Keadaan Ekonomi Dalam Negeri

Tatkala Pemerintah Indonesia menerima kedaulatan atas tanah airnya dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, ia mendapati negeri yang menderita kerusakan. Selanjutnya ia mendapati perbendaharaan negara yang kosong, sedangkan rencana belanja tahun 1950 dibayangkan kekurangan sejumlah Rp 1.500.000.000,- yaitu kira-kira 17 dari jumlah seluruhnya. Suatu defisit yang besar bagi bangsa yang miskin, yang tak punya pasar kapital di dalam negeri. Oleh karena itu segala tenaga dan pikiran Pemerintah dipusatkan untuk memperbesar produksi dalam negeri. Dasar politik bebas itu pertama kali diletakkan oleh Pemerintah Indonesia dalam tahun 1943, selagi Republik Indonesia mempertahankan kemerdekaannya dan memperjuangkan kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia terhadap Belanda. Bertentangan dengan oposisi golongan kiri di bawah Partai Komunis Indonesia PKI, Pemerintah Republik Indonesia memberi keterangan berikut kepada Badan Pekerja Komite Nasional Pusat BP-KNP 44 di Yogyakarta pada tanggal 2 September 1948: ”Apakah bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaannya, harus memilih saja antara pro-Rusia dan Pro- Amerika?Apakah tak ada pendirian lain yang harus diambil dalam mengejar cita-cita bangsa? Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus diambil ialah supaya Indonesia jangan menjadi Obyek dalam pertarungan politik Internasional, melainkan ia harus tetap menjadi Subyek yang berhak menentukan sikap 44 Komite Nasional Pusat KNP atau Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP dibentuk selama periode revolusi yang berfungsi sebagai Majelis Perwakilan Rakyat, Dewan Penasihat Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung. Lihat Ateng Winarmo, Kamus Singkatan dan Akronim: Baru dan Lama , Yogyakarta, 1991, h. 317. sendiri, yaitu mencapai kemerdekaan seluruhnya.......... 45 Politik Indonesia harus ditentukan oleh kepentingannya sendiri dan dijalankan menurut keadaan dan kenyataan yang kita hadapi..........Garis politik Indonesia tidak dapat ditentukan oleh haluan politik negeri lain yang berdasarkan kepentingan negeri itu sendiri”. 46 Inilah dasar yang fundamental dari politik bebas Republik Indonesia. Karena itu, apa yang dituju oleh Republik Indonesia dengan politik luar negerinya bukanlah idealisme belaka yang mendekati utopia. Disebelah masalah yang up to date yang sekarang juga mempunyai kepentingan aktual, ada cita-cita yang lain yang kiranya dapat dilaksanakan di masa datang, sekalipun pada masa yang berlain-lain jaraknya. Itulah sebabnya maka Republik Indonesia tidak memilih pihak dalam pertentangan yang hebat antara blok Amerika dan blok Rusia. Ia tidak bersedia mengadakan atau ikut campur dengan suatu blok ketiga yang dimaksud untuk mengimbangi kedua blok raksasa tadi. Karena hal itu akan menimbulkan curiga dan pertentangan. Politik yang dijalankan Republik Indonesia seringkali disebut orang ”politik netral’. Sebenarnya itu tidak betul, karena neutrality adalah suatu pengertian yang tertentu dalam hukum internasional, yang berarti semata- mata tidak berat sebelah terhadap negara-negara yang berperang. Jessup menulis tentang ”neutrality” dalam Encyclopedia of Social Science, bahwa ”status hukum modern dari sikap netral ialah sikap tidak berat sebelah dari 45 Mohammad Hatta, Mendayung Antara Dua Karang, h. 12-13. 46 Mohammad Hatta, Mendayung Antara Dua Karang, h. 40. suatu negara terhadap dua negara atau lebih yang berperang”. Memang benar apa yang ditulisnya seterusnya berhubung dengan adanya Lembaga Bangsa-Bangsa: ”Di sini dapat ditegaskan, bahwa dalam hubungan solidaritas dunia sekarang atau di masa datang, netralitas itu adalah suatu sikap anti sosial”. Dengan masuknya Republik Indonesia menjadi anggota PBB, ia pada dasarnya tidak dapat lagi bersikap netral, tetapi telah mengikatkan diri kepada solidaritas internasional. 47 Tetapi, politik luar negeri Indonesia bukanlah politik netral, karena politiknya tidak ditujukan kepada dua negara atau lebih yang berperang. Politiknya mengenai sikapnya dalam perdamaian dan ditujukan untuk memperkuat dan membela perdamaian. Terhadap kedua blok besar yang bertentangan, ia tidak memilih pihak. Ia mengambil jalan sendiri dalam menghadapi berbagai masalah internasional. Sebab itu politiknya ditegaskannya denagn sebutan ”politik bebas”, Independent Policy. Sering pula politik ini diperjelas coraknya dengan mengatakan ”politik bebas yang aktif”. Untuk menhindarkan kesalahpahaman atas keterangan ”sikap bebas” yang dipandang semata-mata bersifat negatif atau keragu-raguan dalam kalangan aliran-aliran politik kepartaian di dalam negeri, ataupun pada pihak dua blok yang bertentangan itu atau salah satunya, pemerintah menambahkan keterangan, bahwa ”sikap bebas” –nya itu bersifat aktif, dengan makna bahwa dalam sesuatu soal atau peristiwa yang timbul 47 Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3: Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial, Jakarta: LP3ES, 2001, h. 467-468. mengenai pertentangan dua blok itu tadi, ataupun banyak sedikitnya ada yang menyangkut kepada pertentangan itu, Republik Indonesia tetap mendasarkan sikapnya kepada kebebasanya dengan mengingat: a. Pahamnya tentang niat dan tujuannya sebagai suatu anggota yang ikhlas, setia dan bersungguh-sungguh daripada Perserikatan Bangsa-bangsa PBB. b. Pandangannya tentang kepentingan negara dan bangsanya yang berpengaruh besar di jarak masa dekat ataupun masa jauh. 48 Dengan ”aktif” dimaksudkan bahwa Republik Indonesia berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian dan meredakan pertentangan, sesuai dengan cita-cita PBB. Dan sedapat-dapatnya diusahakan, supaya politik itu dibantu oleh sebanyak-banyaknya negara yang menjadi anggota PBB. Sebagai suatu ilustrasi politik ini boleh disebut usaha yang dijalankan oleh Indonesia bersama-sama dengan negara Arab dan Asia lainnya untuk menghentikan perang di Korea. 49 Kemudian, secara linguistik istilah bebas aktif membuka penafsiran pemaknaan yang lebih luas. Bebas tak harus identik dengan konsep independensi dalam pemahaman sempit seperti netralisme, nonaliansi, atau antipakta militer. Bebas dapat diartikan sebagai kebebasan menentukan perilaku yang dianggap tepat pada sasaran, situasi, dan subjektivitas periode tertentu. Adapun aktif bermaknakan karakter yang diemban dalam mengoptimalkan komitmen bebas tadi sebagai satu pilihan perjuangan 48 Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 472. 49 Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 469. nasional di forum internasional. Secara teori, politik luar negeri yang bebas aktif mengandung dua unsur utama. Pertama, kata bebas dalam arti yang luas mengandaikan politik luar negeri yang bebas, yaitu menunjukan tingkat dan nasionalisme yang tinggi, yang menolak keterlibatan atau ketergantungan terhadap pihak luar negeri yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia. Kedua, kata aktif menunjukan bahwa politik luar negeri Indonesia tidaklah pasif dan hanya mengambil sikap netral dalam menghadapi permasalahan sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945. 50 Yang dimaksud dengan bebas aktif adalah politik luar negeri yang pada hakikatnya bukan merupakan politik netral, melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara a priori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Yang dimaksud dengan diabdikan untuk kepentingan nasional adalah politik luar negeri yang dilakukan guna mendukung terwujudnya tujuan nasional sebagaimana tersebut di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 51

