55
c. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan,
d. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia,
e. Meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga-lembaga sosial,
f. Meningkatkan penanganan masalah-masalah kesejahteraan sosial,
g. Meningkatkan rasa nilai-nilai kejuangan dan kesetiakawanan sosial.
4.1.3 Tugas Pokok dan dan Fungsi Dinas Sosial Kota Medan
Dinas Sosial dan Ketenagakerjaaan Kota Medan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Sosial dan Ketenagakerjaaan mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial dan ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas Sosial adalah
sebagai berikut : a
perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan; b
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan;
c pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan; dan
d pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4.1.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi pada Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan adalah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Perangkat Daerah Kota Medan dan peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
56
dan Fungsi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaaan Kota Medan. Bagan struktur organisasi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaaan Kota Medan adalah sebagai
berikut: Bagan 4.1
Struktur Organisasi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
57
Berdasarkan bagan dari struktur organisasi tersebut, berikut akan diuraikan unsur-unsur yang melaksanakan penyelenggaraan pelayanan bidang sosial dan
ketenagakerjaan beserta rincian tugas pokok dan fungsi masing-masing:
1. Dinas
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Sosial dan Tenaga Kerja berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Dinas menyelenggarakan fungsi : a.
perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan b.
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program. Sekretariat menyelenggarakan fungsi : a.
penyusunan rencana, program,dan kegiatan kesekretariatan b.
pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas c.
pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas d.
pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan
58
e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Sekretariat terdiri dari 3 tiga sub bagian, yaitu :
1 Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum. Sub Bagian Umum menyelenggarakan
fungsi :
a. penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian Umum;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas,
penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas;
d. pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian; f.
penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; g.
penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; h.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
59
2 Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Kepala Sub Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi : a.
penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian Keuangan; b.
penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan; c.
pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verifikasi;
d. penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;
e. penyusunan laporan keuangan Dinas;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
3 Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Sub
Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi : a.
penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program; b.
pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;
c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
60
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya
3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja terdiri dari 6 enam bidang, yaitu :
1 Bidang Bina Sosial
Bidang Bina Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bantuan sosial, bimbingan sosial, dan kepahlawanan, keperintisan
dan kesetiakawanan sosial. Bidang Bina Sosial menyelenggarakan fungsi : a.
penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Bina Sosial; b.
penyusunan petunjuk teknis lingkup bantuan sosial, bimbingan sosial, kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial;
c. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan bina sosial
sesuai standar yang ditetapkan; d.
fasilitasi bagi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS;
e. pelaksanaan pembinaan dan pelestarikan nilai-nilai kepahlawanan,
keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; f.
pemberdayaan Organisasi Sosial, Karang Taruna, Pekerja Sosial, Taruna Siaga Bencana, dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial lainnya;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina sosial;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
61
2 Bidang Pelayanan Sosial
Bidang ini adalah lokasi khusus yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian karena pada Bidang Pelayanan Sosial ini lah terdapat
program pembinaan tentang anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan.
Bidang Pelayanan Sosial mempunyai tugasmerumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis pelayanan bagi balita, anak dan lanjut usia
terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban napza dan HIVAIDS, penyandang cacat dan tuna sosial.
Bidang Pelayanan Sosial menyelenggarakan fungsi : a.
Pelaksanaan kebijakan teknis penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi
anak nakal, korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial; b.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal,
korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial; c.
Pemberian bimbingan teknis penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi balita, anak dan lanjut usia terlantar,serta rehabilitasi sosial bagi
anak nakal, korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial; d.
Pelaksanaan koordinasi teknis penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi
anak nakal, korban napza dan HIVAIDS, penyandang cacat dan tuna sosial; e.
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban napza, penyandang cacat dan
tuna sosial;
62
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Pelayanan Sosial terdiri atas : a.
Seksi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Pelayanan Sosial Anak pada seksi ini terdiri atas anak jalanan, anak terlantar,
anak cacat dan anak tunagrahita. b.
Seksi Pelayanan Sosial Penyandang Tuna Sosial, Eks Korban Napza dan HIVAIDS
c. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
Setiap seksi pada bidang pelayanan sosial mempunyai tugas secara terperinci yang telah disusun secara sistematis dan wajib dilakukan guna
tercapainya visi misi dalam instansi. 1.
Seksi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia. Program anak jalanan yang diteliti oleh peneliti disusun oleh seksi pelayanan sosial anak pada bidang ini.
Oleh sebab itu, seksi ini mempunyai tugas:
a.
Menyiapkan bahan pedoman pelayanan dan menyusun rencana program dan kegiatan untuk balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial
bagi anak nakal dan korban napza ;
b.
Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan pelayanan dan perlindungan sosial bagi balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi
anak nakal dan korban napza;
c.
Memberikan bimbingan teknis pelayanan dan perlindungan Sosial Bagi Balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal dan
korban napza ;
63
d.
Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan perlindungan sosial bagi Balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal
dan korban napza ;
e.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang. 2.
Seksi Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Penyandang Tuna SosialEks Korban Napza dan HIVAIDS,mempunyai tugas:
a. Menyiapkan Bahan penyusunan pedoman pelayanan dan rehabilitasi Sosial,
serta pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila, gelandangan, pengemis, gelandangan bekas penderita psikotik, korban Napza HIVAIDS dan warga
bekas binaan lembaga pemasyarakatan; b.
Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila, gelandangan,
pengemis, gelandangan bekas penderita psikotik, korban HIVAIDS dan warga bekas binaan lembaga pemasyarakatan;
c. Memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pelayanan dan
rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila, gelandangan, pengemis, gelandangan bekas penderita psikotik, korban
HIVAIDS dan warga bekas binaan lembaga pemasyarakatan; d.
Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial, serta pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila, gelandangan, pengemis,
gelandangan bekas penderita psikotik, korban HIVAIDS dan warga bekas binaan lembaga pemasyarakatan;
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang.
3. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, mempunyai tugas :
64
a.
Menyiapkan Bahan Penyusunan pedoman pelayanan dan rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi penyandang cacat tubuh, cacat netra, cacat rungu
wicara, cacat mental, dan cacat bekas penderita penyakit kronis;
b.
Menyiapkan Bahan dan melaksanakan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi penyandang cacat tubuh, cacat netra, cacat
rungu wicara, cacat mental, dan cacat bekas penderita penyakit kronis;
c.
Memberikan Bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi penyandang cacat tubuh, cacat
netra, cacat rungu wicara, cacat mental, dan cacat bekas penderita penyakit kronis;
d.
Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi penyandang cacat tubuh, cacat netra, cacat rungu
wicara, cacat mental, dan cacat bekas penderita penyakit kronis;
e.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang.
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
3 Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja
Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup penempatan tenaga kerja
dalam negeri, penempatan tenaga kerja luar negeri, dan informasi pasar kerja. Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Pembinaan dan
Penempatan Tenaga Kerja;
65
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup penempatan tenaga kerja dalam negeri,
luar negeri, dan informasi pasar kerja; c.
pemberian bimbingan pengurusan penyaluran dan penempatan tenaga kerja serta perluasan tenaga kerja dalam dan luar negeri;
d. pemberian informasi ketenagakerjaan;
e. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup penggunaan
tenaga kerja asing sesuai dengan urusan pemerintahan kota; f.
pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkup penempatan tenaga kerja dan informasi pasar kerja;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pembinaan
dan penempatan tenaga kerja; h.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
4 Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja
Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup organisasi
pekerja, pengusaha pendidikan, dan purna kerja, persyaratan kerja dan pengupahan serta perselisihan hubungan industrial PHK. Bidang Hubungan
Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja menyelenggarakan fungsi: a.
penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja;
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup hubungan Industrial, syarat-syarat kerja
dan purna kerja ;
66
c. pelaksanaan pembinaan hubungan industrial, persyaratan kerja, organisasi
pekerja dan pengusaha; d.
pemerantaraan dalam hal penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja PHK;
e. penelitian, pengesahan, pendaftaran Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu
PKWT, Perjanjian Kerja PK, Peraturan Perusahaan PP, Perjanian Kerja Bersama PKB, Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja PPJP, Pengerahan
Pelaksana Pekerja kepada Perusahaan Lain; f.
pelaksanaan proses penetapan Upah Minimum Kota UMK dan Upah Minimum Sektor Kota UMSK.
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang hubungan
industrial syarat-syarat kerja dan purna kerja; h.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
5 Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan
Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengawasan norma kerja,
pengawasan, keselamatan, dan kesehatan kerja serta pengawasan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan
menyelenggarakan fungsi : a.
penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan;
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan ketenagakerjaan;
67
c. Pelaksanaan pengawasan dan penyidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran
Norma Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan Kerja, Perlindungan terhadap Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
d. Pelaksanaan pengawasan dan penggunaan tenaga kerja asing dengan
berkoordinasi kepada instansi terkait; e.
Pelaksanaan pengawasan atas perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga kerja buruh;
f. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup Penggunaan Alat-
alat K-3 antara lain sesuai dengan urusan pemerintahan kota; g.
pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengawasan ketenagakerjaan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
6 Bidang Pelatihan dan Produktivitas
Bidang Pelatihan dan Produktivitas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup instruktur dan lembaga, sertifikasi,
bimbingan produktivitas tenaga kerja, dan pemagangan. Bidang Pelatihan dan Produktivitas menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Pelatihan dan
Produktivitas; b.
penyusunan petunjuk teknis lingkup pelatihan dan produktivitas;
68
c. penyelenggaraan pelatihan terhadap pencari kerja dan menyiapkan
standarisasi, test kualifikasi dan memberikan perijinan kepada Lembaga Pelatihan Kerja Swasta;
d. penyelenggaraan kegiatan pemagangan, pelatihan terhadap instruktur;
e. pelaksanaan pembinaan terhadap pelaksanaan latihan kursus yang dilakukan
oleh Lembaga Latihan Swasta, Pemerintah dan Perusahaan di bidang ketenagakerjaan;
f. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengawasan
ketenagakerjaan; g.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dinas Sosial dan Ketenakerjaan terdiri dari 18 delapan belas jabatan, yaitu :
1 Seksi Bantuan Sosial
Seksi Bantuan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Sosial pada lingkup bantuan sosial.
2 Seksi Bimbingan Sosial
Seksi Bimbingan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Sosial lingkup bimbingan sosial
3 Seksi Kepahlawanan Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial
Seksi Kepahlawanan Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Sosial lingkup
kepahlawanan keperintisan dan kesetiakawanan sosial. 4
Seksi Undian dan Pengumpulan Uang
69
Seksi Undian dan Pengumpulan Uang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup undian dan pengumpulan uang, rehabilitasi,
pembinaan daerah kumuh dan penanggulangan bencana. 5
Seksi Rehabilitasi Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pelayanan Sosial lingkup rehabilitasi. 6
Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja lingkup penempatan tenaga kerja dalam negeri.
7 Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri
Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga
Kerja lingkup penempatan tenaga kerja luar negeri. 8
Seksi Informasi Pasar Kerja Seksi Informasi Pasar Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja lingkup informasi pasar kerja.
9 Seksi Organisasi Pekerja Pengusaha Pendidikan dan Purna Kerja
Seksi Organisasi Pekerja Pengusaha Pendidikan dan Purna Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial
Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja lingkup organisasi pekerja, pengusaha pendidikan dan purna kerja.
10 Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan
70
Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat
Kerja dan Purna Kerja lingkup persyaratan kerja dan pengupahan. 11
Seksi Perselisihan Hubungan Industrial PHK Seksi Perselisihan Hubungan Industrial PHK mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja lingkup perselisihan hubungan industrial PHK.
12 Seksi Pengawasan Norma Kerja
Seksi Pengawasan Norma Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan lingkup pengawasan
norma kerja. 13
Seksi Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kerja mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan lingkup pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja.
14 Seksi Pengawasan Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja Jamsostek
Seksi pengawasan Jamsostek mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan lingkup pengawasan jamsostek.
15 Seksi Instruktur dan Lembaga
Seksi Instruktur dan Lembaga mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas lingkup instruktur dan
lembaga. 16
Seksi Sertifikasi
71
Seksi Sertifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas lingkup sertifikasi tenaga kerja.
17 Seksi Bimbingan Produktivitas Tenaga Kerja dan Pemagangan
Seksi Bimbingan Produktivitas Tenaga Kerja dan Pemagangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan
Produktivitas lingkup bimbingan produktivitas tenaga kerja dan pemagangan. Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
4. Jabatan Fungsional
Pada Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan terdapat 3 tiga jabatan fungsional, yaitu :
a. Jabatan Fungsional Pengantar Kerja
b. Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan
c. Jabatan Fungsional Mediator Hubungan Industrial
Sumber : Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2015
4.2 Gambaran Umum Kehidupan Anak Jalanan Kota Medan Binaan Dinas
Sosial
Fenomena anak jalanan merupakan salah satu masalah yang muncul seiring dengan pertumbuhan kemajuan Kota Medan. Pertumbuhan Kota Medan
yang kian pesat konon Kota Medan sangat berhasrat menjadi Kota Metropolitan sehinga semakin membuka peluang bagi anak-anak untuk mencari uang. Dibalik
itu, ada kemungkinan lain dimana pertumbuhan kota justru mendesak daerah- daerah kumuh perkotaan yang mendorong anak-anak untuk keluar dan berbaur di
keramaian pusat-pusat Kota. Di sisi lain, pedesaaan yang kalah bersaing dan kian miskin mengundang urbanisasi, tidak saja pada orang dewasa tetapi juga anak-
72
anak. Dua kemungkinan penyebab ini bias dibenarkan jika kita amati latar belakang geografis anak-anak jalanan yang umumnya datang dari daerah kumuh
perkotaan dan daerah pedesaan yang miskin. Berdasarkan penuturan Bapak Zailun selaku Kabid Pelayanan Sosial dari
Dinas Sosial, bahwa konkritnya di Kota Medan ada tiga faktor umum yang menjadi persoalan mengapa anak turun ke jalanan, yaitu:
a. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang atau tekanan kemiskinan akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan. b.
Ketidakharmonisan rumah tangga sehingga menyebabkan si anak tidak betah tinggal di rumah.
c. Akibat pengaruh lingkungan komunitas anak yang menyebabkan anak
terjerumus dalam kehidupan di jalanan. Ternyata dari ketiga faktor tersebut, bahwa faktor kondisi ekonomi
keluarga yang kurang atau tekanan kemiskinanlah yang menjadi masalah utama seringkali orang tua memaksa anaknya untuk bekerja dan juga atas inisiatif si
anak tersebut mencari nafkah untuk membantu orang tuanya atau hidup mandiri di jalanan. Umumnya kehidupan anak jalanan di Kota Medan dapat dilihat dari
tempat dimana keberadaan mereka beraktifitas, yaitu: a.
Pusat transportasi, seperti; stasiun-stasiun kereta api dan terminal-terminal bus.
b. Pusat perbelanjaan, seperti; di pusat perbelanjaan tradisional sampai pusat
perbelanjaan modern. c.
Tempat-tempat rekreasi, seperti; taman-taman rekreasi. d.
Persimpangan-persimpangan jalan atau di sekitar lampu merah.
73
Kantong-kantong anak jalanan yang merupakan tempat umum mereka bekerja di Kota Medan berdasarkan data dari Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan
Kota Medan berada di: a.
Simpang Pos, Jln. Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru
b. Simpang Titi Kuning, Jln. A. H. Nasution, Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan
Medan Johor c.
Terminal Terpadu Amplas, Jln. Panglima Denai, Kelurahan Amplas, Kecamatan Medan Amplas
d. Simpang Sei Kambing, Jln. Kapten Muslim, Kelurahan Sei Kambing
Kecamatan Medan Helvetia e.
Terminal Pinang Baris, Jln. Pinang Baris, Kecamatan Medang Sunggal f.
Simpang Juanda, Kelurahan Pasar Merah, Kecamatan Medan Kota g.
Aksara, Jln. Aksara, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Medan Denai h.
Pasar Pringgan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. i.
Café Harapan di Jln. Imam Bonjol Medan j.
Medan Plaza, Jln. Iskandar Muda, Medan Kehidupan anak jalanan berbeda dengan kehidupana anak-anak umum
lainnya, dimana anak jalanan ini dituntut untuk bekerja di jalanan setiap hari guna mendapat uang untuk membantu orang tua mereka yang berpenghasilan rendah.
Mengenai aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh anak jalanan di Kota Medan selama berada di jalanan, dapat dilihat seperti menyemir sepatu, mengasong,
menjajakan koranmajalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menyewakan
74
payung, pemulung, mengamen, sebagai penghubung atau penjual jasa dan penjual makanan.
Melihat berbagai aktifitas tersebut, ternyata kehidupan dan pekerjaan anak-anak jalanan di Kota Medan berbeda-beda pula, hal ini tergantung dari
kesanggupan dan keinginan mereka untuk menjalaninya, karena pekerjaan yang mereka lakukan ini tidak membutuhkan kemampuan berfikir dan sekolah yang
tinggi. Adanya masalah anak jalanan yang tumbuh dan berkembang di Kota Medan haruslah diatasi secermat mungkin. Peran Dinas Sosial sebagai pelaksana
penanganan anak jalanan dan dibantu peran serta seluruh masyarakat merupakan hal yang sangat penting agar mereka dapat merasakan perhatian dan perlindungan
sehinga mereka merasa tidak dipinggirkan dan diasingkan di dalam kehidupan
bermasyarakat.
75
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini akan diuraikan penyajian dan analisa data yang diperoleh penulis melalui penelitian di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti di lapangan, peneliti berhasil mengumpulkan data-data dan informasi mengenai pelaksanaan program pembinaan anak jalanan yang dilakukan
oleh Dinas Sosial Dan Ketenagakerjaan Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan, diawali dengan mengumpulkan beberapa data atau
dokumen dari Dinas Sosial Kota Medan mengenai pelaksanaan program pembinaan anak jalanan dalam upaya meminimalisir keberadaan mereka.
2. Melakukan wawancara mendalam dengan staf lembaga Dinas Sosial yaitu
kepala bidang yang menangani langsung program ini atau beberapa pegawai yang terlibat dalam proses penelitian dan mengetahui latar belakang informan
tersebut. 3.
Melakukan observasi di lingkungan tempat pelaksanaan program pembinaan anak jalanan. Peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui
informasi mengenai pelaksanaan program pembinaaan dalam meningkatkan kesejahteraan anak.
Informan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari: 1.
Informan Kunci, yaitu: Kepala Bidang Kabid Pelayanan Sosial 2.
Informan Utama, yaitu: Anak yang terdata sebagai peserta ikut terlibat dalam program pembinaan anak jalanan
76
3. Informan Tambahan, yaitu: Keluarga anak jalananorang tua, Kepala
Lingkungan dan Koordinator Bidang Sosial di Panti Asuhan Pungi tempat anak jalanan dibina.
5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Informan Kunci
Nama : Zailun, SH, M.AP
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Sosial
Agama : Islam
Suku : Jawa
Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Zailun menanyakan bagaimana proses pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota Medan. Sebagaimana telah diatur dalam program, bahwa bentuk pembinaan yang dilakukan untuk menanggulangi keberadaan anak jalanan terdiri
atas empat bentuk pembinaan. Keempat bentuk pembinaan tersebut yaitu, 1 Program Penertiban, 2Program Pembinaan Lanjutan, 3Program
PelatihanKeterampilan dan 4 Program Pemberdayaan. Berbicara masalah penanganan jumlah anak jalanan di Kota Medan, Dinas Sosial telah
mencanangkan program pembinaan anak jalanan, namun dalam menjalankan
77
program tersebut jelas ada langkah-langkah yang harus dan wajib di lakukan oleh Pemerintah melalaui Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pelayanan Sosial ketika menanyakan program pembinaan anak jalanan : “selama ini yang kami
lakukan sudah mengacu kepada peraturan dari pusat yaitu Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, dimana langkah atau bentuk pembinaan yang langsung kami
lakukan itu ada empat, yaitu program penertiban, penyuluhan, program pelatihanketerampilan dan program pemberdayaan”
Berdasarkan hasil wawancara dan melalui pernyataan langsung tersebut maka dapat dikatakan bahwa sejauh ini Dinas Sosial telah berupaya untuk
menangani permasalahan anak jalanan di kota Medan dengan melakukan keempat program atau langkah pembinaan tersebut.Peneliti Kemudian menayakan secara
terperinci mengenai program pembinaan anak jalanan, bagaimana implementasinya, apa sajakah kegiatan yang dilakukan, apa saja indikator dan
bagaimana proses yang dilakukan demi terealisasinya setiap langkah pada program tersebut.
