15 pertama kali disintetiskan adalah DDT Dichloro
diphenil dichloroethanPrijatno, 2009. b. Golongan Organofosfat
Pestisida golongan ini makin banyak digunakan karena sifatnya yang menguntungkan dan bekerja
secara selektif, tidak persisten dalam tanah dan tidak menyebabkan resisten pada serangga Sastroasmoro,
2002.Pestisida golongan
organofosfat bekerja
dengan cara
menghambat aktivitas
enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisis.
Oleh karena itu, keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan mengakibatkan perangsangan secara terus- menerus pada system syaraf. Keracunan ini dapat
terjadi melalui
mulut, pernapasan
dan kulit
Wudianto, 2008 c. Golongan Karbamat
Menurut Sartono 2002 pestisida golongan karbamat merupakan racun kontak, racun perut, dan racun
pernapasan. Bekerja
sama seperti
golongan organofosfat, yaitu menghambat aktivitas enzim
kolinesterase. Keracunan yang disebabkan oleh golongan carbamat, gejalanyasama seperti pada
16 keracunan organofosfat, tetapi lebih cepat terjadi dan
tidak lama
karena efeknya
terhadap enzim
kolinesterase tidak persisten Sudarmo, 2007. d. Golongan Piretroid
Insektisida dari kelompok piretroid merupakan analog dari piretrum yang menunjukkan daya racun yang
lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya
terhadap mamalia
lebih rendah
dibandingkan dengan insektisida lainnya. Namun kebanyakan diantaranya sangat toksik terhadap ikan,
tawon madu dan serangga berguna lainnya.
2.1.3. Toksikologi Pestisida
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, antara lain yaitu pertama melalui kulit yang berlangsung secara terus menerus
selama pestisida masih ada dikulit. Kedua melalui mulut tertelan karena kecelakaan, kecerobohan atau sengaja bunuh diri akan
mengakibatkan keracunan berat hingga kematian. Ketiga melalui pernafasan, dapat berupa bubuk, droplet atau uap yang dapat
menyebabkan kerusakan serius pada hidung, dan tenggorokan jika terhisap cukup banyak.
Pestisida meracuni tubuh manusia dengan mekanisme kerja sebagai berikut :
17 a. Mempengaruhi kerja enzim atau hormon
Bahan racun yang masuk kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga hormon tidak dapat bekerja atau langsung non
aktif. Pestisida yang masuk dan berinteraksi dengan sel dapat menghambat atau mempengaruhi kerja sel, contohnya gas CO
menghambat haemoglobin untuk mengikat dan membawa oksigen ke seluruh tubuh.
b. Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan serotine Hal ini akan menimbulkan reaksi alergi, atau dapat menciptakan
senyawa baru yang lebih beracun. c. Fungsi detoksikasi hati
Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses detoksikasi atau dinetralisir didalam hati. Yang membuat senyawa racun ini
diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh.
2.1.3.1. Mekanisme Keracunan Pestisida
Menurut Departemen Kesehatan RI 2003, pestisida dapat masuk kedalam
tubuh manusia
melalui proses
toksikokinek dan
toksikodinamik yang terjadi pada saat pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan menyebabkan terjadinya penyakit akibat keracunan.
18
A. Toksikokinetik 1. Kontaminasi Melalui Kulit Absorbsi
Pestisida yang menempel pada permukaan kulit dapat meresap masuk kedalam tubuh dan menimbulkan keracunan.Kejadian
kontaminasi pestisida melalui kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi akibat penyemprot kurang memperhatikan
atau tidak melindungi tubuhnya dengan alat pelindung diri. Pestisida yang kontak dengan kulit akan diabsorbsi oleh kulit dan
dapat langsung menembuh jaringan epidermis, kemudian akan memasuki kapiler darah dalam kulit sehingga terbawa sampai
paru-paru dan organ vital lainnya seperti otak dan otot Rustia, 2009. Lebih dari 90 kasus didunia disebabkan oleh
kontaminasi pestisida melalui kulit. Pestisida akan segera diabsorbsi jika kontak melalui kulit atau mata. Kecepatan
absorbsi berbeda pada tiap bagian tubuh.
2. Distribusi a. Terhisap Lewat Hidung
Keracunan pestisida akibat partiketl yang terhirup masuk lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua setelah kontaminasi
melalui kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus akibat kabut asap dari fogging dapat masuk kedalam paru-paru,
sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau di kerongkongan. Aplikasi pestisida
19 berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, misalnya
fumigasi, aerosol serta fogging, terutama aplikasi didalam ruangan, dan aplikasi pestisida berbentuk tepung mempunyai
resiko yang tinggi untuk terjadi keracunan.
b. Masuk kedalam saluran pencernaaan melalui mulut
Peristiwa keracunan lewat mulut merupakan tipe keracunannya yang jarang terjadi akibat tidak kesengajaan. Keracunan lewat
mulut dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut : 1 Kasus bunuh diri
2 Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida 3 Menyeka keringat diwajah dengan tangan, lengan baju, atau
sarung tangan yang terkontaminasi pestisida 4 Butiran halus pestisida terbawa angina masuk kedalam mulut
5 Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau disimpan dekat pestisida yang bocor atau
disimpan dalam wadah bekas atau kemasan pestisida 6 Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam
wadah bekas makanan atau disimpan tanpa label sehingga salah ambil.
B. Toksikodinamik
Asetilkolin ACHe adalah penghantar saraf yang berada pada seluruh sistem saraf pusat SSP, saraf otonom simpatik dan