Konsep Dasar Ekonomi Islam

yang beriman dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an Hadist, Ijma’, dan Qiyas. P3EI, 2008:3. 3. M. Akram Khan, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu ekonmi yang bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia falahwelfare yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi. Ali Sakti, 2007:13. 4. M. N. Siddiqi, Ilmu ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al- Qur’an dan As-Sunah maupun akal dan pengalaman. 2. Ekonomi Moneter Ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari sifat, fungsi, dan peranan serta pengaruh uang terhadap aktivitas perekonomian sebuah negara. Dengan ekonomi moneter, dapat diketahui secara mendalam berbagai hal yang berkaitan dengan uang, seperti mekanisme penciptaan uang, peranan uang, pasar uang, tingkat bunga, sistem dan kebijakan moneter, dan hal penting lainnya. Ini sangat penting karena uang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari ekonomi moneter, dapat diketahui serta dianalisis berbagai fenomena dan kebijakan moneter serta dampaknya pada aktivitas ekonomi masyarakat dan negara. Beberapa fenomena moneter tersebut diantaranya adalah bertambahnya jumlah uang beredar, berubahnya tingkat suku bunga, kredit macet, fluktuasi nilai tukar, dan sejenisnya Nopirin, 2006. a. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Kebijakan moneter penting dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar memiliki keterkaitan langsung terhadap aktivitas perekonomian, yaitu produksi output dan harga. Jumlah uang beredar yang berlebih akan mendorong kenaikan harga sehingga menekan daya beli masyarakat, sedangkan jumlah uang beredar yang terbatas akan menekan atau melesukan pertumbuhan ekonomi. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Angandrowa Gulo dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2008, menyebutkan bahwa kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:  Kebijakan Moneter Ekspansif Monetary Expansive Policy, adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang edar.  Kebijakan Moneter Kontraktif Monetary Contractive Policy, adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat tight money policy. Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut: a. Sertikat Wadiah Bank Indonesia SWBI, yang sekarang berganti nama menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. b. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah SIMA, yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Indonesia PUAS. c. Giro Wajib Minimum GWM. Achmad Tolihin dalam tesisnya yang berjudul Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan Peranannya dalam Pembangunan 2003, menyebutkan perbedaan antara instrumen moneter konvensional dengan instrumen moneter syariah, yang tergambar dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Perbedaan Instrumen Moneter Konvensional dengan Instrumen Moneter Syariah Bank Konvensional Bank Syariah Instrumen Moneter 1. Sertifikat Bank Indonesia 1. Sertifikat Bank kontrol jumlah uang SBI Indonesia Syariah beredar SBIS 2. Surat Berharga Pasar 2. Pasar Uang Antar Uang SBPU Bank syariah PUAS Sumber: Achmad Tolihin, 2003.

B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter

1. Fungsi Kebijakan Moneter Anwar Abbas 2009 menyebutkan bahwa kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu melalui:  Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit  Pengendalian inflasi  Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran Fungsi utama sistem moneter adalah melengkapi kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya dalam rangka menumbuhkan ekonomi. Fungsi ini harus menjamin bahwa pertumbuhan moneter adalah memungkinkan dan tidak excessive dan deficien. Oleh karena itu, kita perlu melihat dan mengontrol sumber-sumber ekspansi moneter. 2. Tujuan Kebijakan Moneter  Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.  Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.  Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.  Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat, denagn jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya. Menurut Umer Chapra 2000, bahwa tujuan dan fungsi yang paling penting adalah: a. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan Full Employment dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, b. Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, c. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai bagian satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil, d. Penagihan yang efektif dan semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Dari empat tujuan dan fungsi tersebut di atas, sepintas dapat dinyatakan bahwa tujuan dan fungsi tersebut adalah yang ada dalam sistem kapitalis. Akan tetapi kalau dikaji lebih dalam, walaupun kelihatannya ada yang sama, namun sesungguhnya ada perbedaan dalam penekanan. Perbedaan tersebut adalah terletak pada perbedaan komitmen kedua sistem tersebut tentang nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi dan persaudaraan manusia. Di dalam Islam, tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi dan keyakinan. Tujuan merupakan masukan yang penting bagi sebagian hasil yang juristik. Tujuan membawa sanksi, dan sejauh tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, maka menjadi keharusan, bukan persoalan tawar-menawar politik dan untung- untungan. Walaupun demikian, hal ini merupakan strategi yang penting untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut dan di sini pula Islam memberikan membuat kontribusi yang unik. Keunikan kontribusi Islam adalah terletak pada keseluruhan tujuan dan fungsi di atas.

C. Instrumen Moneter Syariah

Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut: 1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, yang sekarang diubah namanya menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek. 2. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah SIMA, yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. 3. Giro Wajib Minimum GWM, biasanya dinamakan sebagai statutory reserve requirement, yaitu simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM ini adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip- prinsip kehati-hatian perbankan prudential banking serta juga mempunyai peran sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikan jumlah uang beredar. Menurut Adiwarman A. Karim 2006, instrumen moneter yang diaplikasikan di Indonesia berdasarkan prinsip syariah terdapat tiga instrumen, di antaranya Giro Wajib Minimum, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah yang sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang sekarang diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah. a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka OPT yang dapat dilakukan berdasarkan pinsip syariah. Untuk melaksanakan kegiatan OPT yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia berwenang menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut,