Faktor-faktor Abiotik yang Mempengaruhi Makrozoobentos

mendukung perkembangan spesies lain. Jika air tercemar ada kemungkinan terjadi pergeseran dari jumlah yang banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi. Oleh karena itu, penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap sebagai suatu pencemaran Sastrawijaya, 1991, hlm : 35, 83-87 . Menurut Hawkes 1979 dalam Sastrawijaya, 1991, hlm: 35, 83-87 dengan mempelajari komposisi jenis makrozoobentos suatu perairan dapat diketahui apakah suatu perairan itu tercemar atau belum. Perairan dengan kualitas air yang masih baik dapat mendukung keanekaragaman jenis dari makrozoobentos yang hidup pada perairan tersebut, sebaliknya perairan dengan kualitas air yang tidak baik keanekaragaman dari makrozoobentos akan menurun pula. Selanjutnya Patrick 1949 dalam Odum 1994, hlm : 385 menyatakan bahwa suatu perairan yang sehat belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir jumlah spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi.

2.5. Faktor-faktor Abiotik yang Mempengaruhi Makrozoobentos

Faktor abiotik fisik-kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya adalah : 1 Temperatur Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas didalam air serta semua aktivitas biologis–fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 10°C hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis misalnya respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola temperatur ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi Brehm Meijering, 1990 dalam Barus, 1996, hlm : 1, 4-6 . Temperatur merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan hewan bentos. Batas toleransi hewan benthos terhadap temperatur tergantung spesiesnya. Umumnya temperatur diatas 30°C dapat menekan pertumbuhan populasi hewan bentos James Evison, 1979, p :152 . 2 Warna dan Kekeruhan Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih Wardhana, 2001, hlm :105 . Warna air dapat ditimbulkan atau dipengaruhi oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik, serta tumbuh-tumbuhan Barus, 1996, hlm :1, 4-6 dan Suriawiria 1996, hlm :1-6 mengatakan bahwa warna air akan berubah tergantung pada buangan yang memasuki badan air tersebut. Kekeruhan air terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta zat yang terurai secara halus sekali, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat- zat koloid yang tidak mengendap dengan segera Mahadi, 1993, hlm : 34-37 . Kekeruhan air dapat juga dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan Suriawiria, 1996, hlm : 1-6 . Menurut Koesbiono 1979, hlm : 26 pengaruh utama dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Sehingga menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga, akibatnya akan menurunkan produktivitas perairan. 3 Disolved Oxygen DO Disolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada suhu 0°C, yaitu sebesar 14,16 mgl O 2 . Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Oksigen terlarut dalam air bersumber terutama dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui aktivitas respirasi dari organisme akuatik. Kisaran toleransi makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda. Menurut Sastrawijaya 1991, hlm : 35, 83-87 kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 4 mgl, selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. 4 Biochemical Oxygen Demand BOD Nilai Biochemical Oxygen Demand BOD menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada suhu 20°C Förstner, 1990 dalam Barus, 2001, hlm : 5 . Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20 hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari BOD 5 . Nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan, apabila konsumsi O 2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O 2 maka perairan tersebut tergolong baik. Apabila konsumsi O 2 berkisar antara 10 mgl - 20 mgl O 2 akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi, dan untuk air limbah industri yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan adalah nilai BOD maksimum 100 mgl Brower et al., 1990, p: 52 . Selanjutnya dijelaskan bahwa semakin rendah nilai BOD Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula keanekaragaman biota makrozoobentos dalam perairan tersebut. 5 pH Derajat Keasaman Setiap spesies memiliki kisaran toleransi yang berbeda terhadap pH. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik termasuk makrozoobentos pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik dan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme Barus, 2001, hlm : 5 . 6 Substrat Dasar Susunan substrat dasar penting bagi organisme yang hidup di zona dasar perairan, seperti bentos, baik pada air diam maupun pada air yang mengalir Michael, 1984, hlm :140,168. Substrat dasar merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman zoobentos Hynes, 1976, p: 7-10 . Menurut Seki 1982, p: 56-57 komponen organik utama yang terdapat di dalam air adalah asam amino, protein, karbohidrat, dan lemak. Komponen lain seperti asam organik, hidrokarbon, vitamin, dan hormon juga ditemukan di perairan. Hanya 10 dari material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Disamping adanya senyawa organik, substrat dasar yang berupa batu-batu pipih dan batu kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi makrozoobentos sehingga bisa mempunyai kepadatan dan keanekaragaman yang besar Odum, 1994, hlm : 385. Selanjutnya Koesbiono 1979, hlm : 26 mengatakan bahwa dasar Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 perairan berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik untuk hewan bentos. 7 Kejenuhan Oksigen Nilai Oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Disamping pengukuran konsentrasi biasanya dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak. Untuk dapat mengukur tingkat kejenuhan oksigen suatu contoh air, maka disamping mengukur konsentrasi oksigen dalam mgL, diperlukan pengukuran temperatur dari ekosistem air tersebut Barus, 2004, hlm: 58. Lidya Christina Br. Tarigan :Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1 Metode Penelitian