terjadi pencemaran yang mengakibatkan perubahan besar dalam lingkungan hidup. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari suatu bentuk asal
pada suatu keadaan yang lebih buruk. Pergeseran dari bentuk tatanan dari kondisi dasar ke kondisi yang lebih buruk ini dapat terjadi akibat adanya masukan dari bahan-
bahan pencemar atau polutan Palar, 1994, hlm: 10-11.
Menurut Soegianto 2005, hlm: 97 , pencemaran air yang dapat menyebabkan pengaruh berbahaya bagi organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem. Tingkatan
pengaruh pencemaran air terhadap manusia dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelas 1: Ganguan estetika bau, rasa, pemandangan. 2. Kelas 2: Gangguan atau kerusakan terhadap harta benda.
3. Kelas 3: Gangguan terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan. 4. Kelas 4: Gangguan terhadap kesehatan manusia.
5. Kelas 5: Gangguan pada sistem reproduksi dan genetik manusia 6. Kelas 6: Gangguan ekosistem utama.
Banyaknya bahan pencemar dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan, terutama terhadap makrozoobenthos, yaitu membunuh spesies
tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesis lain. Jadi jika air tercemar ada kemungkinan terjadi pergeseran dari jumlah yang banyak dengan
populasi yang sedang menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi. Oleh karena itu penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap
sebagai suatu pencemaran Sastrawijaya, 1991, hlm: 35, 83-87 .
2.3. Bentos
Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan sifat hidupnya bentos dibedakan antara
fitobentos yaitu bentos yang bersifat tumbuhan dan zoobentos yaitu organisme bentos yang bersifat hewan Barus, 2004, hlm: 33-35 . Sedangkan berdasarkan cara
hidupnya menurut Barnes Mann 1994, p: 13-14 bentos dibedakan atas 2
Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009.
USU Repository © 2009
kelompok, yaitu infauna bentos yang hidupnya terbenam da dalam substrat dasar perairan dan epifauna bentos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan.
Lalli Parsons 1993, p : 187 , menyatakan bahwa kelompok infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal,
sedangkan kelompok hewan epifauna dapat ditemukan pada semua jenis substrat, tetapi lebih berkembang pada substrat yang keras dan melimpah di daerah intertidal.
Menurut Lalli Parsons 1993, p :187 , hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk
memisahkan hewan dari sedimennya. Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas:
1 Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini
adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva dari diptera, odonata dan lain sebagainya.
2 Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm–1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang
termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil dan crustaceae kecil. 3 Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok
ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozoa khususnya ciliata.
Cummins 1975 dalam Sinambela 1994, hlm : 29 menyatakan bahwa hewan makrozoobentos pada fase dewasa berukuran paling kecil 3–5 mm. Selanjutnya
Odum 1994 menyatakan bahwa makrozoobentos dapat dimasukkan ke dalam jenis hewan makroinvertebrata. Taksa utama dari kelompok ini umumnya adalah insekta,
moluska, Chaetopoda, Crustaceae dan Nematoda. Umumnya bentos yang sering dijumpai di suatu perairan adalah dari taksa Crustaceae, moluska, insekta, chaetopoda
dan sebagainya. Bentos tidak saja berperan sebagai penyusun komunitas perairan tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu perairan Barus, 2004,
hlm : 33-35 .
Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009.
USU Repository © 2009
2.4. Makrozoobentos sebagai Indikator Pencemaran