Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan Ke Bandara Kualanamu)

(1)

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RESPON PENUMPANG (PEMODELAN ANGKUTAN

KE BANDARA KUALANAMU)

TESIS

Oleh

FAREL TARIPAR L.TOBING

097020005/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RESPON PENUMPANG (PEMODELAN ANGKUTAN

KE BANDARA KUALANAMU)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAREL TARIPAR L.TOBING 097020005/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

PERNYATAAN


(3)

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI RESPON PENUMPANG (PEMODELAN ANGKUTAN KE BANDARA KUALANAMU)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2011

(FAREL TARIPAR L.TOBING) 097020005


(4)

Judul Tesis : KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENUMPANG (PEMODELAN ANGKUTAN KE BANDARA KUALANAMU)

Nama Mahasiswa : FAREL TARIPAR L. TOBING Nomor Pokok : 097020005

Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua

(A/Prof.Abdul Majid Ismail, B.Sc,B.Arch,PhD)

Ketua Program Studi,

(Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, PhD)

Anggota

(Ir. Rahmad Dian, MT)

Dekan,

(Prof.Dr.Ir.Bustami Syam,MSME)


(5)

ABSTRAK

Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda. Khususnya antara moda udara, moda jalan dan moda rel. Untuk meningkatkan pelayanan operasional suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan berkualitas. Mengacu pada masterplan Bandara Kualanamu, pelayanan angkutan umum massal yang akan melayani dari dan ke Bandara yang sudah direncanakan adalah moda kereta api dan jalan (bus). Untuk mewujudkan pelayanan angkutan bus yang sesuai dengan pilihan masyarakat, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengguna jasa, untuk mau menggunakan bus bandara tersebut. penelitian ini akan melakukan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi respon penumpang (Pemodelan angkutan umum ke bandara Kuala Namu).

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data terhadap penumpang pesawat di Bandara Polonia Medan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan stated preference. Sedangkan pembentukan model menggunakan software LIMDEP dengan aplikasi ordered probit model. Pada ordered probit model probabilitas respon penumpang sebagai fungsi tarif dan non-observed variables (kenyamanan, jadwal, kemudahan, moda lanjutan, ticketing) dapat dilihat berdasarkan kondisi masing-masing variabel.

Dari hasil aplikasi model menunjukkan bahwa kondisi pelayanan yang paling berpengaruh terhadap respon penumpang ‘pasti naik’ secara berurutan yaitu : kenyamanan sebesar 68%, ketersediaan moda lanjutan sebesar 58%, jadwal sebesar 48%, kemudahan sebesar 36% serta system ticketting sebesar 36%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kelima variabel kualitas pelayanan yang ditawarkan memiliki respon yang positif untuk mendorong penumpang menggunakan pelayanan bus bandara.

Hal tersebut cukup relevan dengan fakta hasil survey karakteristik penumpang, dimana dari seluruh responden yang diwawancarai, 93 % menyatakan setuju dan akan menggunakan pelayanan bus bandara jika nantinya beroperasi di Bandara Kuala Namu.


(6)

ABSTRACT

An airport is one of the hubs of transportation which plays an important role in the inter-mode transport organization, especially between the air, land and rail modes. To improve its operational service, an airport needs to be supported by a reliable and qualified public transportation infrastructure. Referring to the master plan of Kualanamu International Airport, the rail (train) and land (bus) modes have been planned to be the mass public transportation service to and from the airport. To materialize the bus transportation service to meet public’s choice, it is necessary to conduct a study to find out the factors influencing the service users to be ready to use the airport bus. This study will focus on the factors influencing the passengers’ response (Modeling public transportation to and from Kuala Namu International Airport).

The data for this study with stated preference approach were obtained through surveying the flight passengers at Polonia Airport Medan. The model was made by using LIMDEP software with the application of ordered probit model. Through the ordered probit model, the probability of passengers’ responses as the function of tariff and non-observed variables (comfort, schedule, facility, further mode, ticketing) could be seen based on the condition of respective variables.

The result of model application showed that the most influencing service condition on the response of passengers that “they will surely use the airport bus” in chronological order was comfort (68%), the availability of further mode (58%), schedule (48%), facility (36%), and ticketing system (36%). This condition indicates that the five variables of service quality offered have a positive response to encourage the future passengers to use the airport bus service.

This finding is relevant enough to the factual result of the survey on passengers’ characteristics in which 93% of all respondents (passengers) interviewed agreed to use the airport bus service when it begins to operate at Kuala Namu International Airport later.


(7)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bandara Internasional Kualanamu sebagai pengganti Bandara Polonia-Medan yang saat ini dalam proses pembangunan perlu didukung oleh pelayanan angkutan umum yang memiliki kualitas pelayanan yang handal dan sesuai dengan keinginan pengguna jalan. Melalui penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam penyediaan pelayanan transportasi publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sudah selayaknya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ketua Komisi Pembimbing: A/Prof.Abdul Majid Ismail,B.Sc,B.Arch,Phd, Anggota Komisi Pembimbing: Ir. Rahmad Dian, MT, Ketua Program Studi: Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, PhD dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu hingga penelitian ini dapat tersusun sesuai dengan yang diharapkan

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa yang akan datang.

Medan, 2011


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

ABSTRACT ...... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Berfikir ... 5

Struktur Penulisan Tesis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kualitas Pelayanan ... 10

2.2 Aspek Legalitas Pelayanan Bus Bandara ... 12

2.3 Konsep Pelayanan Transportasi Antara Moda (Intermodality)... 14


(9)

2.4 Observasi Aktual dan Preferensi Penumpang

(Revealed Preference dan Stated Pereference) ... 15

2.5 Model ... 17

2.6 Pengujian Statistik ... 19

2.7 Tinjauan Aspek Tata Ruang dalam Penetapan Pelayanan Bus Bandara ... 20

2.8 Teknik Stated Preference ... 23

2.9 Analisa Data Stated Preference ... 28

2.10 Ordered Probit Model ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Variebel Penelitian Data Stated Preference ... 33

3.3 Populasi, Sampel, Lokasi dan Teknik Survey ... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.5 Kawasan Penelitian ... 44

3.6 Metode Analisa Data ... 45

BAB IV KAWASAN PENELITIAN ... 51

4.1 Profil Daerah Penelitian ... 51

4.2 Data Pergerakan penumpang di Bandara Polonia ... 54

4.3 Sarana Angkutan Umum di Bandara Polonia ... 55


(10)

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL ... 60

5.1 Karakteristik Penumpang ... 60

5.2 Analisa Data ... 68

5.3 Pemodelan ... 72

5.4 Kalibrasi Model ... 75

5.5 Aplikasi Model ... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ... 87 90 DAFTAR PUSTAKA ... 92


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal.

3.1 Jenis Variabel Penelitian dan Variasi Level Pelayanan ... 34

4.1 Data Pergerakan Penumpang di Bandara Polonia ... 54

4.2 Perusahaan Taksi Yang Melayani di Bandara Polonia ... 56

5.1 Proporsi Jenis Kelamin Penumpang ... 61

5.2 Proporsi Jenis Pekerjaan Penumpang ... 61

5.3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penumpang ... 62

5.4 Proporsi Tingkat Pendapatan Penumpang ... 63

5.5 Proporsi Sarana Transportasi Yang Digunakan Penumpang ... 63

5.6 Respon Penumpang Terhadap Penyediaan Bus Bandara ……... . 64 5.7 Proporsi Jenis Kelamin Penumpang ... 65

5.8 Proporsi Jenis Pekerjaan Penumpang ... 65

5.9 Proporsi Tingkat Pendidikan Penumpang ... 66

5.10 Proporsi Tingkat Pendapatan Penumpang ... 67

5.11 Proporsi Sarana Transportasi Yang Digunakan Penumpang …... 67

5.12 Respon Penumpang Terhadap Penyediaan Bus Bandara ... 68

5.13 Frekuensi Respon Penumpang ... 69


(12)

5.16 Hubungan Antar Independent Variabel Model ... 77 5.17 Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Level Tarif

Untuk Kualitas Pelayanan Yang Paling Buruk ... 79 5.18 Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Level Tarif

Untuk Kualitas Pelayanan Yang Paling Baik ... 79 5.19 Pengaruh Kondisi Kenyamanan Terhadap

Probabilitas Respon Penumpang Bus Bandara ... 81 5.20 Pengaruh Penjadwalan Operasional Bus Terhadap

Probabilitas Respon Penumpang Bus Bandara ... 81 5.21 Pengaruh Tingkat Kemudahan Terhadap Probabilitas

Respon Penumpang Bus Bandara ... 82 5.22 Pengaruh Kepastian Moda Lanjutan Terhadap

Probabilitas Respon Penumpang Bus Bandara ... 83 5.23 Pengaruh Sistem Ticketting Terhadap Probabilitas

Respon Penumpang Bus Bandara ... .

83 5.24 Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Perbaikan

Kondisi Kualitas Pelayanan ... 84 5.25 Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Level


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal.

1.1 Kerangka Berfikir Penelitian ... 7

2.1 Klasifikasi Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan Orang ... 14

2.2 Pendekatan Ilmiah Untuk Pengembangan Model ... 18

2.3 Rencana Wilayah Pelayanan Bus Bandara ... 22

2.4 Komponen Perilaku Konsumen …... 26

3.1 Akses Penghubung (underpass) menuju ke terminal bus bandara, KA Bandara dan Bus massal Transyogya... 37

3.2 Fasilitas tangga berjalan dan fasilitas khusus disable, pada akses penghubung menuju ke terminal Bus Bandara, Stasiun KA dan Bus Massal Transyogya... 37

3.3 Shelter Bus Bandara di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta ……... . 38 3.4 Shelter Bus Massal Transyogya di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta ………... 38

3.5 Stasiun KA Bandara di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta... 39

3.6 Penerapan Sistem Smart card ticketting di shelter bus Transyogya ... 40

3.7 Penerapan On busSmart card ticketting system Trans Pakuan ………... 41


(14)

4.1 Parkir taksi pada areal kedatangan bandara Polonia ... 51

4.2 Areal Parkir sepeda motor di Bandara Polonia ... 52

4.3 Lajur drop off penumpang diareal keberangkatan domestic ... 53

4.4 Trend pergerakan penumpang domestik dan internasional ... 55

4,5 Ruang tunggu keberangkatan penumpang domestik ... 57

4.6 Ruang tunggu kedatangan penumpang domestik ... 58

4.7 Ruang tunggu keberangkatan penumpang internasional ... 58

4.8 Ruang tunggu kedatangan penumpang internasional ... 59

5.1 Grafik Respon Penumpang ... 69

5.2 Grafik Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Perbaikan Pelayanan ... 85


(15)

ABSTRAK

Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda. Khususnya antara moda udara, moda jalan dan moda rel. Untuk meningkatkan pelayanan operasional suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan berkualitas. Mengacu pada masterplan Bandara Kualanamu, pelayanan angkutan umum massal yang akan melayani dari dan ke Bandara yang sudah direncanakan adalah moda kereta api dan jalan (bus). Untuk mewujudkan pelayanan angkutan bus yang sesuai dengan pilihan masyarakat, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengguna jasa, untuk mau menggunakan bus bandara tersebut. penelitian ini akan melakukan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi respon penumpang (Pemodelan angkutan umum ke bandara Kuala Namu).

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data terhadap penumpang pesawat di Bandara Polonia Medan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan stated preference. Sedangkan pembentukan model menggunakan software LIMDEP dengan aplikasi ordered probit model. Pada ordered probit model probabilitas respon penumpang sebagai fungsi tarif dan non-observed variables (kenyamanan, jadwal, kemudahan, moda lanjutan, ticketing) dapat dilihat berdasarkan kondisi masing-masing variabel.

Dari hasil aplikasi model menunjukkan bahwa kondisi pelayanan yang paling berpengaruh terhadap respon penumpang ‘pasti naik’ secara berurutan yaitu : kenyamanan sebesar 68%, ketersediaan moda lanjutan sebesar 58%, jadwal sebesar 48%, kemudahan sebesar 36% serta system ticketting sebesar 36%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kelima variabel kualitas pelayanan yang ditawarkan memiliki respon yang positif untuk mendorong penumpang menggunakan pelayanan bus bandara.

Hal tersebut cukup relevan dengan fakta hasil survey karakteristik penumpang, dimana dari seluruh responden yang diwawancarai, 93 % menyatakan setuju dan akan menggunakan pelayanan bus bandara jika nantinya beroperasi di Bandara Kuala Namu.


(16)

ABSTRACT

An airport is one of the hubs of transportation which plays an important role in the inter-mode transport organization, especially between the air, land and rail modes. To improve its operational service, an airport needs to be supported by a reliable and qualified public transportation infrastructure. Referring to the master plan of Kualanamu International Airport, the rail (train) and land (bus) modes have been planned to be the mass public transportation service to and from the airport. To materialize the bus transportation service to meet public’s choice, it is necessary to conduct a study to find out the factors influencing the service users to be ready to use the airport bus. This study will focus on the factors influencing the passengers’ response (Modeling public transportation to and from Kuala Namu International Airport).

The data for this study with stated preference approach were obtained through surveying the flight passengers at Polonia Airport Medan. The model was made by using LIMDEP software with the application of ordered probit model. Through the ordered probit model, the probability of passengers’ responses as the function of tariff and non-observed variables (comfort, schedule, facility, further mode, ticketing) could be seen based on the condition of respective variables.

The result of model application showed that the most influencing service condition on the response of passengers that “they will surely use the airport bus” in chronological order was comfort (68%), the availability of further mode (58%), schedule (48%), facility (36%), and ticketing system (36%). This condition indicates that the five variables of service quality offered have a positive response to encourage the future passengers to use the airport bus service.

This finding is relevant enough to the factual result of the survey on passengers’ characteristics in which 93% of all respondents (passengers) interviewed agreed to use the airport bus service when it begins to operate at Kuala Namu International Airport later.


(17)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya antara moda udara, moda jalan dan moda rel. Untuk meningkatkan pelayanan operasional suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan berkualitas. Jika kita melihat pelayanan jenis angkutan umum yang melayani di Bandara Polonia saat ini, hanya jenis pelayanan angkutan taksi bandara yang bisa kita jumpai. Bila kita amati, keberadaan taksi bandara tersebut kurang tertata dengan baik dan sering mengakibatkan kemacetan lalu lintas didalam areal bandara. Ditinjau dari karakteristik modanya, jenis angkutan taksi selain memiliki kapasitas kecil juga memiliki tarif yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis angkutan umum yang berkapasitas angkut massal, seperti bus dan kereta api. Sehingga dari segi efisiensi pemanfaatan ruang jalan, jenis moda angkutan bus dan kereta api, merupakan jenis angkutan umum yang lebih baik untuk dioperasikan.

Mengacu pada masterplan Bandara Kualanamu sebagai pengganti Bandara Polonia Medan, pelayanan angkutan umum massal yang akan melayani dari dan ke Bandara yang sudah direncanakan adalah moda kereta api dan bus.


(18)

tempuh yang relatif normal karena tidak mengalami kemacetan, namun memiliki fleksibilitas pelayanan yang terbatas serta biaya pengadaan sarana/prasarana dan pemeliharaan yang lebih tinggi dibandingkan jenis moda bus. Demikian halnya jenis angkutan bus, walaupun memiliki fleksibilitas lebih baik dibandingkan dengan kereta api, namun tingginya tingkat kemacetan pada ruas-ruas jalan tertentu sepertihalnya di Kota Medan, membuat pengguna jasa lebih memilih kendaraan pribadi karena tidak ingin mengalami keterlambatan untuk tiba di bandara.

Upaya merealisasikan pelayanan angkutan antar moda yang terpadu seperti halnya di Bandara Kualanamu merupakan tantangan dimasa depan seiring dengan perkembangan dinamika wilayah, khususnya diwilayah perkotaan, yaitu bagaimana mewujudkan pelayanan transportasi publik dengan lebih baik, lebih cepat, lebih murah dan yang tidak kalah penting lebih aman. Dengan mengacu pada konsep tersebut, diharapkan nantinya Bandara Kualanamu sebagai pengganti Bandara Polonia Medan dapat menyediakan pelayanan angkutan untuk mengakomodir pergerakan penumpang yang akan berpindah dari moda jalan ke moda udara moda rel ke moda udara, atau sebaliknya yang berbasis angkutan massal.

Dalam penelitian ini fokus angkutan massal yang secara khusus akan dikaji adalah angkutan massal yang berbasis jalan (bus), walaupun pelayanan angkutan massal berbasis rel (kereta api) juga sudah dipersiapkan untuk melayani ke Bandara Kualanamu. Untuk mewujudkan pelayanan angkutan bus yang sesuai dengan pilihan masyarakat, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengguna jasa, untuk mau menggunakan bus bandara tersebut.


(19)

Berlatarbelakang dari hal tersebut penelitian ini akan melakukan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi respon penumpang (Pemodelan angkutan umum ke bandara Kualanamu).

1.2 Perumusan Masalah

Bandara Kuala Namu saat ini dalam proses pembangunan dan diharapkan pada tahun 2012 sudah dapat dioperasikan untuk menggantikan Bandara Polonia. Sebagai bandara internasional yang memilik tingkat mobilitas penumpang yang tinggi, bandara tersebut perlu didukung oleh pelayanan angkutan yang handal dan berkualitas, yang salah satunya adalah menggunakan moda angkutan jalan (bus). Agar pelayanan bus bandara nantinya dapat berperan secara optimal maka perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan utama pengguna jasa, untuk mau menggunakan bus bandara. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan pelayanan angkutan umum yang disediakan memiliki kualitas pelayanan yang mampu mendorong pengguna angkutan pribadi mau beralih menggunakan bus bandara tersebut. Penelitian ini akan membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi respon penumpang angkutan udara dalam menggunakan pelayanan angkutan bus bandara, dengan membentuk model kualitas pelayanan bus bandara yang akan melayani di bandara Kualanamu.

Permasalahan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

2. Bagaimana model kualitas pelayanan angkutan bus bandara yang menjadi keinginan penumpang untuk mendukung bandara Kualanamu nantinya? 3. Bagaimana respon penumpang terhadap rencana penyediaan bus di bandara

Kualanamu, dan seperti apa kualitas pelayanan yang menjadi keinginan penumpang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik penumpang angkutan udara di Bandara Polonia Medan;

2. Membentuk suatu model kualitas pelayanan angkutan bus bandara yang direncanakan melayani penumpang dari dan ke Bandara Kualanamu; 3. Mengkaji respon penumpang terhadap rencana penyediaan pelayanan

angkutan bus bandara di Bandara Baru Kualanamu, dan merekomendasikan kualitas pelayanan angkutan bus bandara yang akan disediakan.

1.4 Manfaat penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyediaan pelayanan angkutan umum bandara di Bandara Kualanamu yang sesuai dengan keinginan pengguna jasa, sehingga mobilitas atau pergerakan orang dapat lebih efisien dan mampu mendukung pertumbuhan wilayah Sumatera Utara pada khususnya.


(21)

1.5 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 yang diawali dengan identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan angkutan antarmoda di Bandara eksisting Polonia. Selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data primer atau data lapangan yang berbasis survey wawancara. Survey wawancara yang dilaksanakan terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu survey karakteristik penumpang dan survey preferensi penumpang (stated preference survey).

Survey karakteristik penumpang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik penumpang dan karakteristik perjalanan pengguna jasa angkutan udara, yang mencakup jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, usia dan sarana transportasi yang digunakan dari dan ke bandara. Disamping itu melalui survey ini juga diketahui respon penumpang terhadap rencana penyediaan bus bandara.