Program pertama yang dilakukan yaitu Penertiban. Peneliti melakukan wawancara tentang program pertama dan demikian penuturan dari Bapak Zailun :
“pada penertiban, kegiatan ini dilakukan bermitra dengan Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP ketika melakukan penertiban dengan melakukan patroli atau
razia penangkapan terhadap para anak yang ditemui sedang melakukan aktivitasnya dijalanan. Kegiatan yang dilakukan pada program ini adalah
pengadaan posko. Pembentukan posko dalam hal ini dilakukan dengan cara melakukan posko yang berbasis di jalanan in the street dan tempat umum pada
78
titik-titik rawan dimana anak jalanan sering melakukan aktivitasnya. Misalnya tempat posko yang dibuat untuk daerah Medan AmpasTerminal Amplas berada
di Jln. Sisingamangaraja, untuk daerah pringgan berada di Jln. Iskandar Muda, daerah Medan Johor berada di Jln. A.H Nasution dekat pos polisi. Pengadaan
posko ini berfungsi sebagai bentuk pembinaan awal kepada anak jalanan dengan melakukan pendataan dan pengarahan awal dari pihak Dinas Sosial. Jadi anak
yang di dapat dari jalan di bawa ke posko dan dilakukan pendataan. Pada kegiatan pendataan ini dapat diketahui data yang berisikan tentang nama,
alamat, daftar keluarga, kondisi tempat tinggal, latar belakang kehidupan sosial- ekonomi, asal daerah, pekerjaan, status keluarga, dan permasalahan pokok yang
di hadapai. Kemudian informasi yang di dapat, dikonfirmasi kepada keluarga si anak guna mengetahui apabila terdapat data yang tidak sinkron. Data-data ini
merupakan data awal yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan pada tingkat selanjutnya. Setelah diketahui data tentang si anak, lalu mereka
dibawa dan dibina selama 1 minggu atau 7 hari di Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjai yang telah di sediakan oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Utara. Setelah itu mereka di kembalikan lagi ke orang tua dan yang tidak memiliki orang tua mereka menetap di panti asuhan.”
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa langkah awal untuk membina anak jalanan pada program penertiban ini adalah dengan pengadaan posko yang
berfungsi sebagai bentuk pembinaan awal melalui pendataan dan pengarahan awal dari pihak dinas sosial yang bekerja sama dengan Satpol PP Satuan Polisi
Pamong Praja. Penertiban yang merupakan pembinaan pencegahan sendiri merupakan bentuk awal dari suatu pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial yang
79
bertujuan mencegah berkembangnya dan meluasnya jumlah penyebaran dan kompleksitas permasalahan penyebab adanya anak jalanan. Pembinaan
pencegahan sendiri dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, yakni pembuatan posko yang bertujuan untuk mengetahui sebab kenapa mereka anak jalanan,
gelandagan, pengemis, dan pengamen ada dijalanan. Berdasarkan data di atas dapat ditelusuri bahwa penertiban dilakukan
pertama adalah pembuatan posko, selanjutnya melalui posko tersebuat dilakukan kegiatan pendataan langsung oleh Dinas Sosial Kota Medan yang bekerjasama
dengan lembaga-lembaga sosial, Satpol PP Satuan Polisi Pamong Praja dan pada kegiatan pendataan tersebut dapat diketahui data yang berisikan tentang nama,
alamat, daftar keluarga, kondisi tempat tinggal, latar belakang kehidupan sosial- ekonomi, asal daerah, pekerjaan, status keluarga, dan permsalahan pokok yang di
hadapai. Data-data ini merupakan data awal yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan pada tingkat selanjutnya yang bertujuan untuk mengetahui
secara garis besar jumlah anak jalanan di setiap kecamatan sebagai sasaran untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Setelah dilakukan patroli lantas masih ada yang tertangkap sedang melakukan aktivitasnya, maka akan dijaring atau ditangkap untuk selanjutnya di
arahkan ke Panti Rehabilitasi Sosial yakni Panti Asuhan Pungi. Ditempat tersebut akan ditampung secara sementara selama kurang tujuh harisatu minggu untuk
dilakukan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan selama dalam masa penampungan sementara terdiri atas bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual,
bimbingan hukum, serta permainan adaptasi sosial atau outbond. Selama dalam kegiatan pembinaan tersebut maka dilakukan pula pendekatan awal kepada anak
80
jalanan, gelandagan, pengemis, dan pengamen dengan cara mengindetifikasi dan menyeleksi apa saja yang menjadi masalah pokok sehingga yang terjaring razia
ini masih saja melakukan aktivitasnya di jalanan. Melalui identifikasi dan seleksi tersebut, dapat diketahui permasalahan utama yang di hadapi anak-anak jalanan
ini. Setelah diketahui masalahnya maka pihak dinas sosial yang bekerja sama dengan instansi terkait dapat mengungkapkan dan memahami masalah serta apa
yang perlu dilakukan guna mengatasi masalah-masalah tersebut. Program kedua yaitu, Program Pembinaan Lanjutan. Program pembinaan
ini merupakan lanjutan dari program pembinaan awal yang telah dilakukan. Program ini dilakukan dengan memberikan bimbingan kepada anak yang
menitikberatkan ke peminimalisiran jumlah anak-anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen yang melakukan aktifitasnya di tempat-tempat umum.
Pembinaan lanjutan ini juga lebih mengarah kepada keberlangsungan hidup mereka. Peneliti melakukan wawancara tentang program kedua dengan
menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan guna terealisasinya program pembinaan anak jalanan dan
demikian penuturan dari Bapak Zailun : “Untuk menindak lanjuti pembinaan awal, kami kemudian memberikan program
pembinaan lanjutan. Program pembinaan lanjutan ini dilakukan di tempat para anak jalanan dibina yakni di Panti Asuhan Pungi. Kegiatan yang dilakukan pada
program ini adalah memberikan berbagai bimbingan dan materi pembelajaran kepada para anak. Hal ini dilakukan langsung oleh Dinas Sosial yang bekerja
sama dengan Panti Pungi selama dalam proses pemberian pembinaan. Bimbingan yang diberikan pada program ini yang pertama berupa bimbingan
81
mental spriritualrohani seperti memberikan bimbingan secara keagamaan. Yang kedua, bimbingan fisik yaitu memberikan kegiatan pada bidang olahraga, seni
dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Ketiga yakni bimbingan sosial, dan yang keempat yaitu bimbingan motivasi”.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bapak Zailun, peneliti mengetahui bahwa pelaksanaan program pembinaan lanjutan pada
program ini yakni dilakukan dengan pemberian bimbingan kepada para anak jalanan. Dinas Sosial Kota Medan yang bekerja sama panti asuhan dalam kegiatan
bimbingan kerja menggunakan secara sistematis tentang materi, waktu, metode pelaksanaannya, dan sasaranya. Lebih jelasnya peneliti akan menguraikan
pelaksanaan bimbingan diantaranya : a.
Bimbingan mental dan spiritualrohani Pembinaan bimibingan mental dan spiritual yaitu, dengan melakukan
pembentuakan sikap serta prilaku, baik itu bentuk perseorangan maupun bentuk perkelompok. Dimana pembentukan sikap dan prilaku tersebut diharapkan dapat
memberikan efek positif kepada mereka yang terjaring ketika dikembalikan dalam lingkungan masyarakat. Dalam pemberian bimbingan mental spiritual ada hal-hal
yang dilakukan didalamnya yaitu dengan memberikan bimbingan secara keagamaan, bimbingan terhadap budi pekerti serta bimbingan akan norma-norma
dalam kehidupan. Sebagaimana telah terjaring sebelumnya, ada yang dikembalikan secara bersyarat untuk mengikuti pendidikan formal maupun non-
formal, dan ada juga yang masih berada di dalam panti rehablitasi guna mengikuti pembinaan rehabilitasi melalui sistem yang ada di dalam panti rehabilitasi
tersebut. Selain itu dalam rangka bimbingan kepribadian mental, peran moral
82
sangatlah menentukan kepribadian yang terjaring sebagai bentuk pengendalian dalam bertindak ketika menghadapi segala keinginan dan dorongan untuk
berbuat,dan akan mengatur sikap dan tingkah laku secara moral. b. Bimbingan Fisik
Pemberian bimbingan secara fisik dilakukan dalam memberikan kegiatan- kegiatan, seperti kegiatan yang meliputi olahraga, seni, serta melakukan
pemeriksaan kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaga dan memulihkan kesehatan serta kebugaran fisik. Ketika pemeriksaan kesehatan
dilakukan ternyata ada ditemukan yang mengalami gangguan kesehatan, maka akan dihentikan dalam proses pemberian pembinaan rehabilitasi di dalam panti.
Pemberentian pembinaan rehabilitasi artinya hanya bersifat sementara karena yang kedapatan memiliki gangguan kesehatan terlebih dahulu di rujuk untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan atau jaminan kesehatan lalu melanjutkan pembinaan rehabilitasi dipanti sosial.
c. Bimbingan sosial Bimbingan sosial yang diberikan yaitu bertujuan agar anak-anak tersebut
termotivasi dan dapat menumbuh kembangkan akan kesadaran dan tanggungjawabanya sebagai anggota masyarakat disamping itu, pemberian
bimbingan sosial dapat memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi oleh anak-anak jalanan tersebut baik itu yang sifatnya perorangan maupun dalam
bentuk kelompok. Kegiatan bimbingan sosial mengarah pada aspek kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat, sehingga dapat menimbulkan kesadaran
dan tanggung jawab sosial baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Ini dimasudkan untuk menummbuh kembangkan kesadaran dan tanggung
83
jawab sosial serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialtatanan kehidupan masyarakat. Bimbingan sosial ini menumbuh
kembangkan dan meningkatkan secara mantap kesadaran tanggung jawab sosial untuk berintegrasi dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif.
d. Bimbingan motivasi Bimbingan ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan motivasi kepada
anak untuk dapat berkarya dan memacu mereka untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, ada keinginan untuk maju dan berhasil. Materi yang
diberikan dalam hal pendidikan kemasyarakatan, pembinaan tanggung jawab dan kepercayaan diri sendiri. Teknik yang dilakukan adalah bimbingan perseorangan
dan bimbingan kelompok. Program ketiga yaitu Program PelatihanKeterampilan. Peneliti melakukan
wawancara tentang program ketiga dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan guna terealisasinya
program pembinaan anak jalanan dan demikian penuturan dari Bapak Zailun “Pelatihan disini artinya memberikan mereka pembinaan dengan berbagai
keterampilan misalnya pembuatan sablon, anyanan, menjahitmenyulam seperti bagi anak perempuan misalnya; keterampilan tata rias, mereka ada diajarkan
praktek pemangkasan, teori dan praktek menyanggul modern. Mengajarkan bordir atau menjahit misalnya tentang teknik membordir taplak meja dan bentuk
keterampilan lainnya.Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan bakat dan juga meningkatkannya serta memberikan dorongan motivasi kepada anak untuk dapat
berkarya dan memacu mereka untuk bisa mandiri dan adanya keinginan untuk maju dan berhasil”.
84
Berdasarkan wawancara diatas, peneliti mengetahui bahwa dalam program pelatihan ini Dinas Sosial memberikan berbagai keterampilan kepada para anak
jalanan yang di bina di panti asuhan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti
dengan instansi-instansi yang terkait. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah
dilakukan pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya dalam bentuk usaha. Sedangkan untuk kategori anak usia belum sekolah selanjutnya pembinaan rehabilitasi yang diberikan yaitu bimbingan pra
sekolah. Pemberian bimbingan pra sekolah disini dimaksudkan sebagai upaya
untuk mempersiapkan dari awal sebelum memasuki dunia pendidikan yang lebih terarah, terbina, dan lebih formal. Selain itu, pemberian bimbingan pra sekolah
juga sebagai bentuk pengenalan kondisi situasi sekolah serta memberikan pemahaman dan pengertian tentang mata pelajaran yang akan di dapatkan dalam
dunia sekolah secara umum sesuai dengan strata sekolah. Barulah kemudian dimasukkan ke sekolah sesuai dengan kategori usia sekolah. Baik itu secara
pendidikan formal maupun pendidikan non-formal buat yang putus sekolah. Program keempat yakni Program Pemberdayaan yang dilakukan Dinas
Sosial Kota Medan. Peneliti melakukan wawancara tentang program keempat dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa
saja yang dilakukan guna terealisasinya program pembinaan anak jalanan. Berikut penuturan dari Bapak Zailun, “program pemberdayaan disini dimaksudkan
85
kepada keluarga. Keluarga yang dimaksud yaitu keluarga kandung, orang tua, saudara, kakek atau nenek dari si anak .Orang tua dipanggil ke kantor Dinas
Sosial dan dilakukan pemberdayaan. Pemberdayaan keluarga merupakan suatu proses penguatan keluarga yang dilakukan secara terencana dan terarah melalui
pemberian kegiatan bimbingankepada para orang tua atau keluarga anak jalanan. Mereka di berikan berbagai arahan agar tidak membiarkan dan
menelantarkan anak mereka untuk terjun langsug ke jalanan” Peneliti kemudian menanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan
pada program ini dan Bapak Zailun pun memaparkan, “ada lima macam bentuk pemberdayaan terhadap keluarga yang dapat kita berikan. Dua diantaranya
merupakan bentuk bimbingan dan selebihnya yaitu pembentukan kelompok untuk usaha ekonomis produktif bersama dalam hal kegiatan yang biasa dikerjakan
sesuai dengan kondisi tempat tinggalnya, seperti usaha jahit-menjahit, usaha kios, usaha salon, lalu di berikan modal untuk mengembangkan usaha tersebut
serta untuk mencukupi kebutuhan keluarganya”. Berdasarkan wawancara diatas, peneliti mengetahui bahwa terdapat lima
macam bentuk kegiatan dalam program pemberdayaan yakni berupa pelatihan dan ada pula berupa pembentukan usaha lalu pemberian modal dan
mengembangkannya menjadi usaha untuk memenuhi kebutuhan masing-masing dari keluarga anak-anak jalanan tersebut. Pertama, yaitu dengan pemberian
bimbingan kepada para orang tua atau keluarga anak jalanan. Mereka di berikan berbagai arahan agar tidak membiarkan dan menelantarkan anak mereka untuk
terjun langsug ke jalanan.
86
Kedua yaitu melakukan kegiatan pelatihan keterampilan berbasis rumah tangga yaitu pelatihan yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang disesuaikan dengan bakat dan minat serta lingkungan sosialnya. Pelatihan ini meliputi pelatihan jahit-menjahit, memasak, kerajinan
rumah tangga, dan hal-hal umum yang biasa menjadi pekerjaan ibu rumah tangga lainnya. Ketiga, yaitu Pelatihan Kewirausahaan. Pelatihan ini dilakukan untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip usaha kecil dan menengah yang disesuaikan dengan keterampilan yang mereka miliki berdasarkan
kondisi lingkungan tempat mereka berdomisili, sehingga mereka mampu beradaptasi dan dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas usahanya guna
membantu mencukupi penghasilan keluarganya yang di butuhkan. Keempat, yaitu pemberian bantuan modal usaha ekonomis peroduktif. Ini
dilakukan bertujuan untuk memberikan bantuan stimulan berupa berupa barang atau dagangan atau modal usaha kecil sebagai modal dasar dalam rangka untuk
membentuk, memotivasi serta untuk menciptakan kemandirian keluarga yang dilakukan secara perorangan. Dinas Sosial bekerja sama dengan instansi-instansi
terkait memberi bantuan modal dan usaha bagi keluarga anak jalanan yang kurang mampu, seperti bahan makanan ataupun modal untuk menghidupi kebutuhan
keluarganya. Kelima yaitu, Pembentukan Kelompok Usaha Bersama. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengembangkan usaha ekonomis produktif baik
yang telah diberi modal maupun barang melalui pembinaan dengan cara membentuk kelompok keluarga yang memiliki jenis usaha yang sama antara lima
sampai dengan sepuluh keluarga.
87
Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan bapak Zailun menanyakan bagaimana sejarah lahirnya Program Pembinaan Anak Jalanan di
Kota Medan. Bapak Kabid tersebut menerangkan kepada peneliti latar belakang terbentuknya program pembinaan anak jalanan yaitu merujuk kepada maraknya
anak jalanan anak terlantar yang hingga saat ini masih saja melakukan aktivitas mereka dengan bekerja atau berkeliaran di jalanan dimana hal tersebut sangat
mencemari keindahan suatu kota dan tuntutan profesi untuk bekerja bagi anak sangat bertolak belakang dengan hukum. Bapak Zailun menegaskan:
‘terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang mengatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar itu dipelihara oleh negara artinya
Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk di dalamnya anak jalanan. Jadi alasan utama
program pembinaan ini terwujud karena kebijakan tersebut dan juga berdasarkan landasan hukum tentang perlindungan anak, hak-hak anak dan Undang-Undang
lain yang mengatur tentang kesejahteraan untuk anak. Kemudian pemerintah melalui Dinas Sosial membuat program pembinaan untuk pengentasan masalah
anak jalanan di Kota Medan ini.” Berdasarkan penuturan dari Bapak Kepala Bidang tersebut, peneliti
mengetahui bahwa latar belakang terbentuknya program pembinaan anak jalanan adalah berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang
menyatakan bahwa anak terlantar termasuk di dalamnya anak jalanan dipelihara oleh negara dan atas dasar kebijakan pemerintah yang terdapat pada Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak yakni UU No 23 tahun 2002 dan peraturan terbaru yang serupa dengan hal tersebut yaitu UU No 35 Tahun 2014 tentang
88
Perlindungan Anak serta UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak tentang dan hak-hak yang menjamin kesejahteraan mereka.
Negara Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak dan karena itu mempunyai komitmen menurut hukum nasional
untuk menghormati, melindungi, mempromosikan dan memenuhi hak-hak anak di Indonesia. Konvensi hak-hak anak merupakan komitmen dalam pemenuhan
kebutuhan dasar anak agar dapat tumbuh secara wajar. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia
pada umumnya. Tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Convension on the Right of the Child konvensi tentang hak-hak anak. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu
hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya dan
perlindungan khusus. Hak-hak anak adalah merupakan alat untuk melindungi anak dari
kekerasan dan penyalahgunaan. Hak anak dapat menciptakan saling menghargai pada setiap manusia. Penghargaan terhadap hak anak hanya bisa dicapai apabila
semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan kemudian menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang
menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain. Tujuan Hak-hak anak adalah untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk
mencapai potensi mereka secara penuh, serta memiliki akses terhadap pendidikan
89
dan perawatan kesehatan, tumbuh di lingkungan yang sesuai, mendapat informasi tentang hak-hak mereka dan berpartisipasi secara aktif di masyarakat.
Pernyataan Bapak Zailun mengatakan bahwa selain hak yang merupakan komitmen dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak agar dapat tumbuh secara
wajar, pemerintah yang juga telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak yaitu UU No 23 tahun 2002, peraturan terbaru yang serupa
dengan hal tersebut yakni UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Berdasarkan landasan
tersebut, anak terlantar atau anak jalanan wajib dipelihara oleh negara. Bapak Zailun menuturkan:“melihat berbagai kondisi yang dialami oleh anak jalanan,
maka Pemerintah Daerah Kota Medan melalui Dinas Sosial mengadakan Program Pembinaan Anak Jalanan, dimana dengan program yang disusun akan
tercipta realisasi untuk mengentaskan masalah anak jalanan”. Peneliti kemudian menanyakan kepada Bapak Zailun, bagaimana
sosialisasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pembinaan anak jalanan. Bapak Zailun mengatakan bahwa bentuk sosialisasi terbagi atas dua bentuk, yaitu
secara langsung dan tidak langsung serta melakukan satu kegiatan yaitu kampanye. Sosialisai secara langsung sendiri dilakukan dalam bentuk ceramah
yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan instansi terkait dan dapat bekerja sama dengan kelompok, organisasi sosial Orsos melalui kegiatan interaktif dan
ceramah yang dilakukan secara langsung, sedangkan sosialisasi secara tidak langsung sendiri dilakukan melalui media cetak maupun di media elektronik
sebagai media perantara antara pemerintah kepada masyarakat.
90
Sosialisasi atas program pembinaan ini juga dilakukan dengan kampanye yang bertujuan untuk mengajak dan mempengaruhi seseorang atau kelompok
untuk ikut melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengendalian terhadap anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen. Kampanye dilakukan melalui
kegiatan yang mengikutsertakan kelompok-kelompok masyarakat tertentu baik dalam pertunjukan, pertandingan, lomba, orasi, pemasangan rambu-rambu tentang
larangan memberikan uang di jalanan. Setelah menanyakan latar belakang terbentuknya program pembinaan dan
bagaimana sosialisai yang dilakukan, peneliti kemudian menanyakan siapa sajakah yang menjadi sasaran dalam pembinaan. Berikut pernyataan Bapak
Zailun, “dampak krisis ekonomi menyebabkan banyak keluarga terpuruk kondisi ekonominya, sehingga dengan terpaksa si anak harus turut mencari nafkah di
jalanan dan dengan demikian yang menjadi sasaran program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial adalah untuk kepentingan anak jalanan yang
sebagian besar waktunya mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dimana hal tersebut sangat belum wajar bagi seorang anak untuk bekerja dan berada di
jalanan” Mencermati pernyataan dari Bapak Kabid tersebut, berkaitan dengan
kepentingan siapa yang terlibat, artinya bahwa kelompok yang menjadi sasaran utama dalam pelaksanaan program pembinaan ini adalah untuk kepentingan anak
jalanan, maka sasaran nya adalah anak jalanan. Faktor kuat yang membuat anak untuk turun ke jalanan adalah karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang
mendukung, sehingga dengan terpaksa si anak harus membantu pendapatan orang tuanya. Sasaran ditujukan pada anak jalanan dengan tujuan tercapainya
91
perlindungan terhadap anak yakni dengan menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat berkembang, tumbuh, hidup dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia dan sejahtera. Suatu program yang dirumuskan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang
seobjektif mungkin untuk dicapai, artinya program yang ditetapkan benar-benar tepat sasaran terhadap kepentingan yang dimaksud. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan Bapak Zailun yang menyatakan bahwa, tujuan yang ingin dicapai dari program pembinaan ini yakni:
“Mengurangi kegiatan anak di jalanan sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya seperti dapat bermain dan belajar layaknya anak-anak pada umumnya
dan dapat kembali kepada orang tuanya serta terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya”.
Peneliti juga mengetahui macam-macam manfaat yang diharapkan dengan adanya program pembinaan anak jalanan ini adalah: “Pertama, anak memiliki
keterampilan misalnya dalam hal pembuatan kerajinan tangan seperti pembuatan sablon, anyanan, menyulammembordir taplak meja,kerudung dan si anak pun
dapat berkarya serta bisa menumbuhkan bakat bakat dalam dirinya sehingga dapat bekerja untuk membantu orang tuanya dengan catatan bukan bekerja di
jalanan, karena seorang anak yang bekerja di jalanan dikhawatirkan sangat rentan terhadap berbagai kecelakaan lalu lintas dan rentan terhadap berbagai
penyakit yang muncul. Keterampilan yang diberikan ini merupakan salah satu program dari empat program pembinaan yang diberi Dinas Sosial pada anak
92
jalanan dimana program ini diberikan di Panti Asuhan Pungi tempat anak jalanan dibina. Kedua, diharapkan anak tidak kembali lagi ke jalanan sehingga
tidak merusak pemandangan dan ketertiban umum akibat berkeliarannya mereka di jalanan”.
Peneliti kemudian menanyakan siapa sajakah badaninstansi yang ikut berperan dalam pelaksanaan program pembinaan anak jalanan, Bapak Zailun
kemudian menuturkan, “kami melakukan mitra dengan lembaga sosial yaitu Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjai. Panti tersebut merupakan tempat
anak jalanan di bina. Disanalah mereka menerima program pembinaan selama tujuh hari ketika anak jalanan berhasil di tangkap dari hasil razia di lapangan
oleh Dinas Sosial yang juga bekerja sama dengan Satpol PP. Agen implementorpelaksana dari program pembinaan anak jalanan adalah Dinas
Sosial sebagai perpanjangan tangan dari Gubernur Sumatera Utara dan dalam pelaksanaannya ketika melakukan pembinaan-pembinaan dibantu oleh oknum-
oknum terkait yakni Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP dan Panti Asuhan Pungi.”
Berdasarkan penuturan Kepala Bidang Pelayanan Sosial tersebut bahwa pelaksana dari suatu kebijakan tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh satu
pihak, walaupun Dinas Sosial sebagai pelaksana utama dalam hal ini, namun penting menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait didalamnya
sehingga program tersebut terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Badaninstansi yang ikut berperan dalam pelaksanaan program pembinaan anak
jalanan ini adalah Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjai. Panti ini digunakan sebagai tempat anak jalanan di bina. Satuan Polisi Pamong Praja Satpol
93
PPMedan juga ikut berpartisipasi yakni dalam hal operasi razia yaitu ikut turun ke lapangan bersama Dinas Sosial untuk melakukan razia terhadap anak jalanan.
Peneliti kemudian menanyakan dari mana sumber anggaran dalam pelaksaan program pembinaan anak jalanan. Suatu program yang dijalankan
haruslah didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber-sumber daya yang dimaksud mencakup Sumber Daya Manusia SDM dan Sumber daya
finansialkeuangan, sehingga dapat menunjang keberhasilan implementasi program yang ingin dituju. Berikut penuturan dari Bapak Zailun :
“jika yang menyangkut dengan sumber daya manusia adalah kami sebagai pelaksana dalam program pembinaan ini, ada 2dua orang pegawai yang
bersangkutan langsung dengan pembinaan anak jalanan tersebut yaitu Ibu Deli Marpaung SH dan Bapak Miskuddin Nst. dan menyangkut masalah anggaran itu
sudah ada dalam APBD Kota Medan dalam beberapa program yang ada di dinas Sosial Kota Medan, salah satunya penertiban, penyuluhan, pembinaan dan
pelatihan untuk anak jalanan, selama ini fasilitas untuk penertiban belum ada, misalnya rumah singgah dan mobil pengangkut anak jalanan dari penertiban
tersebut. Fasilitas tersebut diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Melalui hasil wawancara peneliti dengan informan, peneliti mengetahui
bahwa Sumber daya manusia dan sumber daya finansial merupakan dua elemen dasar yang penting tersedia untuk menunjang keberhasilan suatu program yang
djalankan. Kemampuan pekerja sebagai sumber daya manusia yang dibutuhkan sangat penting peranannya untuk memperlancar proses pemberian pembinaan bagi
anak jalanan, namun hasil penelitian yang penulis peroleh dari hasil wawancara dengan Dinas Sosial, bahwa Dinas Sosial tidak menyediakan pekerja khusus dari
94
luar instansi untuk membina secara langsung program kegiatan anak jalanan ataupun melakukan pelatihan-pelatihan kepada para pekerja sosial, dikarenakan
terbatasnya dana untuk kegiatan tersebut. Peneliti kemudian menanyakan sejauh mana perubahan akan diwujudkan.
Sebuah kebijakan haruslah disikapi dengan tepat. Seperti masalah anak jalanan di Kota Medan sangatlah beragam sehingga penanganannya juga harus disesuaikan
dengan masalah yang ada dan pada akhirnya perubahan yang diharapkan akan dapat terwujud, walaupun hanya sebatas meminimalisir atau mengurangi
keberadaan mereka, karena sesunguhnya untuk menghilangkan keberadaan anak jalanan ini sepenuhnya sangat sulit direalisasikan mengingat krisis ekonomi
Negara Indonesia yang begitu terpuruk. Seperti hasil wawancara peneliti kepada Bapak Zailun dari Dinas Sosial yang menyatakan bahwa:
“Perubahan yang ingin diwujudkan sesunguhnya tidak jauh berbeda dengan manfaat yang ingin dicapai, yakni mengurangi anak berada di jalanan, baik itu
untuk bekerja atau hanya sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Sebagaimana anak-anak yang lain, anak jalanan juga memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang layak, untuk itu perubahan yang perlu diwujudkan adalah anak-anak jalanan ini dapat tumbuh sesuai dengan masa berkembang,
baik perkembangan fisik maupun mentalnya, seperti mendapatkan hak pendidikan, pelayanan kesehatan, bermain dan sebagainya”.
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengetahui bahwa realisasai yang ingin diwujudkan adalah pemerintah berharap aktifitas kerja anak di jalanan
berkurang, seperti meminta-minta atau mengemis, dan anak jalanan yang putus sekolah dapat dibina serta mendapatkan pendidikan sebagaimana anak-anak pada
95
umumnya. Pemerintah beserta segenap masyarakat haruslah berupaya agar mereka tidak lagi bekerja di jalanan, karena usianya belum sepantasnya untuk
bekerja, mereka seharusnya belajar, sekolah dan masih dalam bimbingan, asuhan serta didikan orang tua atau keluarganya. Melalui adanya kebijakan program
pembinaan anak jalanan ini, maka perubahan yang ingin diwujudkan adalah berkurangnya keberadaan anak jalanan dan mereka mendapatkan hak-haknya
kembali. Peneliti kembali mengajukan pertanyaan dengan menyakan tentang
kebijakan apa yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kota Medan untuk pelaksanaan program, Bapak Zailun mengatakan bahwa di tingkat Provinsi,
memang Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara belum ada mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Penetapan Program Pembinaan Anak Jalanan, namun
mengeluarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak. Program
mengenai pembinaan anak jalanan dilakukan atas peraturan dari pusat yaitu Departemen Sosial berlandaskan kebijakan dalam aturan yang terdapat pada UU
No 23 Tahun 2002 dan UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan juga UU No. 4 Tahun 1797 tentang Kesejahteraan Anak.
Adanya kebijakan pemerintah yang jelas untuk memperkuat pengasuhan berbasis keluarga untuk anak-anak yang rentan. Anak-anak memerlukan
pengasuhan dan perlindungan prioritas pengasuhan alternatif di keluarga besar atau di keluarga pengganti. Departemen Sosial, Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Agama, dan instansi penting lainnya perlu bekerja bersama untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga miskin dan rentan bisa mendapatkan
96
bantuan langsung keuangan dan bentuk lain untuk menjamin pendidikan anak- anak mereka.
Bapak Zailun juga mengatakan bahwa program pembinaan ini sudah berlangsung lama yakni sekitar kurang lebih lima 5 tahun lamanya dilakukan
langsung oleh Dinas Sosial dan hasil yang diperoleh dalam waktu tersebut masih kurang memuaskan karena kurangnya berbagai fasilitas yang mendukung program
diantaranya Dinas Sosial belum memiliki fasilitas yang memadai dalam menjalankan program ini, seperti tidak adanya transportasi khusus yang
digunakan oleh Dinas Sosial untuk melakukan razia saat melakukan penertiban karena kurangnya dana dari pusat dan belum memiliki fasilitas yang memadai
dalam menjalankan program ini untuk mendirikan rumah singgahpanti sosial, karena rumah singgahpanti sosial yang selama ini digunakan adalah milik non-
pemerintah yang disubsidi sehingga anak jalanan yang dirazia harus dibina di kota lain yaitu Panti Sosial Pungi yang berada di Binjai sehingga menghambat proses
jalannya program. Hingga saat ini Dinas Sosial masih mengupayakan program pembinaan ini perlu dilanjutkan hingga dapat mengentaskan problematika anak
jalanan di Kota Medan. Menurut Bapak Kepala Bidang tersebut bahwa adanya program
pembinaan terhadap anak jalanan ini tentunya mendukung tercapainya visi misi Dinas Sosial. Visi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan adalah
perluasan, perlindungan kerja dan pengentasan kemiskinan dalam masyarakat menuju Kota Medan sejahtera. Salah satu misi yang berhubungan langsung
dengan pembinaan anak jalanan yaitu meningkatkan penanganan masalah-
97
masalah kesejahteraan sosial. Masalah kesejahteraan sosial termasuk didalamnya problematika anak khususnya anak jalanan yang harus diatasi.
