Pemodelan sertifikat Bank Indonesia syariah dengan metode system dynamics

(1)

PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH

DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS

Diajukan Oleh :

SAHRIA

106084003589

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRACT

This study aims to make modeling System Dynamics in simulation Certificate Bank Indonesia Sharia, make predictions in the future and determine policy analysis of Certificate Bank Indonesia Sharia development. This study uses time series data from January 2006 to December 2009 period. The method used in the study is System Dynamics. The results obtained by simulation Certificate Bank Indonesia Sharia indicate a valid model, so it can be used to make future predictions of Certificate Bank Indonesia Sharia development. Based on the simulation scenarios used with low inflation and high Islamic banking financing shows the value of Certificate Bank Indonesia Sharia in December 2014 will increase become Rp 35.900 billion. While the policy scenario under normal condition the value of Certificate Bank Indonesia Sharia was Rp 19,101 billion, the government policies for the development of Certificates Bank Indonesia Sharia must consider the rate of inflation and the Islamic banking financing. Key words: Certificate Bank Indonesia Sharia, Inflation, Product of Domestic

Bruto, Islamic banking financing and Financial Market Inter Syariah Banking System.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah, membuat prediksi ke depan dan menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Penelitian ini menggunakan data time series periode Januari 2006 sampai Desember 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Dynamics. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah menunjukkan model yang valid, sehingga dapat digunakan untuk membuat prediksi kedepan dari perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Berdasarkan simulasi yang digunakan dengan skenario laju inflasi rendah dan pembiayaan perbankan syariah tinggi menunjukkan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Desember 2014 akan meningkat menjadi Rp 35.900 milyar. Sedangkan pada skenario kebijakan kondisi normal nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah sebesar Rp 19.101 milyar, maka kebijakan pemerintah untuk pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah harus memperhatikan laju inflasi dan pembiayaan perbankan syariah.

Kata Kunci: Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Pembiayaan Perbankan Syariah, dan Pasar Uang Antarbank Syariah.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS”, Serta shalawat dan salam semoga Allah SWT, melimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, menegakkan kalimat laa Ilaaha Illallah di muka bumi dan dapat memberikan syafaat dihari kiamat nanti, juga kepada keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai Islam kepada kita semua.

Skripsi ini merupakan salah satu kebahagian terbesar bagi penulis. Sebuah tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap perjalanan akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari bagian kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan saran dan masukan atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membuka lembaran ini.

Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa-doa orang yang tulus, bimbingan orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan dorongan


(9)

dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Ibunda tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi dan memberikan dukungan serta doa yang tak putus-putusnya untuk kesuksesan anak-anaknya.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing

I, juga Dosen Pengampu mata kuliah Pasar Modal Syariah dan Moneter Syariah, serta penemu Number Of Everything (NOE) 319913616 dan

Symbol Of Everything (SOE) sinlammim , yang dengan sabar

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dukungan yang tak henti-hentinya, serta selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Lukman, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, dan meluangkan waktunya untuk membaca dan


(10)

mengoreksi skripsi yang penulis ajukan serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah.

8. Kakak-kakakku yang tercinta Dr. Abraham Padlan Patarai, Mkes, Dra. Lena Maryana Mukti dan Sahraeni, SE yang selalu memberikan dukungan baik materiel maupun spiritual.

9. Ponakanku yang tercinta Raihan, Gibran dan Adinda yang selalu memberikan keceriaan dan menghibur dikala penulis sedang suntuk.

10. Keluarga Bapak H. Yayat Hidayat yang menghiasi kehidupan penulis dengan canda tawa serta dukungan moral yang diberikan.

11. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan Yeni, Yunita, Saras, Lia, Winda, Yanti, Iwas, Laras, Oliet, Friska dan Ovi yang selama ini menemani dan mewarnai dengan suka dan duka, dan mendoakan penulis. Thank’s ya say semoga persahabatan kita tetap terjaga.

12. Teman-teman IESP angkatan 2006 konsentrasi Ekonomi Islam dan

konsentrasi Ekonomi Pembangunan, Andra, Bakar, Beny, Dafi, Fadli, Ipin, Safitri, ifad dan yang tidak disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila penulis melakukan kesalahan dan kekurangan. Semoga sukses selalu.

13. Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa terima kasih yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa untuk semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. “ Ya Allah limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin”. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan.

Jazakumullah Khoiron Katsiro.

Jakarta, 10 Desember 2010


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Filosofi Ekonomi Islam ... 11

B. Investasi Dalam Perspektif Syariah ... 20

1. Landasan Investasi Syariah ... 23

2. Proses Investasi Syariah ... 25

3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah ... 27

4. Norma Dalam Berinvestasi Syariah ... 29

5. Risiko Dalam Investasi Syariah ... 30

C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam ... 33

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ... 36


(13)

2. Lelang SBIS ... 38

3. Repo SBIS ... 39

4. Penatausahaan SBIS... 39

5. Sanksi SBIS ... 40

E. Inflasi ... 41

F. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 46

G. Pembiayaan Perbankan Syariah ... 51

1. Pembiayaan Produktif ... 51

2. Pembiayaan Konsumtif ... 53

H. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)... 57

1. Pasar Uang Antar Bank Syariah dan Landasannya ... 57

2. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syari’ah ... 58

3. Mekanisme Operasi Pasar Uang Antar Bank Syariah ... 61

I. Penelitian Terdahulu ... 62

J. Kerangka Pemikiran ... 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 70

B. Metode Pengumpulan Data ... 72

C. Variabel Penelitian ... 71

1. Variabel Independen (X) ... 71


(14)

D. Metode Analisis Data ... 71

1. Pemodelan ... 72

a. Definisi ... 72

b. Tahapan Pemodelan ... 74

2. System Dynamics ... 79

a. Sejarah System Dynamics ... 79

b. Definisi System Dynamics ... 81

3. Metodologi System Dynamics ... 82

4. Uji Statistik ... 87

a. Pengujian Absolute Error ... 87

b. Pengujian Root Means Square Error ... 87

c. Proses Uji Statistik ... 89

E. Definisi Variabel Penelitian ... 90

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 91

1. Sejarah Bank Indonesia (BI) ... 91

2. Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia (BI) ... 92

3. Kedudukan Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Negara ... 93

B. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 94

C. Penemuan Dan Pembahasan ... 96

1. Tahapan Pemodelan ... 96

a. Tahap Seleksi Konsep ... 96


(15)

c. Tahap Implementasi Komputer ... 99

d. Tahap Validasi ... 103

e. Analisis Kebijakan ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 116

B. Implikasi ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah ... 6

Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah ... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 67

Tabel 4.1 Simulasi Model SBIS... 102

Tabel 4.7 Validasi AVE, AME, dan RMSE ... 104


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Simulasi Model SBIS ... 102 Grafik 4.2 Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Pada saat Normal ... 105 Grafik 4.3 Analisis Skenario B pada saat laju inflasi rendah dan

Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ... 107 Grafik 4.4 Analisis Skenario C pada saat laju inflasi rendah dan

Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi ... 109 Grafik 4.5 Analisis Skenario D pada saat laju inflasi tinggi dan

Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ... 110 Grafik 4.6 Analisis Skenario E pada saat laju inflasi tinggi dan


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) ... 44

Gambar 2.2 Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation) ... 45

Gambar 2.3 Stagflasi ... 46

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... ... . 69

Gambar 3.1 Simbol Forester yang digunakan dalam diagram alir model ... 73

Gambar 4.1 Model Mental Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... ... . 97

Gambar 4.2 CLD Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... .. 98


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Indikator Ekonomi Makro dan Perbankan Syariah ... 124

Lampiran 2 : Data PDB dan SBIS ... 128

Lampiran 3 : Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 130

Lampiran 4 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada SBIS ... 131

Lampiran 5 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Inflasi ... 132

Lampiran 6 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PDB ... 133

Lampiran 7 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Pembiayaan Perbankan Syariah ... 134

Lampiran 8 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PUAS ... 135

Lampiran 9 : Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal………... 136

Lampiran10 : Analisis Skenario B Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah ... 137

Lampiran 11 : Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi ... 138

Lampiran 12 : Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah ... 139

Lampiran 13 : Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi... 140

Lampiran 14: Aplikasi Model Komputer Powersim ... 141

Lampiran 15 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dalam Kondisi Normal ... 142


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekonomi Islam awal kehadirannya di Indonesia hanya dijadikan sebagai alternatif solusi krisis moneter, namun saat ini ekonomi syariah tidak lagi hanya sekedar menjadi alternatif, tetapi ekonomi syariah menjadi solusi dalam berbagai persoalan umat manusia. Sistem ekonomi konvensional yang selama ini diterapkan banyak negara di dunia tidak hanya merugikan tetapi juga membahayakan umat manusia. Sebaliknya ekonomi syariah justru membawa perbaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi dan eksploitasi, artinya misi utamanya menegakkan nilai-nilai akhlak dalam aktifitas bisnis, baik individu, perusahaan, ataupun negara. Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, maka dapat dipastikan bahwa instrumen-instrumen syariah akan laris. Perekonomian syariah mempunyai komitmen untuk menjadi sebab kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia. (Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, 2008).

Islam memerintahkan umatnya untuk meraih kesuksesan dan berupaya meningkatkan hasil investasi serta meninggalkan investasi yang tidak menguntungkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “ Jadilah orang yang pertama jangan menjadi yang kedua apalagi yang ketiga. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang beruntung.


(21)

Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia termasuk golongan yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang celaka”. (HR. Thabrani). (Muhamad Nafik, 2009).

Islam menghendaki aktifitas perekonomian yang didasarkan atas prinsip saling menguntungkan. Dalam investasi risiko kegagalan sangat mungkin terjadi. Setiap pihak yang terlibat dalam investasi harus menanggung bersama setiap risiko yang terjadi. Berdasarkan inilah Islam mengharamkan sistem bunga (riba). Investasi yang adil adalah investasi dengan sistem profit dan loss sharing. Kedua pihak yang terlibat dalam investasi sama-sama menanggung keuntungan atau kerugian sesuai dengan perjanjian pembagian hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.

Segala kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya dalam hal ini berinvestasi diatur oleh hukum dan norma-norma yang berlaku agar dapat berjalan dengan baik. Hubungan hukum dengan ekonomi bukan hubungan satu arah, tetapi hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Kegiatan ekonomi yang tidak didukung oleh hukum akan mengakibatkan terjadi kekacauan, sebab apabila para pelaku ekonomi dalam mengejar keuntungan tidak dilandasi dengan norma hukum maka akan menimbulkan kerugian salah satu pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi. Ahli hukum mengatakan bahwa hukum selalu berada dibelakang kegiatan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi dilakukan oleh seseorang pasti kegiatan itu diikuti oleh norma hukum yang menjadi rambu pelaksanaannya. Hukum yang mengikuti kegiatan ekonomi ini merupakan seperangkat norma yang


(22)

mengatur hubungan kegiatan ekonomi dan ini selalu dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara. (Salim dan Budi Sutrisno, 2007).

Investasi ibarat menebar benih bukan saja tergantung pada beberapa butir yang ditabur diatas lahan akan tetapi yang mungkin lebih penting adalah penyebaran pada lahan-lahan yang tepat. Lahan yang dapat digunakan investor dalam menanamkan uangnya termasuk baik buruknya lahan-lahan tersebut. Ketepatan memilih lahan sebenarnya bukan cuma masalah pengembangbiakan modal dan akumulasi keuntungan akan tetapi juga masalah pengamanan asset.

Banyak faktor-faktor yang sebagian besar saling terkait satu sama lain dengan pola yang sangat kompleks sehingga berdampak pada peningkatan investasi syariah dalam perbankan syariah di Indonesia, baik dilihat dari segi makro maupun dari segi mikro.

Investasi syariah dapat mengembangkan kegiatan perekonomian di berbagai bidang. Berkembang pesatnya kegiatan ekonomi diikuti pula dengan berkembangnya lembaga keuangan (bank) baik yang konvensional maupun yang menggunakan prinsip syariah, dan dalam dunia perbankan sering kali menggunakan fasilitas pasar uang dalam kegiatan operasionalnya, karena dalam keadaan tertentu terkadang bank dapat mengalami kelebihan ataupun kekurangan likuiditas dalam jangka pendek yaitu kurang dari satu tahun. Bila terjadi kelebihan maka bank melakukan penempatan kelebihan likuiditas, sehingga bank memperoleh keuntungan. Dan sebaliknya bila bank mengalami kekurangan likuiditas maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan likuiditas


(23)

dalam rangka pembiayaan sehingga kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan baik.

Bank Islam merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

Sistem perbankan merupakan institusi pemerintah yang otonom yang bertanggung jawab untuk merealisasikan sasaran-sasaran sosio-ekonomi perekonomian Islam dalam,dan melalui medan perbankan. Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Suatu perkembangan yang boleh dikatakan sangat menggembirakan, khususnya bagi umat Islam yang selama ini menginginkan investasi dan pendanaan tanpa unsur riba. Perkembangan perbankan syariah diantaranya dengan penerbitan Sertifikat Bank Indonesia


(24)

Syariah (SBIS) yang merupakan instrumen moneter berbasis syariah dan berfungsi sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi disaat bank mengalami kelebihan likuiditas. Pesatnya pertumbuhan perbankan syariah diimbangi dengan tetap dipertahankannya prinsip kehati-hatian dalam mengelola usahanya. (M. Luthfi Hamidi, 2003).

Kehadiran Sertifikat Bank Indonesia syariah setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk memantapkan dan meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah dari berbagai masalah. Instrumen khusus untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang krusial yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah, DPR, dan BI. Selama ini instrumen yang digunakan adalah SWBI, Namun bagi bank-bank syariah instrumen ini tidak menguntungkan karena bonusnya kecil sekitar 3-4 persen, sedangkan bank konvensional mendapat bunga SBI sebesar 8 persen. Hal ini tentu tidak kondusif bagi bank syariah ketika terjadi kelebihan likuiditas, karena itulah Bank Indonesia merubah skimnya menjadi ju’alah dengan nama Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Terlebih SBIS dengan tingkat return yang setara atau mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia konvesional akan menjadi pilihan instrumen investasi yang menarik disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas.

Perkembangan perbankan syariah yang menggembirakan juga dapat dilihat dari total asetnya yang menunjukkan peningkatan secara signifikan melalui indikator Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) hal ini dapat


(25)

terlihat pada tabel 1.1 demikian halnya dengan pembiayaan yang dilakukan dalam perbankan syariah dapat terlihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Dalam Milyar Rupiah)

Indikator Tahun

2006 2007 2008 2009

Bank Umum Syariah 21,151 27,286 34,036 48,041

Unit Usaha Syariah 5,571 9,252 15,519 18,076

Sumber: Statistik Perbankan Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan asset perbankan syariah pada kurun waktu 2006-2009 mempunyai kecenderungan yang terus meningkat. Asset Perbankan Syariah melalui indikator Bank Umum Syariah tahun 2006 sebesar Rp 21,151 Milyar hingga tahun 2009 sudah mencapai Rp 48,041 Milyar dan melalui indikator Unit Usaha Syariah tahun 2006 sebesar Rp 5,571 Milyar hingga tahun 2009 sudah mencapai Rp 18,076 Milyar. Maraknya BUS dan UUS akan semakin menarik investor baru dan mendorong inovasi produk.

Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah

(Dalam Milyar Rupiah)

Indikator Tahun

2006 2007 2008 2009

Pembiayaan Musyarakah 2,335 4,406 7,411 10,412

Pembiayaan Mudharabah 4,062 5,578 6,205 6,597

Piutang Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321

Piutang Istishna' 337 351 369 423

Lainnya 1,087 1,056 1,724 3,134

Total 20,445 27,944 38,195 46,886

Sumber: Statistik Perbankan Syariah

Tabel 1.2 Menunjukkan pembiayaan perbankan syariah yang jika dilihat secara nominalnya dari tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total pembiayaan perbankan syariah sebesar Rp 20,445 Milyar hingga tahun


(26)

2009 sudah mencapai Rp 46,886 Milyar. Pada sisi pembiayaan tahun 2006-2009 dapat dilihat bahwa pembiayaan didominasi oleh pembiayaan berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang cenderung digunakan oleh nasabah peminjam untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga yang dimanfaatkan untuk tujuan usaha produktif.

Berdasarkan prospek kondisi makro ekonomi, maka dapat diprediksikan pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun berikutnya masih akan menikmati high-growth dibandingkan pertumbuhan perbankan secara nasional. Kondisi pertumbuhan ekonomi secara umum akan mempengaruhi pendapatan

masyarakat dan kemampuannya dalam melakukan konsumsi dan saving

(tabungan). Pada saat yang sama kapasitas perbankan untuk melakukan pembiayaan sektor riil banyak dipengaruhi oleh besarnya dana masyarakat yang mampu diserap dalam bentuk tabungan.

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi diperlukan suatu usaha yang sungguh-sungguh dan terbatas dari kemaksiatan. Dalam Islam pertumbuhan ekonomi tidak dapat hanya dinilai dengan materi saja tetapi juga diimbangi dengan nilai-nilai moral dan rukhiyah. Oleh karena itu dalam berinvestasi juga harus mempersiapkan generasi yang kuat, baik dalam aspek intelektualitas, fisik, maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang utuh, disamping itu berinvestasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.

Dalam berinvestasi tidak dapat dipungkiri akan selalu ada gangguan-gangguan besar untuk investor seperti peristiwa-peristiwa makro penting yang


(27)

tidak pernah berkesudahan, yang berkaitan dengan geopolitik dan perubahan perekonomian. Sebagai investor yang andal harus mengabaikan gangguan-gangguan ini dan berfokus pada fundamental bisnis yang Islami.

Dewasa ini kesempatan berinvestasi semakin terbuka, keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi. Pada tahun 2020 jumlah total populasi muslim di dunia diperkirakan akan mencapai 2,5 milyar dari posisi 1,5 milyar saat ini. Sebesar 40-50% dana yang dimiliki oleh penduduk muslim diseluruh dunia tersebut akan memanfaatkan layanan jasa investasi syariah. Walaupun investasi syariah memberikan return duniawi yang sedikit saja dibawah konvensional, namun nilai falah atau kemenangan dunia akhiratnya jauh melebih return duniawinya, maka nilai falah ini menjadi daya jual yang tinggi untuk diserap pasar yang terdiri dari orang-orang muslim. Iklim investasi syariah yang sangat komplek sehingga kebijakan investasi yang diambil pemerintah tidak dapat berdiri sendiri akan tergantung pada banyak faktor lain diluar wilayah kebijakan investasi karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan investasi. Investasi syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis akan mengambil judul “Pemodelan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dengan Metode System Dynamics”.


(28)

B. Rumusan Permasalahan

Dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, muncul permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana membuat pemodelan pada Sertifikat Bank Indonesia

Syariah?

2. Bagaimana membuat prediksi ke depan dengan beberapa perubahan laju variabel independen?

3. Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan yang komprehensif mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk:

1. Membuat pemodelan dengan metode System Dynamics dalam

simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah dari data aktual Januari 2006 sampai Desember 2009.

2. Membuat prediksi ke depan dengan beberapa analisis skenario perubahan laju variabel independen.

3. Menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank


(29)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk memperkaya khasanah dunia ilmu pengetahuan sebagai bahan referensi bagi pakar ekonomi maupun pengamat ekonomi yang tertarik dengan instrumen keuangan Sertifikat bank Indonesia Syariah. 2. Penelitian ini merupakan media dan wahana bagi peneliti untuk belajar

dan mengembangkan ilmu memecah masalah secara ilmiah berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan penerapannya di lapangan yang dilandasi prinsip ekonomi Islam.

3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan

perekonomian, agar dalam mengambil kebijakan perekonomian terutama mengenai kebijakan investasi lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi syariah.

4. Menjadi bahan kajian bagi otoritas perbankan syariah, Badan Usaha Syariah, Unit Usaha Syariah, dan lembaga keuangan lainnya dalam mengembangkan Sertifikat Banki Indonesia Syariah di Indonesia. 5. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para pelaku

pasar maupun investor dalam mengambil keputusan investasi di industri perbankan, bursa surat berharga, serta lembaga keuangan lainnya yang menginginkan transaksi yang berbasiskan ekonomi Islam.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Filosofi Ekonomi Islam

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “oikos” yang berarti keluarga, rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan, hukum kemudian bila digabung bermakna aturan rumah tangga. Sedangkan kata Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti alam, “lam” yang berarti Allah, dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi “sinlammim” bermakna alam dicipta Allah untuk ibadah.

QS Adz-Dzariat [51]: 56

Artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.

Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di Al-Qur’an antara lain: 1. QS. Ali Imran [3]: 19.

Artinya: “Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam”. 2. QS. Ali Imran [3]: 85.

Artinya: “Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan diakhirat dia termasuk orang yang merugi”.


(31)

3. QS. Al-Shaf [61]: 7.

Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengada-adakan

kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna keselamatan, kedamaian. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara harfiah berarti aturan rumah tangga untuk keselamatan. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Mochamad Aziz, 2009).

Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam.

QS. Ali-Imran [3]: 19.

Artinya: ”Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam”.

Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Mochamad Aziz, 2009).


(32)

Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kaffah. Ekonomi Islam yang kaffah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem.

QS. Al-Baqarah [2]: 208.

Artinya: “Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kafah”.

Konsep Ekonomi Islam yang kaffah didukung oleh Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai aspek termasuk ekonomi (Mochamad Aziz, 2010).

Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaffah ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk (Mochamada Aziz, 2010).


(33)

QS. Saba [34]: 28.

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kaffah untuk ibadah dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim

.

Metode System Dynamics mampu menjadi konsep baru untuk menyempurnakan teori-teori yang sudah ada. Dalam bentuk piramida yang dibagi secara horizontal yang terdiri dari 3 bagian (puncak, tengah, dan dasar), maka bagian pertamanya yaitu puncak piramida merupakan konsep System Thinking. Kemudian dibagian kedua yaitu di tengah adalah metode System Dynamics. Sedangkan di bagian ketiga yaitu di dasar adalah software Powersim. Untuk piramida yang sama dengan pendekatan Islam, bagian 1 puncak adalah konsep Islam dalam Kaffah Thinking, bagian 2 tengah adalah metode Sinlammim, dan bagian 3 dasar adalah Number Of Everything (NOE).

Diagram konsep Berpikir

Kâffah iThinking

Number Of Everything

Sinlammim

System thinking

Powersim System Dynamics Konsep Berpikir


(34)

Selain surat al-Baqarah [2]: ayat 208, kata Kaffah juga terdapat dalam surat Saba [34] ayat 28 yang menyatakan 2 hal yaitu “pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”.

Jika dalam System Thinking terdapat causal loop, maka Kaffah Thinking terdapat keseimbangan yang merupakan resultant dari causal loop positif/hal yang baik dan causal loop negative/hal yang buruk. Sehingga System Thinking dapat disandingkan dengan Kaffah Thinking. Jadi, kalau pendekatan barat adalah System Thinking, maka pendekatan Islam adalah Kaffah Thinking.

Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kaffah atau Ekonomi Tiga Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking. Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki sistem ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kaffah menjadi entitas yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran (QS. AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi Kaffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kaffah muncul bersama konsep System Thinking.


(35)

Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kaffah adalah penjabaran dari metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim.

Metode Sinlammim dalam Ekonomi Kaffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi system ekonomi Islam secara keseluruhan. Untuk memudahkan pengertiannya maka metode Sinlammim dipersamakan dengan metode System Dynamics yang sudah lebih dulu exist sejak dekade terakhir.

Metode Sinlammim secara umum merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan dalam rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam pendekatan metafisika.

Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Salah satu contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim adalah pencarian jati diri dari tangan manusia yang semula manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah giffen dari Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari manusia.

Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan sistem secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat dilakukan dengan


(36)

berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab suci. Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa model sinlammim ini mampu atau tidak menjadi benchmark bagi setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam sistem ekonomi.

Gambar Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia

Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006.

Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak membatasi sistem tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya dari umat Islam sendiri.

Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta


(37)

(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterahkan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum ( Mustafa Edwin Nasution, 2007). Hal ini merupakan bagian dari muamalah dan harus didasarkan atas akidah yang benar sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlak atau bermoral.

Ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran Islam tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memerhatikan pembangunan aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam. Ketakwaan kepada Tuhan tidak berimplikasi pada penurunan produktivitas ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih produktif. Kekayaan dapat mendekatkan kepada Tuhan selama diperoleh dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,2008).


(38)

Dari kesepakatan para ulama menyebutkan ada tiga pilar pokok dalam Islam antara lain:

1. Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

2. Syariah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah.

3. Akhlaq yaitu landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah".

Sistem ekonomi Islam memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Tetapi kinerja bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja dipegang oleh umat non muslim. Perekonomian umat Islam baru dapat maju bila pola pikir dan pola laku muslimin dan muslimat sudah itqan (tekun) dan ihsan (profesional).


(39)

Ini mungkin salah satu rahasia sabda Nabi SAW: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”. Karena akhlaq (perilaku) menjadi indikator baik buruknya manusia. Baik buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Akhlak inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tataran konsep saja tetapi banyak contoh-contoh kongkrit yang diajarkan oleh Rasul Allah, yang untuk penyesuaiannya dengan kebutuhan saat sekarang cukup banyak ijtima' yang dilakukan oleh para ahli fikih disamping pengembangan praktek operasional oleh para ekonom dan praktisi lembaga keuangan Islam. Sesuai sifatnya yang universal maka tuntunan Islam diyakini akan selalu relevan dengan kebutuhan zaman.

B. Investasi Dalam Perspektif Syariah

Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang investasi. Meskipun demikian ada beberapa kesamaan dalam pengertian mereka. Alexander dan Sharpe (1997:1) mengemukakan bahwa investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa

datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Yogiyanto (1998:5)

mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelilin (2001:4) mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.


(40)

Berbagai definisi itu mengandung definisi yang sama. (1) Pengeluaran atau pengorbanan sesuatu (sumber daya) pada saat sekarang yang bersifat pasti, (2) Ketidakpastian mengenai hasil (resiko), dan (3) Ketidakpastian hasil atau pengembalian di masa datang. Pengeluaran atau pengorbanan dalam investasi diartikan sebagai pengorbanan sumber daya yang bersifat tangible assets misalnya dana dan properti maupun intangible assets seperti tenaga dan pikiran.

Investasi syariah tidak membicarakan persoalan duniawi saja sebagaimana yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu investasi dimasa depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah. Islam memadukan antara dimensi dunia dan akhirat. Setelah kehidupan dunia yang fana ada kehidupan akhirat yang abadi. Setiap muslim harus berupaya meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Kehidupan dunia hanyalah sarana dan masa yang harus dilewati untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat.

Islam sebagai din yang komprehensif dalam ajaran dan norma mengatur seluruh akifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin).

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep islam yang memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan terdiri dari 3 jenis pengetahuan yaitu


(41)

pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual, dan pengetahuan spiritual. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:

                                 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Demikian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal saleh sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.

Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 34 secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di alam semesta ini yang dpat mengetahui apa yang akan diperbuat, diusahakan, serta kejadian apa yang akan terjadi pada hari esok. Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh manusia diperintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal dunia dan akhirat.

                                                

Artinya: “ Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan


(42)

mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal “. ( QS. Luqman:34 ) Konsep investasi dalam ajaran islam diwujudkan dalam bentuk nonfinansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat. Semua bentuk investasi berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara kaffah (menyeluruh) dan dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagian lahir bathin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

1. Landasan Investasi Syariah

Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan muamalah (Qardhawi, 1995:3-4). Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial sekaligus merupakan dasar untuk membangun system perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rejeki. Muamalah mengajarkan manusia untuk memperoleh rejeki dengan cara yang halal dan baik. Nabi SAW bersabda “Akan datang kepada manusia suatu masa ketika seseorang tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari sumber dan cara yang halal atau sumber dan cara yang haram.” (HR. Bukhari).

Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat


(43)

diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif alam etika Islam, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu: (Ahmad Rodoni, 2009:28-29)

a. Landasan Tauhid

Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan sebagai pondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktifitas ekonomi. Makna tauhid dalam konteks etika Islam adalah kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan yang secara khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam.

b. Landasan Keadilan dan Kesejajaran

Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya pada segelintir orang.

c. Landasan Kehendak Bebas

Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan memiliki kehendak bebas, yaitu potensi menentukan pilihan yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang salah ataupun yang benar.


(44)

d. Landasan Pertanggungjawaban

Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan ilmiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukanya.

Keempat landasan etika Islam tersebut diatas dikaitkan dengan permasalahan ekonomi, khususnya dalam bidang investasi, maka jelas etika ini memiliki akar dari syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Suatu hal yang dapat menimbulkan dampak serius pada kesejahteraan adalah pemahaman bahwa memanfaatkan sumber daya ekonomi merupakan bentuk dari amanah Allah SWT.

2. Proses Investasi Syariah

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada sekuritas yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa besar investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan investasi

Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengendalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.


(45)

b. Melakukan Analisis Sekuritas

Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan yaitu:

 Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.

 Pendekatan Teknikal

Pendekatan ini didasarkan pada data/perubahan harga saham dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang.

c. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tersebut.

d. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud jika merasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal,


(46)

maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

e. Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah a. Prinsip Halal dan Thayyib

Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah:186) yang artinya: ”Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Dengan dasar ayat diatas maka pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul.

b. Prinsip transparansi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang tidak diketahui pasti kebenarannya) dan berbau maysir.

Praktek gharar dan spekulatif dalam berinvestasi akan menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan kerugian, karena tidak dapat memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan (laba) yang diperoleh. Dengan demikian pemilik harta


(47)

atau investor dan pemilik usaha atau emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi kemampuan yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.

c. Prinsip Keadilan dan Persamaan

Masalah keuntungan dalam kegiatan bisnis merupakan suatu keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam memperoleh keuntungan dan bukan pendekatan yang semata mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karenanya Islam melarang segala macam jenis usaha yang berbasis pada praktek riba karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang bersifat tidak adil, diskriminatif, dan eksploitatif. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam (QS. Al-A’raf:29) artinya: ”Katakanlah Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan dan katakanlah luruskan muka (dirimu) disetiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. d. Dari segi penawaran dan permintaan, pemilik harta (investor) dan

pemilik usaha (emiten)maupun bursa dan self regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar.


(48)

4. Norma Dalam Investasi Syariah

Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang ditawarkan sebagai berikut:

a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komuditas perdagangan, dimana fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta, sedangkan manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.

b. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.

c. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan disalah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

d. Resiko yang mungkin timbul harus dikelolah agar tidak menimbulkan resiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung resiko.

e. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung resiko.

f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestariya lingkungan hidup.

Islam sebagai aturan hidup (nidham al hayat) yang mengatur seluruh sisi kehidupan umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat


(49)

untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam berinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dan rambu-rambu pokok yang harus diikuti oleh setiap muslim yang beriman yaitu dalam berinvestasi terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), terhindar dari unsur haram, dan terhindar dari unsur syubhat.

5. Risiko Dalam Investasi Syariah

Pengumpulan keputusan investasi ibarat berjalan diantara banyak ranjau. Sebagai bagian dari kehidupan investasi tentu saja tidak bersih dari risiko dan ketidakpastian. Kehidupan itu sendiri sebetulnya juga sarat dengan risiko dan ketidakpastian.

Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal yaitu risiko dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor.

Jorion (2000), mengatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998), mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan (expected return), sedangkan menurut Jones (1996), risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski (1999), berpendapat bahwa risiko


(50)

merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan.

Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber dari:

a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat

perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.

b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi

dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.

c. Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah

purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.

d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri

tertentu.

e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage

finansial oleh perusahaan.

f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu


(51)

dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya.

g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return

sekuritas karena fluktuasi kurs currency.

h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga

mengarah pada political risk.

Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian yaitu resiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan,1998). Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas dan dapat dihilangkan dengan melakukan diverdsifikasi.

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu para investor lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis menjadi lebih relevan bagi investor.

Dalam investasi ada 3 (tiga) tipe investor yaitu: (Ahmad Rodoni, 2009:50)

a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker).

Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan


(52)

risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.

b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality).

Merupakan tipikal investor yang meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap hati-hati dan fleksibel dalam mengambil keputusan investasi.

c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter).

Merupakan tipikal investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia lebih cenderung mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil.

C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam

Secara lebih spesifik, M.M Metwally (1993) mengembangkan suatu fungsi investasi dalam perekonomian Islami akan sangat berbeda dari perekonomian yang non-Islami (konvensional). Model yang dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit. Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit (credit market), dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain


(53)

yang digunakan antara lain terdapat denda untuk penimbunan asset-aset yang tidak termanfaatkan (idle assets), dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian, serta tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol.

Jadi, para investor atau penabung muslim dapat memilih diantara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya (a) memegang dananya dalam bentuk tunai (b) memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan) atau (c) menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah persediaan modal negara).

Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian Islami karena seperti kita lihat, Islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada dana-dana yang tidak termanfaatkan (idle assets). Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-aset yang tidak termanfaatkan (uang tunai, perhiasan, pinjaman, deposito bank) yang telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup.

Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan.


(54)

Faktor utama lain yang ikut mempengaruhi tingkah laku investasi dalam perekonomian Islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam melarang pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian, industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman, perusahaan swasta maupun publik, pemerintah, atau entitas lainnya.

Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam perekonomian Islami, tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan (opportunity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.

Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian Islami adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerja sama atau pinjaman.

Permintaan investasi dalam perekonomian Islami akan meningkat jika tingkat harapan akan tingkat keuntungan meningkat, dan tingkat/besar iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan meningkat. Karena tingkat harapan keuntungan bukan merupakan variabel yang dapat dikendalikan, satu-satunya instrumen yang tersedia untuk penguasa muslim mendorong investasi adalah tingkat iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan. Ini merupakan alternatif dari bunga dalam perekonomian bebas non-Islami.


(55)

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 ( satu juta rupiah );

b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan;

c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan

e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan dana investasinya.

Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau korporat dalam jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau menerima dana masyarakat yang bernilai besar karena ragu tidak mampu menyalurkannya. Bila


(56)

hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat.

Kehadiran SBIS yang semoga diikuti UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah, maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dan perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS dibanding menyalurkannya.

Di sisi lain, kehadiran instrumen SBI syariah tidak akan membuat bank malas menyalurkan pembiayaan ke sektor riil. Beberapa aturan telah ditetapkan dalam implementasinya, bank syariah yang bisa membeli SBI syariah hanya yang memiliki rasio penyaluran pembiayaan atau financing to deposit ratio (FDR) sebesar 80 persen. Sehingga fungsi intermediasi bank memainkan peranannya dan tetap melakukan pembiayaan ke sektor riil. Juga, penerbitan SBI Syariah tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBI syariah dibanding menyalurkannya. SBI Syariah hanya sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi disaat bank mengalamai kelebihan likuiditas.

Meski demikian, menyimak kondisi sekarang dengan share bank syariah masih relatif kecil dibandingkan bank konvensional, tentunya peran ideal bank dan lembaga keuangan syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditas belum akan begitu terasa. Dalam kondisi seperti ini, salah satu elemen pokok dalam sistem ekonomi Islam, yaitu pemerintah (regulator), perlu mengambil alih dan


(57)

memegang peranan kunci perekonomian dengan didukung oleh kalangan lembaga keuangan syariah itu sendiri.

1. Imbalan SBIS

a. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh waktu.

a. Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS.

b. Dalam hal pada saat yang bersamaan tidak terdapat lelang SBI, tingkat imbalan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada angka dua mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan SBIS atau tingkat diskonto SBI berjangka waktu sama.

c. Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Nilai Imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS × ( Jangka Waktu SBIS/360 ) × Tingkat Imbalan SBIS.

Dengan begitu bagi hasil yang diterima Perbankan Syariah dari SBIS menjadi setara dengan bunga yang diterima Perbankan Konvesional dari SBI.

2. Lelang SBIS

Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS. BI-SSSS adalah Bank Indonesia

Scripless Securities Settlement System yang merupakan sarana transaksi


(58)

berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement. 3. Repo SBIS

BUS atau UUS dapat mengajukan repo SBIS kepada Bank Indonesia. Repo SBIS berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS, harus menandatangani

perjanjian pengagungan SBIS dalam rangka Repo SBIS serta

menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo SBIS.

4. Penatausahaan SBIS

Bank Indonesia menatausahakan SBIS dalam suatu sistem penatausahaan secara elektronis dalam BI-SSSS. Sistem penatausahaan yang dikelola Bank Indonesia mencakup sistem penyelesaian transaksi SBIS dan pencatatan kepemilikan SBIS. Sistem pencatatan kepemilikan SBIS dilakukan tanpa warkat.

BUS atau UUS yang melakukan transaksi SBIS wajib memiliki rekening giro dan rekening surat berharga untuk penyelesaian transaksi SBIS. BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo rekening giro dan rekening surat berharga yang cukup memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS.


(59)

Dalam rangka penyelesaian transaksi SBIS Bank Indonesia berwenang untuk mendebet rekening giro atas pembelian SBIS oleh BUS atau UUS , mendebet rekening surat berharga dan rekening giro atas Repo SBIS termasuk pemindahan pencatatan SBIS dalam rangka pengagungan.

Bank Indonesia melunasi SBIS pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal. Bank Indonesia membayar imbalan saat jatuh waktu dan sebelum jatuh waktu, dalam hal BUS atau UUS tidak dapat memenuhi kewajiban Repo SBIS.

5. Sanksi SBIS

Transaksi SBIS dinyatakan batal jika BUS atau UUS tidak memenuhi kewajiban. Bank indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa teguran tertulis, dan kewajiban membayar sebesar satu per seribu dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 bulan BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya dan larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis.


(60)

E. Inflasi

Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M), yang merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu natural inflation dan human error inflation (Adiwarman Karim, 2007).

a. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya natural inflation, Inflasi ini disebabkan oleh sebab alamiah yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran agregat (AS) atau naiknya Permintaan agregat (AD), orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegahnya).

MV = PT = Y

Dimana : M = Jumlah uang beredar

V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga

T = jumlah barang dan jasa (Q)

Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P akan naik. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap, maka P akan naik.Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini


(61)

Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist: Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik

(mahal), tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu

menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”

b. Human Error Inflation.

Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41). Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Adapun beberapa penyebabnya di antaranya :

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad

administration).

2. Pajak yang berlebihan (excessive tax) yang dapat mengakibatkan terjadinya efficency loss atau dead weight loss. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage). 3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan


(62)

Ekonom Islam, Al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga umum (inflasi). Kenaikan harga komoditi tersebut adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus) atau nominal, sedangkan jika diukur dalam emas (dinar emas) maka harga komoditi tersebut jarang sekali mengalami kenaikan.

Pentingnya persoalan inflasi diselesaikan menurut Islam dapat dimulai dari pandangan politik ekonomi Islam yang disampaikan oleh Taqiyuddin an Nabhani. Beliau mengatakan, Politik ekonomi Islam adalah menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) setiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan dirinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya, sesuai dengan kadar kesanggupannya sabagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu (Islam). Oleh karenanya, agar semua basic needs beserta sekunder dan tersiernya dapat terpenuhi, maka pemerintah (Khalifah) memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga tingkat harga barang dan jasa yang beredar sehingga berada dalam jangkauan masyarakat untuk membelinya.Dalam kerangka menjaga tingkat harga inilah kemudian dibutuhkan sebuah pengamatan terhadap barang dan jasa yang beredar sehingga dapat diketahui.

Inflasi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi dapat


(63)

dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sementara itu para ekonom modern mendefinisikannya sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi, yaitu kecenderungan terjadinya penurunan harga umum dan terus menerus.

Untuk dapat mengerti apa dan bagaimana inflasi, perlu dipahami bahwa uang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut dalam perekonomian, media pertukaran, pengukur nilai, unit perhitungan dan akuntansi, penyimpan nilai, dan instrumen terms of payment.

Adapun inflasi berdasarkan faktor penyebabnya yaitu: (Prathama dan Mandala, 2004)

a. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation)

Gambar 2.1. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation)

Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) terjadi karena kenaikan biaya produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang (dalam gambar 2.1 ditunjukkan dengan bergesernya kurva AS0 ke AS1). Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya harga input pokok. Misalnya, kenaikan

AD Y Y

Y1

AS1

AS0

P1

P0

0 P


(64)

upah minimum propinsi dan bahan baker minyak akan menyebabkan biaya produksi barang-barang sektor industri menjadi lebih mahal, yang mengurangi penawaran agregat. Jika yang berkurang adalah penawaran agregat, inflasi akan disertai kontraksi ekonomi, sehingga jumlah output menjadi lebih kecil (Y1 < Y0).

b. Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation)

Inflasi tekanan permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Pada gambar 2.2 tekanan permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva AD0 ke AD1. Tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi dilihat dari makin tingginya tingkat harga umum. Dalam inflasi tekanan permintaan tidak selalu berarti penawaran agregat (AS) tidak bertambah. Yang pasti kalaupun terjadi pertambahan penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan agregat.

0

Y

0

Y

1

AD

0

Y

AD

1

AS

P

1

P

0

P


(65)

c. Staglasi

Gambar 2.3. Stagflasi

Stagflasi menerangkan kombinasi dari dua keadaan buruk yaitu stagnasi dan inflasi. Stagflasi adalah kondisi dimana tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar nol persen per tahun. Jumlah output relatif tidak bertambah, akan tetapi kondisi ini disertai inflasi. Secara grafis dalam gambar terlihat stagflasi akan terjadi jika permintaan agregat (AD) bertambah, sedangkan penawaran agregat (AS) berkurang.

F. Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari PDB yaitu produk barang dan jasa total yang dihasilkan dalam perekonomian suatu negara di dalam masa satu tahun. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

P0

Y0 AD0 AD1 AS1

Y AS0 P1

0 P


(1)

Lampiran. 11:

Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan

Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi

Time SBI S Y 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

01 Sep 2011 01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012

4. 341, 00 4. 496, 57 4. 657, 72 4. 824, 65 4. 997, 56 5. 176, 66 5. 362, 19 5. 554, 36 5. 753, 42 5. 959, 61 6. 173, 19 6. 394, 43 6. 623, 59 6. 860, 97 7. 106, 85 7. 361, 55 7. 625, 37 7. 898, 65 8. 181, 73 8. 474, 94 8. 778, 67 9. 093, 28 9. 419, 16 9. 756, 73 10.106,39 10.468,58 10.843,75 11.232,37 11.634,91  

Time SBI S Y

01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013 01 Jun 2013 01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

12. 051, 88 12. 483, 80 12. 931, 19 13. 394, 62 13. 874, 65 14. 371, 88 14. 886, 94 15. 420, 45 15. 973, 09 16. 545, 53 17. 138, 48 17. 752, 68 18. 388, 89 19. 047, 91 19. 730, 54 20. 437, 63 21. 170, 07 21. 928, 75 22. 714, 62 23. 528, 65 24. 371, 86 25. 245, 29 26. 150, 01 27. 087, 16 28. 057, 89 29. 063, 41 30. 104, 96 31. 183, 84 32. 301, 39 33. 458, 98 34. 658, 06 35. 900, 11


(2)

Lampiran. 12:

Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan

Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah

Time SBI S Y 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

01 Sep 2011 01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012

4. 341, 00 4. 268, 65 4. 197, 52 4. 127, 56 4. 058, 77 3. 991, 13 3. 924, 62 3. 859, 21 3. 794, 89 3. 731, 65 3. 669, 46 3. 608, 31 3. 548, 17 3. 489, 04 3. 430, 89 3. 373, 71 3. 317, 49 3. 262, 20 3. 207, 83 3. 154, 37 3. 101, 80 3. 050, 11 2. 999, 28 2. 949, 29 2. 900, 14 2. 851, 81 2. 804, 28 2. 757, 55 2. 711, 59

Time SBI S Y 01 Mei 2012

01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013 01 Jun 2013 01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014

2. 666, 40 2. 621, 96 2. 578, 27 2. 535, 30 2. 493, 04 2. 451, 50 2. 410, 64 2. 370, 47 2. 330, 96 2. 292, 11 2. 253, 91 2. 216, 35 2. 179, 41 2. 143, 09 2. 107, 37 2. 072, 25 2. 037, 72 2. 003, 76 1. 970, 36 1. 937, 53 1. 905, 24 1. 873, 48 1. 842, 26 1. 811, 56 1. 781, 37 1. 751, 68 1. 722, 49 1. 693, 78 1. 665, 55


(3)

Lampiran. 13:

Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan

Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi

Time SBI S Y 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

01 Sep 2011 01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012

4. 341, 00 4. 351, 85 4. 362, 73 4. 373, 64 4. 384, 57 4. 395, 54 4. 406, 52 4. 417, 54 4. 428, 58 4. 439, 66 4. 450, 76 4. 461, 88 4. 473, 04 4. 484, 22 4. 495, 43 4. 506, 67 4. 517, 94 4. 529, 23 4. 540, 55 4. 551, 91 4. 563, 29 4. 574, 69 4. 586, 13 4. 597, 60 4. 609, 09 4. 620, 61 4. 632, 16 4. 643, 74 4. 655, 35

Time SBI S Y 01 Mei 2012

01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013 01 Jun 2013 01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014

4.666, 99 4.678, 66 4.690, 36 4.702, 08 4.713, 84 4.725, 62 4.737, 44 4.749, 28 4.761, 15 4.773, 06 4.784, 99 4.796, 95 4.808, 95 4.820, 97 4.833, 02 4.845, 10 4.857, 22 4.869, 36 4.881, 53 4.893, 74 4.905, 97 4.918, 24 4.930, 53 4.942, 86 4.955, 22 4.967, 60 4.980, 02 4.992, 47 5.004, 95  


(4)

Lampiran. 14:


(5)

(6)