Survey selanjutnya adalah survey stated preference, dimana dalam survey ini, calon penumpang disajikan pada beberapa kondisi/pilihan kualitas pelayanan bus bandara yang pelayanannya belum yang belum ada saat ini (masih dalam tahap rencana). Kondisi pelayanan disajikan dalam bentuk kombinasi pilihan dari beberapa atribut (variabel) kualitas pelayanan. Keuntungan dari penggunaan teknik stated

preference ini, responden diajak untuk dapat membayangkan suatu kondisi pelayanan

angkutan yang disajikan dalam beberapa kondisi pelayanan yang belum ada saat ini. Dari hasil kedua survey tersebut, selanjutnya dilakukan analisis terhadap data


(22)

penumpang dan karakteristik perjalanan serta analisis data stated preference. Untuk analisis data stated preference, menggunakan analisis regresi dengan ordered probit

model, karena respon penumpang disajikan dalam bentuk ordinal. Untuk

mempermudah analisis data stated preference, penelitian ini menggunakan alat bantu

software LIMDEP ver.7.0, sedangkan untuk kalibrasi model dilakukan uji statistik

dengan alat bantu SPSS. Setelah diperoleh model kualitas pelyanan dan uji statistik dilanjutkan dengan pembahasan aplikasi model. Aplikasi model akan disajikan dalam beberapa skenario kualitas pelayanan. Dari hasil aplikasi model juga akan diperoleh estimasi jumlah penumpang yang akan naik mengggunakan bus bandara dengan berbagai skenario kualitas pelayanan dan tarif yang ditetapkan. Penelitian ini juga akan merekomendasikan beberapa hal yang menyangkut pelayanan angkutan bus pemadu bandara untuk menjadi perhatian seluruh instansi terkait dalam pengadaan pelayanan angkutan bandara. Hasil kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat selanjutnya dilakukan penyesuaian, untuk memastikan bahwa maksud dan tujuan dari penelitian ini telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(23)

Survey Pendahuluan Survey Preferensi Penumpang Kajian Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Respon Penumpang

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Kesimpu lan & Rekomendasi OUTPUT : 1. Model Kualitas Pelayanan

Bus Bandara (Probabilitas) 2. Respon Penumpang Maksud

& Tujuan

Kuisioner Karakteristik

Penumpang Kuisioner Stated

Prefrence

INPUT :

Karakteristik Penumpang

Preferensi Penumpang

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Kajian faktor-faktor yang mempengaruhi respon penumpang (Pemodelan angkutan umum ke bandara Kualanamu)


(24)

1.6 Struktur Penulisan Tesis

Struktur penulisan dalam penelitian ini, dijelaskan sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka berfikir dan struktur penulisan Tesis

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan secara jelas kajian kepustakaan yang menjadi dasar dilaksanakannya penelitian Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan ke Bandara Kualanamu). Berisi deskripsi singkat kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti antara lain mencakup: kualitas pelayanan, legalitas pelayanan, konsep pelayanan transportasi antar moda dan model.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode atau cara penelitian yang mencakup jenis penelitian, jenis variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, lokasi penelitian, metode analisis dan jadwal pelaksanaan penelitian Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan ke Bandara Kualanamu).

Bab IV KAWASAN PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara jelas, kawasan penelitian Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan ke Bandara Kualanamu). Dalam hal ini kawasan penelitian yang diuraikan


(25)

adalah kawasan Bandara Polonia Medan, mengingat bandara Kualanamu masih belum operasional.

Bab V PEMBAHASAN DAN HASIL

Bab ini menguraikan pembahasan dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yang didukung juga dalam bentuk tabel dan grafik. Penelitian ini juga menguraikan hasil pemodelan respon penumpang terhadap rencana pelayanan angkutan bus bandara di Bandara Kualanamu, uji statistik serta aplikasi atau penerapan model.

Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan atau hasil rangkuman dari penelitian Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan ke Bandara Kualanamu). Juga memuat rekomendasi atau saran yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar penelitian, literatur, karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penumpang (Pemodelan Angkutan ke Bandara Kualanamu).

LAMPIRAN

Berisi lampiran formulis survey wawancara penumpang, formulir survey

stated preference, input data stated preference, hasil running program


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan

Semua bidang jasa terkait erat dengan pelayanan yang akan diberikan terhadap konsumennya. Demikian pula dengan bidang jasa transportasi terkait erat dengan pelayanan yang akan diberikan pada pengguna alat transportasi yang disediakan. Penilaian terhadap pelayanan diperlukan untuk (dalam jangka panjang) meningkatkan pelayanan kepada publik di satu sisi, dan di sisi lain, menurunkan biaya operasi. Penetapan tingkat pelayanan perlu memperhatikan berbagai aktor yang terlibat. Konsumen menghendaki tingkat pelayanan yang setinggi-tingginya. Dilain pihak, operator bertujuan untuk meningkatkan pendapatan yang sebanyak-banyaknya. Sementara itu, masyarakat berkepentingan untuk tidak memperoleh dampak negatif dari beroperasinya sebuah sistem angkutan. Dengan demikian tingkat pelayanan akan bersifat subyektif. Fakta menunjukkan bahwa kualitas pelayanan angkutan jalan berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan, meskipun saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan angkutan, melalui penyediaan angkutan umum massal berbasis jalan (BRT) dibeberapa kota besar di Indonesia. Namun hal tersebut ternyata belum optimal untuk mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum. Pada tahun 2014 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan telah memprogramkan bantuan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan untuk wilayah Medan, Binjai dan Deli Serdang.


(27)

Adalah alasan klasik yang yang mengatakan bahwa biaya yang tersedia tidak cukup untuk meningkatkan pelayanan yang ada saat ini. Tentu saja ini berkaitan dengan tarif yang sangat rendah. Dalam konteks ini, maka pemerintah sudah selayaknya berupaya meningkatkan kualitas pelayanan tanpa harus membebani terlalu banyak pada masyarakat.

Menurut Vuchic dkk (1992) kualitas pelayanan merupakan elemen kualitatif dari suatu pelayanan yang sesuai dan mudah digunakan dalam suatu sistem, kenyamanan perjalanan, keindahan, kebersihan, dan kepuasan penumpang. Sedangkan LPM-UGM (2000) mendefinisikan tingkat pelayanan (level of service) adalah ukuran menyeluruh dari karakteristik operasi dan pelayanan yang mempengaruhi penumpang. Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat pelayanan adalah:

1. Elemen kinerja yang mempengaruhi penumpang, seperti: operating speed,

reliability dan keselamatan;

2. Service quality yang terdiri dari aspek-aspek kualitatif, seperti:

kenyamanan dan kemudahan menggunakan sistem angkutan, riding

comfort, estetika, kebersihan;

3. Tarif yang harus dibayar oleh konsumen.

Kemudian menurut LPM-UGM (2000) kualitas pelayanan didefinisikan melalui dua fungsi, yaitu kualitas pelayanan sebagai fungsi tarif dan observed


(28)

dan non-observed variabels (keberadaan air bersih, pencahayaan, sirkulasi udara dan kondisi kebersihan).

2.2 Aspek Legalitas Pelayanan Angkutan Bus Bandara (Pemadu Moda) Dalam Pasal 23 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, angkutan pemadu moda termasuk kategori pelayanan “angkutan khusus dalam trayek” yang merupakan merupakan pelayanan pelengkap terhadap pelayanan angkutan antar kota antar provinsi, angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota.

Lebih lanjut dalam pasal 27 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003 disebutkan beberapa karakteristik pelayanan angkutan pemadu moda sebagai berikut:

1. Pelayanan angkutan pemadu moda dilaksanakan untuk melayani penumpang dari dan/atau ke terminal, stasiun kereta api, pelabuhan dan bandar udara, kecuali dari terminal ke terminal.

2. Pelayanan angkutan pemadu moda diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Khusus mengangkut perpindahan penumpang dari satu moda ke moda lain;


(29)

c. Menggunakan mobil bus dan/atau mobil penumpang;

d. Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam.

3. Kendaraan yang digunakan untuk angkutan pemadu moda harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mencantumkan papan trayek pada kendaraan yang dioperasikan;

b. dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan sesuai jenis pelayanan yang tercantum pada izin trayek, yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;

c. dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

d. Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashbord

kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan;

e. Dilengkapi fasilitas bagasi sesuai kebutuhan.

Secara garis besar posisi angkutan pemadu moda dalam struktur pengelompokkan pelayanan angkutan umum di Indonesia dijelaskan pada gambar 2.1.


(30)

Gambar 2.1 Klasifikasi Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan Orang Sumber: Kepmenhub No.KM.35 Tahun 2003

2.3 Konsep Pelayanan Transportasi Antar Moda (Intermodality)

Fasilitas perpindahan moda merupakan simpul yang menghubungkan berbagai pelayanan transportasi umum sehingga membentuk sebuah jaringan pelayanan. Jika perpindahan antar moda transportasi tersebut dapat dibuat menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih baik dan lebih nyaman, maka integrasi dan fleksibilitas dari jaringan secara keseluruhan akan meningkat dengan pesat.

Orang melakukan perpindahan moda ketika tidak ada rute atau layanan angkutan yang langsung dan nyaman didalam perjalanan mereka, atau ketika dengan melakukan perpindahan moda perjalanan mereka menjadi lebih cepat dan lebih menyenangkan. Umumnya orang tidak suka dengan ketidakpastian dan kelelahan

Angkutan Umum Dalam Trayek Trayek Tetap Dan Teratur 1. AKAP 2. AKDP 3. Kota 4. Pedesaan 5. Lintas Batas 6. Perbatasan 7. Khusus

Angkutan Khusus 1. Antar Jemput (Travel) 2. Karyawan

3. Pemukiman 4. Pemadu Moda

1. Taksi 2. Sewa 3. Pariwisata 4. Lingkungan Tidak Dalam Trayek Angkutan Perbatasan

 Antara Kota dengan Kecamatan Kab. lain  Antara Kab. Dengan

Kecamatan Kota lain  Antara Kota dengan

kecamatan wil. Kota  Antara Kab. Dengan kecamatan wil. Kab.


(31)

fisik yang terjadi ketika mereka melakukan perpindahan moda. Moda angkutan umum massal perkotaan dirancang untuk menyediakan layanan dengan pilihan jadwal yang beragam. Dimana tidak ada angkutan umum yang menyediakan layanan langsung maka perpindahan moda akan tetap dibutuhkan.

Transportasi di kota-kota besar mempunyai jaringan transportasi umum yang sangat luas dan beragam antara lain meliputi BRT (Bus Rapid Transit), angkutan perkotaan, taksi, kereta api perkotaan, kapal penyeberangan dan pesawat udara. Perpindahan moda tranportasi terjadi ketika penumpang berpindah moda dari satu moda transportasi ke moda transportasi lain atau berpindah moda diantara dua pelayanan moda yang sama termasuk juga orang yang akan menggunakan atau telah menggunakan sistem transportasi umum dikombinasikan dengan berjalan kaki, naik sepeda, mengendarai motor atau mobil.

