Pengertian Penyidik dan Penyidikan

17

BAB II KEDUDUKAN POLRI SEBAGAI PENYIDIK

A. Pengertian Penyidik dan Penyidikan

A.1. Penyidik Sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 6 KUHAP, penyidik adalah : - Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. - Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Selanjutnya dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 yang merupakan pelaksanaan KUHAP, ditentukan bahwa, penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi. Demikian juga Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I Golongan IIb atau disamakan dengan itu. Dalam hal disuatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebgaimana dimaksud di atas, Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara dibawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya menjadi penyidik 7 Kewenangan penyidik seperti yang ditentukan dalam Pasal 7 KUHAP adalah sebagai berikut . 8 7 A. Soetomo, Hukum Acara Pidana Indonesia Dalam Praktek, Pustaka Kartini; Jakarta, 1990, h. 16 8 Ratna Sari, Hukum Acara Pidana, KSHM FH USU, Medan, 1995, h. 33-34 : Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 - Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. - Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian. - Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. - Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. - Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. - Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. - Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. - Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. - Mengadakan penghentian penyidikan. - Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Menurut Pasal 7 ayat 1 KUHAP, ternyata bahwa kewenangan yang diatur dalam pasal ini kenyataannya adalah kewenangan penyidik POLRI, sedangkan kewenangan penyidik Pegawai Negeri Sipil menurut ketentuan Pasal 7 ayat 2 KUHAP diatur sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah kordinasi dan pengawasan Pejabat Penyidik POLRI. Kordinasi dan pengawasan tersebut tercakup juga didalamnya tindakan memberi petunjuk serta tindakan memberi bantuan kepada pejabat Pegawai Negeri Sipil PNS. Mengingat pentingnya kelancaran penyidikan dalam prosesnya, sangat diperlukan kerjasama Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 yang sebaik-baiknya antara penyidik POLRI dengan penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 10 KUHAP, diatur tentang Penyidik Pembantu, yang menerangkan bahwa Penyidik Pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dalam ayat 2 pasal ini. Selanjutnya, syarat kepangkatan yang dimaksud oleh pasal 10 ayat 2 diatur dengan peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983. Dalam peraturan pemerimtah tersebut, drtentukan syarat kepangkatan, yaitu bahwa penyidik pembantu adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi. Di samping itu yang juga termasuk penyidik pembantu adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sekurang- kurangnya berpangkat Pengatur Muda Golongan IIa atau yang disampaikan dengan itu. Demikian yang ditentukan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983. Kewenangan yang dimiliki oleh penyidik pembantu dalam menjalankan kewajibannya ditentukan dalam pasal 11 KUHAP, yaitu sama seperti kepentingan penyidik sebagaimana diuraikan dakam pasal 7 ayat 1 KUHAP, kecuali dalam hal penahanan yang baru dapat dilaksanakan setelah mendapat pelimpahan wewenang dari penyidik, meliputi 9 9 A. Soetomo, Op.Cit. h. 18 : Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 - Menerima laporan atau pengaduan dari seseotang tentang adanya tindak pidana. - Melakukan tindak pertama pada saat di tempat kejadian. - Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. - Mekakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. - Melakukan pemeriksaan dan pemriksaan surat. - Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. - Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. - Mengadakan penghentian penyidikan. - Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Penyidik pembantu mempunyai wewenang sama seperti penyidik POLRI yang diatur dalam Pasal 7 ayat 2 KUHAP. Menurut Pasal 11 KUHAP, wewenang penyidik pembantu terbatas, artinya wewenang penahan harus terlebih dahulu mendapat pelimpahan wewenang dari penyidik, terkecuali penahanan dimana perintah penyidik tidak dimungkinkan karena hal yang sangat diperlukan atau pada daerah yang terpencil dimana belum ada petugas penyidik. Berkas perkara hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik akan diserahkan kepada penuntut umum sebagai aparat yang berwenang melakukan penuntutan terhadap pelaku tindak pidana. Berkas perkara yang diserahkan kepada penuntut umum itu pulalah yang akan dilimpahkan oleh penuntut umum Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 kepada hakim di sidang pengadilan. Berkas perkara tersebut, pengirimannya harus disertai dengan berita acara pemeriksaan dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 121 KUHAP yairu : “Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera