Tujuan Politik Luar Negeri
Untuk melaksanakan cita-cita internasional, Indonesia perlu kerja sama dan mengadakan hubungan yang baik dengan bangsa-bangsa lain. Kita ingin
dan mau memandang Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pusat untuk memperkuat pertalian internasional dan mengikrarkan persaudaraan antara
bangsa. Semuanya ini harus diketahui dahulu, supaya mengerti tujuan politik luar negeri Indonesia. Pokok-pokok daripada tujuan itu adalah:
1. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan
negara. 2.
memperoleh dari luar negeri barang-barang yang diperlukan untuk memperbesar kamakmuran rakyat, apabila barang-barang itu
sampai sekarang tidak atau belum dapat dihasilkan. Misalnya: a.
Barang-barang kapital untuk rehabilitasi mana yang rusak dan tandas.
b. Barang-barang
kapital untuk
pembangunan dan
industrialisasi serta mekanisasi sebagian dari pada pertanian rakyat.
c. Barang-barang keperluan hidup rakyat sehari-hari: barang
konsumsi sebagai pakaian serta keperluan rumah tangga lainnya, obat-obatan dan makanan, dan beras.
3. Perdamaian internasional, karena hanya dalam damai Indonesia
dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyatnya.
4. Persaudaraan segala bangsa sebagian pelaksanaan daripada cita- cita yang tersimpul dalam Pancasila, yang menjadi dasar filsafat
negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia menjalankan yang pokok-
pokoknya dapat dituliskan sebagai berikut: 1
Politik damai. 2
Bersahabat dengan segala bangsa atas dasar harga-menghargai, dengan tidak mencampuri soal struktur dan corak pemerintah
negerinya masing-masing. Khususnya mengadakan hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga, yang kebanyakan mengalami
nasib yang sama dengan Indonesia di masa lalu. 3
Memperkuat sendi-sendi hukum internasional dan organisasi internasional untuk menjamin perdamaian yang kekal.
4 Berusaha mempermudah jalannya pertukaran dan pembayaran
internasional. 5
Membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional, dengan berpedoman kepada Piagam PBB
52
. Khususnya Pasal-pasal 1,2 dan 55.
52
Seperti yang disebutkan pada Pasal 1 Piagamnya, tujuan-tujuan PBB adalah : 1.
Mempertahankan perdamaian dan keamanan dunia, dan untuk tujuan itu: mengambil langkah-langkah bersama yang efektif buat mencegah dan mengenyahkan
ancaman-ancaman kepada perdamaian dan penekanan tindakan-tindakan agresi atau pelanggaran-pelanggaran perdamaian lainnya, dan melaksanakannya dengan cara-cara
damai, dan dalam kesesuaian dengan prinsip-prinsip keadilan hukum Internasional, penyesuaian atau penyelesaian pertikaian-pertikaian dunia atau keadaan-keadaan yang bisa
membawa pada pelanggaran perdamaian.
2. Mengembangkan hubungan-hubungan bersahabat diantara bangsa-bangsa
berdasarkan penghargaan terhadap prinsip persamaan hak dan penentuan nasib sendiri
6 Berusaha dalam lingkungan PBB mencapai kemerdekaan bangsa-
bangsa yang sampai sekarang negerinya masih jajahan, karena dengan tidak adanya kemerdekaan tak akan tercapai persaudaraan
dan perdamaian internasional.
53
Dalam mengemukakan tujuan tersebut Beliau mengakui kelemahan Indonesia, akan tetapi juga menyadari bahwa Indonesia tidak sendiri.
Negara-negara tetangga juga mempunyai tujuan yang sama. Justru PBB didasarkan atas tujuan-tujuan yang demikian, dan sesungguhnya hanya
sedikit orang yang tidak akan menyetujuinya. Oleh karena tujuan persaudaraan dan kerjasama Internasional yang mulia ini adalah universal di
dunia, maka besar kemungkinan ia akan berhasil. Tugas para ahli Negara, kaum diplomat dan kaum politisi adalah mencari jalan untuk mencapai
tujuan itu. Mohammad Hatta mencoba memberikan satu ikhtisar tentang tujuan
politik luar negeri Indonesia, tujuan yang kesimpulannya mencari perdamaian untuk menjamin kemerdekaan Negara Indonesia. Ia adalah satu
politik yang bukan saja sesuai dengan harapan dan keinginan bangsa dan pemimpin-pemimpinnya, akan tetapi juga sesuai dengan berbagai factor
obyektif yang akhirnya menentukan politik suatu bangsa. Ia adalah politik
bansa-bangsa, dan untuk mengambil langkah-langkah yang berkesesuaianlainnya untuk memperteguh perdamaian.