2.4 Observasi Aktual dan Preferensi Penumpang (Revealed Preference and Stated Preference)

Dalam beberapa kasus transportasi, diketahui bahwa model permintaan perjalanan secara tradisional telah didasarkan atas data yang diperoleh melalui pengamatan langsung perilaku perjalanan dengan menggunakan survei yang mempertanyakan perilaku perjalanan yang sebenarnya dari para responden, atau disebut dengan revealed preference. Namun demikian revealed preference (teknik observasi aktual) ini mempunyai beberapa permasalahan sebagai berikut (Pearmain


(32)

1. Observasi pelaku yang ada dirasa kurang bervariasi untuk membuat suatu variabel satu dengan lainnya yang menyebabkan terjadi multi kolinierasi; 2. Perilaku yang dapat diamati kemungkinan bukan hal yang diperlukan oleh

peneliti, hal ini umumnya terjadi pada variabel kualitatif sekunder, seperti pelayanan informasi angkutan umum dan penyediaan ruang bagasi;

3. Dalam kebijaksanaan yang baru tidak terdapat informasi bagaimana masyarakat akan memberikan tanggapan;

4. Untuk memperoleh data yang cukup, diperlukan biaya yang sangat tinggi dan seringkali data yang diperoleh tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, serta informasi dari operator pengusaha angkutan sulit diperoleh. Dalam perkembangan di bidang transportasi digunakan suatu cara baru yang disebut stated preference untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada revealed

preference. Pendekatan stated preference tersebut memungkinkan diperolehnya data

yang dapat menerangkan tanggapan perilaku perjalanan terhadap situasi sistem transportasi yang baru (situasi hipotesis).

Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994) teknik stated preference diambil dari bidang marketing research. Dalam bidang transportasi, cara ini mulai dikembangkan pertengahan dasawarsa 80-an sebagai cara yang ditawarkan untuk melakukan eksperimen yang meneliti respon pelaku perjalanan terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan dalam penyediaan sistem transportasi.


(33)

Menurut Pearmain dan Kroes (1990) teknik stated preference merupakan teknik kuisioner yang mengacu pada pendekatan yang menggunakan pendapat responden dalam menghadapi berbagai alternatif pilihan. Ciri umum teknik tersebut adalah pemakaian suatu disain ekperimental untuk membuat sejumlah alternatif situasi imajiner, kemudian responden diberi pertanyaan untuk mengidentifikasi bagaimana mereka akan merespon jika imajiner tersebut benar-benar ada dalam realita.

Dengan menggunakan pendekatan stated preference diharapkan peneliti dapat melakukan kontrol terhadap semua faktor yang dibuat dalam alternatif pilihan yang ditawarkan. Karena itu teknik ini memungkinkan situasi yang lebih luas dapat diteliti, yang mana hal tersebut tidak mudah untuk diteliti dengan menggunakan revealed

preference.

2.5 Model

Tamin (1997) mendefinisikan model sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita untuk tujuan tertentu, seperti memberi penjelasan, pengertian, serta peramalan. Penaksiran model meliputi usaha untuk mendapatkan nilai paramater sehingga hasil spesifikasi model tersebut mendekati data hasil pengamatan/realita.


(34)

Gambar 2.2.

Pendekatan ilmiah untuk pengembangan model Sumber: Morlok, 1978

Dalam membentuk model sesudah suatu teori ataupun hubungan dapat di identifikasi dan diciptakan, maka model harus diperlakukan sebagai suatu hipotesa, kemudian diperiksa lagi dengan membandingkannya dengan perkiraan defleksi model tersebut dengan defleksi sebenarnya yang diukur dengan beban yang sama. Apabila hasil dan hubungan yang didapat cukup dekat, maka teori tersebut dapat diterima. Sebaliknya apabila hipotesa tersebut tidak menunjukkan hasil yang benar, maka harus diformulasikan kembali sesuai Gambar 2.2. Oleh karena selalu ada kemungkinan

Formulasi teori model atau hipotesa

Percobaan atau Perbandingan

Perkiraan Observasi-observasi baru

Percobaan atau Perbandingan Observasi-observasi

baru

Observasi-observasi awal

Model

Perbedaan yang tidak

Dapat diterima

Perbedaan yang tidak


(35)

kesalahan dalam pengukuran, maka metode formal dari statistik biasanya digunakan untuk membantu dalam percobaan ataupun membandingkan hasil yang diperkirakan dengan hasil sebenarnya (Morlok, 1978).

Menurut Black dalam Tamin (1997) menyatakan bahwa salah satu alasan penggunaan model matematika dalam mencerminkan sistem adalah karena matematika merupakan bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa verbal, ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang lebih baik daripada penjelasan verbal.

2.6 Pengujian Statistik

Dalam penelitian, metode statistik pada dasarnya berkepentingan terhadap penyajian dan penafsiran kejadian yang bersifat peluang. Ilmuwan biasanya bekerja dengan data numerik yang berupa hasil cacahan ataupun hasil pengukuran, atau mungkin dengan data kategori yang diklasifikasikan menurut kriteria tertentu. Setiap informasi yang tercatat, apakah bersifat numerik atau kategori adalah sebagai observasi (Walpole, 1982).

Menurut Walpole dan Myers (1993) metoda statistik dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Sedangkan statistik inferensia mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk selanjutnya sampai pada


(36)

Menurut Walpole (1982) Pengujian hipotesis dalam statistik inferensia merupakan hal yang paling penting untuk menyimpulkan pernyataan atau dugaan suatu data. Meskipun akan sangat sering menggunakan istilah ‘menerima’ atau ‘menolak’, tetapi perlu disadari bahwa penolakan suatu hipotesis berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah, sedangkan penerimaan suatu hipotesis semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai bukti untuk mempercayai sebaliknya. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolaknya suatu hal disebut hipotesis nol (Ho), sedangkan penolakan suatu hal mengakibatkan penerimaan hipotesis yang disebut hipotesis alternatif (H1).

2.7 Tinjauan Aspek Tata Ruang dalam Penetapan Wilayah Pelayanan Angkutan Bus Bandara

Keberadaan bus bandara di Kualanamu nantinya diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja Bandara Kualanamu melalui peningkatan aksesibilitas dan mobilitas orang dari dan ke bandara tersebut. salah satu faktor yang juga akan mempengaruhi kualitas pelayanan angkutan selain variabel/atribut pelayanan sebagaimana dijelaskan pada sub bab terdahulu yaitu penentuan wilayah pelayanan angkutan. Faktor ini menjadi cukup penting mengingat, dalam penetapannya perlu mempertimbangkan berbagai aspek terkait termasuk aspek rencana tata guna lahan. Seperti halnya dalam penetapan lokasi terminal, lokasi asal/tujuan perjalanan bus bandara tersebut seyogyanya terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan yang membangkitkan/menarik pergerakan orang. Pendekatan yang digunakan dalam


(37)

penelitian ini adalah dengan mengintegrasikan Rencana Pengembangan Transit

Oriented Development (TOD) di Kawasan Metropolitan Mebidang.

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidang, dijelaskan bahwa Transit-Oriented Development (TOD) adalah kawasan komersial yang didesain untuk memaksimalkan akses ke transportasi publik. TOD memiliki pusat dengan stasiun kereta, stasiun bus, dikelilingi oleh pembangunan dengan kepadatan relatif tinggi dengan pembangunan kepadatan rendah menyebar keluar dari pusat. TOD biasanya berlokasi didalam radius 0.4-0.8 km dari pemberhentian transit, yang merupakan suatu skala yang cukup tepat untuk pedestrian.

Berdasarkan arahan pembangunan pusat TOD Metropolitan Mebidang, beberapa TOD yang direkomendasikan untuk menjadi asal/tujuan perjalanan bus bandara adalah sebagai berikut:

1. TOD Belawan – Bandara Kualanamu 2. TOD Binjai – Bandara Kualanamu 3. TOD Pancur Batu – Bandara Kualanamu 4. TOD Deli Tua – Bandara Kualanamu 5. TOD Galang – Bandara Kualanamu


(38)

Gambar 2.3

Rencana wilayah pelayanan Bus Bandara Sumber: Bappeda Propinsi Sumut


(39)

2.8 Teknik Stated Preference

Dalam perencanaan transportasi diperlukan informasi yang jelas tentang efek dari suatu investasi atau suatu perencanaan strategi yang dilakukan. Selama bertahun-tahun telah dikembangkan metode statistik untuk menyediakan informasi prakiraan perubahan permintaan atau perilaku perjalanan yang ada sebagai akibat dari berbagai alternatif perencanaan. Dengan menggunakan teknik stated preference, seorang peneliti dapat melakukan skenario untuk mengetahui perilaku responden dalam berbagai atribut pilihan.

Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994) teknik stated preference merupakan pendekatan yang relatif baru dalam penelitian transportasi, merupakan metode eksperimen untuk meneliti cakupan inisiatif kebijakan yang menyeluruh.

Beberapa keuntungan menggunakan teknik stated preference (Pearmain dan Kroes, 1990) adalah:

1. Peneliti dapat melakukan kontrol tentang situasi yang diharapkan akan dihadapi oleh responden;

2. Penggunaan variabel kuantitatif sekunder dapat dilakukan dengan mudah, karena peneliti menggunakan kuesioner untuk menyatakan variabel tersebut;

3. Dalam kebijakan yang bersifat baru, teknik ini digunakan sebagai media evaluasi dan peramalan;


(40)

terlalu banyak, namun demikian sampel diharapkan dapat mewakili kelompok masyarakat yang diteliti.

Parikesit (1996) dalam Hidayat (2001) menyatakan beberapa kelemahan menggunakan teknik stated preference adalah:

1. Penyimpangan respon, yaitu penyimpangan yang diakibatkan tidak jujurnya jawaban responden karena apabila situasi yang dipilih tersebut benar-benar ada, maka responden tidak akan melaksanakannya;

2. Penyimpangan strategis, yaitu penyimpangan karena dengan mengisi kuesioner, maka responden mengharapkan hasil tertentu (subjective). Kedua penyimpangan tersebut erat kaitannya dengan asumsi yang dianut teknik stated preference, bahwa masyarakat akan benar-benar mengkonsumsi barang/jasa yang ditawarkan apabila mendatangkan manfaat baginya.

Menurut Pearmain dan Kroes (1990) teknik stated preference yang digunakan dalam studi transportasi memiliki karakteristik pokok sebagai berikut:

1. Metode ini merupakan perangkat survei dalam riset pemasaran untuk mendapatkan pernyataan masyarakat, bagaimana mereka akan memberikan respon terhadap situasi perjalanan hipotesis;

2. Situasi perjalanan tersebut ditawarkan kepada responden yang mana memiliki kombinasi faktor yang berbeda dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan perjalanan;


(41)

3. Peneliti membuat situasi perjalanan yang mudah dimengerti, masuk akal dan realistik, serta situasi dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman responden;

4. Responden yang dipilih dalam survei harus mampu mewakili dari populasi yang diteliti;

5. Respon yang diberikan oleh responden dianalisis dengan metode yang memberikan ukuran kualitatif faktor-faktor yang diteliti dari situasi perjalanan hipotesis;

6. Hasil penelitian dengan teknik stated preference memberikan ukuran-ukuran yang dapat membantu dalam usaha identifikasi prioritas investasi atau perencanaan dan peramalan kebutuhan dan perilaku perjalanan dimasa mendatang.