membuat berita acara yang ; - Diberi tanggal. - Memuat tindak pidana yang dipersangkakan dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan waktu tindak pidana dilakukan. - Nama dan tempat tinggaltersangka dan saksi-saksi. - Catatan mengenai akta dan atau benda. - Serta segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara”. Berkas perkara juga harus memuat segala sesuatu tindakan penyidik selama dalam pemeriksaan dalam bentuk berita acara seperti yang diatur dalam Pasal 75 KUHAP, yaitu : a Pemeriksaan tersangka b Penangkapan c Penahanan d Penggeledahan e Pemasukan rumah f Penyitaan benda g Pemeriksaan surat h Pemeriksaan saksi i Pemeriksaan di tempat kejadian Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 j Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang. Kemudian penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Menurut KUHAP penyerahan berkas perkara ini, caranya dengan dua tahap, seperti yang diatur dalam Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 kuhap yaitu : 1 Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara. 2 Tahap kedua, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum. Penyerahan tahap pertama, penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum secara nyata. Namun penyerahan ini belum merupakan hal yang menandakan bahwa penyidikan telah selesai. Sebab besar kemungkinan hasil penyidikan tadi akan dikembalikan kepada penyidik oleh penuntut umum, dengan petunjuk agar penyidik melakukan tambahan pemeriksaan penyidikan. Pasal 110 dan 138 KUHAP menjelaskan bahwa dalam tenggang waktu 14 hari, penuntut umum tidak lagi mengembalikan berkas perkara kepada penyidik sejak berkas tadi diserahkan oleh penyidik kepada penuntut umum. Tahap kedua, jika tahap pertama sudah dilalui, maka yang dilakukan selanjutnya adalah penyerahan tanggung jawab hukum atau penyerahan seluruh berkas perkara yang bersangkutan dari tangan penyidik kepada penuntut umum yang meliputi : berkas perkara sendiri, tanggung jawab hukum atas segala barang bukti atau benda sitaan. Dan sejak saat itu pemeriksaan penyidikan telah selesai dan berkas perkarapun dialihkan kepada tingkat penuntutan. Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 A. 2. Penyidikan KUHAP membedakan penyidikan dan penyelidikan. Penyidikan sejajar dengan pengertian opsporing atau interogation. Pembedaan kedua istilah tersebut rupanya tidak didasarkan kepada pengertian biasa. Pengertian biasa menunjukkan bahwa penyidikan berasal dari kata sidikyang diperkeras pengertiannya, banyak menyidik 10 Dalam bahasa Belanda penyidikan sama dengan opsporing. Menurut de Pinto, menyidik opsporing berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum . Dalam KUHAP kedua istilah ini diartikan lain. Penyidikan diartikan “Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”. 11 . Pengetahuan dan pengertian penyidikan perlu dinyatakan dengan pasti dan jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak- hak asasi manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah 12 a Ketentuan tentang alat-alat penyidik. : b Ketentuan tentang diketahuinya terjadinya delik. c Pemeriksaan di tempat kejadian. d Pemanggilan tersangka atau terdakwa. 10 Andi Hamzah, Op.Cit, h. 121 11 R. Tresna., Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad, Jakarta: 1957. h. 113-114 12 Andi Hamzah, Op.Cit, h. 122 Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 e Penahanan sementara. f Penggeledahan. g Pemeriksaan atau interogasi. h Berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat. i Penyitaan. j Penyampingan perkara. k Pelimpahan perkara kepada Penuntut Umum dan pengembaliannya kepada Penyidik untuk disempurnakan. Terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan suatu tindak pidana, dapat diketahui oleh penyidik dengan berbagai macam cara, mengetahui sendiri, atau menerima laporan atau pengaduan dari seseorang. Dalam hal demikian, penyidik wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan seperti ditentukan dalam Pasal 106 KUHAP. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana, berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik atau penyidik, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap ketentraman dan keamanan umum dan atau terhadap hak milik, wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik. Demikian juga setiap Pegawai Negeri dalam melaksanakan tugasnya mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik. Tata cara pembuatan Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 laporan atau pengaduan ini adalah sebagai berikut : Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu ; sedangkam laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik Setelah menerima kaporan atau pengaduan, penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan. Hal – hal tersebut diatas diatur dan ditentukan dalam pasal 108 KUHP. Apabila penyidik telah mulai melakukan peyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum. Demikian juga halnya apabila penyidik menghentikan penyidikan