Hubungan Faktor Dari Dalam Tubuh dengan Tingkat Keracunan

89 dengan pengetahuan baik sebesar 56,3 ini secara deskriptif dapat dikatakan bahwa pengetahuan dari responden tentang pestisida cukup baik sehingga dapat mengurangi pemaparan atau pajanan dari pestisida kedalam tubuh sehingga tingkat keracunan yang terjadi pada petugas teknisi pest control sangat kecil. Hal tersebut sesuai dengan teori Green 1980 dalam Notoadmojo 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berkaitan langsung dengan keracunan pestisida,akan tetapi harus melalui sikap atau praktek. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang untuk bertindak. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya praktek seseorang Notoadmodjo, 1993. Berdasarkan teori ini, teknisi pest control dengan pengetahuan baik dapat dikatakan memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan pengetahuan buruk. 6.3.4. Status Gizi Hasil analisis status gizi responden pada tabel 5.15, setelah diuji didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat keracunan pestisida. Hal ini sejalan dengan hasil analisis univariat status gizi pada tabel 5.5 dari total 32 responden, didapatkan 5 responden dengan status gizi kurus IMT 18 sebesar 15,6 dan dari 27 responden dengan status gizi normal IMT ≥ 18 sebesar 84,4. Hasil analisis analitik ini sesuai dengan Alkhoiri 1999, yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi petugas 90 dengan kejadian keracunan pestisida, baik pada petugas yang terpapar maupun yang tidak terpapar. Sedangkan menurut pernyataan Achmadi 1985, menyatakan bahwa adanya kaitan antara status gizi dengan aktivitas kolinesterase. Menurut Tugiyo 2003 ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian keracunan pestisida pada petugas, dengan kata lain responden yang mempunyai IMT lebih kecil dari rata-rata mempunyai resiko yang lebih besar daripada responden yang mempunyai IMT sama atau lebih besar. Menurut WHO, masukan protein atau asupan gizi dapat mempengaruhi kerentanan seseorang yang terpajan pestisida golongan organofosfat. Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi, rentan memiliki kadar kolinesterase yang rendah akibat racun yang masuk akan mempengaruhi metabolisme dan mekanisme toleransi ssehingga aktivitas kadar kolinesterase dalam darah akan tampak menurun. Meskipun demikian, kenyataan yang terjadi di lapangan belum tentu menunjukan hal yang demikian Achmadi, 1985. Sebanyak 5 responden 15,6 dalam penelitian ini mempunyai status gizi kurus IMT 18, sehingga dapat dikatakan mempunyai resiko penurunan kadar kolinesterase serta dapat menyebabkan pengurangan kapasitas kerja dan peningkatan kejadian berbagai macam penyakit kronis sebagai akibat dari kekurangan kalori. 91 Indikator status gizi tersebut berkaitan dengan keracunan yang terjadi, dimana bila kondisi tubuh lemah atau IMT 18 memudahkan keracunan terhadap para teknisi. Oleh karena itu, sebagaimana tercantum dalam ketetapan ke empat ayat a dan b Keputusan Dirjen PPMPLP No. 31- IPD.03.04.LP tentang Persyaratan Tenaga Kerja Penanggung Jawab Teknis dan Tenaga Kerja Penjamah Pestisida serta Perlengkapan Pelindungnya, yang berbunyi tenaga kerja harus memenuhi syarat sebagai berikut berbadan sehat yang dinyatakan oleh Dinas Kesehatan setempat dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.

