86 waktu yang sangat lama yang menyangkut efek pada syaraf seseorang,
karena sifatnya yang reversible berbalik seperti semula.
6.3. Hubungan Faktor Dari Dalam Tubuh dengan Tingkat Keracunan
6.3.1. Umur Hasil analisis umur responden yang diuji dengan menggunakan
statistik uji korelasi dan regresi linear, terdapat hubungan yang bermakna antara teknisi pest control yang bervariasi antara usia 18-52 tahun dengan
tingkat keracunan pestisida, dari data tersebut menunjukan bahwa para tenaga penyemprot sebagian besar masih dalam kelompok usia produktif.
Penelitian yang dilakukan Soedarmo 1990 dalam Ruhendi 2007, ada kecenderungan semakin tua umur petugas maka semakin rendah
aktivitas kolinesterase dalam darahnya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nurhayati 1997, yang menunjukan kemaknaan hubungan
antara kadar kolinesterase dan umur untuk jenis kelamin laki-laki, dimana petugas yang berumur tua kadar kolinesterase dalam darahnya cenderung
rendah. Menurut Yulianti 2001 dikutip dari ILO 1975 yang mengatakan
bahwa responden dengan usia muda dibawah 20 tahun mempunyai aktifitas kolinesterase yang relatif lebih cepat turun dibandingkan dengan
usia responden yang lebih tua terlebih jika dipengaruhi oleh paparan atau pajanan pestisida sehingga dapat memperberat terjadinya keracunan.
Sedangkan teori menurut Nurhayati 1997 terjadinya penurunan
87 kadarkolinesterase alami terjadi dibawah usia 10 tahun baik pada laki-laki
maupun pada perempuan tetapi pada usia 30-40 tahun penurunan kadar kolinesterase pada laki-laki jauh lebih rendah dibandingkan dengan
perempuan.
6.3.2. Tingkat Pendidikan Hasil
analisis tingkat
pendidikan responden
setelah diuji
menggunakan uji t independen, secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat keracunan
pestisida.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraida 2012 dan Ruhendi 2009 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan aktivitas kolinesterase dalam darah.
Penelitian ini mempunyai nilai signifikan yang tidak berhubungan yang dapat dilihat pada tabel 5.13, petugas dengan pendidikan rendah
memiliki rata-rata kadar kholinesterase 7435,45 Ul dan pendidikan tinggi rata-rata kadar kolinesterase 8324,57 Ul.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tugiyo 1994 dalam penelitiannya terhadap tenaga kerja di PT Rentokil pada
tahun 1994 yang menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida. Sedangkan pada
penelitian Suwarno 1999 didapatkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan kejadian keracunan pestisida dengan
88 mengatakan bahwa resiko petani yang menggunakan pestisida dengan
pendidikan rendah mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami penurunan aktifitas kadar kolinesterase dibandingkan dengan petani yang
berpendidikan tinggi. Terjadinya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suwarno 1999, mungkin dapat disebabkan oleh perbedaan pada populasi subjek penelitian, dimana penelitian Suwarno
dilakukan pada petani yang mempunyai karakteristik yang memang berbeda dibandingkan dengan teknisi pest control. Dimana petani
cenderung memiliki dasar pendidikan rendah, dan pada penelitian ini menggunakan teknisi pest control bekerja pada perusahaan yang memang
dari awal sudah diperhitungkan tingkat pendidikan sebagai syarat dapat bekerja diperusahaan tersebut.
6.3.3. Pengetahuan Pengetahuan responden tentang pestisida yang dimaksudkan adalah
pemahaman responden terhadap batasan pestisida yang meliputi bahaya tentang pestisida, cara masuk pestisida ke dalam tubuh, dan cara
pencegahan keracunan pestisida.Pada tabel 5.14, setelah di uji dengan uji statistik t independen didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan tingkat keracunan pestisida. Hasil ini sejalan dengan tabel distribusi pengetahuan pada petugas pest control, didapatkan
14 responden dengan pengetahuan buruk sebesar 43,8 dan 28 responden
89 dengan pengetahuan baik sebesar 56,3 ini secara deskriptif dapat
dikatakan bahwa pengetahuan dari responden tentang pestisida cukup baik sehingga dapat mengurangi pemaparan atau pajanan dari pestisida
kedalam tubuh sehingga tingkat keracunan yang terjadi pada petugas teknisi pest control sangat kecil.
Hal tersebut sesuai dengan teori Green 1980 dalam Notoadmojo 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berkaitan langsung
dengan keracunan pestisida,akan tetapi harus melalui sikap atau praktek. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang untuk bertindak.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya praktek seseorang Notoadmodjo, 1993. Berdasarkan teori ini, teknisi pest
control dengan pengetahuan baik dapat dikatakan memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan pengetahuan buruk.
6.3.4. Status Gizi Hasil analisis status gizi responden pada tabel 5.15, setelah diuji
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat keracunan pestisida. Hal ini sejalan dengan hasil analisis
univariat status gizi pada tabel 5.5 dari total 32 responden, didapatkan 5 responden dengan status gizi kurus IMT 18 sebesar 15,6 dan dari 27
responden dengan status gizi normal IMT ≥ 18 sebesar 84,4. Hasil analisis analitik ini sesuai dengan Alkhoiri 1999, yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi petugas