Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
DALAM SISTEM PEMERIKSAAN CEPAT
A. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum.
Ketentuan Pasal 1 angka 6 sub a dan b dicantumkan adanya Penuntut Umum yang bunyinya sebagai berikut :
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini
untuk bertindak sebagai Penuntu Umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
b. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Pasal 1 butir 7 KUHAP mengatur tentang penuntutan, yang dalam rumusannya berbunyi :
“Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”
Wewenang Penuntut Umum yang diatur dalam KUHAP adalah
16
1. Mempersiapkan tindakan penuntutan
:
2. Melaksanakan penuntutan di sidang pengadilan.
3. Melaksanakan penetapan hakim
4. melaksankan upaya hukum kuar biasa
5. Dalam perkara koneksitas.
16
Hendrastanto, dkk, Kapita Selecta Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta : 1987, h. 151
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut Pasal 137 KUHAP, penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana
dalam daerah hukumnya, dengan melimpahkan perkara ke pengadilan. Dengan demikian, Kaksa Penuntut Umum hanya berwenang melakukan penuntutan
terhadap kejahatan yang terjadi didaerah hukumnya. Namun dalam hal-hal khusus, karena kejaksaan adalah satu dan tidak dapat dipisah-pisahkan seperti
yang ditentukan dalam Pasal 3 Undang-Undang Pokok Kejasaan, yakni Undang- Undang Nomor 16 tahun 2004, apabila dipandang perlu, pimpinan kejaksaan
dapat memrintahakan jaksa bawahannya untuk melimpahkan dan menyidangkan perkara di luar daerah hukum jaksa tersebut tetapi masih dalam daerah hukum dari
pimpinan kejaksaan yang menerbitkan surat perintah itu. Penuntut Umum, setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik, segera
mempelajari dan menelitinya dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. Apabila
hasil penyidikan belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik, disertai petunjuk tentang hal apa yang harus dilakukan untuk
melengkapinya. Dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut
umum. Hal ini diatur dalam Pasal 138 KUHAP. Setelah penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidik yang lenkap dari penyidik, ia
segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan.
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Hubungan antara penyidik dan penuntut umum sangat erat dalam pelaksanaan penegakan hukum menurut KUHAP. Dalam hubungan ini yang
menonjol dicantumkan beberapa hal antara lain
17
1. Sejak awal suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana diungkapkan
atau penyidik telah mukai melakukan penyidikan suatu perisriwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada
penuntut umum. Selanjutunya bilamana menurut pendapat penyidik bahwa terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan
tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik memberitahukan puka kepada penuntut umum.
:
2. Hubungan penyidik dan penuntut umum selanjutnya dapat diperhatikan
dalam hal penyidik memerlukan perpanjangan penahanan kepada penuntut umum sehubungan dengan kepentingan pemeriksaan belum selesai.
3. Hubungan penyidik dan penuntut umum nampak pila dalam hal
perwujudan ‘pra penuntutan’. Dalam praktek tidak sesederhana yang ditentukan dalam undang-undang,
sebab sering terjadi petunjuk-petunjuk dari jaksa tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh penyidik disebabkan bermacam-macam faktor, antara lain
petunjuk jaksa tersebut ditafsirkan keliru oeh penyidik, atau pentunjuknya sendiri tidak jelas atau mengkin juga petunjuk tersebut sudah demikian jelas dan memang
telah dimengerti penyidik, tetapi untuk dilaksanakan tidak mungkin atau sulit. Misalnya, petunjuk dari jaksa menghendaki saksi tertentu diperiksa karena
17
Hendrastanto, Op.cit, h. 152
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
demikian pentingnya, namun saksi dimaksud tidak dapat ditemukan oleh penyidik dan sebagainya. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya mondar-mandir
berkas perkara dari penuntut umum kembali lagi kepada penyidik untuk dilengkapi dan lagi-lagi dikembalikan penuntut umum kepada penyidik dapt
terjadi. Menghindari atau setidak-tidaknya mengurangi frekuensi mondar-
mandirnya berkas perkara tersebut, di kantor kejaksaan disediakan kamar konsultasi, yakni kamar khusus konsultasi masalah berkas perkara antara penyidik
dan penuntut umum. Dengan demikian disamping petunjuk dari jaksa penuntut umum secara tertulis, dapat lebih dijelaskan secara lisan.