2. Tujuan Politik Luar Negeri

50 Dewi Fortuna Anwar, “Hatta dan Politik Luar Negeri”. Dalam Rickard Bagun, ed., Seratus Tahun Bung Hatta Jakarta: Kompas, 2002, h. 230. 51 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 1999, Tentang Hubungan Luar Negeri Dalam Bab I Pasal 3. Untuk melaksanakan cita-cita internasional, Indonesia perlu kerja sama dan mengadakan hubungan yang baik dengan bangsa-bangsa lain. Kita ingin dan mau memandang Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pusat untuk memperkuat pertalian internasional dan mengikrarkan persaudaraan antara bangsa. Semuanya ini harus diketahui dahulu, supaya mengerti tujuan politik luar negeri Indonesia. Pokok-pokok daripada tujuan itu adalah: 1. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara. 2. memperoleh dari luar negeri barang-barang yang diperlukan untuk memperbesar kamakmuran rakyat, apabila barang-barang itu sampai sekarang tidak atau belum dapat dihasilkan. Misalnya: a. Barang-barang kapital untuk rehabilitasi mana yang rusak dan tandas. b. Barang-barang kapital untuk pembangunan dan industrialisasi serta mekanisasi sebagian dari pada pertanian rakyat. c. Barang-barang keperluan hidup rakyat sehari-hari: barang konsumsi sebagai pakaian serta keperluan rumah tangga lainnya, obat-obatan dan makanan, dan beras. 3. Perdamaian internasional, karena hanya dalam damai Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyatnya.