dengan cara langsung menghidrolisis dinding miselia dan melalui pelepasan elisitor endogen oleh aktivitas kitinase yang kemudian memicu reaksi ketahanan
sistemik pada inang. Menurut Ferniah et al. 2003 kitin merupakan induser bagi enzim kitinase. Enzim kitinase memecah kitin menjadi ketooligosakarida sampai
dengan N-asetil D-glukosamin yang akan mengalami deasetiliasi dan deaminasi dan menghasilkan molekul-molekul glukosa.
Menurut El-Katatny et al. 2000 satu kelompok organisme yang memiliki potensi sebagai agen pengendali hayati fungi berasal dari kelompok mikroba
penghasil kitinase. Pengendalian hayati fungi dengan menggunakan mikroba kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroba menghasilkan kitinase dan β-1,3-
glukanase yang dapat melisiskan sel fungi.
4.3 Pengamatan Struktur Hifa Abnormal Jamur Patogen Tanaman Setelah Uji Antagonisme
Pengamatan mikroskopis untuk melihat hifa abnormal jamur dilakukan pada hari ketujuh. Pengamatan dilakukan pada seluruh hasil uji antagonis yang
dilakukan antara jamur patogen tanaman Fusarium sp. dan Rhizoctonia solani dengan kelima bakteri kitinolitik yang diisolasi dari N. tobaica dan N. gracilis.
Mekanisme antagonis yang terjadi antara bakteri kitinolitik dengan jamur memiliki penghambatan yang bervariasi dan aktivitas antagonis yang ditandai
dengan penghambatan pertumbuhan miselium. Efek aktivitas antagonis bakteri kitinolitik menyebabkan hifa jamur mengalami abnormalitas yaitu berupa hifa
terputus, hifa melilit, hifa menggulung, hifa lisis pada dinding sel, hifa keriting dan lainnya. Perubahan strukur hifa menjadi abnormal dapat dilihat pada Gambar
4.3.1 dan 4.3.2. Dinding sel jamur merupakan struktur kompleks yang biasanya terdiri dari
kitin, 1,3-β dan 1,6-β glukan dan komponen lainnya. Hidrolisis dinding sel jamur sangat dipengaruhi oleh enzim kitinase dan glukanase Matsumoto, 2006.
Menurut Rajarathanam et al. 1998 kitin pada jamur berbentuk mikrofibril yang memiliki panjang yang berbeda pada tiap spesies. Mikrofibril merupakan struktur
utama dari dinding sel jamur dan terdiri atas jalinan rantai-rantai polisakarida yang saling bersilangan membentuk anyaman. Jalinan ini kuat berikatan pada
matriks. Kandungan tergantung spesies ata
Gambar 4.3.1 Peru antagon
sp. N E H
Hifa K
Gambar 4.3.2 Perub antagon
solan Putus,
Menggu A
E
A
E F
n kitin pada jamur bervariasi dari 4-9 be s atau strain jamurnya.
rubahan morfologi hifa jamur Fusarium
tagonisme dengan bakteri kitinolitik. A H . Normal, B Hifa Lisis, C Hifa Melilit,
Hifa Menggulung, F Hifa Keriting, G H ifa Kerdil perbesaran 400X
ubahan morfologi hifa jamur Rhizoctonia so
tagonisme dengan bakteri kitinolitik. A H solani Normal, B Hifa Bengkak, C Hifa L
tus, E Hifa Kerdil, F Hifa Melengk enggulung, H Hifa Patah perbesaran 400X
B C
D
F G
H
B C
D
F G
H 25
berat kering sel,
m sp. setelah uji Hifa
Fusarium , D Hifa Patah,
Hifa Putus, H
a solani setelah uji Hifa
Rhizoctonia a Lisis, D Hifa
gkung, G Hifa 400X
D
H
D
H
200 400
600 800
1000 1200
24 48
72 96
Ju ml
ah S
e l
x 10
3
C F
U ml
Jam ke-
AM1 RH1
Perubahan strukur hifa menjadi abnormal seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3.1 dan Gambar 4.3.2 menunjukkan bahwa isolat bakteri kitinokitik
dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati. Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik didasarkan pada kemampuan
mikroorganisme tersebut dalam menghasilkan kitinase dan β-1,3 glukanase yang dapat melisis dinding sel jamur El-Katatny et al., 2000.
4.4 Produksi Ekstrak Kasar Enzim Kitinase dan Uji Antagonis Terhadap Jamur Patogen Tanaman