Hubungan Panjang-Bobot Ikan Jurung Tor spp. Di Perairan Sungai

pada stasiun 3 memiliki aliran arus yang lebih rendah sehingga lebih efektif dalam penggunaan elektrofishing dan merupakan habitat yang sesuai bagi ikan-ikan yang berukuran kecil, kondisi perairan sangat menentukan kepadatan dan penyebaran suatu organisme, karena setiap organisme memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda untuk tetap bertahan dalam suatu perairan. Haryono 2006 menyatakan masing-masing ukuran ikan biasanya menempati tipe habitat tertentu, habitat ikan yang berukuran kecil dan sedang pada umumnya berada pada kawasan perairan yang berarus sedang-deras dengan substrat kerikil dan pasir. Stasiun 1 diperoleh ikan berdasarkan ukuran kelas panjang baik penangkapan dengan penggunaan jala maupun elektrofishing yaitu pada kisaran interval 19,85-39,69 cm. Hal ini karena stasiun 1 merupakan kawasan hulu sungai sehingga sesuai sebagai habitat ikan yang memiliki ukuran besar, hulu sungai umumnya memiliki kecepatan arus yang tinggi dan memiliki kandungan oksigen yang tinggi. Haryono 2006 menyatakan ikan Tor spp yang berukuran besar banyak dijumpai dihulu sungai dan mampu mencapai panjang tubuh lebih 100 cm. Penggunaan elektrofishing dapat menggambarkan kehadiran ikan namun kurang selektif sehingga ikan yang berukuran kecil ikut tertangkap. Menurut Monintja 2000 penggunaan alat tangkap ikan yang dikatakan ramah lingkungan apabila memiliki selektivitas tinggi yakni menangkap organisme yang menjadi target sasaran saja, selektivitas alat tangkap menentukan keseragaman hasil tangkapan, semakin seragam hasil tangkapan berarti semakin selektif alat tangkap tersebut.

4.1.2 Hubungan Panjang-Bobot Ikan Jurung Tor spp. Di Perairan Sungai

Bahorok Panjang-Bobot Stasiun 1 Stasiun2 Stasiun 3 b 3.03 2.93 2.95 Pola Pertumbuhan Allometrik + Allometrik - Allometrik - Berdasarkan hasil perhitungan hubungan panjang-bobot ikan jurung Tor spp. dari setiap stasiun diperoleh pada stasiun 1 ikan bersifat allometrik + dengan nilai b = 3,03, sedangkan pada Stasiun 2 dan 3 ikan bersifat allometrik - dengan nilai b = 2,93 dan 2,95. Menurut Effendie 1992 kisaran nilai b umumnya berkisar pada nilai 2,5-3,5. Grafik hubungan panjang bobot ikan Tor spp. dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Hubungan Panjang-Bobot Ikan Jurung Tor spp. pada A Stasiun 1, B Stasiun 2, C Stasiun 3 Pola pertumbuhan ikan pada stasiun 1 bersifat allometrik + pada stasiun 1 karena pertumbuhan berat ikan lebih dominan dibanding pertumbuhan panjang ikan hal ini karena ikan hasil tangkapan dari stasiun 1 memiliki ukuran yang relatif besar. Tingginya pertumbuhan berat ikan disebabkan oleh banyaknya ketersediaan makanan tambahan pada kawasan hulu sungai, seperti adanya buah ficus yang berasal dari hutan sehingga tidak memerlukan tenaga yang besar dalam mencari makanan. Haryono 2006 menyatakan bahwa ikan jurung menyukai buah beringin Ficus sp. Pola pertumbuhan pada stasiun 2 dan 3 bersifat allometrik - karena pertumbuhan panjang ikan lebih dominan dibanding dengan pertumbuhan berat, menurut Effendie 2002 ikan dengan pola pertumbuhan alometrik - apabila nilai b3. Nilai b dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muchlisin et al., 2010 menyatakan bahwa besar kecilnya nilai b dipengaruhi oleh perilaku ikan, W= 0.010L 3.030 R² = 0.967 200 400 600 800 10 20 30 40 B ob ot Panjang A W = 0.010L 2.932 R² = 0.989 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 0,0 10,0 20,0 30,0 B ob ot Panjang B W = 0.010L 2.959 R² = 0.989 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 0,0 10,0 20,0 30,0 B ob ot Panjang C misalnya ikan yang berenang aktif menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif. Mulfizar 2012 menyatakan bahwa pengukuran panjang–berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Suwarni 2009 menyatakan hubungan antara parameter panjang dan bobot dapat menggambarkan fenomena ekologis yang dialami oleh suatu organisme dalam daur hidupnya, misalnya hubungan alometrik dan isometrik dapat saja berubah dari suatu populasi akibat faktor lingkungan yang berbeda. Febrianti et al., 2013 menyatakan faktor‐faktor yang menyebabkan perbedaan nilai b ditentukan oleh perbedaan variasi ukuran ikan yang diamati, jenis kelamin, dan perbedaan waktu pengambilan sampel karena terjadi perubahan isi perut.

4.1.3 Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan Jurung Tor spp. di