Bila penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
Sebaliknya, dapat juga penuntut umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut ternyata
bukan merupakan tindak pidana, atau perkara ditutp demi hukum. Dalam hal ini demikian penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan yang
dalam praktek lazim disebut sebagai Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan yang biasa disingkat SKPP. Masalah ini ditentukan dalam pasal 140 KUHAP.
Perkara ditutup demi hukum, yaitu adanya kepastian hukum yang menyebabkan perkara tersebut harus ditutup, misalnya dalam hal tersangkanya
meninggal dunia pasal 77 KUHAP, penuntut umum perlu membuat surat ketetapan tentang tentang gugurnya penuntutan. Selain itu, dapat terjadi perkara
tersebut ternyata telah kadaluarsa pasal 78 KUHAP.
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam pasal 78 KUHAP menentukan kewenangan menuntut pidana hapus karena kadaluarsa, yaitu:
1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan, sesudah satu tahun. 2.
Mengenai kejahatan yang diancam dengan denda, kurungan atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun.
3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari
tiga tahun, sesudah dua belas tahun. 4.
Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, sesudah delapan belas tahun.
Isi Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan yang diterbitkan oleh Penuntut Umum tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia ditahan,
wajib segera dibebaskan. Disamping itu Surat Ketetapan tersebut wajib disampaikan kepada Tersangka atau keluarga atau Penasehat Hukum, Pejabat
Rumah Tahanan Negara, Penyidik dam Hakim. Surat Ketetapam Penghentian Penuntutan yang diterbitkan oleh Penuntut
Umum tersebut bukan sesuatu yang abadi, karena apabila kemudian ternyata ada alasam baru, Penuntut Umum dapat melakukan penuntutan terhadap tersangka.
Hal ini drtentukan dalam pasal 140 KUHAP. Dalam hal ada Penghentian Penuntutan, tentu ada pihak-pihak yang
kecewa terhadap hal tersebut, misalnya pelapor atau penyidik. Bila demikian pihak-pihak tersebut dapat mengajukan kepada Ketua Pengadilan permintaan
untuk pra peradilan disertai alasan-alasannya. Hal ini dimungkinkan oleh pasal 80
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
KUHAP. Apabila Hakim prapaeradilan tersebut menetapkan bahwa penghentian penuntutan tersebut tidak sah, perkara harus disidangkan atau dilakukan
penuntutan dan Jaksa menerbitkan Surat Ketetapan Pencabutan Penghentian Penuntutan dengan menyebutkan Putusan Praperadilan nomor dan tanggalnya
disebutkan. Dalam hal Penuntut Umum melakukan penuntutan, ia dapat melakukan
penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan voeging, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa
berkas, perkara yaitu dalam hal: 1.
Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap
penggabungannya. 2.
beberapa tindak pidana yang bersangkut paut dengan yang lain. 3.
beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain, tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya. Dalam hal ini
penggabungan tersebut perlu bagi pemeriksaan pasal 141 KUHAP. Penuntut Umum juga dapat melakukan pemisahan dari satu berkas perkara
dipecah menjadi lebih dari satu berkas perkara splitzing, sebagaimana ditentukan oleh pasal 142 KUHAP. Selanjutnya Penuntut Umum melimpahkan perkara ke
Pengadilan Negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. Salinan surat pelimpahan perkara beserta surat
dakwaan, disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasihat hukumnya
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke Pengadilan Negeri pasal 143 ayat 4 KUHAP.
Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani dan berisi:
- Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. -
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan. Surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat-syarat dinyatakan batal demi
hukum pasal 143 ayat 3. Meskipun demikian kepada penuntut umum masih diberi kesempatan untuk mengubah surat dakwaan, bila memang diperlukan,
tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti yang ditentukan dalam pasal 144 KUHAP, yaitu:
- Penuntut Umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum
pengadilan menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya.
- Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu
kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai. -
Dalam hal Penuntut Umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan salinannya kepada tersangka atau penasehat hukum
dan penyidik.
Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
B. Peranan POLRI sebagai Penuntut dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat