Menurut Pearmain dan Kroes 1990 teknik stated preference merupakan teknik kuisioner yang mengacu pada pendekatan yang menggunakan pendapat
responden dalam menghadapi berbagai alternatif pilihan. Ciri umum teknik tersebut adalah pemakaian suatu disain ekperimental untuk membuat sejumlah alternatif
situasi imajiner, kemudian responden diberi pertanyaan untuk mengidentifikasi bagaimana mereka akan merespon jika imajiner tersebut benar-benar ada dalam
realita. Dengan menggunakan pendekatan stated preference diharapkan peneliti dapat
melakukan kontrol terhadap semua faktor yang dibuat dalam alternatif pilihan yang ditawarkan. Karena itu teknik ini memungkinkan situasi yang lebih luas dapat diteliti,
yang mana hal tersebut tidak mudah untuk diteliti dengan menggunakan revealed preference.
2.5 Model
Tamin 1997 mendefinisikan model sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita untuk tujuan tertentu, seperti memberi penjelasan, pengertian, serta peramalan.
Penaksiran model meliputi usaha untuk mendapatkan nilai paramater sehingga hasil spesifikasi model tersebut mendekati data hasil pengamatanrealita.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Pendekatan ilmiah untuk pengembangan model
Sumber: Morlok, 1978 Dalam membentuk model sesudah suatu teori ataupun hubungan dapat di
identifikasi dan diciptakan, maka model harus diperlakukan sebagai suatu hipotesa, kemudian diperiksa lagi dengan membandingkannya dengan perkiraan defleksi model
tersebut dengan defleksi sebenarnya yang diukur dengan beban yang sama. Apabila hasil dan hubungan yang didapat cukup dekat, maka teori tersebut dapat diterima.
Sebaliknya apabila hipotesa tersebut tidak menunjukkan hasil yang benar, maka harus diformulasikan kembali sesuai Gambar 2.2. Oleh karena selalu ada kemungkinan
Formulasi teori model atau hipotesa
Percobaan atau Perbandingan
Perkiraan Observasi- observasi baru
Percobaan atau Perbandingan
Observasi-observasi baru
Observasi-observasi awal
Model Perbedaan yang tidak
Dapat diterima
Perbedaan yang tidak
Dapat diterima
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dalam pengukuran, maka metode formal dari statistik biasanya digunakan untuk membantu dalam percobaan ataupun membandingkan hasil yang diperkirakan
dengan hasil sebenarnya Morlok, 1978. Menurut Black dalam Tamin 1997 menyatakan bahwa salah satu alasan
penggunaan model matematika dalam mencerminkan sistem adalah karena matematika merupakan bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa
verbal, ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang lebih baik daripada penjelasan verbal.
2.6 Pengujian Statistik
Dalam penelitian, metode statistik pada dasarnya berkepentingan terhadap penyajian dan penafsiran kejadian yang bersifat peluang. Ilmuwan biasanya bekerja
dengan data numerik yang berupa hasil cacahan ataupun hasil pengukuran, atau mungkin dengan data kategori yang diklasifikasikan menurut kriteria tertentu. Setiap
informasi yang tercatat, apakah bersifat numerik atau kategori adalah sebagai observasi Walpole, 1982.
Menurut Walpole dan Myers 1993 metoda statistik dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif
berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Sedangkan statistik inferensia mencakup semua metode
yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk selanjutnya sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan data.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Walpole 1982 Pengujian hipotesis dalam statistik inferensia merupakan hal yang paling penting untuk menyimpulkan pernyataan atau dugaan
suatu data. Meskipun akan sangat sering menggunakan istilah ‘menerima’ atau ‘menolak’, tetapi perlu disadari bahwa penolakan suatu hipotesis berarti
menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah, sedangkan penerimaan suatu hipotesis semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai bukti untuk
mempercayai sebaliknya. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolaknya suatu hal disebut hipotesis nol H
o
, sedangkan penolakan suatu hal mengakibatkan penerimaan hipotesis yang disebut hipotesis alternatif H
1
.
2.7 Tinjauan Aspek Tata Ruang dalam Penetapan Wilayah Pelayanan