merupakan perairan yang tercemar ringan, kandungan 5,1 – 14,9 mgl merupakan perairan yang tercemar sedang dan kandungan
≥ 15,0 mgl merupakan perairan yang tercemar berat. Berdasarkan kriteria tersebut, maka perairan pada Sungai
Bahorok merupakan perairan yang tidak tercemar. Hasil pengukuran nitrat yang telah dilakukan di setiap stasiun penelitian
berkisar 2,4-2,6 mgL. Nitrat yang paling tinggi dijumpai pada stasiun 3 dengan nilai 2,6 mgL. Kandungan nitrat berpengaruh terhadap kehidupan ikan karena
berfungsi sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhan fitolankton sehingga banyaknya fitoplankton dalam suatu perairan berguna sebagai sumber makanan
bagi ikan jurung Tor spp.. Haryono 2006 menyatakan kandungan nitrat yang baik bagi kehidupan ikan Tor spp. berkisar 10. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan nitrat di perairan Sungai Bahorok mendukung kehidupan ikan jurung Tor spp.. Hasil pengukuran fosfat yang diukur pada setiap stasiun berkisar 0,03
mgL. Fosfat umumnya muncul dalam jumlah yang kecil dalam suatu perairan konsentrasi fosfat pada perairan berkisar 0,01-200 mgL Wardoyo, 1975.
4.3 Nilai Analisis Korelasi Kepadatan Ikan Dengan Faktor Fisik-Kimia Perairan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun diperoleh nilai korelasi yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3. Analisis Korelasi kepadatan ikan dengan Faktor Fisik-Kimia Perairan Jala
No Parameter
Nilai Korelasi r A
Parameter Fisika
1 Suhu
0,817 2
Kecepatan Arus 0,991
3 Intensitas Cahaya
-0,496 4
Penetrasi Cahaya -0,075
B Parameter Kimia
5 Oksigen Terlarut DO
0.817 6
Kejenuhan Oksigen 0,796
7 Derajat Keasaman pH
0,454 8
BOD -0,655
9 Nitrat NO
3
-N -0,655
10 Fosfat PO
4
-0,945 Korelasi -
= Hubungan Berlawanan Arah Korelasi +
= Hubungan Searah
Hasil uji analisis korelasi antara parameter fisik-kimia perairan dengan kepadatan ikan jurung Tor spp. menunjukkan hubungan masing-masing
parameter fisik kimia terhadap kepadatan ikan jurung. Hubungan korelasi antara faktor fisik kimia dan kepadatan ikan dengan penggunaan jala menunjukan bahwa
suhu, DO, fosfat, dan kecepatan arus berpengaruh sangat kuat dengan nilai berkisar 0,817-0,991.
Tabel 4. Analisis Korelasi kepadatan ikan dengan Faktor Fisik-Kimia Perairan
Elektrofishing
No Parameter
Nilai Korelasi r A
Parameter Fisika
1 Suhu
0,898 2
Kecepatan Arus -0.358
3 Intensitas Cahaya
1000 4
Penetrasi Cahaya 0.911
B Parameter Kimia
5 Oksigen Terlarut DO
-0.898 6
Kejenuhan Oksigen -0.913
7 Derajat Keasaman pH
-1000 8
BOD 0.977
9 Nitrat NO
3
-N 0.977
10 Posfat PO
4
0.741 Korelasi -
= Hubungan Berlawanan Arah Korelasi +
= Hubungan Searah
Hubungan korelasi antara faktor fisik kimia dan kepadatan ikan dengan penggunaan elektrofishing menunjukan bahwa suhu, penetrasi cahaya, intensitas
cahaya, DO, BOD5, kejenuhan oksigen, kecepatan arus, nitrat, posfat dengan nilai berkisar 0,898-1000 memiliki pengaruh sangat kuat. Hubungan korelasi Dalam
penggunaan jala dan elektrofishing menunjukan bahwa suhu dan DO dengan nilai berkisar 0,817-0,898 berpengaruh kuat terhadap kehadiran ikan di sungai bahorok.
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara faktor fisik-kimia perairan dan kepadatan ikan jurung Tor spp. yang memiliki hubungan kuat dan sangat kuat
baik penggunaan jala maupun elektrofishing adalah: a.
Keberadaan dan kehadiran ikan sangat di pengaruhi oleh Suhu. Suhu yang mendukung kehidupan ikan jurung Tor spp. berkisar 30
C. Tinggi atau rendahnya suhu mempengaruhi oksigen terlarut dalam perairan, suhu yang
tinggi akan mengurangi kadar oksigen terlarut yang merupakan faktor untuk mendukung kehidupan ikan.
b. Oksigen terlarut DO berperan dalam menentukan keberadaan ikan jurung
Tor spp. karena merupakan kebutuhan dasar dalam melakukan respirasi. Tinggi atau rendah nya oksigen dipengaruhi oleh suhu dan berpengaruh
sangat kuat terhadap kehadiran ikan.
c. Kejenuhan oksigen dalam perairan mempengaruhi kehadiran ikan dalam
perairan, semakin tinggi kejenuhan oksigen maka oksigen terlarut dalam perairan semakin baik, sehingga baik bagi kehidupan ikan.
d. BOD berpengaruh terhadap keberadaan dan kehidupan ikan, BOD merupakan
salah satu parameter yang menunjukkan tingkat pencemaran suatu perairan. semakin tinggi nilai BOD maka jumlah senyawa organik juga tinggi dan akan
menurunkan nilai oksigen terlarut DO di suatu perairan. e.
Nitrat dalam perairan sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan alga dan fitoplankton sebagai produsen dalam perairan. Alga dan fitoplakton berfungsi
untuk menghasilkan oksigen untuk perairan dari hasil proses fotosintesis dan juga makanan alami bagi sebagian ikan.
f. Fosfat merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuburan suatu
perairan karena digunakan oleh fitoplankton dan alga dalam pertumbuhannya. Alga dan fitoplankton tersebut merupakan makanan alami untuk ikan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Kepadatan ikan tertinggi dengan menggunakan menggunakan jala pada
stasiun stasiun 1 0.005 indm
2
, sedangkan elektrofishing diperoleh pada
stasiun 3 41 indjam.
b. Pola pertumbuhan ikan yang bersifat allometrik + pada stasiun 1 dengan
nilai b = 3,03 dan allometrik - pada stasiun 2 dan 3 dengan nilai b = 2,95. c.
Tingkat Kematangan Gonad TKG IV hanya ditemukan pada stasiun 1
dengan fekunditas 1073,333 - 1192 butir.
d. Suhu, kecepatan arus, oksigen terlarut dan fosfat memiliki hubungan korelasi
sangat kuat terhadap kepadatan ikan jurung Tor spp. dalam penggunaan jala, sedangkan dalam penggunaan elektrofishing bahwa suhu, intensitas
cahaya, penetrasi cahaya, oksigen terlarut, kejenuhan oksigen, pH, BOD, nitrat memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kehadiran ikan di
perairan sungai bahorok.
e. Faktor fisik kimia yang berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan ikan
baik penggunaan jala maupun elektrofishing adalah suhu dan oksigen terlarut.
5.2 Saran
a. Dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai kepadatan dan pola
petumbuhan ikan jurung Tor spp. pada musim yang berbeda.