40 Berkaitan dengan konsep diatas, P2KP yang mengedepankan pola
pendekatan yang bertumpu pada aspirasi masyarakat ini dalam pelaksanaannya juga dijadikan sebagai pengalaman baru bagi Kelurahan Kota Bangun. Kelurahan
Kota Bangun yang terdiri dari delapan lingkungan ini, menyikapi program tersebut bukan semata-mata agar dapat memperoleh dan memanfaatkan dana
Bantuan Langsung Masyarakat BLM P2KP dalam rangka penanggulangan kemiskinan, namun kembali lagi sembari ditekankan kepada proses pembelajaran
kritis masyarakat dalam menentukan sendiri kebutuhan dan pemecahan masalahnya serta tumbuh kepercayaan diri bahwa masyarakat mampu
melaksanakan penyusunan suatu program. Terdapatnya berbagai kendala yang terjadi dalam pelaksanaan siklus P2KP
itu sendiri, menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya keberlangsungan dari pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam P2KP Kelurahan
Kota Bangun serta hasil akhirnya dan bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat didalamnya. Untuk itu peneliti dalam hal ini memfokuskan diri
melihat lebih jauh berlangsungnya tahap Kelompok Swadaya Masyarakat KSM pada P2KP Kelurahan Kota Bangun sehubungan dengan berjalannya tahap
tersebut berkenaan dengan proses penelitian yang dilakukan.
I. 6. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat penelitian ilmu sosial Singarimbun, 1995:30. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
41 pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep
yang digunakan yakni: 1. Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat
secara aktif dan sukarela tentunya, baik karena alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dalam keseluruhan proses kegiatan yang berlangsung.
2. Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah tertentu, dimana terdapat kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan sosial
dan memiliki sistem kehidupan dan sistem kebudayaan sendiri yang selalu berubah.
3. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan sekelompok manusia yang selanjutnya disebut sebagai masyarakat, baik secara aktif maupun sukarela
dengan alasan intrinsik maupun ekstrinsik dalam suatu proses kegiatan baik pemerintahan maupun pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga perkembangannya. 4. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan adalah salah satu program
Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi berbagai persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat,
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunanan lokal lainnya yang
mengusung nilai-nilai luhur dan prinsip universal.
I. 7. Defenisi Operasional.
Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat
Universitas Sumatera Utara
42 diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagai
pendukung untuk dianalisis ke dalam variabel tersebut. Berikut ini indikator-indikator yang dipakai sebagai alat pengukur dari
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP :
1. Adanya forum musyawarah berupa serangkaian kegiatan berbentuk
kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.
2. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pelayanan publik.
3. Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat.
4. Bentuk partisipasi yakni partisipasi teknis berupa keterlibatan masyarakat
dalam pengidentifikasian masalah, pengumpulan data serta pelaksanaan kegiatan ; partisipasi asli berupa keterlibatan masyarakat di dalam proses
perubahan dengan melakukan refleksi kritis dan aksi yang meliputi dimensi politis, ekonomis, ilmiah dan ideologis secara bersamaan ; serta
partisipasi semu berupa partisipasi politis yang digunakan orang luar atau kelompok dominan elit masyarakat untuk kepentingan sendiri.
5. Terjalinnya sense of community masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
43
I. 8. Sistematika Penulisan BAB I