14 Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara. 2.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam menjalankan berbagai program penanggulangan kemiskinan,
khususnya kepada Kelurahan Kota Bangun, serta sebagai masukan bagi penyelenggaraan berbagai program kemiskinan kedepan.
3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan
dapat menjadi bahan referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.
I. 5. Kerangka Teori I. 5. 1. Partisipasi
I. 5. 1. 1. Pengertian Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, take a part yang artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan
orang lain. Menurut Davis Sastroputro, 1998, mengemukakan bahwa partisipasi “as a mental and emotional involvement of a earson in a group situation which
encourages him a contribute to group goals and share responsibility in them”. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan
sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menurut Sastroputro 1998, mengemukakan defenisi partisipasi yang dikutip beberapa ahli sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
15 1.
Achmadi, menyatakan partisipasi dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama. Swadaya adalah kemampuan dari suatu kelompok
masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar pemenuhan kebutuhan.
2. Alstaire White, menyatakan partisipasi adalah keterlibatan komuniti setempat
secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaanya terhadap proyek-proyek pembangunan.
3. Santoso Sastroputro, menyatakan partisipasi adalah keterlibatan spontan
dalam kesadaran disertai dengan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
4. Daryono menyatakan partisipasi berarti keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dari prioritas, dalam rangka mengeksploitasi sumber-sumber potensial dalam
pembangunan. Adapun Oakley, dalam Modul P2KP 2006 mengartikan partisipasi ke
dalam 3 tiga bentuk yaitu : 1.
Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai
suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan.
2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang
panjang diantara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instrumen yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan
bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk
Universitas Sumatera Utara
16 organisasional sebagai sarana bagi partisipasi, seperti organisasi-organisasi
yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi
masyarakat dapat melakukannya melalui beberapa dimensi, yaitu : a.
Sumbangan pikiran ide atau gagasan b.
Sumbangan materi dana, barang, alat c.
Sumbangan tenaga bekerja atau memberi kerja d.
Memanfaatkanmelaksanakan pelayanan pembangunan 3.
Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan, akan
tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam
pembangunan.. Secara umum ada 2 dua jenis defenisi partisipasi yang beredar di
masyarakat, menurut Loekman 1995, yaitu : 1.
Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh
perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik
berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan. 2.
Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan
Universitas Sumatera Utara
17 kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan
ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah
ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.
Sebelumnya sangat penting diketahui defenisi dari masyarakat itu sendiri. Adapun menurut Sadeli Masyurdin, 1994:43, masyarakat adalah golongan besar
atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya.
Sedangkan Ralph Linton, menyatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri sendiri, dan mereka menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Jadi dapat disimpulkan
bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah tertentu, dimana terdapat kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan sosial
dan memiliki sistem kesatuan serta sistem kebudayaan sendiri yang selalu berubah.
Diketahui bahwasanya pengertian dari partisipasi juga telah mengalami berbagai penyimpangan sehingga lebih mendekati apa yang sering disebut sebagai
“mobilisasi“ atau malah sering sekali diartikan sebagai “rekayasa sosial”, dimana masyarakat tetap saja didudukkan sebagai objek pembangunan.
Oleh karenanya terdapat beberapa pengertian partisipasi yang dapat dipakai atau dirumuskan oleh Parwoto, dalam modul P2KP 2006 berjudul
Pengorganisasian Masyarakat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
18 a.
Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama. b.
“Voluntary involvement of people in making and implementing decisionis directly affecting there lives…. Pelibatan secara sukarela oleh masyarakat
dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka.
c. “A voluntary process by which people including the disadvantaged income,
gender, ethnicity, education influence or control the decisions that affect them . Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang
beruntung penghasilan, gender, suku, pendidikan mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup
mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, dalam keseluruhan proses kegiatan yang
berlangsung. Sehingga partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan sekelompok masyarakat, baik secara aktif maupun sukarela dengan alasan
intrinsik maupun ekstrinsik dalam suatu proses kegiatan baik pemerintahan maupun pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
perkembangannya. Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
a. Bersifat proaktif, dan bukan reaktif, yang artinya masyarakat ikut menalar
baru bertindak. b.
Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat. c.
Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
19 d.
Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan setara. Terkait dengan uraian di atas, maka partisipasi masyarakat menjadi elemen
yang penting dalam pembagian masyarakat. Menurut Adi 2001, partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam pembangunan dapat dilihat dari dalam
4 empat tahap yaitu : 1.
Tahap assesment. Dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah dan sumber daya yang
dimiliki. Untuk itu masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi merupakan pandangan mereka sendiri.
2. Tahap alternatif program atau kegiatan.
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa alternatif
program. 3.
Tahap pelaksanaan implementasi program atau kegiatan. Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan
baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaanya di lapangan. 4.
Tahap evaluasi termasuk evaluasi input, proses dan hasil. Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan.
I. 5. 1. 2. Bentuk Partisipasi Masyarakat.