Peneliti kemudian menanyakan apa saja hambatankendala dalam pelaksanaan program pembinaan anak jalanan. Program Pembinaan telah diatur
secara rinci dan sangat jelas tentang langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh Dinas Sosial dalam memberikan pembinaan dan menangani masalah anak jalanan,
gelandangan, pengemis, dan pengamen yang semakin bertambah. Menjalankan langkah-langkah pembinaan tersebut tentunya tidaklah berjalan dengan mudah
sesuai dengan apa yang diharapkan sesuai dengan program tersebut, namun di lain pihak yang terlibat juga mendapatkan tantangan sebagai penghambat dari
pembinaan yang dilakukan. Mencermati pernyatan dari informan dengan melakukan wawancara mendalam kepada Bapak Zailun, peneliti mengetahui
kendala dalam pelaksaan program, yakni : a.
Kurangnya Kesadaran yang dimiliki Tidak Begitu Mau Dibina Masyarakat pada umumnya yang terjaring pada penertiban anak jalanan ialah
anak jalanan yang usia 5-18 tahun yang sedang mengemis di lampu merah. Dasarnya adalah faktor ekonomi dan lingkup internal keluarga yang tidak
menasehati keluarganya sehingga terjadilah penyimpangan anak jalanann. Sosialisasi yang diberikan ketika dalam penertiban baik pemberian nasihat,
pembinaan mental dan rohani ternyata sangat sulit untuk dinasehati dan akhirnya setelah dibina selama 5-7 hari mereka kembali kejalanan. Fasilitas
yang diberikan orang tua yang anaknya terlantar tidak dimanfaatkan dengan baik.
b. Kurangnya Sarana dan Prasarana utama dalam Program
98
Selama ini berjalannya program pembinaan anak jalanan berasal dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara dimana seluruh pendanaan berasal dari pusat.
Adanya penertiban yang membutuhkan fasilitas rumah singgah untuk menampung anak jalanan dan mobil penganggukut anak jalanan tersebut tidak
dimiliki oleh Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan. Selama ini alat teransportasi tersebut berasal dari Dinas Sosial Provinsi sumatera Utara. Dan
fasilitas rumah singgah atau panti itu pun milik Dinas sosial Provinsi Sumatera Utara, Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjailah yang selalu
dipakai atau menempatkan anak jalanan yang terkena jaringanrajia, maka dari keterbatasan dana lah yang menghambat proses pembentukan panti atau
rumah singgah dan transportasi pribadi milik Dinas sosial Kota Medan.
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci yaitu Bapak Zailun selaku Kepala Bidang Pelayanan Sosial yang
menanggungjawabi program, peneliti mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan pada anak jalanan di Kota Medan. Dinas
Sosial telah berupaya untuk menangani permasalahan anak jalanan di kota Medan dengan melakukan keempat program yang telah disusun yakni 1Program
Penertiban, 2 Program Pembinaan LanjutanPenyuluhan, 3 Program PelatihanKeterampilan dan 4 Program Pemberdayaan.
Sejarah lahirnya program pembinaan ialah tanggapan positif pemerintah Indonesia dalam memberikan tanggapan terhadap rekomendasi Majelis Umum
PBB tahun 2002 mengingat keterlibatan Indonesia yang sudah sangat awal dan begitu intens tentang pemenuhan hak anak melalui KHA dan juga atas landasan
99
Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatakan bahwa anak terlantar itu dipelihara oleh negara artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap
pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk di dalamnya anak jalanan. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak
yaitu UU No 23 tahun 2002, peraturan terbaru yang serupa dengan hal tersebut yaitu UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak. Melihat berbagai kondisi yang dialami oleh anak jalanan, maka Pemerintah Daerah Kota Medan melalui Dinas Sosial
mengadakan Program Pembinaan Anak Jalanan, dimana dengan program yang realistis akan tercipta kebijakan utama untuk mengentaskan masalah anak jalanan.
Sasaran dari program pembinaan adalah anak jalanan, program pembinaan sendiri dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yaitu anak yang belum berusia 18 tahun. Tujuan dari perlindungan anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
Bentuk sosialisasi dari program adalah dengan melakukan dua bentuk kegiatan, yaitu secara langsung dan tidak langsung serta melakukan satu kegiatan
yaitu kampanye. Sosialisai secara langsung sendiri dilakukan dalam bentuk ceramah yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan instansi terkait dan dapat bekerja
sama dengan kelompok, organisasi sosial Orsos melalui kegiatan interaktif dan ceramah yang dilakukan secara langsung, sedangkan sosialisasi secara tidak
100
langsung sendiri dilakukan melalui media cetak maupun di media elektronik sebagai media perantara antara pemerintah kepada masyarakat.
Terdapat Panti Asuhan yang bermitra untuk menitipkan anak jalanan di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan untuk dibina yakni Panti Asuhan
Pungi. Penertiban dan penjaringan yang dilakukan pemerintah Dinas Sosial Kota Medan dibutuhkan sumber daya manusia yang lain yaitu Satuan Polisi Pamong
Praja yang ikut bermitra dilapangan dalam penjaringan dan untuk mengamankan lingkungan sekitar pembinaan. Kesemua sumber daya tersebut sudah menjadi
ketentuan dan kesepakatan yang diberikan wewenang berasal dari pusat untuk menjalankan program pembinaan anak jalanan.
Anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan program sangat mendukung apalagi sumber pendapatan untuk program ini berasal dari Dinas Sosial Sumatera
Utara yang sudah sesuai dengan Anggaran Penerimaan Belanja Daerah APBD dan disalurkan kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. Semetara Itu
Kepala Pelayanan Sosial menambahkan hal yang serupa, setelah Anggaran Penerimaan Belanja Daerah APBD disalurkan kepada dinas yang sebelumnya
baru dapat direalisasikan melalui mekanisme yang cukup panjang maksudnya mulai dari rancangan anggaran harus melalui persetujuan Lembaga legislatif yaitu
DPRD, setelah disetujui barulah dapat direalisasikan dan apabila tidak disetujui maka dinas didaerah harus mengoptimalkan anggaran yang ada. Anggaran yang
telah terealisasikan digunakan untuk program penertiban, penyuluhan, pembinaan dan pelatihan bagi anak-anak terlantar, pengemis dan gelandangan, orangtua
jompo dan sebagainya.
101
5.2.2 Informan Utama
Nama : Adi Rohiman
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Karya Wisata
Adi adalah anak yang terdata sedang mendapat program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Adi mengikuti pembinaan tersebut di Panti Asuhan
Pungi yang berada di Jln. Perintis Kemerdekaan No. 4, Kota Binjai. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada Adi yang merupakan anak jalanan
binaan Dinas Sosial yang bekerja sama dengan Panti Pungi. Pada awalnya peneliti datang ke panti tersebut dan hendak berjumpa
dengan anak-anak khususnya anak jalanan yang mendapat program pembinaan dari Dinas Sosial. Peneliti kemudian dianjurkan menjumpai Ibu R.Purwanti, SE
selaku Kordinator Bidang Sosial, UPT Pelayanan Sosial Gelandagan dan Pengemis Binjai, untuk mendapatkan izin. Peneliti menunjukkan surat penelitian
kepada Ibu Purwanti dan dengan adanya izin dari Ibu tersebut peneliti akhirnya diberikan waktu untuk mewawancarai 3 orang anak yang mendapat program
pembinaan. Setelah memperkenalkan diri dengan adik-adik tersebut, peneliti diarahkan Ibu Purwanti ke salah satu ruangan agar lebih nyaman untuk melakukan
proses tanya jawab.
102
Anak pertama yang diwawancarai oleh peneliti adalah Adi. Dia sudah lama di bina di lembaga sosial sampai akhirnya dia menerima pendidikan
informal yaitu paket B setara dengan anak tingkat SMP yang lainnya karena ketidakmampuan ekonomi. Peneliti menanyakan kepada Adi mengenai latar
belakangnya sebagai anak jalanan, “waktu itu, sebelum aku tinggal di panti ini kak, aku tinggal nya sama nenek. Nenek bilang orangtua aku uda cerai jadinya
aku dirawat sama nenek. Kami hidupnya susah kak, cari makan payah. Awalnya aku disekolahin nenek tapi sampe SD aja. Akhirnya aku cari uang. Kerja di
jalanan. Aku nyemir sepatu, ngamen kadang juga ngemis di lampu merah kak.” Sejak kecil Adi tinggal dan diasuh dengan Nenek dan Kakeknya, hal ini
terjadi akibat dari perceraian kedua orang tuanya. Diakui Adi bahwa didikan Nenek dan Kakeknya sangat keras. Terkadang Adi sering mendapatkan pukulan
serta bentakan dengan nada yang keras, itu semua akibat kesalahan yang ia lakukan sehingga, ia merasa tertekan dengan segala aturan yang ada dirumah.
Seiring berjalannya waktu Kakeknya meninggal dunia dikarenakan suatu penyakit dan usianya yang sudah tua. Hal ini menjadi pukulan yang sangat hebat buat Adi,
mengingat hanya tinggal Nenek yang mengasuhnya. Adi tidak ingin merepotkan Neneknya dengan selalu meminta uang untuk keperluannya. Tanpa adanya
paksaan berangkat dari hal inilah Adi mulai bertekat untuk mencari penghasilan sebagai penyemir sepatu, pengamen dan kadang mengemis dijalanan.
Peneliti kemudian menanyakan seputar pekerjaan yang dilakukan nya di jalananan dengan menanyakan berapa lama ia melakukan kegiatannya di jalanan
dan berapa penghasilan yang ia dapatkan. Adi merespons, “waktu itu, karna aku uda gak sekolah lagi, aku seharian kak di jalanan. Kadang dalam sehari aku
103
dapat duapuluh ribu atau dibawah nya dan kadang uangnya sebagian aku kasih sama nenek untuk keperluan lain.” Adi mengaku sudah sekitar setahun lebih
melakukan pekerjaan nya tersebut di jalanan dan dengan penghasilannya itu ia mengatakan bahwa kebutuhan nya tercukupi. Adi juga menganggap bahwa
rutinitasnya tersebut tidak mengganggunya dan neneknya juga tidak melarangnya. Dia berpikir dengan bekerja di jalanan, kebutuhannya bisa sedikit terpenuhi
melihat keadaan ekonomi mereka yang terpuruk. Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial
dengan informan. Adi mengaku bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Dia berkata bawa ia
mengetahui adanya program tersebut setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan dibawa ke panti sosial untuk
dibina. Panti sosial memberikan penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Adi mengetahui adanya program pembinaan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial. Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang
dilakukan Dinas Sosial, apa saja kegiatan dan bagaimana pembinaan yang diberi pada mereka. Peneliti sebelumnya menyebutkan secara terperinci program dari
Dinas Sosial kepada anak jalanan yaitu 1 Program Penertiban, 2 Program Pembinaan Lanjutan, 3 Program Pelatihan dan 4 Program Pemberdayaan.
Pertama peneliti bertanya tentang program penertiban pembinaan awal yang dilakukan. Adi menjawab, “kalo di program penertiban ini, kegiatan yang aku
kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol
104
PP di simpang A.H Nasution, daerah Titi Kuning, terus dibawa ke posko yang ada di daerah itu juga. Di posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini
untuk dibina.” Berdasarkan penuturan dari Adi, peneliti mengetahui bahwa pada program
pertama yang di bentuk oleh Dinas Sosial, benar sudah dilakukan dan dialami sendiri oleh Adi selaku anak jalanan. Dia melakukan aktivitasnya dengan
mengamen dan mengemis di jalanan kawasan Titi Kuning dan ketika diadakannya patroli Adi berhasil ditangkap oleh Satpol PP dan dibawa ke posko untuk di data
setelah itu dibawa ke Panti Sosial Pungi yang berada di Binjai untuk dilakukan pembinaan mendalam.
Peneliti kemudian menanyakan program kedua yaitu Program Pembinaan Lanjutan. Peneliti menjelaskan bahwa pada program ini ini terdapat kegiatan yang
dilakukan yaitu pembina memberikan beberapa bimbingan kepada para anak jalanan yakni bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan
bimbingan motivasi. Peneliti bertanya apakah Adi sudah menerima beberapa kegiatan tersebut. Menyikapi pertanyaan dari peneliti Adi berkata, “iya benar kak.
Kami disini dikasi banyak bimbingan sama pengajar yang ada disini. Kayak bimbingan spiritual kami diajarin tentang agama, kalo bimbingan fisik kami ada
dikasi kegiatan olahraga, terus kalo bimbingan motivasi kami itu dikasi dorongan motivasi biar bisa berkarya, bisa mandiri”.
Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Pelatihan Keterampilan. Peneliti bertanya mengenai kegiatan apa saja dilakukan pada
program ini. Adi menjawab,” kalo disini banyak kegiatan yang kami kerjakan kak. Kami disini banyak diajarin buat beberapa keterampilan kayak buat kerajinan
105
tangan. Ada diajarin buat sablon, anyanan, buat hiasan-hiasan dinding. Kayak kemarin aku baru aja buat asbak rokok dari tempurung kak”. Peneliti
selanjutnya bertanya adakah fasilitas yang diberikan dalam memberikan kegiatan ini dan Adi pun menjawab, ”fasilitas yang disediain ada kak. Misalnya pas buat
kerajinan ini, ya pembina disini uda nyiapin semua bahan-bahan untuk dipake. Ada juga alat musik yang bisa di pake kayak gitar. Pas belajar seni gitar itu bisa
dipake”. Berdasarkan penuturan dari Adi, peneliti mengetahui bahwa anak jalanan
yang dibina diajarkan beberapa pelatihan keterampilan berupa karya kerajinan tangan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini
dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti dengan instansi yang terkait. Dinas Sosial juga memberikan beberapa fasilitas untuk mendukung berjalannya
program ini. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah dilakukan
pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya dalam bentuk usaha.
Nama : Ikhwan Putra Nasution
Usia : 14 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Batak
106
Alamat : Jln Garu VIII, Medan Amplas
Anak kedua yang peneliti wawancarai adalah Ikhwan. Ikhwan adalah anak jalanan yang terdata mengikuti program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota medan. Ia terjaring razia ketika patroli sedang berlangsung yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Satpol PP. Saat itu ia sedang melakukan
aktivitasnya di jalanan yakni di lampu merah Medan, Amplas. Peneliti menanyakan kepada Ikhwan tentang pendidikannya. Berdasarkan informasi yang
didapat, penelti mengetahui bahwa ia masih berada dalam pendidikan sekolah. Ikhwan bersekolah di salah satu SMP Negeri di dekat rumahnya daerah
Patumbak, Kecamatan Medan Amplas dan saat ini dia sedang duduk di bangku kelas VIII.
Peneliti kemudian menanyakan latar belakang nya menjadi anak jalanan. Anak itu menjawab, “ aku kerja di jalanan kak karna uang bapak gak cukup buat
biayain hidup kami. Aku jualan koran tiap hari pulang sekolah di jalanan persimpangan lampu merah, Amplas ini. Koran aku dapat dari temannya bapak.
Tiap hari aku nunggu teman nya bapak ngambil koran dari agen. Terus aku jual. Kadang juga aku ikut ngamen sama teman-teman yang lain. Kalo hasil yang aku
dapat enggak nentu kak, rata-rata limabelas ribu dalam satu hari”. Ikhwan tinggal bersama ayahnya. Ia yang berasal dari pulau Jawa
mengikuti ayahnya pindah ke Kota Medan, hal ini dikarenakan perceraian antara Ibu dan Ayahnya. Aktivitas di jalanan dilakukannya karena mengikuti ayahnya
yang bekerja sebagai pemulung dan dengan penghasilan yang ada, kemudian ayahnya bekerja dengan menarik becak. Aktivitas utama Ikhwan adalah berjualan
107
koran dipersimpangan jalan lampu merah, Amplas dan kadang juga ikut mengamen bersama temannya. Setiap hari Ikhwan menunggu teman ayahnya
mengambil koran di agen. Aktivitas berjualan koran dilakukan seusai pulang sekolah hingga sore hari, tergantung berapa banyak koran yang habis terjual.
Biasanya Ikhwan mendapatkan penghasilan Rp.15.000 perhari dari hasil penjualan korannya, pendapatan perhari Ikhwan juga tergantung dengan kondisi
cuaca. Biasanya kalau hari lagi hujan, penghasilannya lebih sedikit dibandingkan dengan jika hari cerah tidak hujan. Berbekal dengan air putih ia tetap menjajakan
korannya saat lampu Traffic Light menyala dan kendaraan berhenti, siang hari ia pulang ke rumah untuk makan. Apabila dagangan korannya belum habis terjual, ia
kembali berjualan ke jalan. Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial
dengan informan. Sama halnya dengan Adi, Ikhwan pun mengaku bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial
Kota Medan. Dia berkata bawa ia mengetahui adanya program tersebut setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan
dibawa ke panti asuhan untuk dibina. Panti asuhan memberikan penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Ikhwan
mengetahui adanya program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial. Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang dilakukan
Dinas Sosial, apa saja kegiatannya dan bagaimana pembinaan yang diberi kepadanya.
Peneliti bertanya tentang program pertama yaitu Program Penertiban yang dilakukan. Sama halnya dengan informan satu yaitu Adi, Ikhwan mengatakan,
108
“sama kayak yang dibilang Adi tadi kak.Kalo di program penertiban ini, kegiatan yang aku kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi
tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol PP di persimpangan lampu merah Amplas, terus dibawa ke posko. Di
posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini untuk dibina”. Peneliti kemudian bertanya tentang program kedua yaitu Program
Pembinaan Lanjutan. Peneliti menanyakan bagaimana pelaksanaan kegiatan pada program ini dan apa saja yang dilakukan para anak jalanan yang dibina di panti.
Ikhwan menjawab, “kalo dalam penyuluhan ini kegiatan yang dilakukan itu, pembina ngasih beberapa bimbingan sama kami. Ada bimbingan sosial,
bimbingan motivasi, bimbingan fisik. Terus, ada juga kegiatan yang dibuat. Misalnya di bimbingan fisik, ada kegiatan olahraga yaitu bola voli dan bulu
tangkis”. Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Pelatihan
Keterampilan. Peneliti bertanya mengenai kegiatan apa saja dilakukan pada program ini. Sama seperti Adi, Ikhwan menjawab, ”kalo disini banyak kegiatan
yang kami kerjakan kak. Kami disini banyak diajarin buat beberapa keterampilan kayak buat kerajinan tangan. Ada diajarin buat sablon, anyanan, buat hiasan-
hiasan dinding.” Peneliti selanjutnya bertanya adakah fasilitas yang diberikan dalam memberikan kegiatan ini dan Ikhwan pun menjawab bahwa fasilitas yang
disediakan ada seperti contoh adanya ruangan olahraga yang bisa digunakan untuk anak jalanan yaitu bola voli dan bulu tangkis dan juga adanya alat musik yang
disediakan seperti gitar untuk meningkatkan minat dan bakat yang ada pada anak.
109
Nama : Muhammad Bayu Darma
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Garu VIII
Informan ketiga yang diwawancarai oleh peneliti adalah Muhammad Bayu Darma. Bayu sudah terdata dalam program pembinaan anak jalanan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan. Bayu satu sekolah dengan Ikhwan dan sama-sama duduk di kelas VIII SMP namun mereka berbeda kelas. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti mengetahui bahwa Bayu adalah anak kedua dari empat bersaudara dan tinggal bersama Ibunya. Ayahnya sudah
meninggal ketika dia masih SD dan ibunya pun mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ibunya bekerja dengan berdagangberjualan makanan dan
minuman di sekitar loket Bis yang ada di Terminal Amplas, Medan. Peneliti kemudian menayakan latar belakang apa yang membuat dia terjun
ke jalanan dan jenis kegiatan apa yang dia kerjakan di lapangan. Bayu memaparkan, “alasan aku kerja ke jalanan kak karena keadaan ekonomi kami
yang kurang mencukupi. Mamak aku tiap hari banting tulang kesana kemari nyari duit. Untuk makan susah, untuk biaya sekolah aja susah kak. Akhirnya aku kerja
di jalanan pas pulang sekolah. Yang aku kerjakan itu kak, membersihkan bis-bis besar yang ada di terminal Amplas dan juga angkot-angkot disana. Kadang juga
110
ikut ngamen sama Ikhwan dan juga teman-teman yang lain di persimpangan lampu merah, Amplas”. Peneliti selanjutnya menanyakan tentang penghasilan
yang ia dapat selama bekerja di jalanan, lalu ia menjawab, “penghasilan yang aku dapat dari bersihkan bis-bis, angkot ditambah sama ngamen gak nentu kak.
Kadang kalo sehari aku dapat lima belas ribu atau duapuluh ribu perhari. Uang yang aku dapat udah bisa aku buat untuk beli makan jadi gak terlalu ngerepotin
mamak, kak”. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, peneliti mengetahui latar
belakang yang membuat Bayu terjun ke lapangan. Ia bekerja ke jalanan karena faktor internal yaitu dari dalam keluarga yang kurang cukup dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Bayu melakukan aktivitasnya di jalanan dengan membersihkan bis-bis besar dan angkot yang ada di Terminal Amplas dan juga
kadang mengamen bersama teman-temannya. Hal ini ia lakukan juga untuk menambahi kebutuhan mereka. Bayu mengaku ia tidak mendapat larangan dari
Ibunya. Penghasilan yang ia dapat dalam satu hari tidak menentu, kadang Bayu bisa mendapat Rp 15.000-Rp 20.000 melalui aktivitasnya di jalanan.
Peneliti kemudian menanyakan tentang hubungankeberadaan Dinas Sosial dengan informan. Sama halnya dengan Adi dan Ikhwan, Bayu pun mengaku
bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial Kota Medan. Dia berkata bawa ia mengetahui adanya program tersebut
setelah ditangkap dari hasil razia ketika berada di jalanan dan saat itu mereka didata dan dibawa ke panti sosial untuk dibina. Panti sosial memberikan
penyuluhan kepada mereka berupa bimbingan dan kegiatan dan dari situlah Bayu mengetahui adanya program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial.
111
Peneliti selanjutnya menanyakan beberapa program pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial, apa saja kegiatannya dan bagaimana pembinaan yang diberi
kepadanya. Peneliti bertanya tentang program pertama yaitu Program Penertiban yang
dilakukan. Sama halnya dengan informan satu dan dua, Bayu mengatakan, “sama juga kayak yang dibilang Adi sama Ikhwan tadi kak.Kalo di program penertiban
ini, kegiatan yang aku kerjakan, kami itu di data kak. Ada di suruh ngisi nama, alamat, kondisi tempat tinggal, pekerjaan orang tua. Aku sama Ikhwan sama-
sama kena razia kak. Saat itu kami pas lagi ngamen. Ini kejadiaanya pas kami di tangkap sama satpol PP di persimpangan lampu merah Amplas. Terus dibawa ke
posko. Di posko itulah kami di data terus aku dibawa ke panti ini untuk dibina”. Berdasarkan penuturan dari Bayu, peneliti mengetahui bahwa pada
program penertiban, Bayu mengalami hal yang sama dialami temannya. Dinas Sosial melakukan kegiatan pendataan dan pendekatan awal kepada anak jalanan
yang berhasil ditangkap melalui razia. Bayu dan Ikhwan sama-sama ditangkap oleh Satpol PP yang bekerja sama dengan Dinas Sosial di persimpangan lampu
merah Amplas ketika mengamen di jalanan lalu dilakukan pendataan kepada mereka dan di bawa ke panti untuk dilakukan pembinaan.
Peneliti kemudian menanyakan program kedua yaitu Program Pembinaan Lanjutan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan jawaban
yang sama dari Bayu, setara dengan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya pada dua temannya bahwa pada pada program ini telah dilakukan beberapa
kegiatan didalamnya yakni berupa beberapa bimbingan seperti bimbingan
112
mentalspiritual, bimbingan sosial, bimbingan fisik dan bimbingan motivasi. Bayu mengaku telah mengikuti semua bimbingan tersebut.
Peneliti kemudian menanyakan program ketiga yaitu Program Pelatihan Keterampilan yang dilakukan Dinas Sosial yang bermitra dengan panti.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan jawaban yang sama juga, sesuai dengan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya pada dua
temannya bahwa pada pada program ini telah dilakukan beberapa kegiatan yakni berupa kerajinan tangan. Kegiatan yang dilakukan yaitu para anak jalan diajarkan
untuk berkarya lewat keterampilan mereka. Mereka diajarkan membuat beberapa keterampilan seperti membuat sablon, anyanan, hiasan-hiasan dinding dan bagi
anak perempuan, mereka diajarkan menjahitmembordir taplak meja dan diajarkan tata rias.
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawawancara yang dilakukan peneliti dengan informan utama yaitu Adi, Ikhwan dan Bayu telah diketahui bahwa pelaksanaan program
pembinaan untuk anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas Sosial bermitra dengan Panti Sosial sudah berjalan cukup baik. Ditandai dengan ketiga anak tersebut telah
mengikuti program pembinaan yang diberikan. Ketiga anak tersebut adalah para anak jalanan yang sudah didata dan terdaftar oleh Dinas Sosial untuk
mendapatkan program pembinaan. Mereka ikut dalam pembinaan karena berhasil ditangkap oleh pihak patroli saat dilakukannya razia di jalanan pusat-pusat kota
Medan yang dilakukan Satpol PP bekerja sama dengan Dinas Sosial. Faktor penyebab dari ketiga anak tersebut untuk melakukan aktivitas nya
dan bekerja di jalanan berbeda-beda satu sama lain. Mereka mempunyai alasan
113
tertentu untuk terjun langsung ke dunia jalanan. Informasi yang diperoleh dari anak pertama yaitu Adi mengatakan bahwa latar belakang nya menjadi anak
jalanan yaitu karna kurangnya kebutuhan secara finansial dalam keluarganya. Adi tinggal bersama kakek dan neneknya sejak kecil karena ibu dan ayahnya sudah
cerai namun kemudia kakeknya meninggal karena suatu penyakit dan karedna sudah lanjut usia. Kini tinggal neneknya sendiri yang mengasuhnya. Neneknya
hanya mampu menyekolahkannya sampai SD saja karena kurangnya materi, Adi putus sekolah dan sejak saat itulah dia terjun ke jalanan.
Aktivitas yang dilakukan Adi adalah menyemir sepatu, mengamen dan kadang mengemis di lampu merah, kawasan Titi Kuning, Medan. Penghasilan
yang ia dapat mencapai kurang lebih limabelas ribu dalam satu hari. Adi mengaku sudah sekitar setahun lebih melakukan pekerjaan nya tersebut di jalanan dan
dengan penghasilannya itu ia mengatakan bahwa kebutuhan nya tercukupi. Adi juga menganggap bahwa rutinitas nya tersebut tidak mengganggunya dan
neneknya juga tidak melarangnya. Dia berpikir dengan bekerja di jalanan, kebutuhannya bisa sedikit terpenuhi melihat keadaan ekonomi mereka yang
terpuruk. Adi terjaring razia saat berada di jalanan kawasan Titi Kuning dimana saat
itu Satpol PP yang bermitra dengan Dinas Sosial sedang melakukan patroli. Disitulah anak itu ditangkap, didata, lalu kemudian dibawa ke panti untuk di
rehabilitasi yaitu dilakukan pembinaan. Saat pihak Dinas Sosial mendata Adi dan mengetahui bahwa dia tidak tinggal bersama orang tuanya serta sudah putus
sekolah, akhirnya Adi tinggal di lembaga sosial dan mendapat pendidikan informal yaitu paket B setara SMP secara gratis. Selama menjalani program
114
pembinaan anak jalanan, Adi mengikuti setiap kegiatan yang diberi oleh pembina dalam panti.
Anak selanjutnya yang diwawancarai oleh peneliti adalah Ikhwan dan Bayu yang berasal dari tempat tinggal yang sama yaitu daerah Patumbak, Medan.
Mereka berhasil ditangkap oleh Satpol PP dan pihak Dinas Sosial saat melakukan rutinitasnya di persimpangan lampu merah, Amplas. Informasi yang diperoleh
peneliti mengenai latar belakang mereka bekerja di jalanan bebeda. Ikhwan mengaku alasan dia bekerja di jalanan karena faktor ekonomi dan adanya niat
kemauan dari diri sendiri untuk terjun langsung ke jalanan. Aktivitas utama Ikhwan adalah berjualan koran dipersimpangan jalan lampu merah, Amplas dan
kadang juga ikut mengamen bersama temannya. Setiap hari Ikhwan menunggu teman ayahnya mengambil koran di agen. Aktivitas berjualan koran dilakukan
seusai pulang sekolah hingga sore hari, tergantung berapa banyak koran yang habis terjual. Biasanya Ikhwan mendapatkan penghasilan Rp.15.000 perhari dari
hasil penjualan korannya, pendapatan perhari Ikhwan juga tergantung dengan kondisi cuaca.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari informan ketiga yaitu Bayu, alasan dia bekerja di jalanan adalah karena faktor internal yaitu faktor dari
dalam keluarga yang kurang cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-har dan adanya kemauan dari diri sendiri. Bayu melakukan aktivitasnya di jalanan
dengan membersihkan bis-bis besar dan angkot yang ada di Terminal Amplas dan juga kadang mengamen bersama teman-temannya. Hal ini ia lakukan juga untuk
menambahi kebutuhan mereka. Bayu mengaku ia tidak mendapat larangan dari
115
Ibunya. Penghasilan yang ia dapat dalam satu hari tidak menentu, kadang Bayu bisa mendapat Rp 15.000-Rp 20.000 melalui aktivitasnya di jalanan.
Melalui wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada Ikhwan dan Bayu bahwa benar Dinas Sosial telah melakukan program pembinaan terhadap
anak jalanan. Program pertama yaitu, Program Penertiban, kedua anak tersebut mengaku bahwa pihak yang terkait telah melakukan kegiatan pendataan dan
pendekatan awal saat penertiban dilakukan. Pada program kedua yaitu program embinaan lanjutan berupa penyuluhan, kedua anak tersebut juga mengaku telah
mendapatkan beberapa kegiatan pada program penyuluhan. Beberapa diantara nya adalah kegiatan bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual, bimbingan motivasi
dan bimbingan fisik. Pada program ketiga, yaitu program pelatihan keterampilan. Anak tersebut
mengaku bahwa mereka telah menjalani kegiatan yang ada pada pelatihan keterampilan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini
dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti dengan instansi yang terkait. Dinas Sosial juga memberikan beberapa fasilitas untuk mendukung berjalannya
program ini. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah dilakukan
pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya dalam bentuk usaha.
5.2.3 Informan Tambahan