Nepenthes Kantung Semar TINJAUAN PUSTAKA

filoplane tanaman dapat melindungi tanaman dari infeksi jamur. Kitin yang terdapat pada dinding sel jamur patogen dapat didegradasi atau dihidrolisis oleh mikroorganisme kitinolitik sehingga mengurangi terjadinya infeksi penyakit Yurnaliza et al., 2010. Kitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel jamur dan dapat dihidrolisis oleh kitinase. Untuk melihat potensinya dapat dilakukan pengujian terhadap kemampuan isolat bakteri menghasilkan kitinase secara in vitro. Isolat bakteri yang menghasilkan kitinase dengan indeks kitinolitik paling besar merupakan isolat yang paling berpotensi sebagai agen pengendali hayati terhadap jamur patogen. Polimer kitin sangat mirip dengan selulosa, kecuali adanya residu gugus asetamido yang terikat pada C-2 monomernya Lesmana, 2006. Kitin merupakan biopolimer yang terdiri dari 1 - 4 N - asetil - D - Glukosamin N – asetil – 2 – amino – 2 – deoksi - D - Glukopiranosa dengan kuantitaspersediaan yang sangat berlimpah, dan merupakan biopolimer terbesar nomor dua di alam setelah selulosa Berbagai mikroorganisme penghasil enzim kitin telah berhasil diisolasi dari beberapa daerah di Indonesia. Beberapa mikroorganisme tersebut diambil dari sampel air dan tanah. Pada umumnya, mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim kitinase, merupakan jenis jamur eukariot dan bakteri prokariot Hendarsyah, 2006. Sihombing 2010 menyatakan bahwa kitinase merupakan sekelompok enzim yang umumnya dihasilkan oleh bakteri, disamping kitinase dalam sistem kitinolitik mikroorganisme terdapat protein yang memiliki kemampuan antifungal. Protein tersebut adalah protein pengikat kitin yang dihasilkan selama proses perombakan kitin. Hasil uji antagonis bakteri kitinolitik terhadap hifa Fusarium menunjukkan terjadinya abnormalitas. Hifa abnormal ditandai dengan, antara lain menggulung, melilit, keriting, dan lisis. Hal ini mungkin dikarenakan kemampuan enzim yang dimiliki oleh bakteri kitin sebagai agen biokontrol yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur dan adanya kompetisi untuk memperoleh nutrisi.

2.4 Nepenthes Kantung Semar

Nepenthaceae merupakan famili palaeotropik dari tumbuhan jenis liana, semak dan herba dan mempunyai genus tunggal yaitu Nepenthes. Saat ini terdapat sekitar 83 spesies famili di wilayah Malesia, dan 24 spesies diantaranya merupakan spesies endemik di pulau Kalimantan. Tanaman ini memiliki dua jenis kantung, yaitu kantung atas upper pitcher dan kantung bawah lower pitcher. Kantung jenis upper pitcher memiliki tendril tangkai kantung yang menghubungkan kantung dengan daun yang menjuntai melewati bagian belakang kantung. Sedangkan kantung jenis lower pitcher, memiliki tendril yang menjuntai di depan kantung. Kantung pada Nepenthes spp. berfungsi sebagai perangkap bagi mangsa berupa avertebrata, sedikit sekali vertebrata yang dapat terperangkap kedalamnya. Mangsa kemungkinan besarnya tertarik mendatangi kantung oleh kombinasi warna kantung dan adanya nektar yang disekresikan oleh kelanjar yang terletak di bagian bawah tudung kantung Yogiara, 2004. Higashi et al. 1993 menyebutkan beberapa spesies kantung semar yaitu Nepenthes bicalcarata, Nepenthes ampullaria dan Nepenthes rafflesiana. Sulistyaningsih 2008 menyatakan selain dikenal sebagai tanaman hias yang unik, cairan dalam kantung muda yang masih menutup juga digunakan sebagai obat tradisional. Klasifikasi lengkap Nepenthes spp. berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan berbunga yang adalah sebagai berikut: Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Ordo : Nepenthales Family : Nepenthaceae Genus : Nepenthes Jenis : Nepenthes spp. Tumbuhan pemakan serangga hidup di daerah gersang dengan kelembapan tinggi dan tanah yang asam atau air, dan memiliki organ khusus untuk menangkap serangga. Enzim pencernaan telah didemonstrasikan dalam beberapa spesies dari tanaman ini Kantung semar tidak hanya berisi serangga yang terperangkap dan serangga mati, tetapi juga dihuni oleh mikroorganisme. Bisa jadi merupakan lingkungan yang cocok untuk beberapa jenis mikroorganisme. Sesuai dengan karakteristik yang unik ini, cairan kantung semar menjadi objek yang cocok dalam pembelajaran keanekaragaman mikroba Amagase et al., 1972. Yogiara et al. 2006 mengumpulkan sampel cair dari beberapa tanaman kantung semar yang diambil dari berbagai lokasi dan ditemukan 18-39 kelompok bakteri yang hidup di dalam kantungnya. Profil komunitas bakteri berbeda antara spesimen satu dengan yang lainnya. Sebelumnya belum ada publikasi yang jelas yang menyatakan bahwa perkembangan komunitas dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya habitat atau cairan. Jumlah dari populasi mikroba di dalam cairan belum diketahui secara pasti. Yogiara et al. 2006 menyimpulkan bahwa pertumbuhan mikroorganisme bisa jadi bukan dipengaruhi oleh lingkungan dimana kantung semar tumbuh tetapi lebih dapat dipengaruhi oleh substansi kimia yang dihasilkan dalam cairan dan secara simultan berkembang seiring terbukanya kantung. Yogiara 2004, menyatakan jumlah total bakteri dan jumlah ragam isolat bakteri yang relatif tinggi menggambarkan bahwa cairan kantung semar merupakan suatu reservoir bagi kehidupan bakteri. Nutrisi yang diperlukan bakteri untuk hidup dipenuhi dari eksudat tanaman yang disekresikan ke dalam cairan. Higashi et al. 1993 menyebutkan bahwa adanya perubahan pH, ion amonium dan keragaman dalam populasi bakteri berpengaruh terhadap proses penguraian dalam kantong. Eksresi sebuah proton ion H+ dari ion NH 4 + akan menyebabkan pH cairan menurun sampai pH optimum dari protease, lalu proses pencernaan makanan dalam kantung akan berlangsung. Shin et al. 2007 melaporkan aktivitas anti jamur oleh plumbagin yang dipurifikasi dari daun Nepenthes ventricosa telah diujikan terhadap delapan jamur patogen pada tanaman. Plumbugin dapat menghambat semua pathogen pada tanaman uji yaitu Oomycota Phytophthora capsici, Zygomycota Rhizopus stolonifer var.stolonifer dan Deuteromycota Aspergillus alternata, Aspergillus niger, Bacilus oryzae, Rhizoctonia solani, Rhizopus stolonifer var. stolonifer dan Scklerotinia sclerotiorum dan R. solani yang paling sensitif. Amagase et al. 1972 melaporkan ekstrak enzim dari kantung semar dapat mendegradasi media dengan campuran tepung semut kering Hasil ini menyimpulkan bahwa mekanisme pencernaan merupakan kerjasama antara protease dan beberapa enzim lain seperi enzim kitinolitik atau kitinase [EC 3.2.1.14].

BAB 3 BAHAN DAN METODA