3. Mencapai kerja sama Internasional dalam pemecahan masalah-masalah
ekonomi, sosial , budaya, atau watak kemanusiaan, dan dalam meningkatkan dan mendorong penghargaan kepada hak-hak asasi manusia dan untuk kemerdekaan mendasar
bagi semua tanpa perbedaan ras, seks, bahasa , atau agama. 4.
Menjadi pusat penyelarasan tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama.
53
Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 465-466.
luar negeri yang demokratis yang dirangkakan dan diterima oleh badan legislatif dan administratif. Menurut pandangannya politik itu adalah politik
luar negeri yang memperkuat harapan-harapan umat manusia untuk perdamaian dan keamanan.
Sebagai suatu bangsa yang baru merdeka dari penjajahan, Indonesia sangat
cinta akan
kemerdekaannya. Semboyan-semboyan
seperti “kemerdekaan”, “perikemanusiaan”, “keadilan sosial”, “persaudaraan segala
bangsa”, dan “perdamaian yang kekal”, yang memberi semangat kepada pergerakan kebangsaan kita dahulu, masih hidup sebagai cita-cita yang
harus dilaksanakan oleh Republik Indonesia. Sebab itu bangsa kita mempunyai cita-cita yang tinggi tentang pergaulan internasional dan
mempunyai keyakinan bahwa cita-cita itu dikemudian hari akan menjadi bukti. Semuanya itu berpengaruh atas tujuan politik luar negeri Indonesia
dan atas jalan yang akan ditempuh untuk mencapainya. Mungkin beberapa bagian dari tujuan itu tampak sebagai utopia jika
ditinjau dari jurusan real-politic, merupakan hal-hal yang terletak di luar garis real dan practical policy. Akan tetapi, siapa yang sungguh-sungguh
mau memperhatikan ajaran sejarah, ia akan sadar bahwa banyak hal-hal yang dahulu dipandang utopia atau mustahil akan terjadi, sekarang telah
menjadi realitas. Siapakah yang mau percaya 15 tahun yang lalu, bahwa India, Burma, Sri langka , Pakistan dan Indonesia mungkin merdeka dan
berdaulat? Adakah orang yang dapat mengira di waktu itu, bahwa Indonesia diterima menjadi anggota PBB dengan bantuan Belanda sendiri? Banyak
pula cita-cita Indonesia yang disebut tabu oleh ahli-ahli ekonomi klasik dan dianggap impian sosialis belaka, sekarang menjadi pokok pikiran di negeri
yang bersifat kapitalis untuk mencapai industrial peace. Perhatikanlah misalnya perkembangan pendapat tentang apa yang disebut dengan social
security , jaminan sosial. Pengaruh cita-cita itu didapati pula di dalam
Piagam PBB dan pada usaha ILO di Geneva. Cita-cita tentang “dasar hidup yang lebih baik, bekerja penuh, dan syarat-syarat daripada kemajuan
ekonomi dan sosial dan perkembangan kemakmuran” tercantum dalam Pasal 55 Piagam PBB. Diharapkan, pula didalam pasal itu, supaya cita-cita
ini diberi stimulans sungguh-sungguh oleh pemerintah dan tidak lagi diserahkan, seperti paham dahulu, kepada free play of economic forces
percaturan sesuka-sukanya
dari tenaga-tenaga
ekonomi dalam
masyarakat.
54
Karena itu, apa yang dituju oleh Republik Indonesia dengan politik luar negerinya bukanlah idealisme belaka yang mendekati utopia. Di sebelah
masalah yang up to date yang sekarang juga mempunyai kepentingan actual, ada cita-cita yang lain yang kiranya dapat dilaksanakan di masa dating,
sekalipun pada masa yang berlain-lain jaraknya. Sebab itu politik luar negeri yang dijalankan oleh Republik Indonesia mempunyai dua aspek, yaitu
politik jangka pendek dan politik jangka panjang.
55
Politik jangka pendek mengenai
hal-hal yang
mempunyai kepentingan
aktual, yang
penyelenggaraannya harus tercapai di waktu sekarang juga dan masa depan
54
Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 466.
55
Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 466.
yang dekat. Hal-hal ini bias mengenai kepentingan Indonesia sendiri atau masalah dunia internasional, yang dapat menimbulkan ketegangan dalam
perhubungan internasional. Politik jangka panjang mengenai masalah- masalah yang pelaksanaannya baru dapat diharapkan sesudah beberapa
masa. Tetapi sungguh pun pelaksanaannya masih jauh di depan, apabila telah terdapat perubahan pada semangat, mentalitas dan moralitas
internasional, dari sekarang juga cita-cita itu sudah harus dikemukakan dan ditegaskan supaya menjadi perhatian manusia dan penganjur-penganjur
Negara yang bertanggung jawab. Dan karena itu politik jangka panjang itu rapat sekali hubungannya dengan politik jangka pendek.