16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. Anatomi kulit Sumber : Kolarsick, 2011
2.4.2 Fisiologi Kulit
2.4.2.1 Proteksi
Kulit merupakan barrier fisik antara jaringan di bawahnya dan lingkungan luar. Kulit memberikan perlindungan dari abrasi, dehidrasi, radiasi ultraviolet, dan
invasi mikroorganisme Gunstream, 2000. Sebagian besar mikroorganisme mengalami kesulitan untuk menembus kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui
kulit yang luka dan lecet. Selain proteksi yang diberikan oleh lapisan tanduk, proteksi tambahan diberikan oleh keasaman keringat dan adanya asam lemak
dalam sebum, yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme Gibson, 2002.
2.4.2.2 Sensasi
Kulit terdiri dari ujung saraf dan reseptor yang dapat mendeteksi stimulus yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan, temperatur dan nyeri. Gunstream,
2000. Sensasi raba, nyeri, perubahan suhu dan tekanan pada kulit dan jaringan
subkutan, ditransmisikan melalui saraf sensorik menuju medula spinalis dan otak
Gibson, 2002.
2.4.2.3 Regulasi Suhu
Selama periode kelebihan produksi panas oleh tubuh, sekresi keringat dan evaporasi melalui permukaan tubuh membantu menurunkan temperatur tubuh
Gunstream, 2000.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.2.4 Penyimpanan
Kulit bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, yang dapat
ditarik berdasarkan kebutuhan Gibson, 2002.
2.4.2.5 Ekskresi
Produksi keringat oleh kelenjar keringat menghilangkan sisa-sisa metabolisme dalam jumlah kecil seperti garam, air, dan senyawa organik
Gunstream, 2000.
2.4.2.6 Sintesis vitamin D
Pajanan terhadap radiasi ultraviolet dapat mengkonversi molekul prekursor 7-dihidroksi kolesterol dalam kulit menjadi vitamin D. Namun, hal tersebut
tidak dapat menyediakan vitamin D secara keseluruhan bagi tubuh, sehingga pemberian vitamin D secara sistemik masih diperlukan Gunstream, 2000;
Wasiatmaja Syarif, 2007.
2.5 Luka
2.5.1 Definisi Luka
Luka adalah rusak dan hilangnya sebagian jaringan kulit yang terjadi akibat gangguan secara fisik. Luka diklasifikasikan dalam dua kategori umum
yaitu akut dan kronis. Luka akut proses perbaikannya terjadi secara rapi, tepat waktu dan terus-menerus sebagai hasil pemulihan anatomi dan fungsional kulit.
Luka kronis merupakan luka yang proses penyembuhannya lama terjadi karena adanya kegagalan dalam proses penyembuhan misalnya luka pada diabetes dan
ulkus vena Schwartz and Daly, 1999.
2.5.2 Jenis-jenis luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana terjadinya luka dan menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi Prabakti, 2005 a. Clean Wounds Luka bersih, yaitu luka bedah tak terinfeksi, tidak
terjadi proses peradangan inflamasi. Luka bersih biasanya
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1 - 5.
b. Clean-contamined Wounds Luka bersih terkontaminasi, merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalamkondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksiluka adalah 3 - 11.
c. Contamined Wounds Luka terkontaminasi, termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10 - 17. d. Dirty or Infected Wounds Luka kotor atau infeksi, yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka. 2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka Prabakti, 2005
a. Stadium I : Luka “Superfisial” Non-Blanching Erithema : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b.
Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis, adanya tanda
klinis seperti lubang yang dangkal. c.
Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya kerusakan yang luas. 3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka Prabakti, 2005
a. Luka akut: luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka
baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan, contoh: luka sayat, luka bakar, luka tusuk.