101
5.2.2 Informan Utama
Nama : Adi Rohiman
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Karya Wisata
Adi adalah anak yang terdata sedang mendapat program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Adi mengikuti pembinaan tersebut di Panti Asuhan
Pungi yang berada di Jln. Perintis Kemerdekaan No. 4, Kota Binjai. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada Adi yang merupakan anak jalanan
binaan Dinas Sosial yang bekerja sama dengan Panti Pungi. Pada awalnya peneliti datang ke panti tersebut dan hendak berjumpa
dengan anak-anak khususnya anak jalanan yang mendapat program pembinaan dari Dinas Sosial. Peneliti kemudian dianjurkan menjumpai Ibu R.Purwanti, SE
selaku Kordinator Bidang Sosial, UPT Pelayanan Sosial Gelandagan dan Pengemis Binjai, untuk mendapatkan izin. Peneliti menunjukkan surat penelitian
kepada Ibu Purwanti dan dengan adanya izin dari Ibu tersebut peneliti akhirnya diberikan waktu untuk mewawancarai 3 orang anak yang mendapat program
pembinaan. Setelah memperkenalkan diri dengan adik-adik tersebut, peneliti diarahkan Ibu Purwanti ke salah satu ruangan agar lebih nyaman untuk melakukan
proses tanya jawab.
102
Anak pertama yang diwawancarai oleh peneliti adalah Adi. Dia sudah lama di bina di lembaga sosial sampai akhirnya dia menerima pendidikan
informal yaitu paket B setara dengan anak tingkat SMP yang lainnya karena ketidakmampuan ekonomi. Peneliti menanyakan kepada Adi mengenai latar
belakangnya sebagai anak jalanan, “waktu itu, sebelum aku tinggal di panti ini kak, aku tinggal nya sama nenek. Nenek bilang orangtua aku uda cerai jadinya
aku dirawat sama nenek. Kami hidupnya susah kak, cari makan payah. Awalnya aku disekolahin nenek tapi sampe SD aja. Akhirnya aku cari uang. Kerja di
jalanan. Aku nyemir sepatu, ngamen kadang juga ngemis di lampu merah kak.” Sejak kecil Adi tinggal dan diasuh dengan Nenek dan Kakeknya, hal ini
terjadi akibat dari perceraian kedua orang tuanya. Diakui Adi bahwa didikan Nenek dan Kakeknya sangat keras. Terkadang Adi sering mendapatkan pukulan
serta bentakan dengan nada yang keras, itu semua akibat kesalahan yang ia lakukan sehingga, ia merasa tertekan dengan segala aturan yang ada dirumah.
Seiring berjalannya waktu Kakeknya meninggal dunia dikarenakan suatu penyakit dan usianya yang sudah tua. Hal ini menjadi pukulan yang sangat hebat buat Adi,
mengingat hanya tinggal Nenek yang mengasuhnya. Adi tidak ingin merepotkan Neneknya dengan selalu meminta uang untuk keperluannya. Tanpa adanya
paksaan berangkat dari hal inilah Adi mulai bertekat untuk mencari penghasilan sebagai penyemir sepatu, pengamen dan kadang mengemis dijalanan.
Peneliti kemudian menanyakan seputar pekerjaan yang dilakukan nya di jalananan dengan menanyakan berapa lama ia melakukan kegiatannya di jalanan
dan berapa penghasilan yang ia dapatkan. Adi merespons, “waktu itu, karna aku uda gak sekolah lagi, aku seharian kak di jalanan. Kadang dalam sehari aku
103
dapat duapuluh ribu atau dibawah nya dan kadang uangnya sebagian aku kasih sama nenek untuk keperluan lain.” Adi mengaku sudah sekitar setahun lebih
melakukan pekerjaan nya tersebut di jalanan dan dengan penghasilannya itu ia mengatakan bahwa kebutuhan nya tercukupi. Adi juga menganggap bahwa
rutinitasnya tersebut tidak mengganggunya dan neneknya juga tidak melarangnya. Dia berpikir dengan bekerja di jalanan, kebutuhannya bisa sedikit terpenuhi
melihat keadaan ekonomi mereka yang terpuruk. Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial
dengan informan. Adi mengaku bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Dia berkata bawa ia
mengetahui adanya program tersebut setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan dibawa ke panti sosial untuk
dibina. Panti sosial memberikan penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Adi mengetahui adanya program pembinaan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial. Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang
dilakukan Dinas Sosial, apa saja kegiatan dan bagaimana pembinaan yang diberi pada mereka. Peneliti sebelumnya menyebutkan secara terperinci program dari
Dinas Sosial kepada anak jalanan yaitu 1 Program Penertiban, 2 Program Pembinaan Lanjutan, 3 Program Pelatihan dan 4 Program Pemberdayaan.
Pertama peneliti bertanya tentang program penertiban pembinaan awal yang dilakukan. Adi menjawab, “kalo di program penertiban ini, kegiatan yang aku
kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol
104
PP di simpang A.H Nasution, daerah Titi Kuning, terus dibawa ke posko yang ada di daerah itu juga. Di posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini
untuk dibina.” Berdasarkan penuturan dari Adi, peneliti mengetahui bahwa pada program
pertama yang di bentuk oleh Dinas Sosial, benar sudah dilakukan dan dialami sendiri oleh Adi selaku anak jalanan. Dia melakukan aktivitasnya dengan
mengamen dan mengemis di jalanan kawasan Titi Kuning dan ketika diadakannya patroli Adi berhasil ditangkap oleh Satpol PP dan dibawa ke posko untuk di data
setelah itu dibawa ke Panti Sosial Pungi yang berada di Binjai untuk dilakukan pembinaan mendalam.
Peneliti kemudian menanyakan program kedua yaitu Program Pembinaan Lanjutan. Peneliti menjelaskan bahwa pada program ini ini terdapat kegiatan yang
dilakukan yaitu pembina memberikan beberapa bimbingan kepada para anak jalanan yakni bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan
bimbingan motivasi. Peneliti bertanya apakah Adi sudah menerima beberapa kegiatan tersebut. Menyikapi pertanyaan dari peneliti Adi berkata, “iya benar kak.
Kami disini dikasi banyak bimbingan sama pengajar yang ada disini. Kayak bimbingan spiritual kami diajarin tentang agama, kalo bimbingan fisik kami ada
dikasi kegiatan olahraga, terus kalo bimbingan motivasi kami itu dikasi dorongan motivasi biar bisa berkarya, bisa mandiri”.
Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Pelatihan Keterampilan. Peneliti bertanya mengenai kegiatan apa saja dilakukan pada
program ini. Adi menjawab,” kalo disini banyak kegiatan yang kami kerjakan kak. Kami disini banyak diajarin buat beberapa keterampilan kayak buat kerajinan
105
tangan. Ada diajarin buat sablon, anyanan, buat hiasan-hiasan dinding. Kayak kemarin aku baru aja buat asbak rokok dari tempurung kak”. Peneliti
selanjutnya bertanya adakah fasilitas yang diberikan dalam memberikan kegiatan ini dan Adi pun menjawab, ”fasilitas yang disediain ada kak. Misalnya pas buat
kerajinan ini, ya pembina disini uda nyiapin semua bahan-bahan untuk dipake. Ada juga alat musik yang bisa di pake kayak gitar. Pas belajar seni gitar itu bisa
dipake”. Berdasarkan penuturan dari Adi, peneliti mengetahui bahwa anak jalanan
yang dibina diajarkan beberapa pelatihan keterampilan berupa karya kerajinan tangan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini
dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti dengan instansi yang terkait. Dinas Sosial juga memberikan beberapa fasilitas untuk mendukung berjalannya
program ini. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah dilakukan
pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya dalam bentuk usaha.
Nama : Ikhwan Putra Nasution
Usia : 14 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Batak
106
Alamat : Jln Garu VIII, Medan Amplas
Anak kedua yang peneliti wawancarai adalah Ikhwan. Ikhwan adalah anak jalanan yang terdata mengikuti program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota medan. Ia terjaring razia ketika patroli sedang berlangsung yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Satpol PP. Saat itu ia sedang melakukan
aktivitasnya di jalanan yakni di lampu merah Medan, Amplas. Peneliti menanyakan kepada Ikhwan tentang pendidikannya. Berdasarkan informasi yang
didapat, penelti mengetahui bahwa ia masih berada dalam pendidikan sekolah. Ikhwan bersekolah di salah satu SMP Negeri di dekat rumahnya daerah
Patumbak, Kecamatan Medan Amplas dan saat ini dia sedang duduk di bangku kelas VIII.
Peneliti kemudian menanyakan latar belakang nya menjadi anak jalanan. Anak itu menjawab, “ aku kerja di jalanan kak karna uang bapak gak cukup buat
biayain hidup kami. Aku jualan koran tiap hari pulang sekolah di jalanan persimpangan lampu merah, Amplas ini. Koran aku dapat dari temannya bapak.
Tiap hari aku nunggu teman nya bapak ngambil koran dari agen. Terus aku jual. Kadang juga aku ikut ngamen sama teman-teman yang lain. Kalo hasil yang aku
dapat enggak nentu kak, rata-rata limabelas ribu dalam satu hari”. Ikhwan tinggal bersama ayahnya. Ia yang berasal dari pulau Jawa
mengikuti ayahnya pindah ke Kota Medan, hal ini dikarenakan perceraian antara Ibu dan Ayahnya. Aktivitas di jalanan dilakukannya karena mengikuti ayahnya
yang bekerja sebagai pemulung dan dengan penghasilan yang ada, kemudian ayahnya bekerja dengan menarik becak. Aktivitas utama Ikhwan adalah berjualan
107
koran dipersimpangan jalan lampu merah, Amplas dan kadang juga ikut mengamen bersama temannya. Setiap hari Ikhwan menunggu teman ayahnya
mengambil koran di agen. Aktivitas berjualan koran dilakukan seusai pulang sekolah hingga sore hari, tergantung berapa banyak koran yang habis terjual.
Biasanya Ikhwan mendapatkan penghasilan Rp.15.000 perhari dari hasil penjualan korannya, pendapatan perhari Ikhwan juga tergantung dengan kondisi
cuaca. Biasanya kalau hari lagi hujan, penghasilannya lebih sedikit dibandingkan dengan jika hari cerah tidak hujan. Berbekal dengan air putih ia tetap menjajakan
korannya saat lampu Traffic Light menyala dan kendaraan berhenti, siang hari ia pulang ke rumah untuk makan. Apabila dagangan korannya belum habis terjual, ia
kembali berjualan ke jalan. Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial
dengan informan. Sama halnya dengan Adi, Ikhwan pun mengaku bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial
Kota Medan. Dia berkata bawa ia mengetahui adanya program tersebut setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan
dibawa ke panti asuhan untuk dibina. Panti asuhan memberikan penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Ikhwan
mengetahui adanya program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial. Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang dilakukan
Dinas Sosial, apa saja kegiatannya dan bagaimana pembinaan yang diberi kepadanya.
Peneliti bertanya tentang program pertama yaitu Program Penertiban yang dilakukan. Sama halnya dengan informan satu yaitu Adi, Ikhwan mengatakan,
108
“sama kayak yang dibilang Adi tadi kak.Kalo di program penertiban ini, kegiatan yang aku kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi
tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol PP di persimpangan lampu merah Amplas, terus dibawa ke posko. Di
posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini untuk dibina”. Peneliti kemudian bertanya tentang program kedua yaitu Program
Pembinaan Lanjutan. Peneliti menanyakan bagaimana pelaksanaan kegiatan pada program ini dan apa saja yang dilakukan para anak jalanan yang dibina di panti.
Ikhwan menjawab, “kalo dalam penyuluhan ini kegiatan yang dilakukan itu, pembina ngasih beberapa bimbingan sama kami. Ada bimbingan sosial,
bimbingan motivasi, bimbingan fisik. Terus, ada juga kegiatan yang dibuat. Misalnya di bimbingan fisik, ada kegiatan olahraga yaitu bola voli dan bulu
tangkis”. Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Pelatihan
Keterampilan. Peneliti bertanya mengenai kegiatan apa saja dilakukan pada program ini. Sama seperti Adi, Ikhwan menjawab, ”kalo disini banyak kegiatan
yang kami kerjakan kak. Kami disini banyak diajarin buat beberapa keterampilan kayak buat kerajinan tangan. Ada diajarin buat sablon, anyanan, buat hiasan-
hiasan dinding.” Peneliti selanjutnya bertanya adakah fasilitas yang diberikan dalam memberikan kegiatan ini dan Ikhwan pun menjawab bahwa fasilitas yang
disediakan ada seperti contoh adanya ruangan olahraga yang bisa digunakan untuk anak jalanan yaitu bola voli dan bulu tangkis dan juga adanya alat musik yang
disediakan seperti gitar untuk meningkatkan minat dan bakat yang ada pada anak.
109
Nama : Muhammad Bayu Darma
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Garu VIII
Informan ketiga yang diwawancarai oleh peneliti adalah Muhammad Bayu Darma. Bayu sudah terdata dalam program pembinaan anak jalanan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan. Bayu satu sekolah dengan Ikhwan dan sama-sama duduk di kelas VIII SMP namun mereka berbeda kelas. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti mengetahui bahwa Bayu adalah anak kedua dari empat bersaudara dan tinggal bersama Ibunya. Ayahnya sudah
meninggal ketika dia masih SD dan ibunya pun mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ibunya bekerja dengan berdagangberjualan makanan dan
minuman di sekitar loket Bis yang ada di Terminal Amplas, Medan. Peneliti kemudian menayakan latar belakang apa yang membuat dia terjun
ke jalanan dan jenis kegiatan apa yang dia kerjakan di lapangan. Bayu memaparkan, “alasan aku kerja ke jalanan kak karena keadaan ekonomi kami
yang kurang mencukupi. Mamak aku tiap hari banting tulang kesana kemari nyari duit. Untuk makan susah, untuk biaya sekolah aja susah kak. Akhirnya aku kerja
di jalanan pas pulang sekolah. Yang aku kerjakan itu kak, membersihkan bis-bis besar yang ada di terminal Amplas dan juga angkot-angkot disana. Kadang juga
110
ikut ngamen sama Ikhwan dan juga teman-teman yang lain di persimpangan lampu merah, Amplas”. Peneliti selanjutnya menanyakan tentang penghasilan
yang ia dapat selama bekerja di jalanan, lalu ia menjawab, “penghasilan yang aku dapat dari bersihkan bis-bis, angkot ditambah sama ngamen gak nentu kak.
Kadang kalo sehari aku dapat lima belas ribu atau duapuluh ribu perhari. Uang yang aku dapat udah bisa aku buat untuk beli makan jadi gak terlalu ngerepotin
mamak, kak”. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, peneliti mengetahui latar
belakang yang membuat Bayu terjun ke lapangan. Ia bekerja ke jalanan karena faktor internal yaitu dari dalam keluarga yang kurang cukup dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Bayu melakukan aktivitasnya di jalanan dengan membersihkan bis-bis besar dan angkot yang ada di Terminal Amplas dan juga
kadang mengamen bersama teman-temannya. Hal ini ia lakukan juga untuk menambahi kebutuhan mereka. Bayu mengaku ia tidak mendapat larangan dari
Ibunya. Penghasilan yang ia dapat dalam satu hari tidak menentu, kadang Bayu bisa mendapat Rp 15.000-Rp 20.000 melalui aktivitasnya di jalanan.
Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial dengan informan. Sama halnya dengan Adi dan Ikhwan, Bayu pun mengaku
bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Dia berkata bawa ia mengetahui adanya program tersebut
setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan dibawa ke panti sosial untuk dibina. Panti sosial memberikan
penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Bayu mengetahui adanya program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial.
111
Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial, apa saja kegiatannya dan bagaimana pembinaan yang diberi
kepadanya. Peneliti bertanya tentang program pertama yaitu Program Penertiban yang
dilakukan. Sama halnya dengan informan satu dan dua, Bayu mengatakan, “sama juga kayak yang dibilang Adi sama Ikhwan tadi kak.Kalo di program penertiban
ini, kegiatan yang aku kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Aku sama Ikhwan sama-
sama kena razia kak. Saat itu kami pas lagi ngamen. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol PP di persimpangan lampu merah Amplas. Terus dibawa ke
posko. Di posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini untuk dibina”. Berdasarkan penuturan dari Bayu, peneliti mengetahui bahwa pada
program penertiban, Bayu mengalami hal yang sama dialami temannya. Dinas Sosial melakukan kegiatan pendataan dan pendekatan awal kepada anak jalanan
yang berhasil ditangkap melalui razia. Bayu dan Ikhwan sama-sama ditangkap oleh Satpol PP yang bekerja sama dengan Dinas Sosial di persimpangan lampu
merah Amplas ketika mengamen di jalanan lalu dilakukan pendataan kepada mereka dan di bawa ke panti untuk dilakukan pembinaan.
Peneliti kemudian menanyakan program kedua yaitu Program Pembinaan Lanjutan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan jawaban
yang sama dari Bayu, setara dengan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya pada dua temannya bahwa pada pada program ini telah dilakukan beberapa
kegiatan didalamnya yakni berupa beberapa bimbingan seperti bimbingan
112
mentalspiritual, bimbingan sosial, bimbingan fisik dan bimbingan motivasi. Bayu mengaku telah mengikuti semua bimbingan tersebut.
Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Program Pelatihan Keterampilan yang dilakukan Dinas Sosial yang bermitra dengan panti.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan jawaban yang sama juga, sesuai dengan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya pada dua
temannya bahwa pada pada program ini telah dilakukan beberapa kegiatan yakni berupa kerajinan tangan. Kegiatan yang dilakukan yaitu para anak jalan diajarkan
untuk berkarya lewat keterampilan mereka. Mereka diajarkan membuat beberapa keterampilan seperti membuat sablon, anyanan, hiasan-hiasan dinding dan bagi
anak perempuan, mereka diajarkan menjahitmembordir taplak meja dan diajarkan tata rias.
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawawancara yang dilakukan peneliti dengan informan utama yaitu Adi, Ikhwan dan Bayu telah diketahui bahwa pelaksanaan program
pembinaan untuk anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas Sosial bermitra dengan Panti Sosial sudah berjalan cukup baik. Ditandai dengan ketiga anak tersebut telah
mengikuti program pembinaan yang diberikan. Ketiga anak tersebut adalah para anak jalanan yang sudah didata dan terdaftar oleh Dinas Sosial untuk
mendapatkan program pembinaan. Mereka ikut dalam pembinaan karena berhasil ditangkap oleh pihak patroli saat dilakukannya razia di jalanan pusat-pusat kota
Medan yang dilakukan Satpol PP bekerja sama dengan Dinas Sosial. Faktor penyebab dari ketiga anak tersebut untuk melakukan aktivitas nya
dan bekerja di jalanan berbeda-beda satu sama lain. Mereka mempunyai alasan
113
tertentu untuk terjun langsung ke dunia jalanan. Informasi yang diperoleh dari anak pertama yaitu Adi mengatakan bahwa latar belakang nya menjadi anak
jalanan yaitu karna kurangnya kebutuhan secara finansial dalam keluarganya. Adi tinggal bersama kakek dan neneknya sejak kecil karena ibu dan ayahnya sudah
cerai namun kemudia kakeknya meninggal karena suatu penyakit dan karedna sudah lanjut usia. Kini tinggal neneknya sendiri yang mengasuhnya. Neneknya
hanya mampu menyekolahkannya sampai SD saja karena kurangnya materi, Adi putus sekolah dan sejak saat itulah dia terjun ke jalanan.
Aktivitas yang dilakukan Adi adalah menyemir sepatu, mengamen dan kadang mengemis di lampu merah, kawasan Titi Kuning, Medan. Penghasilan
yang ia dapat mencapai kurang lebih limabelas ribu dalam satu hari. Adi mengaku sudah sekitar setahun lebih melakukan pekerjaan nya tersebut di jalanan dan
dengan penghasilannya itu ia mengatakan bahwa kebutuhan nya tercukupi. Adi juga menganggap bahwa rutinitas nya tersebut tidak mengganggunya dan
neneknya juga tidak melarangnya. Dia berpikir dengan bekerja di jalanan, kebutuhannya bisa sedikit terpenuhi melihat keadaan ekonomi mereka yang
terpuruk. Adi terjaring razia saat berada di jalanan kawasan Titi Kuning dimana saat
itu Satpol PP yang bermitra dengan Dinas Sosial sedang melakukan patroli. Disitulah anak itu ditangkap, didata, lalu kemudian dibawa ke panti untuk di
rehabilitasi yaitu dilakukan pembinaan. Saat pihak Dinas Sosial mendata Adi dan mengetahui bahwa dia tidak tinggal bersama orang tuanya serta sudah putus
sekolah, akhirnya Adi tinggal di lembaga sosial dan mendapat pendidikan informal yaitu paket B setara SMP secara gratis. Selama menjalani program
114
pembinaan anak jalanan, Adi mengikuti setiap kegiatan yang diberi oleh pembina dalam panti.
Anak selanjutnya yang diwawancarai oleh peneliti adalah Ikhwan dan Bayu yang berasal dari tempat tinggal yang sama yaitu daerah Patumbak, Medan.
Mereka berhasil ditangkap oleh Satpol PP dan pihak Dinas Sosial saat melakukan rutinitasnya di persimpangan lampu merah, Amplas. Informasi yang diperoleh
peneliti mengenai latar belakang mereka bekerja di jalanan bebeda. Ikhwan mengaku alasan dia bekerja di jalanan karena faktor ekonomi dan adanya niat
kemauan dari diri sendiri untuk terjun langsung ke jalanan. Aktivitas utama Ikhwan adalah berjualan koran dipersimpangan jalan lampu merah, Amplas dan
kadang juga ikut mengamen bersama temannya. Setiap hari Ikhwan menunggu teman ayahnya mengambil koran di agen. Aktivitas berjualan koran dilakukan
seusai pulang sekolah hingga sore hari, tergantung berapa banyak koran yang habis terjual. Biasanya Ikhwan mendapatkan penghasilan Rp.15.000 perhari dari
hasil penjualan korannya, pendapatan perhari Ikhwan juga tergantung dengan kondisi cuaca.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari informan ketiga yaitu Bayu, alasan dia bekerja di jalanan adalah karena faktor internal yaitu faktor dari
dalam keluarga yang kurang cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-har dan adanya kemauan dari diri sendiri. Bayu melakukan aktivitasnya di jalanan
dengan membersihkan bis-bis besar dan angkot yang ada di Terminal Amplas dan juga kadang mengamen bersama teman-temannya. Hal ini ia lakukan juga untuk
menambahi kebutuhan mereka. Bayu mengaku ia tidak mendapat larangan dari
115
Ibunya. Penghasilan yang ia dapat dalam satu hari tidak menentu, kadang Bayu bisa mendapat Rp 15.000-Rp 20.000 melalui aktivitasnya di jalanan.
Melalui wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada Ikhwan dan Bayu bahwa benar Dinas Sosial telah melakukan program pembinaan terhadap
anak jalanan. Program pertama yaitu, Program Penertiban, kedua anak tersebut mengaku bahwa pihak yang terkait telah melakukan kegiatan pendataan dan
pendekatan awal saat penertiban dilakukan. Pada program kedua yaitu program embinaan lanjutan berupa penyuluhan, kedua anak tersebut juga mengaku telah
mendapatkan beberapa kegiatan pada program penyuluhan. Beberapa diantara nya adalah kegiatan bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual, bimbingan motivasi
dan bimbingan fisik. Pada program ketiga, yaitu program pelatihan keterampilan. Anak tersebut
mengaku bahwa mereka telah menjalani kegiatan yang ada pada pelatihan keterampilan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini
dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti dengan instansi yang terkait. Dinas Sosial juga memberikan beberapa fasilitas untuk mendukung berjalannya
program ini. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah dilakukan
pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya dalam bentuk usaha.
5.2.3 Informan Tambahan