disebabkan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum. Penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, disamping juga harus memberitahukan kepada tersangka atau keluarganya. Dalam hal penghentian penyidikan tersebut dilakukan oeh penyidik pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang seperti yang dimaksud oleh pasal 6 ayat 1 huruf b KUHP, pemberitahuan tentang penghentian penyidikan harus segera disampaikan kepada penyidik dan penuntut umum sesuai dengan ketentuan dalam pasal 109 KUHP. Perlu diketahui bahwa dalam teknis pelaksanaan tugas, penyidik yang dimaksud pasal 6 ayat 1 a yaitu penyidik Polisi Negara Repoblik Indonesia dengan penyidik yang dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 b didalam penyidikannya Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 dapat menemukan bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum, harus melaporkan hal itu lepada penyidik tersebut pasal 6 ayat 1 a KUHP. Selanjutnya, apabila penyidikan yang dilakukan telah selesai, segera menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik yang tersebut dalam pasal 6 ayat 1 a KUHAP. Hal tersebut diatur dan ditentukan oleh pasal 107 KUHAP. Apabila di dalam suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana ada korban luka, keracunan atau mati yang diduga karena atau berkaitan dengan tindak pidana itu, penyidik yang menangani peristiwa tersebut, untuk kepentingan peradilan, berwenang mengajukan permintaan ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. Permintaan tersebut diajukan secara tertukis, dan dalam surat tersebut ditegaskan keperluannya, apakah untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat. Mayat yang dikirim lepada ahli kedoteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit, harus diperlukan secara baik deangan penuk penghormatan terhadap mayat. Selanjutnya mayat tersebut diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberikan dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Hal tersebut diatur dan ditentukan dalam pasal 133 KUHP. Untuk menghindarkan hal–hal yang tidak diinginkan, dalam hal untuk keperluan pembuktian, bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dulu kepada keluarga korban. Apabila keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas–jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukannya bedah mayat tersebut demi kepantingan peradilan. Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 Namun sebaliknya, apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segara melaksanakan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 133 KUHAP yaitu mengirimkan mayat tersebut kepada ahli kedokteran kehakiman atau kerumah sakit. Hal ini diatur dalam pasal 134 KUHAP. Apabila diperlukan untuk kepentingan peradilan, penyidik berwenang untuk melakukan penggalian mayat, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yakni pasal 133 dan 34 KUHAP. Adapun semua biaya yang timbul atau dikeluarkan untuk lepentingan pemeriksaan, ditanggung oleh negara, sebagaimana ditentukan dalam pasal 136 KUHAP. Tindakan lain penyidik dalam upaya mencari dan mengumpulkan bukti untuk membuat terang tindak pidana yang terjadi dan sekaligus menemukan siapa tersangkanya, kadang–kadang harus menggunakan upaya paksa yang mengurangi kemerdekaan seseorang dan mengganggu kebebasan. Namun semua itu dijamin dan dilindungi oleh undang – undang, asalkan penggunaan wewenang yang dilaksanakan oleh penyidik tersebut, sesuai dengan ketentuan undang – undang yang memberi kewenangan tersebut. Hal ini penting diperhatikan karena kalau sampai terjadi pelanggaran terhadap hak–hak azasi manusia yang tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana ditentukan oleh undang–undang maka oknum penyidik yang bersangkutan dapat pula diambil tindakan hukum. Upaya paksa yang dapat dilakukan dalam menganbil tindakan hukum adalah sebagai berikut 13 13 A. Soetomo, Op.Cit, h. 22-38 : Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 1. Penangkapan Aparat penegak hukum yang berwenang untuk melakukan penangkapan adalah penyidik dan penyidik pembantu untuk kepentingan penyidikan. Sedangkan untuk kepentingan penyelidikan adalah penyelidik atas perintah penyidik. Untuk menghormati dan menghargai hak-hak asasi manusia, perintah penangkapan tersebut tidak dengan sembarangan dikeluarkan, melainkan hanya dalam hal dan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 17 KUHAP. Pelaksanaan penangkapan tersebut dilakukan oleh petugas kepolisian dengan memperlihatkan surat tugas perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Sedangkan penangkapan terhadap pelaku yang tertangkap tangan dilakukan tanpa surat perintah. Jangka waktu penangkapan tidak boleh lebih dari satu hari. Penangkapan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap pelaku kejahatan, sedangkan bagi pelaku pelanggaran tidak dapat dilakukan penangkapan kecuali terhadap mereka yang telah dipanggil secara sah sebanyak dua kali berturut-turut dan tidak memenuhi panggilan tanpa alasan sah. Hal ini diatur dalam Pasal 19 KUHAP. 2. Penahanan Penahanan dalam KUHAP secara limitatif ditentukan dengan tegas batas waktu penahanan, sehingga dapat dihitung secara pasti berapa lama seorang Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 tersangka atau terdakwa itu paling lama berada dalam tahanan. Di samping itu, dalam KUHAP dikenal jenis-jenis penahanan seperti : penahanan rumah tahanan negara, penahanan rumah dan penahanan kota. Aparat penegak hukum yang berwenang melakuakan penahanan adalah penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik, penuntut umum dan hakim. Penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik, melakukan penahanan untuk kepentingan penyidikan. Sedangkan penuntut umum, melakukan penahanan atau penahan lanjutan untuk kepentingan penuntutan. Hakim melakukan penahanan dengan penetapannya untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan yang diatur dalam Pasal 20 KUHAP. 3. Penggeledahan Dalam rangka mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat terang suatu perkara dan sekaligus juga untuk menemukan tersangkanya, penyidik diberi kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang. Tata cara yang harus dipenuhi dalam melakukan penggeledahan, pertama-tama harus mendapat surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Kemudian , setiap memasuki rumah yang akan digeledah harus disaksikan oleh dua orang saksi. Ini dalam hal tersangka atau penghuni rumah tersebut menyetujui untuk dilakukan penggeledahan. Dalam hal tersangka atau penghuni rumah tersebut menolak untuk dilakukan penggeledahan atau rumah itu dalam keadaan kosong dan tidak ada penghuni yang bertanggung jawab, penyidik yang akan melakukan penggeledahan Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 tersebut harus didampingi dan disaksikan oleh Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dengan dua orang saksi. Setelah melakukan penggeledahan, penyidik mempunyai kewajiban membuat berita acara penggeledahan tersebut., dalam waktu dua hari yang turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan seperti yang diatur dalam Pasal 33 ayat 5 KUHAP. 4. Penyitaan Seperti halnya dalam hal penggeledahan, dalam hak penyidik melakukan penyitaan harus juga dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Dalam keadaan mendesak dapat langsung dilakukan penyitaan, tetapi wajib dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh persetujuannya. Hal ini diatur dalam Pasal 38 KUHAP. Penyitaan merupakan upaya paksa yang dijalankan oleh aparatur penegak hukum, meskipun diberi kewenangannya oleh undang-undang, tetapi dalam Pasal 39 ayat 1 KUHAP membatasi dan menentukan secara limitatif tentang apa saja yang dapat dikenakan penyitaan yaitu : a Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana. b Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya. c Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana. d Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana. Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 e Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. 5. Pemeriksaan Tersangka dan Saksi Memeriksa tersangka dan saksi, penyidik memanggil mereka dengan alasan yang jelas dan dengan surat panggilan yang sah serta dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara hari diterimanya panggilan dengan waktu kapan mereka harus memenuhi panggilan tersebut. Apabila tersangka atau saksi yang dipanggil tidak datang tetapi memberi alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat datang, penyidik datang ketempat kediamannya 14 Pemeriksaan saksi pada tahap penyidikan tidak disumpah, kecuali apabila ada cukup alasan untuk menduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di sidang pengadilan. Sedangkan pemeriksaan terhadap tersangka, . Sebelum penyidik melakukan pemeruksaan kepada tersangka, terkebih dahulu harus diberitahukan kepada tersangka akan haknya untuk mendapat bantuan hukum. Dengan kata lai, dalam perkaranya, tersangka wajib didampingi oleh penasehat hukum, yaitu dalam hal tersangka tersebut melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih, yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri. Dalam hal demikian penyidik dan semua pejabat dalam tahap pemeriksaan, wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka dengan maksud memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma. Hal ini ditentukan dalam Pasal 56, 114 KUHAP. 14 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 112, 113. Rachman Hakiki : Peranan Penyidik Polri Sebagai Penuntut Dalam Sistem Pemeriksaan Acara Cepat Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 04Pid.C2008PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 selamanya tidak dilakukan penyumpahan, baik ditingkat penyidikan maupun dipersidangan. Segala tindakan penyidik dalam hal yang berkaitan dengan penyidikan yang meliputi : pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi, pemeriksaan ditempat kejadian, pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan KUHAP, semuanya dibuat berita acaranya. Berita acara tersebut dibuat atas kekuatan sumpah jabatan dan ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 75 KUHAP.

B. Macam-macam Penyidik