Pada Gambar 2.4 berikut akan memberikan informasi elemen-elemen dalam perilaku masyarakat untuk melakukan perjalanan yang dapat diobservasi dengan teknik stated preference. Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa terdapat faktor eksternal dan internal bagi konsumen yang mempengaruhi perilaku perjalanannya. Faktor eksternal misalnya atribut-atribut perjalanan alternatif dan kendala-kendala situasi, sedangkan faktor internal misalnya persepsi dan preferensi seorang pelaku perjalanan. Faktor eksternal merupakan hal yang mendorong dan membatasi perilaku pasar, sedangkan faktor internal merefleksikan tingkat pemahanan konsumen


(42)

Gambar 2.4.

Komponen perilaku konsumen Sumber: Pearmain dan Kroes, 1990

Dalam menyusun suatu pilihan alternatif, perilaku individu yang melakukan perjalanan merupakan fungsi dari sikap individu serta karakteristik sistem transportasi. Sikap merupakan respon yang efektif terhadap obyek atau pengalaman individu, yaitu pengalaman yang bersifat relatif terhadap obyek dan peristiwa yang

Karakteristik & pengalaman sosioekonomi

konsumen

Atribut-atribut alternatif perjalanan

Informasi alternatif perjalanan

Persepsi (kepercayaan)

Sikap

Pilihan

Maksud

Kendala-kendala situasi pada

konsumen

Kendala-kendala pada alternatif

yang ada Perilaku


(43)

membangkitkan respon secara emosional. Pengukuran sikap merupakan bentuk kuantifikasi dari respon. Stated preference yang dikembangkan untuk mengukur respon tersebut bersifat tidak langsung (penilaian kategori). Disain ekperimental

stated preference harus disusun sedemikian rupa, sehingga kombinasi tingkatan

semua faktor yang tercakup di dalam ekperimen tidak berkorelasi terhadap alternatif-alternatifnya. Dengan demikian, maka keseluruhan jumlah alternatif yang dapat ditentukan merupakan fungsi dari jumlah faktor dan jumlah tingkatan faktor yang dipadukan dalam eksperimen. Jika alternatif pilihan yang muncul dari suatu eksperimen begitu besar, maka tidak praktis, karena responden hanya mampu mengevaluasi alternatif pilihan dalam jumlah yang relatif terbatas.

Pengukuran semacam ini dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perilaku perjalanan orang untuk menentukan fungsi-fungsi tersebut. Secara umum analisis perilaku perjalanan adalah memahami mekanisme yang menyebabkan orang dalam mengadakan perjalanan berperilaku demikian dan memprediksi bagaimana orang merespon kondisi lingkungan yang berubah, sehingga kebijakan akan semakin dapat dirumuskan dan dievaluasi. Namun demikian pengungkapan yang bersifat eksperimental dalam istilah-istilah numerik semestinya tidak mengaburkan kenyataan bahwa masih ada kemungkinan memprediksi pada ukuran akurasi tertentu.


(44)

2.9 Analisis Data Stated Preference

Data kualitatif berupa perilaku seseorang tidak berupa angka, sedangkan dalam pembentukan model dan analisis statistik hanya dapat memproses data berupa angka, sehingga data kualitatif harus dikuantifikasikan dalam bentuk angka. Kemudian kuantifikasi data tersebut disusun dalam skala ordinal. Alternatif pilihan dalam skala ordinal bertujuan untuk mengetahui dan memisahkan persepsi seseorang (respon) mengenai suatu atribut pertanyaan yang ditawarkan dalam jenjang kategori

ordinal ranking. Dikatakan ordinal ranking karena pernyataan ‘pasti naik’ lebih

tinggi dari ‘mungkin naik’, kemudian pernyataan ‘mungkin naik’ lebih tinggi dari ‘ragu-ragu’, dan seterusnya. Dalam jenjang kategori alternatif pilihan berupa angka tidak dapat dilakukan operasi matematika, karena tidak mungkin (3 – 2) = 1 atau ‘ragu-ragu’ – ‘mungkin naik’ = ‘pasti naik’.

Teknik analisis yang secara umum digunakan untuk mengolah data stated

preference (Pearmain dan Kroes, 1990) antara lain:

1. Model pilihan diskret (discrete choice models). Model analisis ini merupakan model probabilitas, yang mana nilai dari masing-masing pilihan responden berkaitan dengan pilihan-pilihan lainnya dalam set alternatif yang ditawarkan.

2. Model regresi. Penyederhanaan asumsi pada hal-hal tertentu dapat digunakan untuk menganalisis data ranking atau data rating.


(45)

Beberapa bentuk persamaan yang dapat digunakan untuk menganalisis data kuantitatif antara lain:

1. Multiple linier regression

y = a0 + a1.x1 + a2.x2 + … + an.xn………

dengan, (2.1)

y a

= dependent variabel

0…an x

= paramater variabel

1…xn = independent variabel

2. Orderedprobit dan ordered logit

y* = β’x + ε………...……….

dengan,

(2.2)

y* = dependent variabel dalam bentuk ordinal (0, 1, 2, ..., n)

β’ = paramater yang akan dikalibrasi

x = independent variabel

ε

Dalam penelitian ini data yang diambil menggunakan teknik stated preference

untuk pembentukan model, dimana dependent variabel bersifat ordinal (0, 1, 2, ... n) dalam bentuk respon penumpang, maka analisis regresi linier biasa tidak dapat


(46)

probit atau logit dapat digunakan untuk menganalisis dependent variabel yang bersifat ordinal pada suatu diskret data. Kemudian untuk data yang berdistribusi normal digunakan ordered probit, sedangkan untuk data berdistrubusi tidak normal (weibull) digunakan ordered logit, sehingga pemilihan ordered probit

model dalam penelitian ini dengan data yang berdistribusi normal cukup

beralasan.

2.10 Ordered Probit Model

Ordered probit model merupakan model yang dapat digunakan untuk

menganalisis diskret data dengan dependent varible dalam bentuk ordinal. Pada

ordered probit model urutan data asli dari hasil pertanyaan survei terhadap pilihan

responden dengan tepat dapat dimodelkan sesuai yang diinginkan(ordered response) dan probabilitas pilihan responden dapat diketahui dengan tepat. Salah satu hal yang spesifik pada model ini adalah bersifat probabilistik, sedangkan pada model lain seperti model regresi linier biasa bersifat deterministik (pasti).

Ordered probit model dikembangkan oleh Zavoina dan McElvey (1975) yang

merupakan bagian dari econometric model. Econometric model merupakan suatu model yang berdasarkan hubungan sebab akibat antara variabel yang diamati

(demand) dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya demand. Prediksi

dengan menggunakan econometric model diharapkan mampu mengatasi kelemahan yang ada pada proyeksi berdasarkan kecenderungan.


(47)

Pada Gambar 2.5 keuntungan menggunakan ordered probit model antara lain semua tingkatan tanggapan responden dalam bentuk ordinal (0, 1, 2, ..., n) dapat masing-masing diketahui nilai probabilitasnya [ Prob(y = 0), Prob( y = 1), Prob( y = 2), …, Prob( y = n) ].

Beberapa kelemahan dari ordered probit model antara lain:

1. Hanya dapat digunakan untuk menganalisis data yang berdistribusi normal;

2. Model yang dihasilkan tidak dapat langsung digunakan, karena harus diestimasi kembali untuk mengetahui nilai probabilitas, sehingga diperlukan ketelitian dalam perhitungan.

Bentuk persamaan dari ordered probit model (Greene, 1997) adalah sebagai berikut:

y* = β’x + ε ...

dengan, (2.3)

y* = dependent variabel dalam bentuk ordinal

β’ = paramater yang akan dikalibrasi x = atribut independent variabel

ε = error term (variabel yang tidak dapat diobservasi).

Hasil estimasi persamaan sebelumnya kemudian dapat diklasifikasikan dalam bentuk ordinal ranking dengan persamaan sebagai berikut :


(48)

y = 1, jika 0 < y* < µ1 ... y = 2, jika µ

(2.5)

1 < y* < µ2 ... ....

(2.6)

....

y = J, jika µ J-1 < y* ... dengan,

(2.7)

y = respon penumpang

µ = paramater untuk menghitung nilai β’x pada data ke j.

Setelah mendapatkan nilai y* selanjutnya dapat dihitung probabilitas ordered

response yang dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

Prob(y = 0) = φ (–β’x) ……… (2.8) Prob(y = 1) = φ (µ1 – β’x) – φ (–β’x) ………..

Prob(y = 2) = φ (µ (2.9)

2 – β’x) – φ (µ1 – β’x) ……….. ….

(2.10) ….

Prob(y = J) = 1 – φ (µJ–1 – β’x) ……….

Untuk semua nilai probabilitas positif, sehingga: (2.11)

0 < µ1 < µ2 < …. < µJ–1 ……….. (2.12)


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mempunyai tahapan penelitian berupa: penyusunan

proposal, persiapan, pelaksanaan survei lapangan dan instansional, pengumpulan

data, kompilasi data (primer dan sekunder), analisa data, serta diakhiri dengan perumusan dan penyusunan tesis. Sebelum sampai hal tersebut perlu dijelaskan bahwa jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam studi penelitian ini adalah data kualitatif maupun kuantitatif, yang didapat langsung dari hasil survey di lapangan atau biasa dikenal data primer, dan data yang sudah terkumpul serta terdokumentasi terlebih dahulu atau biasa dikenal sebagai data sekunder.