6.4. Hubungan Faktor Dari Luar Tubuh dengan Tingkat Keracunan

6.4.1. Tata Cara Pencampuran Pestisida Hasil analisis tata cara pencampuran pestisida pada responden dengan menggunakan uji t independen, pada tabel 5.16 didapatkan hasil tidak ada hubungan antara tata cara pencampuran pestisidan dengan tingkat keracunan pestisida. Pada bahasan ini tidak ditemukan batasan tata cara pencampuran yang baik atau buruk, namun batasan pengkategorian tata cara pencampuran yang baik atau buruk didapatkan dari nilai rata-rata. Hal ini sama dengan persentase yang didapatkan pada tabel 5.6, responden dengan tata cara pencampuran yang buruk sebanyak 10 orang 31,2 sedangkan responden dengan tata cara pencampuran yang baik sebanyak 22 orang 68,8. 92 Responden dengan tata cara pencampuran pestisida yang baik sebanyak 22 orang, memiliki resiko yang lebih kecil dalam hal terpajan pestisida yang dapat menurunkan kadar kolinesterase dalam darahnya. Persentase yang didapatkan pada tata cara pencampuran pestisida baik lebih besar dari pada yang berperilaku buruk, serta pengetahuan, sikap dan penggunaan APD mendukung pengurangan jalur masuk pestisida ke dalam tubuh.Sehingga hasil didapatkan tingkat keracunan pada petugas teknisi pest control sedikit. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan Suhenda 2007, dimana hasil uji statistik yang dilakukan diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara tata cara pencampuran pestisida dengan kadar kolinesterase dalam darah teknisi pest control. Sebagaimana telah diketahui bahwa perilaku berupa tindakan nyata yang telah dilakukan seseorang juga ikut dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. 6.4.2. Frekuensi Penyemprotan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7, didapatkan hasil petugas yang melakukan penyemprotan dengan frekuensi setiap hari ada 22 orang.Hasil analisis frekuensi penyemprotan setelah diuji secara statistic dengan menggunakan uji anova, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi penyemprotan dengan aktivitas kolinesterase dalam darah. 93 Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian menurut Prabowo 2002, tentang frekuensi atau sering tidaknya melakukan penyemprotan ditemukan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi penyemprotan dengan aktivitas kolinesterase dalam darah.Frekuensi penyemprotan yang sering memungkinkan untuk meningkatnya frekuensi pemaparan oleh pestisida sehingga peluang terjadinya keracunan akibat paparan dari pestisida juga semakin besar. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-03Men1986 Pasal 2 ayat 2a menyebutkan bahwa untuk menjaga efek yang tidak diinginkan, maka dianjurkan supaya tidak melebihi 4 jam per hari dalam seminggu berturut-turut bila menggunakan pestisida. Maka dapat dikatakan semakin sering seseorang bekerja berarti semakin besar kemungkinannya untuk terpapar pestisida dan keracunan pestisida. 6.4.3. Jumlah Jenis Penggunaan Pestisida Hasil analisis jumlah jenis penggunaan pestisida pada responden dengan menggunakan uji t independen, pada tabel 5.18, didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah jenis penggunaan pestisida dengan penurunan kadar kolinesterase pada petugas teknisi pest control. Hal ini sesuai dengan persentase yang didapatkan pada tabel 5.8, dengan penggunaan jumlah jenis pestisida lebih dari 2 jenis sebanyak 2 94 orang dengan persentase 6,2 dan penggunaan jumlah jenis pestisida kurang dari 2 jenis sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 93,8. Penggunaan batasan jumlah jenis pestisida didapatkan dari hasil perhitungan median yang didapatkan hasil 2 jenis pestisida.Hal ini dapat di deskripsikan bahwa petugas yang menggunakan lebih dari 2 jenis pestisida dalam sekali penyemprotan sangat rendah dibandingkan dengan yang menggunakan kurang dari 2 jenis pestisida pada saat penyemprotan. Sehingga memiliki resiko paparan atau pajanan pestisida yang lebih kecil dalam hal penurunan kadar kolinesterase dalam darah. Jenis pestisida yang paling banyak digunakan adalah dari insektisida dari golongan organofosfat malathion, dichlorvos dan piretroid cypermethrin, deltamethrin, imidakloripod, fipronil dan zeta cypermetrin serta rodentisida. Cara kerja organofosfat yaitu untuk mematikan serangga dengan cara melalui penghambatan enzim asetilkholinesterase pada sistem syaraf serangga antara sel syaraf dengan sel-sel lain termasuk otot. Pada organofosfat penghambatan enzim kolinesterase bersifat tidak bolak balik, pestisida ini pada umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling beracun, keracunan kronis pada pestisida golongan organofosfat dapat berpotensi karsinogenik kanker Djojosumarto, 2008. Sampai saat ini pestisida golongan organofosfat masih merupakan kelompok insektisida yang paling banyak digunakan diseluruh dunia.Sedangkan pestisida golongan piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik yang memiliki pengaruh menjatuhkan serangga dengan cepat