculenta L. Schott var. antiquorum dengan 3 konsentrasi yang berbeda 1, 5, 10
dan kelompok kontrol positif yang diberikan Lanakeloid-E
®
. Krim dioleskan pada luka sebanyak ±1 gram menutupi keseluruhan bagian luka di daerah dorsal tikus
dua kali sehari, yaitu di pagi dan sore hari selama 14 hari setelah pembuatan luka sesuai dengan periode fase proliferasi selama penyembuhan luka.
3.4.9 Pengamatan Penyembuhan Luka
Pengamatan dilakukan terhadap luas luka dan persentase penyembuhan luka. Luas luka diamati dengan cara mengukur rata-rata diameter luka pada arah
vertikal, horizontal dan kedua diagonal Kusmiati et al, 2006. Diameter luka diukur dengan aplika ImageJ.
Cara penilaian luka : Diameter rata-rata
: Luas luka yang dinilai adalah :
π x r
2
: π x ½
d
2
: ¼ π
d
2
: 0,7854 d
2
Persentase penyembuhan luka dihitung dengan rumus : Dimana :
d = diameter rata-rata d0 = diameter luka setelah pembuatan luka
dx = diameter luka pada hari dilakukan pengamatan Bahan uji diberikan setelah pembuatan luka hari ke-0 dan pengamatan
pertama luka dilakukan 24 jam setelah pembuatan luka hari ke-1. Pengamatan persentase penyembuhan luka dilakukan dari hari ke-1 hingga hari ke-14.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.10 Eksisi Jaringan Kulit Tikus
Pengambilan sampel jaringan kulit dilakukan pada hari ke-7 dari kelima kelompok diambil masing-masing 1 ekor tikus, pengambilan dilakukan setelah
tikus dikorbankan dengan larutan eter secara inhalasi. Daerah dorsal yang akan diambil jaringan kulitnya dibersihkan dari bulu yang mulai tumbuh kembali,
jaringan kulit digunting dengan ketebalan ±3 mm hingga lapisan subkutis dan sekitar ±2 cm dari tepi luka. Jaringan kulit yang diperoleh kemudian difiksasi
dengan larutan formalin 10 dan disimpan.
3.4.11 Pembuatan Preparat Histopatologi Jaringan Kulit Tikus
Jaringan kulit yang diperoleh kemudian dibuat preparat histopatologi dengan pewarna Hematoxyllin-Eosin yang dilakukan di Laboratorium Patologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pembuatan preparat dilakukan dengan cara : jaringan kulit yang telah difiksasi menggunakan larutan Formalin 10 lalu
dilakukan trimming organ dan dimasukkan ke dalam cassette tissue dari plastik. Tahap selanjutnya dilakukan proses dehidrasi alkohol menggunakan konsentrasi
alkohol yang bertingkat yaitu alkohol 70, 80, 90, alkohol absolut I, alkohol absolut II, kemudian dilakukan penjernihan clearing menggunakan xylol I dan
xylol II. Proses pencetakan atau parafinisasi dilakukan menggunakan parafin I dan parafin II. Sediaan dimasukkan ke dalam alat pencetak yang berisi parafin
setengah volume dan sedian diletakkan ke arah vertikal dan horizontal sehingga potongan melintang melekat pada dasar parafin. Setelah mulai membeku, parafin
ditambahkan kembali hingga alat pencetak penuh dan dibiarkan sampai parafin mengeras. Blok-blok parafin kemudian dipotong tipis setebal 5 mikrometer
dengan menggunakan mikrotom. Hasil potongan yang berbentuk pita ribbon tersebut dibentangkan di atas air hangat yang bersuhu 46
C dan langsung diangkat yang berguna untuk meregangkan potongan agar tidak berlipat atau
menghilangkan lipatan akibat dari pemotongan. Sediaan tersebut kemudian diangkat dan diletakkan di atas gelas objek dan dikeringkan semalaman dalam
inkubator bersuhu 60 C. Kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoxyllin-
Eosin HE untuk pemeriksaan mikroskopik Balqis et al, 2014.