(50)

Variabel penelitian yang digunakan terdiri atas variabel bebas (independent variabel) dan variabel tidak bebas (dependent variabel). Variabel bebas terdiri dari: tarif, kenyamanan, jadwal, keterpaduan, moda lanjutan dan sistem ticketting. Dasar dari penetapan variabel bebas tersebut adalah berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan angkutan. Sedangkan variabel tidak bebas berupa respon penumpang terhadap kondisi pelayanan yang ditawarkan yang terdiri dari: (1) pasti naik, (2) mungkin naik, (3) ragu-ragu, (4) mungkin tidak naik dan (5) pasti tidak naik. Variabel-variabel tersebut selanjutnya disusun/dikombinasikan dalam beberapa kondisi kualitas pelayanan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jenis Variabel Penelitian dan Variasi level Pelayanan Jenis Variabel


(51)

Independent

Variable Tarif 0 Rp. 25.000

1 Naik 15% (Rp.28.750) 2 Naik 20% (Rp.30.000)

Kenyamanan 0 Tanpa Pendingin ruangan (AC), tanpa TV, penumpang berdiri tidak dibatasi, tidak tersedia tempat bagasi yang memadai 1 Menggunakan pendingin ruangan (AC),

TV, penumpang berdiri dibatasi, tersedia tempat bagasi yang memadai

Jadwal 0 Jadwal operasional bus tidak sesuai dengan dengan jadwal operasional Pesawat (tidak berjadwal)

1 Jadwal operasional bus sesuai dengan jadwal operasional pesawat

Kemudahan 0 Terminal bus bandara tidak berdekatan dengan terminal kedatangan penumpang, terminal bus massal (BRT) dan stasiun kereta api dibandara

1 Terminal bus bandara berdekatan dengan terminal angkutan massal (BRT) dan stasiun kereta api dibandara

Moda

Lanjutan 0 Tidak ada kepastian angkutan lanjutan di halte atau terminal tujuan bus bandara 1 Ada kepastian angkutan lanjutan dihalte

dan terminal tujuan bus bandara Sistem

Ticketting 0 Pembayaran tunai dengan membeli tiket dibandara atau membayar langsung di bus

1 Pembayaraan dengan dengan kartu elektronik, yang dapat digunakan juga untuk bus massal (BRT) dan kereta api bandara

Dependent Variable

Respon

Penumpang 1 Pasti naik 2 Mungkin naik 3 Ragu-ragu

4 Mungkin tidak naik 5 Pasti tidak naik

Sumber: Analisa Penulis dikombinasikan terhadap Kualitas Pelayanan

Berdasarkan kategori level pelayanan sebagaimana tabel diatas selanjutnya disusun formulir survey wawancara stated pereference, dengan menggunakan kombinasi dari variabel-variabel pelayanan yang digunakan desain formulir terlampir.


(52)

a. Tarif

Tarif merupakan bentuk penghargaan dari suatu kondisi kualitas pelayanan yang diberikan oleh operator angkutan kepada pengguna jasa angkutan. Asumsi penetapan tarif atas dasar survey rata-rata keinginan untuk membayar (willingness to pay) dari penumpang. Namun dalam penetapan tarif nantinya tentu mempertimbangkan jarak tempuh kendaraan.

b. Kenyamanan

Kenyamanan bus dideskripsikan dengan ketersediaan fasilitas pendingin ruangan (AC), Televisi, penumpang berdiri dibatasi, tersedia tempat bagasi yang memadai. Dengan keberadaan fasilitas tersebut diharapkan penumpang dapat merasakan kenyamanan selama berada dalam bus bandara.

c. Jadwal

Jadwal bus bandara tentunya harus terjadwal dengan baik, karena sangat berkaitan erat dengan waktu perjalanan penumpang yang akan menggunakan moda pesawat udara. Demikian halnya waktu operasional


(53)

bus bandara juga harus mempertimbangkan waktu operasional pesawat (flight schedule)di bandara.

d. Kemudahan

Kemudahan digambarkan dengan kemudahan penumpang beralih moda dari terminal kedatangan bandara ke terminal bus bandara, atau menggunakan moda transportasi lain seperti kereta api bandara atau angkutan bus massal (BRT) yang juga direncanakan akan dioperasikan diwilayah Medan-Binjai dan Deli Serdang. Kemudahan dapat diukur dengan jarak berjalan kaki penumpang untuk berpindah moda. Umumnya penumpang tidak suka dengan kelelahan fisik yang terjadi ketika mereka melakukan perpindahan moda. Salah satu daerah di Indonesia yang telah menerapkan integrasi moda seperti itu adalah di Bandara Adi Sucipto, Provinsi D.I Yogyakarta. Dibandara tersebut terminal kedatangan dapat terhubung langsung dengan Terminal Bus Bandara, Halte bus massal Transyogja dan stasiun kereta api bandara, melalui jalan bawah tanah (underpass). Selain itu jalan penghubung tersebut juga dilengkapi dengan tangga berjalan, sehingga lebih memberikan kenyamanan kepada penumpang yang dapat dilihat pada gambar 3.1 sampai dengan gambar 3.4.


(54)

Gambar 3.1 Akses penghubung (underpass) menuju ke terminal bus bandara, stasiun KA dan halte bus massal Transyogya

Sumber: Dishub Yogyakarta

Gambar 3.2 Fasilitas tangga berjalan dan fasilitas khusus disable (penyandang cacat) pada akses penghubung (underpass) menuju ke

terminal bus bandara, stasiun KA dan halte bus massal Transyogya Sumber: Dishub Yogyakarta


(55)

Gambar 3.3 Shelter Bus Bandara di Bandara Adisucipto Yogyakarta Sumber: PT.Angkasa Pura I Cab.Bandara Adisucipto-Yogyakarta

Gambar 3.4 Shelter Bus Massal Transyogya di Bandara Adisucipto Yogyakarta


(56)

Gambar 3.5 Stasiun Kereta Api Bandara di Bandara Adisucipto Yogyakarta

Sumber: PT.Angkasa Pura I Cab. Bandara Adisucipto - Yogyakarta

e. Moda Lanjutan

Salah satu prinsip angkutan pemadu moda atau bus bandara adalah menghubungkan bandara dengan simpul transportasi lainnya, yaitu: terminal, stasiun KA atau pelabuhan. Sehingga penumpang juga harus mendapatkan kepastian adanya moda angkutan lanjutan. Moda lanjutan dimaksud yaitu angkutan menuju ke lokasi tujuan akhir perjalanan penumpang. Ketersediaan moda lanjutan menjadi salah satu faktor penting bagi penumpang, karena akan mempengaruhi waktu perjalanan penumpang secara keseluruhan yang dapat dilihat pada gambar 3.5.


(57)

f. Sistem Ticketting

Sistem ticketting dengan teknologi smart card sudah semakin banyak digunakan dibeberapa kota besar di Indonesia yang telah mengoperasikan angkutan massal. Teknologi ini sangat membantu penumpang selain mempercepat proses transaksi pembayaran juga lebih aman dan praktis. Teknologi ini juga memungkinkan untuk dapat digunakan untuk tiga moda sekaligus yaitu bus bandara, kereta api bandara dan bus massal (BRT) seperti yang diterapkan di Yogyakarta yang dapat dilihat gambar 3.6 sampai dengan gambar 3.8.

Gambar 3.6 Penerapan system smart card ticketting di shelter Bus Transjogya Sumber: Dishub Yogyakarta


(58)

Gambar 3.7 Penerapan On-Bus Smart Card Ticketing System “Trans Pakuan” Di Bogor

Sumber: Ditjen Perkeretaapian

Gambar 3.8 Penerapan Smart card ticketingsystem

di Shelter Bus Trans Semarang


(59)

3.3 Populasi, Sampel, Lokasi dan Teknik Survey

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penumpang pesawat udara di Bandara Polonia Medan, baik yang berada di areal kedatangan maupun keberangkatan penumpang dibandara Polonia. Sampel diambil secara acak dengan asumsi diatas persyaratan minimal yaitu sebanyak 30 responden dan semakin besar sampel akan memberikan hasil yang lebih akurat (Prof. J.Supranto, MA, 2001 & Guilford 1987;125). Jumlah kuisioner disebar secara proporsional berdasarkan rata-rata jumlah penerbangan (flights) selama jam operasi di bandara Polonia. Untuk areal keberangkatan domestik maupun internasional survey wawancara dimulai mulai pukul 05.00 – 22.00, sedangkan untuk areal kedatangan survey wawancara dimulai pukul 07.00 – 21.00 wib. Pembagian waktu tersebut juga didasarkan atas pertimbangan ketersediaan surveyor yang ada dan volume jam puncak penumpang yang datang atau berangkat.

Secara lengkap pembagian lokasi, surveyor dan target responden untuk survey karakteristik responden dijelaskan sebagai berikut:

Lokasi : I (Ruang tunggu keberangkatan domestik) Surveyor : 1 orang tiap shift (2 shift)

Shift I Pukul 05.00 s.d 13.00 wib Shift II Pukul 13.00 s.d 22.00 wib Target sampel : 140 Responden


(60)

Surveyor : 1 orang tiap shift (2 shift)

Shift I Pukul 05.00 s.d 13.00 wib Shift II Pukul 13.00 s.d 22.00 wib Target sampel : 36 Responden

Lokasi : III (Ruang tunggu kedatangan domestik) Surveyor : 1 orang tiap shift (2 shift)

Shift I Pukul 07.00 s.d 16.00 wib Shift II Pukul 16.00 s.d 01.00 wib Target sampel : 144 Responden

Lokasi : IV (Ruang tunggu kedatangan internasional) Surveyor : 1 orang tiap shift (2 shift)

Shift I Pukul 07.00 s.d 16.00 wib Shift II Pukul 16.00 s.d 21.00 wib Target sampel : 36 Responden

Sehingga total responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 356 (176 sampel diareal keberangkatan dan 180 sampel diareal kedatangan) dari rata-rata 115 penerbangan pesawat selama satu hari operasi bandara.


(61)

Sedangkan untuk target survey stated preference, yaitu sebanyak 50 responden, yang merupakan bagian dari responden yang mengisi form survey karakteristik responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. untuk jenis data primer diperoleh dengan:

1. Observasi lapangan, merupakan pengamatan langsung di wilayah penelitian sehingga dapat menggambarkan keadaan saat ini.

2. Wawancara atau interview, dilakukan untuk mengetahui persepsi penumpang angkutan pemadu moda terhadap kualitas pelayanan yang akan disediakan

Sedangkan terhadap jenis data-data sekunder, diperoleh dengan:

1. Studi pustaka, yaitu membaca dan menggali data-data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan materi penelitian.

2. Instansional, yaitu menggali data-data dari instansi terkait, berupa program kebijakan yang terkait dengan rencana pennyediaan layanan angkutan bus bandara di Bandara Kualanamu.

3.5 Kawasan Penelitian


(62)

menuju bandara atau melanjutkan perjalanan dari bandara ketempat lokasi tujuan. Maka kawasan yang menjadi objek penelitian ini adalah penumpang Bandara Polonia Medan. Walaupun maksud dari penelitian ini adalah dalam rangka penyediaan pelayanan angkutan bandara di dibandara Kualanamu, namun karena bandara tersebut hingga saat ini belum beroperasi dan masih dalam tahap pembangunan, maka penelitian dilakukan kepada penumpang di Bandara Polonia Medan.

3.6 Metode Analisa Data

3.6.1 Analisis karakteristik responden

Karakteristik responden diperlukan untuk mengetahui proporsi sampel (pelaku perjalanan) yang dijadikan responden dalam penelitian dan segmentasi pengguna angkutan udara di Bandara Polonia. Karakteristik responden akan dideskripsikan berdasarkan kelompok tertentu seperti: jenis kelamin, usia, penghasilan dan karakteristik perjalanan seperti:maksud perjalanan, frekuensi perjalanan dll.

3.6.2 Analisis data stated prefrence

Hasil survey stated preference dianalisis dengan menggunakan alat bantu program statistik ekonometrik LIMDEP versi.7.0. dan SPSS, hal tersebut untuk mempermudah dalam proses kalibarasi model dan uji statistik hasil model. Berdasarkan model hasil kalibrasi model selanjutnya digunakan untuk menjelaskan karakteristik preferensi responden terhadap rencana pelayanan angkutan bus bandara. Hasil analisis ini juga menjelaskan sensitivias masing-masing variabel kualitas


(63)

pelayanan angkutan bus pemadu moda. Sebelum dilakukan proses kalibrasi model, dilakukan uji korelasi untuk memastikan bahwa masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam model tidak saling berhubungan (korelasi).

3.6.3 Kalibrasi model

Kalibrasi model mensyaratkan pemilihan parameter yang mengoptimumkan satu atau lebih ukuran kesesuaian yang juga fungsi dari data hasil pengamatan. Prosedur tersebut sering digunakan oleh fisikawan dan ahli teknik yang bertugas membuat model pertama (awal) dan tidak perlu mencemaskan perilaku statistik yang dihasilkan. Sementara itu, penaksiran model meliputi usaha untuk mendapatkan nilai paramater, sehingga hasil spesifikasi model tersebut mendekati data hasil pengamatan (realita). Dalam berbagai kasus, satu atau lebih paramater dianggap tidak signifikan dan oleh karena itu dikeluarkan dari model, serta mempertimbangkan kemungkinan mempelajari beberapa faktor spesifikasi secara empiris (Tamin, 1997).

1. Checking Single Coefficient Estimates

Pemeriksaan terhadap koefisien dilakukan sebagai tahap awal dalam menilai sebuah model berupa:

a. Setiap alternatif fungsi harus mempunyai tanda positif (+) atau negatif (–) yang sesuai, artinya setiap koefisien variabel dapat menerangkan fenomena dan hubungan dengan variabel lainnya terhadap model secara logis;


(64)

b. Signifikan variabel terhadap setiap alternatif fungsi yang diketahui dari nilai t, artinya nilai t yang lebih besar (t hasil perhitungan > t tabel) berarti variabel mempunyai kontribusi mempengaruhi model juga lebih besar;

c. Nilai p atau significance level yang mendekati nilai 0, menunjukkan variabel mempunyai kontribusi mempengaruhi model juga lebih besar. Dalam analisis data digunakan significance level (α) sebesar 0,05.

2. Uji Chi-square

Uji Chi-square digunakan untuk menguji apakah sebuah sampel yang

diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa model mempunyai rasionalitas yang baik untuk digunakan (goodness of fit). Dalam pengujian tersebut didasarkan pada besaran sebagai berikut:

∑ − = χ = k 1 i i 2 i i 2 e ) e o ( ... dengan, (3.1) χ2 o

= nilai pengujian chi-square i

e

= hasil pengamatan bagi sel ke i i = hasil yang diharapkan bagi sel ke i.


(65)

a. Hipotesis (Ho): Model tidak mempunyai rasionalitas yang baik,

apabila χ2

hasil perhitungan < dari χ2 b. Hipotesis (H

tabel.

1): Model mempunyai rasionalitas yang baik, apabila

χ2 hasil perhitungan > dari χ2

3. Uji Korelasi

tabel.

Pada uji korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi (r). Hubungan antara dua variabel yang dinyatakan dalam x dan y pada n pengamatan [(xi, yi

Menurut Santoso (2000) pada SPSS untuk jenis data kualitatif (nonparametric

correlations) pengujiannya menggunakan koefisien korelasi Kendall’s tau-b atau

Spearman’s rho. Nilai r antara dua variabel tersebut menunjukkan hubungan antara

keduanya, sehingga untuk r = 0 dan signifikansi hasil perhitungan lebih dari yang

ditetapkan (α > 0,05) berimplikasi bahwa kedua variabel tidak mempunyai hubungan

yang kuat. Bentuk persamaan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

); i=1, 2,..., n)] diukur sejauh mana titik-titik tersebut bersekutu disekitar sebuah garis korelasi.

            ∑ − ∑             ∑ − ∑       ∑       ∑ − ∑ = = = = = = = = 2 n 1 i i n 1 i 2 i 2 n 1 i i n 1 i 2 i n 1 i i n 1 i i n 1

i i i

y y n x x n y x y x n r ... dengan, (3.2)


(66)

x,y = variable pengamatan n = frekwensi pengamatan 3.6.4 Probabilitas

Peneliti berkepentingan dengan penarikan kesimpulan dari percobaan yang mengandung ketidakpastian. Agar kesimpulan itu ditafsirkan secara tepat, pemahaman teori probabilitas (peluang) sangat diperlukan dan bersifat mendasar (Walpole, 1982).

Apa yang kita maksud bila kita mengatakan “Saya mungkin akan naik Bus Pemadu Moda besok”, “Saya mempunyai kemungkinan 50:50 untuk mendapatkan bilangan genap bila sebuah dadu dilemparkan”. Dalam setiap pernyataan tersebut dinyatakan suatu kejadian yang belum pasti, namun berdasarkan keterangan yang diperoleh ataupun berdasarkan pemahaman mengenai stuktur penelitian, memiliki keyakinan tertentu akan kesahan pernyataan tersebut.

Menurut Walpole (1982) teori probabilitas bagi ruang contoh terhingga memberi segugus bilangan nyata disebut ‘pembobot’ atau peluang dengan nilai dari 0 hingga 1, yang memungkinkan kita menghitung peluang terjadinya kejadian. Bila suatu observasi mempunyai N hasil observasi yang berbeda, dan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi, dan bila tepat n diantara hasil observasi itu menyusun kejadian A, maka peluang kejadian (probabilitas) A adalah:

N n ) A (

P = ...


(67)

dengan,

P = Probabilitas N = Hasil pengamatan n = frekwensi pengamatan

BAB IV

KAWASAN PENELITIAN

4.1 Profil Daerah Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa kawasan yang menjadi wilayah penelitian adalah Bandara Polonia Medan. Sedangkan penumpang yang menjadi objek penelitian adalah penumpang yang berada di areal keberangkatan dan areal kedatangan bandara baik domestik maupun internasional. Sebagai pintu gerbang Sumatera Utara, Bandara Polonia merupakan bandara internasional terbesar keempat setelah Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Juanda Surabaya dan Ngurah Rai Bali. Terletak 2 km dari kota Medan, bandara ini melayani penerbangan ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Batam, juga Kuala Lumpur, Penang, Ipoh dan Singapura, dll.


(68)

Gambar 4.1 Parkir taksi pada areal kedatangan Bandara Polonia Sumber: PT.Angkasa Pura II Cab. Bandara Polonia Medan

Gambar 4.2 Areal Parkir Sepeda Motor Bandara Polonia Sumber: PT.Angkasa Pura II Cab.Bandara Polonia Medan

Di atas lahan seluas 144 hektar, bandara ini mempunyai landasan pacu sepanjang 2.900 meter, 4 taxiway dan apron seluas 81.455 m2. Dua terminalnya yang memiliki luas total 13.811 m2, dirancang untuk memuat penumpang hingga 900 ribu. Terminal ini terdiri atas terminal untuk penerbangan domestik. Bandara ini juga dilengkapi dengan luas pelataran parkir yang berkapasitas 300 mobil di terminal penerbangan domestik dan 200 mobil di terminal penerbangan internasional yang dapat dilihat gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.3.

Selain fasilitas penerbangan, di kedua terminal ini terdapat beberapa fasilitas untuk menyamankan pengguna bandara seperti cafetaria, money changer, restauran,

snack bar, souvenir shop, watel dan Duty Free Shop. Karena fungsinya bandara


(69)

Kesehatan, Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan, Karantina Ikan, dan Pelayanan Informasi Pariwisata.

Gambar 4.3 Lajur drop off Penumpang di areal keberangkatan Domestik Bandara Polonia

Sumber: PT.Angkasa Pura II Cab.Bandara Polonia Medan

Terdapat beberapa maskapai penerbangan beroperasi dibandara ini, yaitu antara lain: Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Batavia Air, Citylink, SMAC, dll. Sedangkan rute penerbangan domestiknya adalah Banda Aceh, Meulaboh, Lokok, Lhokseumawe, Gunung Sitoli, Silangit, Padang, Palembang, Jakarta, Pekanbaru, Batam dan Pontianak. Terdapat pula tujuan internasional ke Penang, Kuala Lumpur, Ipoh dan Singapura.

Pengoperasioan terminal cargo Bandara Polonia menggunakan sistem satu pintu, untuk menertibkan pergerakan kargo dan mencegah terjadinya manipulasi arus barang. Letak Bandara yang dekat dengan pusat kota dan kapasitasnya yang sudah


(70)

tidak lagi cukup menampung volume penumpang yang terus meningkat, membuat bandara tersebut dipindahkan ke Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang.

4.2 Data Pergerakan Penumpang di Bandara Polonia

Berdasarkan data pergerakan penumpang di bandara Polonia baik domestik maupun internasional menunjukkan angka peningkatan setiap tahunnya, khususnya pergerakan penumpang domestic yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.4.

Tabel 4.1 Data Pergerakan Penumpang di Bandara Polonia

Tahun

Jumlah Penumpang (Orang) Jumlah

(Orang)

Domestik Internasional

1997 1,275,960 626,604 1,902,564

1998 739,920 324,644 1,064,564

1999 684,992 354,070 1,039,062

2000 790,000 453,103 1,243,103

2001 954,252 505,634 1,459,886

2002 1,480,545 587,362 2,067,907

2003 2,122,796 582,350 2,705,146

2004 3,014,306 763,349 3,777,655

2005 3,142,325 814,597 3,956,922

2006 3,599,381 1,187,988 4,787,369

2007 4,070,421 850,179 4,920,600

2008 4,071,421 1,277,354 5,348,775


(71)

Sumber: PT. AP II Bandara Polonia

Gambar 4.4 Trend Pergerakan Penumpang di Bandara Polonia Sumber: PT.Angkasa Pura II Cab.Bandara Polonia

Mempertimbangkan peningkatan jumlah penumpang setiap tahunnya serta posisi Bandara Polonia yang berada di pusat kota sehingga tidak memungkinkan untuk peningkatan kapasitas, maka Pemerintah telah menetapkan untuk membangun Bandara baru di pinggir timur Kota Medan tepatnya di Kualanamu Kabupaten Deli Serdang, sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 41 Tahun 1995, dimana lokasi pembangunan Bandara tersebut terletak didesa Beringin, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang dengan luas lahan yang dibebaskan untuk membangun Bandara seluas 1.376 Hektar.


(72)

Sesuai tabel 4.2 sarana angkutan umum yang melayani di bandara Polonia saat ini hanya dilayani oleh angkutan umum jenis taksi, berdasarkan data yang diperoleh dari PT. AP. II Bandara Polonia, angkutan jenis taksi bandara yang beroperasi sebanyak 159 unit. Penumpang juga dapat menggunakan taksi non bandara serta becak bermotor yang berada diluar areal bandara Polonia. Sebagai bandara internasional dengan mobilitas penumpang yang cukup tinggi kondisi ini tentunya dapat memberikan ketidaknyamanan bagi penumpang.

Tabel 4.2 Perusahaan Angkutan Taksi yang melayani di Bandara Polonia Medan

Sumber: PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia

4.4 Lokasi Pelaksanaan Wawancara Penumpang

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa lokasi pengumpulan data wawancara penumpang dilakukan pada 4 (empat) lokasi di bandara Polonia, yakni:

1. Areal keberangkatan domestik

Areal keberangkatan penumpang domestik berada terpisah dibagian paling belakang apabila memasuki Bandara Polonia, yang juga berdekatan

No. Nama Perusahaan Jumlah (unit)

1. PT. Angkasa Bhakti Taksi 91

2. Kokapura Taksi 38

3. PT. Matra Taksi 17

4. PT. Karsa Taksi 13


(1)

dalam penelitian ini. Hal ini cukup beralasan mengingat masih ada kemungkinan variabel lain, yang juga mempengaruhi respon orang untuk menggunakan bus bandara, selain variabel yang telah disebutkan diatas. Semakin kecil nilai error term, mengindikasikan model semakin baik. variabel kualitas pelayanan yang menjadi perhatian utama penumpang bus bandara adalah kenyamanan dan kesediaan moda lanjutan.

b. Nilai 0,260021 adalah koefisien tarif, mengindikasikan besaran pengaruh tarif terhadap kemauan orang untuk menggunakan bus bandara.

c. Variabel pelayanan (kenyamanan, jadwal, kemudahan, moda lanjutan dan ticketing) yang bertanda negatif, menunjukkan bahwa peningkatan variabel tersebut dapat mengurangi minat penumpang bus. Sedangkan nilai variabel positif menunjukkan respon terhadap kualitas pelayanan bus yang berkorelasi positif,

d. Nilai t yang dihasilkan variabel pada model berada diluar daerah penerimaan dari nilai t (0,05 ; 6)

e. Uji chi-square terhadap keselarasan model (goodness of fit test) dengan menggunakan SPSS. Pada tingkat signifikan (α) sebesar 0,05 = ± 1,943 (dari tabel), demikian pula nilai signifikan variabel yang dihasilkan model mendekati nilai 0, sehingga secara bersama-sama variabel bebas model yang dihasilkan signifikan untuk digunakan.


(2)

dengan derajat kebebasan (k) sebesar 6, mempunyai hasil bahwa nilai chi-square χ2 = (333,8339) > χ2 (0,05 ; 6) = 12,592 (dari tabel), maka penyataan hipotesis H0 yang menyatakan bahwa model tidak mempunyai rasionalitas yang baik ditolak, sehingga hipotesis H1

3. Berdasarkan hasil analisis respon penumpang terhadap rencana penyediaan pelayanan angkutan bus bandara di Bandara Baru Kualanamu, diperoleh hasil sebagai berikut:

diterima. Dengan hasil uji chi-square, maka dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan mempunyai rasionalitas yang baik.

a. Kondisi pelayanan yang paling berpengaruh terhadap respon penumpang ‘pasti naik’ secara berurutan yaitu: kenyamanan sebesar 68%, ketersediaan moda lanjutan sebesar 58%, jadwal sebesar 48%, kemudahan sebesar 36% serta system ticketting sebesar 36%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kelima variabel kualitas pelayanan yang ditawarkan memiliki respon yang positif untuk mendorong penumpang menggunakan pelayanan bus bandara.

b. Apabila kualitas pelayanan yang ditawarkan dikaitkan dengan besaran nilai tarif, peningkatan tarif sepanjang diikuti dengan penyediaan kualitas pelayanan yang baik, tidak signifikan untuk mempengaruhi respon penumpang untuk “pasti naik”. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa penumpang lebih memprioritaskan kualitas


(3)

6.2 Saran

Hal-hal yang disarankan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Agar pengoperasian bus bandara nantinya dapat berfungsi secara optimal, hendaknya operator atau pemerintah memberikan prioritas terhadap kualitas pelayanan bus, khususnya faktor kenyamanan.

2. Model yang dihasilkan dapat dijadikan pertimbangan dalam menerapkan kondisi kualitas pelayanan bus bandara dimasa yang akan datang.

3. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan variabel pelayanan lainnya yaitu: kebersihan, estetika dan keselamatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Analisa Penulis Kombinasi terhadap Kualitas Pelayanan, 2011, Jenis Variabel Penelitian dan Variasi Level Pelayanan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumut, 2011, Rencana Wilayah Pelayanan Bus Bandara

Dinas Perhubungan Propinsi DI. Yogyakarta, 2011, Gambar Fasilitas Akses Penghubung, Tangga Berjalan, Shelter Bus, Stasiun Kereta Api Bandara, System Smart Card Ticketting di Bandara Adi Sucipto-Yogyakarta.

Greene, W.H., 1997, Econometric Analysis - Third Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hasil Analisa Penulis, 2011, Frekuensi Respon Penumpang, Hasil Pemodelan, Cheking Single Coeficien Estimate.

Hasil Analisa Penulis, 2011, Hubungan Antara Independent Variabel Model.

Hasil Analisa Penulis, 2011, Probabilitas Respon Penumpang terhadap Level Tarif Untuk Kualitas Pelayanan Yang Paling Buruk dan Baik.

Hasil Analisa Penulis, 2011, Pengaruh Kenyamanan, Penjadwalan Operasional Bus, Tingkat Kemudahan, Kepastian Moda Lanjutan dan Sistem Ticketing.

Hasil Analisa Penulis, 2011, Probabilitas Respon Penumpang Terhadap Perbaikan Kondisi Kualitas Pelayanan, Level Tarif dan Kondisi Kualitas Pelayanan Hasil Survey Penulis, 2011, Ruang Tunggu Keberangkatan Terhadap Proporsi Jenis

Kelamin, Pekerjaan, Pendapatan, Sarana Transportasi Yang Digunakan, Respon Penumpang Terhadap Penyediaan Bus Bandara.


(5)

Hasil Survey Penulis, 2011, Ruang Tunggu Kedatangan Terhadap Proporsi Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendapatan, Sarana Transportasi Yang Digunakan, Respon Penumpang Terhadap Penyediaan Bus Bandara.

Hidayat, B., 2001, Pilihan penumpang terhadap Operator Angkutan Udara dengan Menggunakan Teknik Stated Preference, Tugas Akhir S-1 (tidak dipublikasikan), Program Sarjana Ekstensi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Keputusan Menteri Perhubungan, No. KM 35 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum.

Kerlinger, F.N., 1986, Foundation of Behavioral Research - Third Edition, Edisi Bahasa Indonesia, 1990, Alih Bahasa: Simatupang, L.R., Asas-asas Penelitian Behavioral – Edisi Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lipsey, R.G., Courant, P.N., Purvis, D.D., Steiner and P.O., 1993, Economics 10th Edition, Edisi Bahasa Indonesia, 1995, Alih Bahasa: Wasana, A.J. dan Kirbrandoko, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta. Morlok, K.M., 1978, Introduction to Transportation Engineering and Planning,

McGraw-Hill, Inc., New York.

Ortuzar, J.D. and Willumsen, L.G., 1994, Modelling Transport - Second Edition, John Willey & Sons Ltd., England.

Pearmain, A.D. and Kroes, 1990, Stated Preference Techniques A Guide To Practice, Steer Davies & Gleave Ltd., Netherlands.

PT. Angkasa Pura II Cabang Bandara Polonia Medan, 2011, Area Parkir, Lajur Drop Off, Ruang Tunggu Terminal Keberangkatan dan Kedatangan Bandara Polonia Medan.

PT. Angkasa Pura II Cabang Bandara Polonia Medan, 2011, Trend Pergerakan Penumpang, Bandara Polonia-Medan.

PT. Angkasa Pura II Cabang Bandara Polonia Medan, 2011, Data Pergerakan Penumpang, Perusahaan Taksi yang Melayani di Bandara Polonia-Medan. Santoso, S., 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, P.T. Elex Media


(6)

Sprent, P., 1989, Applied Nonparametrics Statistical, Edisi Bahasa Indonesia, 1991, Alih Bahasa: Osman, E.R. dan Rudiansyah, Metode Statistik Nonparametrik Terapan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Tamin, O.Z., 1997, Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.

Vuchic, V.R., Gray, G.E., and Hoel, L.A., 1992, Public Transportation – Second Edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Walpole, R.E., 1982, Introduction to Statistics – 3nd Edition, Edisi Bahasa Indonesia, 1995, Alih Bahasa: Sumantri, B., Pengantar Statistika Edisi ke-3, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Walpole, R.E. and Myers, R.H., 1993, Probabily and Statistics for Engineers and Scientists – Fifth Edition, MacMillan Publishing Company, New York.